Selasa, 09 Desember 2014

MAKALAH PERSEPSI INDERAWI



A.    Pendahuluan
Aktivitas manusia tidak dapat lepas dari lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun sosial.  Sejak individu dilahirkan, sejak itu pula ia secara langsung berhubungan dengan sekitarnya dan sejak itu pula ia mulai menerima stimulus (rangsang)  dari luar dirinya. Namun tidak berarti bahwa stimulus hanya datang dari luar individu tersebut, akan tetapi stimulus juga dapat berasal dari individu itu sendiri.
Stimulus (rangsang-rangsang) akan diterima oleh indra, kemudian dikelompokkan, digolong-golongan, diartikan dan dikaitan dengan beberapa rangsang yang lain. Rangsang-rangsang yang telah diterima dan dikelompokkan kemudian diinterpretasikan sedemikian rupa menjadi sebuah arti yang subjektif individual. Proses yang demikian disebut dengan persepsi.
Istilah persepsi biasanya digunakan untuk mengungkapkan tentang pengalaman terhadap suatu benda ataupun suatu kejadian yang dialami. Persepsi didefinisikan sebagai proses yang menggabungkan dan mengorganisir data-data indra kita (pengindraan) untuk dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari di sekeliling kita, termsuk sadar akan diri kita sendiri. Untuk memahami apa itu persepsi dan bagaimana proses terjadinya, pada makalah ini akan dibahas “Persepsi Indrawi (dalam Perspektif Islam)”.
B.     Permasalahan
Dari uraian di atas, kami merumuskan permasalahan-permasalahan sebagai berikut:
1.      Bagaimana Persepsi dalam pandangan Islam?
2.      Bagaimana peran Islam dalam  proses terjadinya persepsi?
3.      Mengapa persepsi dapat berubah-ubah?







