Sabtu, 13 Desember 2014

CIRI-CIRI SISTEM PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF



BAB I
PENDAHULUAN
1.    Latar Belakang
Mengajar dapat membantu siswa memperoleh informasi, ide, keterampilan, nilai, cara berpikir, sarana untuk mengekpresikan dirinya, dan cara-cara belajar bagaimana belajar. Pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan siswa. Secara implisit dalam pengertian ini terdapat kegiatan memilih, menetapkan, mengembangkan metode untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan. Pemilihan, penetapan, dan pengembangan metode ini didasarkan pada kondisi pembelajaran yang ada.
Dalam hal ini istilah pembelajaran memiliki hakikat perencanaan atau perancangan (desain) sebagai upaya untuk membelajarkan siswa. Itulah sebabnya dalam belajar, siswa tidak berinteraksi dengan guru sebagai salah satu sumber belajar, tetapi berinteraksi dengan keseluruhan sumber belajar yang mungkin dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran menaruh perhatian pada “bagaimana membelajarkan siswa”, dan bukan pada “äpa yang dipelajari siswa”.


2.      Rumusan Masalah
1.      Bagaimana hakikat sistem itu?
2.      Bagaimana hakikat pembelajaran yang efektif dan efisien itu?

BAB II
PEMBAHASAN

A.      Hakikat Sistem
1.      Pengertian Sistem
Sistem secara sederhana dapat diartikan sebagai seperangkat objek yang saling berhubungan antar objek dan antar atributnya. Dengan kata lain sistem adalah suatu keseluruhan yang meliputi: sejumlah bagian, hubungan antar bagian dan atribut-atribut dari bagian itu maupun dari hubungan itu. Di antaranya contoh dari sistem adalah mobil, sepeda, mesin, komputer, bangunan, tanaman, dan lain sebagainya[1].
Sedangkan menurut definisi tradisional, mengatakan bahwa sistem adalah seperangkat komponen yang saling berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Selain itu ada juga yang mengatakan bahwa sistem itu sebagai: 1) kesatuan yang terorganisasi, yang mana tediri dari sejumlah komponen yang saling berkaitan, 2) terdiri dari sekelompok objek yang interdependen dan berhubungan satu dengan yang lainnya, 3) sistem adalah sekumjugan bagian yang telah dirancang untuk mencapai suatu tujuan. [2]
Istilah sistem sendiri meliputi seperangkat konsep yang sangat luas. Seperti halnya manusia, organisasi, mobil dan lain-lain, semua itu pastinya memiliki batasan yang sangatlah berbeda. Namun meskipun demikian terdapat persamaan dalam prosesnya dalam hal ini adalah masukan(input) dan pengeluaran(output). Atau dengan kata lain, sistem adalah suatu kesatuan unsur yang saling berinteraksi secara fungsional yang memperoleh masukan menjadi keluaran. Adapun kesamaan lain yang dapat dilihat dari ciri-cirinya antara lain: adanya tujuan, adanya fungsi untuk mencapai tujuan, ada bagian komponen yang melaksanakan fungsi tersebut, adanya interaksi antara komponen, adanya penghubung yang menimbulkan jalinan terpadu, adanya proses transformasi, adanya proses umpan balik(giveback) untuk mengadakan perbaikan, serta adanya daerah batasan dan lingkungan.[3]
Pendapat lain yang mendefinisikan mengenai sistem antara lain:
a.       Dalam the Holt Intermediate Dictionary of American English menyatakan bahwasistem adalah sekelompok bagian yang bekerjasama secara keseluruhan berdasarkan tujuan bersama.
b.      Hicks menyatakan bahwa sistem adalah seperangkat unsur-unsur yang berkaitan, saling bergantung, dan berinteraksi atau satu kesatuan yang terdiri atas bagian-bagian yang saling berkaitan sehingga mencapai tujuannya tersebut.
c.       Haveloch dan ubberman mendefinisikan bahwa sistem sebagai kumjugan dari berbagai unsur yang saling berkaitan dengan yang lainnya secara signifikan.
d.      Dalam KBBI seperangkat unsur yang secara teratur dan saaling berkaitan sehingga membentuk totalitas. Susunan yang teratur dari pandangan, teori, asas serta metode.
Dalam hal ini Boulding mengklasifikasikan bahwa sistem terdiri atas:Sistem yang statis yang membentuk kerangka, sistem dinamis yang ditetapkan secara sederhana,sistem sibernetik, sistem terbuka, sistem genetik, sistem hewani, sistem insani sebagai makhluk hidup, sistem kehidupan sosial  atau sistem kehidupan sosial, sistem transendental[4].
Sistem adalah sekumjugan komponen yang saling tergantung dan berhubungan satu dengan yang lainnya yangmana dapat menyelesaikan tujuan yang hendak dicapainya.
Pada dasarnya sistem terdiri dari sistem terbuka dan sistem tertutup. Karakteristik sistem terbuka memiliki hierarki danstruktur, hubungan internal dan ekternal, hubungan sebab akibat, hubungan fungsional, lingkungan pembatas, entropy, prosedur kerja, mekanisme adaptasi, penjabaran internal, dan umpan balik.[5]
Di dalam suatu sistem yang komplekss seperti sistem sosial termasuk di dalamnya sistem pendidikan, kejelasan hierarki atau struktur sistem sangat penting. Kejelasan istilah-istilah yang digunakan dalam suatu sistem perlu adanya kesepakatan oleh sekelompok orang yang akan mengatur sistem tersebut lalu disepakati bersama yang disebut dengan sistem, subsistem, komponen, dimensi, dan variabel dalam suatu masalah.
