Selasa, 23 Desember 2014

Pentingnya Pendidikan Bagi Anak Usia Dini



Orang-orang Yunani, sebelum tahun Masehi telah menyatakan bahwa pendidikan ialah usaha membantu manusia menjadi manusia. Ada dua kata yang penting dalam kalimat itu, yaitu membantu dan manusia.
Manusia perlu dibantu agar ia berhasil menjadi manusia. Seseorang dapat dikatakan telah menjadi manusia bila telah memiliki nilai (sifat) kemanusiaan. Itu menunujukkan bahwa tidaklah mudah menjadi manusia. Karena itulah sejak dahulu banyak manusia gagal menjadi manusia. Jadi, tujuan mendidik ialah memanusiakan manusia. Agar tujuan itu dapat dicapai dan agar program dapat disusun makna ciri-ciri manusia yang telah menjadi manusia itu haruslah jelas. Segi lain bahwa pendidikan ialah usaha menolong orang agar ia mampu menyelesaikan masalah yang ia hadapinya. Jadi, selama manusia masih menghadapi masalah yang harus diselesaikan selama itu pula ia masih menjalani pendidikan, sementara itu manusia tidak pernah tidak menghadapi masalah. Jadi, karena manusia selalu menghadapi masalah maka selama itu pula ia memerlukan pendidikan.[1]
Anak adalah makhluk yang sedang tumbuh, oleh karena itu pendidikan sangat penting sekali karena mulai sejak bayi belum dapat berbuat sesuatu untuk kepentingan dirinya, baik untuk mempertahankan hidup maupun merawat diri, semua kebutuhan tergantung ibu/orang tua. Oleh sebab itu, anak/bayi manusia memerlukan bantuan tuntunan, pelayanan, dorongan dari orang lain demi mempertahankan hidup dengan mendalami belajar setahap demi setahap untuk memperoleh kepandaian, keterampilan dan pembentukan sikap dan tingkah laku sehingga lambat laun dapat berdiri sendiri yang semuanya itu memerlukan waktu yang cukup lama.
Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal.
Ada dua tujuan diselenggarakannya pendidikan anak usia dini yaitu:
Tujuan utama: untuk membentuk anak Indonesia yang berkualitas, yaitu anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya sehingga memiliki kesiapan yang optimal di dalam memasuki pendidikan dasar serta mengarungi kehidupan pada masa dewasa.
Tujuan penyerta: untuk membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan belajar (akademik) di sekolah, sehingga dapat mengurangi usia putus sekolah dan mampu bersaing secara sehat di jenjang pendidikan berikutnya.[2]
Betapa pentingnya periode anak-anak dalam pendidikan budi pekerti dan membiasakan anak-anak kepada tingkah laku yang baik sejak kecilnya. Pendidikan anak-anak sejak dari kecilnya harus mendapat perhatian penuh. Ada pepatah lama mengatakan: “ Pelajaran diwaktu kecil ibarat lukisan diatas batu, pendidikan diwaktu besar ibarat lukisan diatas air.”[3]
Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.
Sementara, anak yang tidak mendapat pendidikan usia dini, akan lamban menerima sesuatu. Anak yang tidak mendapat pendidikan usia dini yang tepat, akan seperti mobil yang tidak bensinnya tiris. Anak-anak yang berpendidikan usia dini tepat memiliki bensin penuh, mesinnya akan langsung jalan begitu ia ada di tempat baru. Sementara anak yang tidak berpendidikan usia dini akan kesulitan memulai mesinnya, jadinya lamban.
Menurut saya, periode terpenting dalam pendidikan ialah masa anak-anak, apabila anak-anak kurang mendapat perhatian pada permulaan hidupnya, sebagian besarnya menjadi besar dengan akhlak yang rusak, suka pembohong, dengki, pencuri, pencela, mengejek dan suka campur tangan dalam urusan orang lain; anak yang seperti itu, akan cenderung kepada membuat konspirasi-konspirasi, tipu daya dan menjerumuskan orang lain. Untuk menghindarkan anak-anak dari sifat-sifat ini tidak sukar, yaitu dengan pendidikan dan pengajaran yang baik, dengan mengisi waktu kosongnya, menyuruh dia belajar Al-qur’an, mempelajari riwayat hidup orang-orang besa, hikayat orang-orang saleh, orang-orang baik serta perilaku mereka itu, agar menjadi pedoman dan mengikuti langkah-langkahnya dan tertanam pula dalam jiwa anak-anak tadi rasa cinta pada orang-orang yang taqwa dan saleh.
Sesuai dengan keunikan dan pertumbuhan anak usia dini maka penyelenggaraan pendidikan bagi anak usia dini di sesuaikan dengan tahap tahap perkembangan yang di lalui oleh anak usia dini.
Umumnya, pada usia 4 tahun ini si kecil baru mulai masuk TK (Taman Kanak-kanak). Baik TK yang biasa atau TK Al Quran yang dikenal dengan TKA (Taman Kanak-kanak Al Quran) atau TPQ (Taman Pendidikan Al Quran). Itu artinya, sebagian tanggung jawab pendidikan anak terlimpahkan pada para guru TK tersebut. Namun demikian, adalah salah besar apabila orang tua menyerahkan pendidikan anak 100% pada lembaga pendidikan. Kegagalan pendidikan kepribadian anak kebanyakan karena kegagalan pendidikan dalam rumah; yakni pendidikan orang tua. Dalam konteks pendidikan orang tua, ibulah yang paling memegang peranan penting. Oleh karena itu, sukses tidaknya masa depan anak dan baik buruknya kepribadiannya, akan sangat tergantung seberapa peran ibu dalam proses pendidikannya. Terutama dalam pendidikan anak usia dini (PAUD) yakni usia 0 – 6 tahun dan 6 – 16 (usia SD SMP). Tentu saja peran ayah tak kalah pentingnya, terutama dalam proses pembangunan kepribadian.






DAFTAR PUSATAKA
Athiyah Al-Abrasyi, Dasar-dasar Pokok PENDIDIKAN ISLAM, Bulan Bintang, Jakarta; 1977
Ahmad Tafsir, Filsafat Pendidikan Islam, PT Remaja Rosdakarya, Bandung; 2012
Abu Ahmad dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta; 2001


[1] Ahmad Tafsir, Filsafat Pendidikan Islami, PT Remaja Rosdakarya, Bandung;2012, hal 33
[2] Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, PT Rineka Cipta, Jakarta:2001, hal 101-103
[3] Mohd. ‘Athiyah Al-abrasyi, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, Bulan Bintang, Jakarta:1977, hal 104

Tidak ada komentar:

Posting Komentar