C.    Pembahasan
1.      Persepsi  Indrawi dalam Pandangan Islam
Islam dalam melihat konsep ilmu berbedadengan para pemikirbarat. Tidakseperti para pemikirbarat yang menjadikanduniasebagaisumberilmu, tetapi  dalam islam, ilmu adalahbersumberdari Allah. Dikarenakanilmubersumberdari Allah, maka persepsiindrawimerupakansalahsatu  channel yang menyalurkanilmutersebutdari-Nya.
Persepsi adalah fungsi psikis yang penting yang menjadi jendela pemahaman bagi peristiwa dan realitas kehidupan yang dihadapi manusia. Manusia sebagai makhluk yang diberikan amanah kekhalifahan diberikan berbagai keistimewaan yang salah satunya adalah proses dan fungsi persepsi yang lebih rumit dan lebih kompleks dibandingkan dengan makhluk Allah lainnya. Dalam bahasa al-Qur’an beberapa proses dan fungsi persepsi dimulai dari proses penciptaanmanusia.[1] Firman Allah surat al-Insan ayat 2:
إِنَّا خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ مِنْ نُطْفَةٍ أَمْشَاجٍ نَبْتَلِيهِ فَجَعَلْنَاهُ سَمِيعًا بَصِيرًا
Artinya; Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur (nuthfah amsyaj) yang kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan) karena itu kami jadikan dia mendengar dan melihat.
Ayat di atas menyebutkan tentang proses penciptaan manusia dilengkapi dengan penciptaan fungsi pendengaran dan penglihatan. Dalam ayat tersebut tidak disebutkan telinga dan mata, tetapi sebuah fungsi. Kedua fungsi ini merupakan fungsi vital bagi manusia dan disebutkan selalu dalam keadaan berpasangan.
Selain itu, persepsiindrawi jugamemilikitujuan yang jelas,sebagaimanafirman Allah (Q.S. an-Nahl ; 78):
وَاللَّهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لَا تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Artinya :Dan Allah mengeluarkankamudariperutibumudalamKeadaantidakmengetahuisesuatupun, danDiamemberikamupendengaran, penglihatandanhati, agar kamubersyukur.
Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa manusia diciptakan dalam bentuk yang sebaik-baiknya yang seindah-indahnyasertadilengkapidenganberbagai organ psikofisik yang istimewasepertipancaindradanhati,agar manusiaberyukurkepadaTuhan yang telahmenganugrahkankeistimewaan-keistimewaanitu.[2]
Persepsi bagi seorang muslim bukanlah hanya sekedar proses atau konsep dimana panca indra hanya sekedar mencerna fenomena dunia yang fana, tapi justru untuk menyingkap hakikat didalam setiap peristiwa. Persepsi bagi seorang muslim bukan hanya sekedar tentang ketajaman indra yang bersifat fisikal yang rentan terhadap gangguan ilusi, tapi ketajaman indra yang dituntun oleh kepekaan jiwa yang rindu akan Rabbnya.
2.      Peran Islam dalam Proses Terjadinya Persepsi
Proses terjadinya persepsi bergantung pada sistem sensori dan otak. Sistem sensori akan mendeteksi informasi dari stimulus yang didapat dari objek, mengubahnya menjadi impuls saraf, mengolah beberapa di antaranya dan mengirimkannya ke otak melalui benang-benang saraf. Otak memainkan peranan yang luar biasa dalam mengelola data sensorik. Kemudian terjadilah proses di otak sebagai pusat kesadaran sehingga individu menyadari apa yang dilihat, atau apa yang didengar, atau apa yang diraba. Proses yang terjadi dalam otak atau dalam pusat kesadaran inilah yang disebut sebagai proses psikologis. Karena itu, dikatakan bahwa persepsi tergantung pada empat cara kerja: deteksi, (pengenalan), transaksi (pengubahan diri suatu energi ke bentuk energi yang lain), transmisi (penerusan), pengolahan informasi.
Dalam pengelolaan informasi islam mempunyai peran yang sangat penting. Sebagai orang muslim tentunya kita harus menta’ati peraturan dan ajaran islam. Begitu juga dalam mempersepsikan suatu hal, kita tidak boleh melenceng dari kaedah-kaedah islam. Dari uraian tersebut, maka islam berperan sebagai sistem kontrol persepsi agar sesuai dengan konsep islam.
Tubuh kita sejak dilahirkan sudah dilengkapi dengan peralatan yang dirancang dengan sangat khusus untuk mengumpulkan informasi. Sistem inilah yang disebut dengan indra atau sistem sensori. Dengan perlengkapan itu kita dapat menangkap informasi sehingga kita bisa membuat rencana dan mengendalikan perilaku serta gerakan tubuh.[3] Manusia secara garis besar memiliki lima alat indra. Alat-alatIndraadalahbagian-bagiantubuh yang berfungsiuntukmenerimarangsangansesuaidenganmodalitasmasing-masing.
1)      Penglihatan
Alatindrauntukpenglihatan adalahmata.Dalamalatiniterdapatsarafreseptorrangsang yang disebutconus (berbenrtukkrucut) danbacillus (berbentukbatang).Keduasarafiniterletakdalam retina. Objek yang ditangkap dalam indra penglihatan adalah visual.
2)      Pendengaran
Alatindrauntukpendengaranadalahtelingadengansegalaperlengkapandidalamnya,terutamagendangtelinga (membrane timpani)dengansaraf-sarafreseptorgetaran di telingabagiandalam(cochlea).Rangsangan yang sesuaiindrainiadalahgetaran-getaranudara,perubahan-perubahandalamtekananudara. Indra pendengaran adalah indra pertama yang menunjukkan fungsi. Begitu lahir, pada sang bayi diperintahkan untuk membunyikan kalimat adzan dan iqomat yang berfungsi untuk meneguhkan persepsi dan persaksiannya terhadap Allah.[4]
3)      Penciuman
Alatindrauntukpenciumanadalahhidung dansaraf-sarafreseptornya.Rangsang yang sesuaiindrainiadalahzat-zatkimiawi yang berbentuk gas.
4)      Pengecap
Alat indra untuk pengecap adalah lidah dengan saraf-saraf reseptor pada papila-papila rasa di atas dan di sekeliling lidah. Rangsang yang sesuai dengan indra ini adalah cairan kimiawi.
5)      Peraba
Alat indra peraba tidak terbatas pada permukaan kulit dengan reseptor-reseptornya, tetapi juga menyangkut alat-alat yang peka terhadap orientasi dan keseimbangan. Oleh karan itu, rangsang yang sesuai untuk indra ini juga bermacam-macam yaitu tekanan, suhu, rasa sakit, dan gerakan. Berapa pengarang bahkan membedakan antara indra kulit, persentuhan, kinestesis, dan lain-lain. Kulitberfungsimemberikaninformasitentangkualitaslingkunganolehkarenaitu,kulitmempunyaibebagaireseptor yang terdapatpadatitik-titikpermukaankulit,yaitutitiktekanan,nyeri,panas, dan dingin.[5]