Sesuatu dapat dinamakan dengan sistem apabila terjadi hubungan baik eksternal maupun internal antarsubsistem. Interaksi, interreslasi dan interdependensi itu dinamakan hubungan internal, sedangkan apabila interaksi, interrelasi dan interdependensi itu terjadi pada suatu sistem, maka itu dunamakan dengan hubungan eksternal. Apabila hubungan antarsubsistem itu tergantung dari komponen lain, maka itu dinamakan dengan hubungan deterministik. Namun sebaliknya apabila hubungan itu tidak tergantung pada komponen lain itu dinamakan hubungan nondeterministik. Apabila ada hal yang mempengaruhi pertumbuhan dari subsistem lalu subsistem itu menjadi kuat itu dinamakan dengan hubungan fungsional. Namun sebaliknya apabila ada hubungan yang pada akhirnya menghambat kerja sistem maka itu dinamakan dengan hubungan dis-fungsional.
Prosedur kerja suatu sistem mengubah atau memproses masukan yang diperolah dari lingkungan atau dari sistem lain menjadi keluaran, yang selanjutnya akan dijadikan masukan oleh sistem yang lain. Proses transformasi ini merupakan suatu proses yang bersifat ritmik. Secara singkat, proses kerja sistem digambarkan sebagai berikut:[6]
Keluaran
 
Transformasi
 
Masukan
 
                                            

Hasil yang dikeluarkan oleh suatu sistem kepada sebuah atau beberapa sistem yang lainnya sebagai masukan yang akan diproses lebih lanjut. Pemprosesan kedua akan menghasilkan sesuatu yang akan dikeluarkan oleh sistem pemprosesan dan ditampung lagi oleh sistem. Demikian seterusnya sampai input yang masuk ini diproses menjadi output yang siap setelah melalui beberapa tahapan transformasi.[7]
Jadi sistem adalah hubungan antara satu komponen dengan komponen yang lain, saling berkaitan, saling bergantung, berinterdependensi, dimana jika satu rusak yang lain juga ikut rusak.[8] 
2.      Komponen-komponen sistem
Misalnya saja dalam hal pendidikan, maka untuk menunjang keberhasilan dalam mencapai tujuan dibutuhkan bagian-bagian yang diperlukan untuk melaksanakan tujuan tersebut. bagian-bagian itu di antaranya adalah:
Nama
Tujuan
Fungsi-fungsi
Pelaksanaan Fungsi
Intruksional
Siswa be-lajar peri-laku ter-tentu yang telah di-tetapkan terlebih dahulu
Riset
Rancangan
Produksi
Seleksi
Logistik
Pemanfaatan
Evaluasi
MenajemenOrganisasi
Manajemen personil
Dosen, Peneliti
Dosen, Ahli Pengembangan
Intruksional
Spesialis media
Dosen
Pustakawan, Teknisi
Dosen
Dosen
Ketua Jurusan, Ketua Lembaga, Ketua UPP Rektorat, Ketua dekan


Bagian suatu sistem yang melaksanakan fungsi untuk menunjang pencapaian tujuan dari suatu sistem disebut dengan komponen. Dengan demikian, jelaskan bahwa sistem itu terdiri dari berbagai komponen-komponen yang masing-masing dari komponen tersebut memiliki fungsunya tersendiri.
Komponen yang berfungsi untuk melaksanakan suatu transformasi disebut dengan subsistem, karena masing-masing bagin dari komponen tersebut adalah suatu sistem. Komponen-komponen tersebut memilikijuga berbagai komponen yang lebih kecil yang berfungsi untuk mendukung dari pencapaian tujuan.[9]
3.      Ciri-ciri Sistem
Dalam perspektif para ilmuan, semua sistem baik sistem terbuka maupunsistem tertutup, memiliki beberapa ciri-ciri yang dapat disebut dengan ciri universal sistem. Semacam itu dapat digunkan untuk membantu mengkonsep suatu sistem.
a.    Cenderung ke arah entropi lamban, menua, mati
Secara istilah sistem berarti eksistensi dan kegiatan. Akan tetapi semua sistem akan, apakah yang hidup, yang mekanis atau yang konseptual adalah untuk digunakan, dan kemudian mengalami kerusakan dan akhirnya tidak dapat berfungsi kembali. Hanya sistem yang vital dan konseptual dapat bertahan sampai lama. Apabila suatu sistem dapat memanfaatkan sumber dan lingkungannya dan dapat melanjutkan kegiatan, maka sistem itu dapat meningkatkan eksistensinya. Pada saat entropi fungsional atau subsistem paling penting tersebut bergerak menuju ke arah keadaan entropi maka sistem akan hancur atau musnah. Akan tetapi, dengan melalui adaptasi dan regenerasi maka sistem ini dapat memperbaiki eksistensinya kembali. Sebaliknya apabila entropi tersebut menyerang kepada subsistem yang utama dari sistem yang paling besar, maka sistem tersebut akan berada pada keadaan yang bahaya. Sebuah sistem yang terbuka harus mampu mempertahankan diri dari evolusi melalui adaptasi dan perkembangan memaksimumkan eksistensinya.
b.    Hadir dalam ruang dan waktu yang tidak bisa dihentikan
Suatu sistem akan mengalami evolusioner dan mengalami pertumbuhan atau bahkan kemunduran dalam waktu ke waktu. Agar mampu memahami suatu sistem maka seseorang diharuskan untuk mempelajari sejarah masa lalu dan memproyeksikan kepada masa depan. Keberhasilan maupun kegagalam pada masa lalu adalah  kejadian-kejadian yang malalui observasi dan memberikan arah yang bagi kegiatan di masa depan, akan tetapi dalam perjalanan yang sangat sedikit sekali artinya kecuali akibat-akibatnya di masa lalu. Mereka yang bekerja dengan sistem harus mengamati dan memberikan penilaian pada kegiatan sistem tersebut, dan difokuskan pada penyesuaian sistem itu terhadap masa depan.
c.    Mempunyaibatas-batas yang dapatberubah
Garis batas sistem dapat dipandang sebagai suatu titik yang membatasi bagian dari luar di mana aspek-aspek unik dari sistem tidak dapat dilihat kembali. Batas beberapa sistem, seperti halnya mobil atau mesin ketik agak tertentu, sedangkan sistem lain seperti sekolahan, masyarakat sangat tidak pasti.