3.      Perubahan Persepsi
Salah satu hal yang kita ketahui tentang persepsi kita adalah bahwa persepsi itu berubah. Persepsi bukanlah sesuatu yang statis. Mengapa dan bagaimana persepsi itu bisa berubah perlu diketahui agar kita bisa meramalkan dan jika perlu memengaruhi persepsi.
Proses perubahan pertama faal (psikologis) dari sistem saraf pada indra-indra manusia. Jika suatu stimulus tidak mengalami perubahan, misalnya, maka akan terjadi adaptasi dan habituasi, yaitu respons terhadap stimulus itu makin lama makin lemah. Habituasi menunjukkan kecenderungan faal dari reseptor yang menjadi kurang peka setelah banyakmenerima stimulus. Di pihak lain, stimulus adalah berkurangnya perhatian jika stimulus muncul berkali-kali. Stimulus yang muncul secara teratur lebih mudah diadaptasi daripada stimulus yang munculnya tidak teratur.
Proses perubahan kedua adalah proses psikologis. Proses perubahan persepsi secara psikologi antara lain dijumpai dalam pembentukan dan perubahan sikap.  Pembentukan dan perubahan sikap itu dalam psikologi biasanya diterangkan sebagai proses belajar atau sebagai proses kesadaran (kognisi). Dalam proses belajar yang menjadi fokus adalah adanya rangsang dari luar (stimulus), sedangkan dalam proses kognisi yang utama adalah adanya dorongan atau kehendak dari dalam individu sendiri.[6] Persepsi juga dapat berubah apabila seseorang lebih banyak mengetahui tentang sesuatu. Persepsi itu berubah seiring dengan pengalaman yang telah didapatkan.[7]
D.    Analisa
Mempersepsikan sesuatu tidaklah mudah. Misalnya jika kita ingin mempersepsi orang lain, maka kita akan menghadapi kenyataan bahwa kita hanya dapat melihat dhohir-nya (tampilan luar) saja, sedangkan sisi batiniyah-nya sulit untuk diketahui. Olehkarenaitumempersepsi orang jauhlebihsulitdaripadamempersepsiobjek (benda). Sebagai contoh bila diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, terkadang kita dihadapkan pada fenomena di mana seseorang sengaja membuka kesempatan agar dipersepsi oleh orang lain, misalnya perempuan berusia 60 tahun ke atas menyemir rambutnya dan memasang benang di pipi untuk mengencangkan pipi yang sudah kendor maka persepsi akan tergiring dengan simpulan bahwa perempuan itu terlihat lebih muda (berumur kurang dari 60 tahun).
Ketikamelakukanpersepsiterhadap orang lain, yang kitaperlukanadalahkecermatan. Agar tercapainyaresensipersepsi yang sempurna stimulus yang didapatharuslah diprosesmelaluiakaldanhati.Kalaupersepsikitabenar, makahalinimenjadi modal yang pentinguntukkeberhasilankomunikasi interpersonal.
Dalam sisi lain, persepsi inderawi pun juga harus digunakan seoptimal mungkin sejak kecil, sebagai contoh yaitu dalam fungsi pendengaran, bila dioptimalkan akan dapat mengembangkan potensi-potensi intelektual, emosi dan spiritual anak. Orang tua yang banyak memperdengarkan suara-suara tertentu akan mencondongkan anaknya untuk menyukai dan mengkonsumsi substansi dari suara tersebut. Begitu juga dalam pengoptimalan fungsi penglihatan. Ahli psikologi Sydis menunjukkan kepada kita bahwa kalau anak menerima stimulasi yang kaya melalui penglihatannya, maka kecerdasannya akan bertumbuh kembang secara pesat. Maka, anaknya William Sydis yang baru bisa melihat diberinya stimulasi yang beragam: mainan yang ada diatas kepalanya selalu diganti, di tembok dipasang berbagai macam rasa fisik: kain kasar seperti paku hingga lembut layaknya sutra. William James Sydis ternyata tumbuh luar biasa. Di usia muda ia sudah menjadi doktor dan menulis buku standar. Ini menunjukan bahwa fungsi indra akan optimal bila diberikan banyak stimulan.[8]