Dari perspektif lain karena batas sistem menunjukkan mana yang termasuk dan mana yang tidak termasuk sistem itu, maka pertumbuhan dan perkembangan sistem seringkali dapat ditingkatkan dengan memperluas atau mempersempit batas sistem menurut kebutuhan. Namun realita sekarang ini, suatu anggota sistem dapat bertindak atas nama sistem, sehingga lebih mudah bergerak tanpa batas daripada menyeberangi batas. Oleh karena itu, lebih mudah bagi seorang guru untuk menyesuaikan diri dari sistem itu daripada memasukinya.
d.   Mempunyai lingkungan proksimal dan distal
Lingkungan dari sebuah sitem adalah segala sesuatu yang berada pada batas sistem itu. Maka lingkungan juga tidak tentu dalam definisi sistem dan dapat bervariasi karena batasnya bervariasi. Oleh karena itu, maka lingkungan dalam sistem ini dibedakan menjadi dua yaitu lingkungan proksimal dan lingkungan distal. Lingkungan proksimal adalah lingkungan yang disadari oleh suatu sistem, sedangkan lingkungan distal adalah lingkungan yang tidak disadari oleh sistem itu. Lingkungan itu sangat penting bagi sistem karena lingkungan tersebut mempengaruhi kegiatan sistem. Akan tetapi, bagi sistem terbuka yang memiliki hakikat berada dalam suatu hubungan pertukaran dinamis dengan lingkungannya, maka lingkungan itu sangatlah penting.
Penerapan dalam kegiatan sehari-hari adalah misalnya saja pada sistem yang ada di sekolahan dengan lingkungannya. Walaupun sistem seperti halnya sekolahan, perkumjugan atau manusia secara individu, berbuat kebaikan dan keuntungannya sendiri, akhirnya mereka dinilai dari layanan mereka terhadap lingkungannya yang lebih besar. Lingkungan akan memberikan ganjaran dan akan meningkatkan sistem itu sesuai dengan kontribusi dan dukungan yang telah diberikan oleh sistem kepada lingkungannya tersebut.
e.    Mempunyai variabel dan parameter
Semua sistem memiliki faktor-faktor yang mempengaruhi struktur dan fungsi sistem itu. Faktor yang ada dalam sistem itu adalah variabel, sedangkan faktor yang ada di luar sistem adalah parameter. Pada sistem yang tertutup hanya dipengaruhi oleh faktor-faktor yang ada di dalam sietem itu, sedangkan pada sistem terbuka dipengaruhi olek faktor-faktor kejadian, situasi, dinamika energi, kekuatan, fungsi buruk dan lain sebagainya. Dengan kata lain relevansi dari sistem ini adalah: semua sistem peka dan sistem terbuka peka terhadap kejadian intern maupun ekstern.
f.     Mempunyai subsistem
Ciri dari sistem yang ke-enam adalah bahwa sistem itu memiliki subsistem. Subsistem adalah satuan unit yang terikat yang mana terdiri dari bagian-bagian, hubungan-hubungan dan atribut-atribut. Subsistem berfungsi dan diklasifikasikan sebagai sistem dalam hubungannya dengan suatu suprasistem. Konsep subsistem sangat berharga dengan menganalisis sustu sistem, terutama dalam menganalisis sistem-sistem yang besar dan komplekss.
Subsistem juga mempunyai batasan. Dalam sistem yang sangat besar, dapat di identifikasian sejumlah besar subsistem yang dapat dirumuskan berbeda dan saling tumpang tindih. Konsep ini sangat penting mengingat bahwa tindakan sistem adalah hasil dari ketergantungan antarfungsi selain itu subsistem juga memilki unit yang fundamental dan, mendasar untuk analisis sistem.
g.     Mempunyai suprasistem.
Ciri yang ke-tujuah dari sistem ialah suprasistem. Pada dasarnya semua sistem yang dianalisis memiliki subsistem-subsistem maka sesungguhnya semua iyu adalah subsistem yang lebih besar dan lebih komplekss, sepertihalnya sekolahan, yang mana sekolahan itu adalah subsistem dari negara. Selanjutnya lingkungan sistem itu dapat dibuat lebih penting dalam artian di dalam sistem  ini terdapat suptrasistem yang mana sistem tersebut saling terkait bagiannya. Oleh karena itu adajuga sistem yang sedang dibicarakan harus berkaitan secara fungsional sebagai subsistem yang lebih besar atau suprasistem.[10]
Dalam buku karangan Tatang (2012:218) mengemukakan bahwa ciri-ciri sistem terdiri dari 1) tujuan, 2) fungsi-fungsi yang diperlukan, 3) komponen-komponen, 4) interaksi atau saling berhubungan, 5) penggabungan yang menimbulkan jalinan paduan, 6) proses transformasi, 7) umpan balik untuk koreksi, 8) daerah batasan dan lingkungan.[11]
4.      Ciri-ciri Sistem Terbuka
a.       Masukan dan keluaran
Ciri unik yang pertama dari sistem terbuka adalah sistem terbuka memelihara dirinya sendiri dengan cara bertukar energi dan informasi dengan lingkungannya. Maknanya adalah sistem terbuka ini mempunyai masukan (input) dan keluaran (output). Tindakan sistem terbuka melibatkan transmisi masukan atau stimulus tindakan menjadi keluaran yaitu hasil terminal atau produk. Oleh karena itu sistem terbuka memiliki peran ganda, yaitu memelihara dirinya sendiri dan melayani lingkungannya.
b.      Keadaan yang tetap
Sifat ke dua dari sistem terbuka ini adalah sistem terbuka cenderung memelihara dirinya sendiri dalam keadaan yang tetap. Ini menandakan bahwa sistem terbuka menjaga dirinya sendiri pada tingkat integrasi yang tinggi yang ditandai adanya rasio yang dinamis dari komponen-komponen dan ciri-ciri sistem. Yang dimaksud dengan rasio dinamis adalah kehidupan atau perkembangan eksistensi yang berupaya meningkatkan keteraturan, diferensiasi, variasi, dan komplekssisitas. Sistem terbuka memelihara dirinya sendiri, maksudnya adalah sistem terbuka pada akhirnya akan memilih dan mengontrol pola perkembangannya.
c.       Pengaturan diri
Yang ketiga adalah, sistem terbuka mempunyai sifat mengatur diri sendiri,  yaitu sistem terbuka itu sendiri yang mengatur dan mengontrol kekuatan-kekuatan yang mempengaruhinya.
d.      Ekuifalitas
Ciri ke empat dari sistem terbuka adalah sistem itu menunjukkan ekuifalitas. Ini berarti bahwa sistem terbuka memiliki kapasitas untuk memperoleh hasil yang sama dengan menggunakan cara yang berbeda. Ini berarti suatu sistem hanya dapat melakukan suatu cara untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
e.       Interaksi dinamis
Ciri ke lima dari sistem terbuka ini adalah sistem itu memelihara dirinya melalui interaksi dari berbagai subsistem fungsional. Konsep sistem paling penting dalam mempertimbangkan sistem terbuka karena hasil-hasil sistem terbuka berasal dari kegiatan sistem. Dalam hal sistem terbuka, kegiatan, hubungan,dan adaptasi dari subsistem itu penting dalam kehidupan sistem. Karena jika subsistem tidak berfungsi maka sistem akan mengalamin kesulitan.
f.       Umpan balik
Sifat ke enam dari sistem terbuka adalah sistem terbuka, sebagian fingsinya memelihara keadaan yang tetap melalui umpan balik. Umpan balik adalah proses evaluatif atau pantauan dari sistem terbuka untuk menilai keluaran dan prosesnya. Pemaliharaan keadaan yang tetap ini dilaksanakn ketika sistem telah menerima informasi untuk menilai atau memodofikasi bila perlu.
g.      Pemisahan diri yang prograsif
Ciri ke tujuh dari sistem terbuka ini adalah  semua sistem terbuka menunjukkan pemisahan diri yang progresif. Ini merupakan pemisahan diri yang menjadi suatu fungsi dari subsistem. Proses sistem ini menjamin keefektifan dan integrasi intern sistem dan memberikan kontribusi kepada kemampuan sistem untuk menangani kekuatan-kekuatan yang mempengaruhinya.
h.      Mekanisasi progresif
Ciri ke delapan yang biasanya terdapat dalam sistem terbuka adalah sistem terbuka memiliki mekanisme yang progresif. Artinya adalah dalam sebuah sistem yang terbuka ada pengaturan mengenai proses tertentu yang menjadi aturan yang pasti. Atau dengan kata lain sistem terbuka ini memperhatikan “regularitas” rangsangan tindakan dalam dirinya sendiri dan pada lingkungannya melalui proses. Regulasi homoestatik adalah suatu bentuk mekanisme progresif tetapi konsep yang ke dua ini lebih luas. Regulasi homoestatis biasanya digunakan untuk simpangan-simpangan yang ada di dalam keadaan sistem, sedangkan mekanisme biasanya digunakan untuk semua regulasi, baik yang bersifat normal maupun yang krisis.[12]
5.      Analisis Sistem
Analisis sistem adalah cara berpikir yang didasarkan pada teori umum sistem. Teori umum sistem menurut Boulding adalah kerangka ilmu pengetahuan yang di dalamnya dapat menyajikan suatu struktur teoretis secara sistematis, dimana berbagai disiplin ilmu telah diarahkan. Pada bagian lain, Boulding mengatakan bahwa kebutuhan atas suatu gagasan teoritik yang dewasa ini meningkat. Selain itu ia juga mengatakan bahwa tujuan umum dari sistem di antaranya adalah untuk mengembangkan konsep-konsep teoritik yang bersifat umum agar memungkinkan seorang spesialis dapat berkomunikasi dengan baik dan benar.
Dalam hal yang sama juga Bertalanffy mengemukakan bahwa tujuan umum teori dari sistem itu sendiri di antaranya adalah terdapat kecenderungan mengintegrasikan berbagai ilmu alamiah dan ilmu sosial, pengintegrasian itu nampaknya berpusat pada teori umum sistem, teori-teori di atas mungkin merupakan instrumen paling pentingdalam bidang ilmu nonfisik, mengembangkan prinsip-prnsip untuk menyatukan berbagai ilmu, dan dampak  dari hal-hal tersebut diperlukan berbagai ilmu dalam proses pendidikan.
Karakteristik analisis sistem menurut Quade adalah suatu pendekatan yang sistematis yang dapat membantu pimpinan dalam memilih seperangkat tindakan melalui penelaahan yang menyeluruh dan membandingkan dengan bergadai konsekwensi dari keputusan yang akan diambilnya.