E.     Kesimpulan

1.      Persepsi bagi seorang muslim bukanlah sekedar proses atau konsep di mana panca indra hanya sekedar mencerna fenomena dunia yang fana, tapi justru untuk menyingkap hakikat didalam setiap peristiwa. Persepsi bagi seorang muslim bukan hanya sekedar tentang ketajaman indra yang bersifat fisikal yang rentan terhadap gangguan ilusi, tapi ketajaman indra yang dituntun oleh kepekaan jiwa yang rindu akan Rabbnya.
2.      Peran Islam dalam persepsi adalah sebagai sistem kontrol persepsi agar mengarah pada nilai posititif dan sesuai dengan konsep islam.
3.      Perubahan pada persepsi dipengaruhi oleh dua faktor. Pertama, faal (psikologis) dari sistem saraf pada indra-indra manusia. Kedua, proses psikologis yaitu dalam pembentukan dan perubahan sikap sebagai proses belajar atau proses kesadaran (kognisi).


F.     Penutup
Demikianlah makalah yang dapat kami susun. Kami sadar bahwa dalam penyusunanya masih sangat jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangatlah kami harapkan. Semoga makalah ini dapat brermanfa’at bagi pemakalah pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.













DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rahman Shaleh,PsikologiSuatuPengantardalamPersepektif Islam,KencanaPrenada Group,Jakarta;2004
David Matsumoto,PengantarPsikologiLintasBudaya,PustakaBelajar,Yogyakarta;2004
Departemen Agama, Al-Qur’an danTerjemahnya, CV PenerbitDiponegoro, Bandung; 2009
FuadNashori,Potensi-PotensiManusia,PustakaBelajar,Yogyakarta;2005
Hanna DjumhanaBastaman.IntegasiPsikologidalam Islam.YayasanInsanKamil.Yogyakarta;2011



[1]Abdul Rahman Shaleh, Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam, Prenada Media Group, Cet IV, Jakarta; 2009, hal 137
[2]Hanna DjumhanaBastaman.IntegasiPsikologidalam Islam.YayasanInsanKamil, Yogyakarta; 2011,hal 55
[3]Abdur Rahman Shaleh, Op Cit, hal 116
[4]FuadNashori,Potensi-PotensiManusia,PustakaBelajar,Yogyakarta:2005, hal 135
[5]Abdur Rahman Shaleh, Op Cit, hal 101-109
[6]Ibid,hal 132-133
[7]David Matsumoto,PengantarPsikologiLintasBudaya,PustakaBelajar,Yogyakarta:2004, hal 62
[8]FuadNashori, Op.cit, hal 136-144

Tidak ada komentar:

Posting Komentar