Analisis sistem menurut ortigoza dan Wedemeyer adalah metode untuk mengaplikasikan pendekatan sistem atau teori umum sistem untuk memecahkan berbagai masalah di dalam perencanaan.
Untuk mengaplikasikan pendekatan sistem menurut Quade dan Subrahmanyam, setidaknya ada empat langkah yang harus dilakukan:
1)      Merumuskan tujuan yang ingin dicapai
2)      Mengembangkan berbagai alternatif yang mungkin dapat dilakukan dalam mencapai tujuan
3)      Menentukan kriteria untuk melihat alternatif yang paling baik dari seperangkat alternatif yang diajukan
4)      Memilih alternatif yang terbaik berdasarkan kriteria yang ditetapkan dari seperangkat alternatif yang diajukan tersebut.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat diambil kesimjugan bahwa analisis sistem merupakan suatu metode yang sangat mendasar untuk memahami hubungan sistem dengan lingkungannya. Dalam pengertian umum, analisis sistem adalah pedoman untukberpikir yang di dalamnya menyajikan seperangkat kerja yang dapat digunakan metode analisis yang lainnya.
Penerapan sistem dalam hal ini adalah suatu cara berpikir, tetapi juga sebaliknya analisis sistem juga dapat diterapkan pada bentuk yang sanagt rumit dengan mempergunakan berbagai perhitungan rumus matematika yang paling kompleksjuga sampai pada penggunaan komputer yang canggih juga. Keluwesan sistem untuk berbagai tingkah kerumitan adalah bahwa sistem merupakan metode yang dipergunakan untuk berbagai penarapan dalam memecahkan beberapa masalah.[13]
6.      Perencanaan Pengajaran Sistemis
Suatu model penggunaan pendekatan sistem dalam rangka mengembangkan course design, adalah sebagai berikut:
1)        Identifikasi tugas-tugas
Suatu kegiatan harus dimulailah dulu dengan pembuatan semacam job description secara cermat dan lengkap. Selanjutnya dibentuk peranan-peranan yang harus dilaksanakan sesuai dengan job tersebut, yang menjadi titik tolak dari tugas-tugas tersebut adalah yang akan dikerjakan oleh lulusan.
2)        Analisis tugas
Tugas-tugas yang harus ditetapkan secara dimensional dijabarkan menjadi seperangkat tugas yang lebih terperinci. Setiap dimensi tugas dijabarkan sedemikian rupa yang mencerminkan segala sesuatu yang harus dikerjakan oleh lulusan.
3)        Penetapan kemampuan
Langkah ini sejlan dengan langkah sebelumnya, karena setiap kemampuan setidaknya didasarkan pada kriteria kognitif, efektif dan eksploratoris. Tentu saja kemampuan-kemampuan yang diharapkan itu harus relevan dengan tuntutan kerja yang telah ditentukan.
4)        Spesifikasi pengetahuan, keterampilan dan sikap
Hal-hal tersebut ditampilkan sebagai kriteia kognitif, afektif dan perbuatan. Setiap kemampuan yang dimiliki. Dirinci menjadi pengetahuan apa, sikap-sikap apa dan ketrampilan-ketrampilan apa yang perlu dimiliki oleh lulusan.
5)        Identifikasi kebutuhan pendidikan dan latihan
Langkah ini merupakan analisis kebutuhan pendidikan dan latihan-latihan yang sewajarnya. Maksudnya adalah jenis-jenis pendidikan dalam rangka mengembangkan kemampuan-kemampuan yang ditetapkan, seperti kegiatan belajar teori dan praktik.
6)        Perumusan tujuan
Tujuan-tujuan program atau tujuan pendidikan ini masih bersifat umum, sebagai tujuan kurikuler, dan tujuan instruksional umum.
7)        Kriteria keberhasilan program
Kriteria ini sebagai indikator keberhasilan suatu program. Keberhasilan itu ditandai olek ketercapaian tujuan-tujuan atau kemampuan yang diharapkan. Tujuan-tujuan program dianggap tercapai jika lulusan dapat menunjukkan kemampuan melaksanakan tugas yang telah ditentukan.
8)        Organisasi sumber-sumber belajar
Langkah ini menekankan pada materi pelajaran yang akan disampaikan sehubungan dengan pencapain tujuan kemampuan yang telah ditentukan. Komponen ini juga berisikansumber materi dan objek masyarakat, yang dapat dijadikan sebagai sumber informasi.
9)        Pemilihan strategi pengajaran
Titik berat analisis pada langkah ini adalah penentuan strategi dan metode yang akan digunakan untuk mencapai tujuan kemampuan yang diharapkan.perlu dirancang kegiatan-kegiatan pengajaran dan dalam bentuk kegiatan tatap muka. Kegiatan terstruktur dan kegiatan mendiri serta kegiatan pengalaman lapangan yang relevan dalam bidang yang bersangkutan. Strategi pengajran terpadu dapat menunjang keberhasilan program pengajaran.
10)    Uji lapangan program
Uji coba lapangan yang telah didesain untuk melihat kemungkinan keterlaksanaannya. Melalui uji coba secara sistematik dapat menilai hingga kemungkinan keberhasilan, hasil kesulitan yang ada pada gilirannya memberikan informasi balikan untuk perbaikan program.
11)    Pengukuran reliabilitas program
Pengukuran ini sejalan dengan pelaksanaan uji coba program di lapangan. Berdasarkan pengukuran itu dapat dicek sejauh mana efektivitas program, validasi dan reliabilitas alat ukur dan efektivitas sistem instruksional. Informasi pengukuran dapat dijadikan umpan balik untuk perbaikan dan penyesuaian program.
12)    Perbaikan dan penyesuaian program
Langkah ini merupakan tindak lanjut setelah dilaksanakna uji coba dan pengukuran. Perbaikan dan adaptasi program barangkali diperlukan guna menjamin konsistensi koherensi dan monitorng sistem.
13)    Pelaksannan program
Pada tingkat ini perlu dirancang dan dianalisis langkah-langkah yang perlu ditempuh dalam rtangka pelaksanaan program. Langkah ini didasari oleh asumsi, bahwa rancangan program yang telah didesain secara cermat dan telah diuji coba serta perbaikan dapat dipublikasikan dan dilaksanakan dalam sampel yang lebih luas.
14)    Monitoring program
Sepanjang pelaksanaan program diadakan monotoring secara terus dan berkala untuk menghimpun informasi tentang pelaksanaan program. Kegiatan monotoring hendaknya didesain secara analisis. Mungkin selama pelaksanaan masih terdapat aspek-aspek yang perlu diperbaiki dan diadaptasikan. Dengan demikian diharapkan pada akhirnya dikembangkan suatu program yang benar-benar sinkron dengan kebutuhan lapangan dan memiliki kemampuan beradaptasi.[14]
B.       Pembelajaran yang Efektif
1.      Definisi Belajar
Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Noehi Nasution, dan kawan-kawan memandang belajar bukanlah suatu aktivitas  yang berdiri sendiri. Mereka berkesinambungan, ada unsur-unsur lain yang ikut terlibat langsung di dalamnya, yaitu raw input, learning teaching process, output, enviromental input, dan instrumental input. Masukan mentah (raw input), merupakan bahan pengalaman belajar tertentu dalam proses belajar mengajar (learning teaching process) dengan harapan dapat berubah menjadi keluaran atau lulusan (output) dengan kualifikasi tertentu. Di dalam proses belajar mengajar itu ikut berpengaruh sejumlah faktor lingkungan, yang merupakan masukan dari lingkungan (environmental input) dan sejumlah faktor instrumental (instrumental input) yang dengan sengaja dirancang dan dimanijugasikan guna menunjang tercapainya keluaran atau lulusan yang dikehendaki.[15]  Seiring banyaknya pendapat mengenai belajar, dalam hal ini akan diungkapkan pengertian belajar dari para ahli, di antaranya:
1.      Harold Spears menyatakan bahwa learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction. Definisi menurut Harold lebih menekankan pada aspek aktivitas-aktivitas yang dilakukan seseorang ketika belajar.
2.      Gagne dan Briggs dalam buku yang berjudul Principles of Instructional Design mendifinisikan bahwa belajar sebagai suatu proses kognitif yang mentransformasikan stimulasi dari lingkungan ke dalam beberapa fase pemprosesan informasi yang dibutuhkan untuk memperoleh suatu kapabilitas yang baru. Definisi ini lebih menekankan pada aspek proses kognitif.
3.      Sumadi Suryabrata menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses yang mempunyai tiga ciri: pertama, proses tersebut membawa perubahan (baik aktual maupun potensial). Kedua, perubahan pokok tersebut ialah didapatkannya kecakapan baru, dan Ketiga, perubahan itu terjadi apabila karena usaha. Definisi ini menekankan pada hasil belajar yang berupa perubahan pada diri seseorang.
Dapat disimpulkan bahwa belajar adalah sebuah proses yang menjadikan seseorang untuk mendapatkan keterampilan, pengetahuan, sikap yang baru. Dalam proses belajar melibatkan proses mental internal yang terjadi berdasarkan pelatihan, pengalaman, serta interaksi sosial. Hasil dari belajar itu sendiri ditunjukkan dengan perubahan perilaku seseorang. Dan perubahan yang terjadi tersebut bersifat relatif dan permanen.
2.      Pengertian Pembelajaran
Istilah pembelajaran berasal dari bahasa inggris “insntruction” yang dapat dimaknai sebagai usaha yang bertujuan untuk membentuk seseorang dalam hal belajar. Adapu definisi pembelajaran menurut para ahli:
1.      Gagne mendefinisikan bahwa pembelajaran adalah serangkaian proses yang disusun untuk memdukung kegiatan belajar.
2.      Miarso mendefinisikan pembelajaran adalah suatu usaha yang disengaja, bertujuan dan terjadi perubahan yang menetap pada diri orang lain. Usaha tersebut dilakukan oleh seseorang atau sekelompok yang memiliki kemampuan dalam merancang atau mengembangkan sumber belajar yang diperlukan.
3.      Walter Dick mendefinisikan pembelajaran sebagai intervensi yang dilaksanakan untuk tujuan tertentu, bahan, atau prosedur yang ditargetkan pada pencapaian tujuan itu sendiri.
Dari uraian di atas tampak jelas bahwa pembelajaran tidak menitikberatkan “pada apa yang dipelajari” melainkan “pada pembuatan pembelajaran sehingga mengalami proses belajar”. Komponen-komponen pembelajaran ada dua yaitu: merancang tujuan pembelajaran dan mengidentifikasi peristiwa pembelajaran yang tepat untuk tujuan yang telah ditentukan.
Dalam kehidupan sehari-hari pembelajaran kerap kali disamakan dengan pengajaran, padahal pada dasarnya keduanya sangatlah berbeda. Pembelajaran berasal dari kata “belajar” sedangkan pengajaran berasal dari kata “mengajar”. Istilah belajar lebih fokus pada proses belajar yang terjadi pada diri sang pembelajar, sedangkan istilah mengajar berorientasi pada proses mengajar yang dilakukan oleh guru.
3.      Bentuk-bentuk Belajar
Menurut Muhibbin Syah (2005) bentuk-bentuk belajar yang umum dijumpai dalam proses pembelajaran antara lain adalah :
1.      Belajar abstrak
 Belajar abstrak ialah belajar yang menggunakan cara-cara berpikir abstrak. Adapun tujuan dari pembelajaran ini adalah untuk memperoleh pemahaman dan pemecahan masalah-masalah yang tidak nyata. Dalam mempelajari hal-hal yang abstrak diperlukan peranan akal yang kuat di samping penguasaan atas prinsip, konsep, dan generalisasi. Termasuk dalam jenis ini misalnya belajar matematika, kimia, kosmografi, astronomi, dan juga sebagian materi bidang studi agama seperti tauhid.
2.      Belajar keterampilan
Belajar keterampilan adalah belajar dengan menggunakan gerakan-gerakan motorik yakni yang berhubungan dengan urat-urat syaraf.  Tujuannya adalah memperoleh dan menguasai keterampilan jasmaniah tertentu. Dalam belajar jenis ini latihan-latihan intensif dan teratur sangat diperlukan. Termasuk belajar dalam jenis ini misalnya belajar olahraga, musik, menari, melukis, service alat elektronik, dan juga sebagian materi pelajaran agama, seperti gerakan shalat dan tata cara ibadah haji.
3.      Belajar sosial
Belajar sosial pada dasarnya adalah belajar memahami masalah-masalah dan teknik-teknik untuk memecahkan masalah tersebut. Tujuannya adalah untuk menguasai pemahaman dan kecakapan dalam memecahkan masalah-masalah sosial seperti masalah keluarga, masalah persahabatan, masalah kelompok, dan masalah lain yang bersifat kemasyarakatan.
4.      Belajar pemecahan masalah (problem solving)
Belajar pemecahan masalah pada dasarnya adalah belajar menggunakan metode lmiah atau berpikir secara sistematis, logis, teratur, dan teliti. Tujuannya ialah utuk memperoleh kemampuan dan kecakapan kognitif untuk memecahkan masalah secara rasional, lugas, dan tuntas. Untuk keperluan ini, guru sangat dianjurkan menggunakan model dan strategi mengajar yang berorientasi pada cara pemecahan masalah.
5.      Belajar rasional
Belajar rasional ialah belajar dengan menggunakan kemampuan berpikir secara logis dan sistematis. Tujuannya ialah untuk memperoleh berbagai kecakapan menggunakan prinsip-prinsip dan konsep-konsep.
6.      Belajar kebiasaan
Belajar kebiasaan adalah proses pembentukan kebiasaan-kebiasaan baru atau perbaikan kebiasaan-kebiasaan yang telah ada. Belajar kebiasaan biasanya menggunakan perintah, suri tauladan, pengalaman khusus, dan juga menggunakan hukuman dan ganjaran. Tujuannya agar siswa memperoleh sikap-sikapdan kebiasaan-kebiasaan baru yang lebih tepat dan positif dalam arti selaras secara kontekstual, serta selaras dengan norma dan tata nilai moral yang berlaku.
7.      Belajar apresiasi
Belajar apresiasi adalah belajar mempertimbangkan arti penting atau nilai suatu objek. Tujuannya adalah agar siswa memperoleh dan mengembangkan kecakapan ranah afektif yang dalam hal ini kemampuan menghargai secara tepat terhadap nilai objek tertentu, misalnya apresiasi sastra, apresiasi musik, dan lain sebagainya. Bentuk belajar ini biasanya diterapkan dalam bidang studi bahasa dan sastra, kerajnan tangan, kesenian, dan menggambar, juga seni baca al-Qur’an.
8.      Belajar pengetahuan
Belajar pengetahuan ialah belajar dengan cara melakukan penyelidikan mendalam terhadap objek pengetahuan tertentu. Tujuannya ialah agar sswa memperoleh atau menambah informasi dan pemahaman terhadap pengetahuan tertentu yang biasanya lebih rumit dan memerlukan kiat khusus dalam mempelajarinya, misalnya dengan menggunakan alat-alat laboratorium dan penelitian lapangan.[16] 
4.      Indikator Keberhasilan Pembelajaran
Pembelajaran dapat dikatakan berhasil apabila telah mencapai hasil yang diharapkan. Hasil pembelajaran berbeda dengan dengan hasil belajar, karena hasil pembelajaran lebih terfokus dengan pembelajarannya, sedangkan hasil belajar adalah salah satu aspek dari hasil pembelajaran .
Hasil pembelajaran dapat di kelompokkan menjadi tiga:
a.       Efektivitas pembelajaran
Diukur dari tingkat prestasi yang telah dicapai siswa. Prestasi tersebut bermacam-macam mulai dari pengetahuan generik seperti memecahkan masalah, mampu berpikir logis, sampai pengetahuan yang sifatnya spesifik.
b.      Efisiensi pembelajaran
Dapat diukur dari efiktivitas perbandingan waktu yang digunakan siswa, biaya yang dikeluarkan untuk mengembangkan pembelajaran, dll.
c.       Daya tarik pembelajaran
Kerap kali diukur dari kecenderungan siswa untuk belajar secara terus menerus.[17]
5.      Pembelajaran yang Efektif dan Efisien
Pembelajaran yang efektif adalah proses pembelajaran yang mampu memberikan nilai tambah atau informasi baru bagi siswa.  Pembelajaran dikatakan efektif jika pembelajaran tersebut mampu memberikan atau menambah informasi atau pengetahuan baru bagi siswa. Misalnya sebelum pembelajaran siswa belum bisa membaca dan belum mengetahui jumlah malaikat dan Rasul yang wajib diimani, setelah proses pembelajaran siswa akhirnya mampu membaca dan mengetahui jumlah malaikat dan Rasul yang wajib diimani oleh umat islam. Sedangkan pembelajaran yang efisien adalah pembelajaran yang menyenangkan, menggairahkan, dan mampu memberikan motivasi bagi siswa dalam belajar. Pada hakikatnya materi pelajaran tidak ada yang sulit atau mudah, akan tetapi karena suasana pembelajaran yang menakutkan, mencekam, mencemaskan bagi siswa akhirnya materi seakan-akan terasa atau dianggap sulit oleh siswa. Atau bahkan sering dijumpai suasana kelas yang sangat horor atau menakutkan karena gurunya yang sangat galak atau sangat keras ketika menghadapi siswa yang kemampuan menyerap pelajarannya kurang atau di bawah rata-rata atau orang biasa menyebut memiliki IQ tinggi.
Guru dan proses pembelajaran merupakan dua hal yang memiliki keterkaitan sangat erat dan mutlak. Artinya guru akan lebih memiliki makna secara edukatif jika guru itu mampu melakukan proses pembelajaran yang baik, tepat, akurat, serta relevan dengan fungsi dan prinsip pendidikan. Untuk mewujudkan idealisme pendidikan itu tidak cukup diimbangi dengan pembelajaran yang efektif, melainkan perlu pembelajaran yang efisien. Sebagian besar siswa ada yang memiliki kebencian kepada salah satu mata pelajaran tertentu karena mata pelajaran yang dianggapnya sangat sulit dan begitu menakutkan. Entah karena dari faktor guru maupun faktor siswa yang malas untuk berusaha untuk bisa memahami materi pelajaran yang sedang dihadapinya. Atau karena gara-gara pembicaraan dari kakak kelas atau teman yang memberi informasi kepada siswa tersebut kalau materi pelajaran tersebut sulit, secara tidak langsung hal itu membuat greget atau semangat  siswa menurun. Jika sang guru tidak dapat mendekati siswa yang kurang greget, maka siswa tersebut selamanya akan pasrah.[18]
      Menurut Wotruba dan Wright mengidentifikasi 7 indikator yang menunjukkan pembelajaran yang efektif :
1)      Pengorganisasian materi yang baik, terdiri dari :
a)      Perincian materi.
b)      Urutan materi dari mudah ke yang ke suakar.
c)      Kaitannya dengan tujuan.
2)      Komunikasi yang efektif mencakup penyajian yang jelas, kelancaran berbicara, interpretasi gagasan abstrak dengan contoh-contoh, kemampuan bicara yang baik, dan kemampuan untuk mendengar.
3)      Penguasaan dan antusiasme terhadap materi pembelajaran untuk mengetahui sejjauh mana guru mengetahui materi dengan baik, dapat dilihat melalui pemilihan buku-buku dan bacaan, penentuan topik pembahasan, pembuatan ikhtisar, pembuatan bahan sajian dan yang dapat dilihat jelas adalah bagaimana guru dapat dengan tepat menjawab pertanyaan dari siswanya.
4)      Sikap positif terhadap siswa.
Menurut Wotruba dan Wright sikap positif terhadap siswa dapat dicerminkan dalam beberapa cara :
a)      Apakah guru memberi bantuan, jika siswanya mengalami kesulitan dalam memahami materi yang diberikan?
b)      Apakah guru mendorong para siswanya untuk mengajukan peranyaan atau memberi pendapat?
c)      Apakah guru dapat dihubungi oleh siswanya di luar pelajaran?
d)     Apakah guru menyadari dan peduli dengan apa yang dipelajari oleh siswanya?
5)      Pemberian nilai yang adil, tercermin dari adanya :
a)      Kesesuaian soal tes dengan materi yang diajarkan.
b)      Sikap konsisten terhadap pencapaian tujuan pelajaran.
c)      Usaha yang dilakukan siswa untuk mencapai tujuan.
d)     Kejujuran siswa dalam memperoleh nilai.
e)      Pemberian umpan balik terhadap hasil pekerjaan siswa.
6)      Keluwesan dalam pendekatan pembelajaran
Pendekatan yang luwes dalam pembelajaran dapat tercermin dengan adanya kesempatan waktu yang berbeda diberikan kepada siswa yang memang mempunyai kemampuan yang berbeda. Siswa yang mempunyai kemampuan rendah diberi kesempatan untuk memperoleh tambahan waktu dalam kegiatan remedial. Sebaliknya, siswa yang berkemampuan di atas rata-rata diberikan kegiatan pengayaan.
7)      Hasil belajar siswa yang baik
Kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil belajar adalah dengan menetapkan indikator dikaitkan dengan prestasi yang diukur.[19]
Kunci dari pembelajaran yang efektif terletak pada guru. Ernest Boyer menyatakan bahwa terdapat tiga ciri guru yang efektif:
a.       Mampu menggunakan bahasa yang baik, tepat dan berkomunikasi dengan baik.
b.       Mengetahui pengetahuan yang memadai
c.       Mampu membuat hubungan antara informasi terbaru dengan mata pelajaran yang sedang diajarkan.
Sedangkan Borich menyimpulkan empat karakteristik dari guru yang efektif:
a.       Kejelasan pengajaran
Dalam hal ini sejauh manakah pemahaman dari para siswa mengenai mata pelajaran yang telah di sampaikan oleh gurunya tersebut. Oleh karena itu, guru hendaknya menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh para siswanya.
b.      Variasi pembelajaran
Teknik belajar yang digunakan oleh guru haruslah fleksibel. Menggunakan metode yang bervariasi sehingga tidak terjadi pembelajaran yang cenderung monoton.
c.       Berorientasi pada tugas dan pelibatan proses belajar
Jika selama proses belajar hanya didominasi oleh guru tanpa melibatkan partisipasi dari siswa maka hal terdebut akan menghambat peningkatan prestasi siswa
d.       Keberhasilan siswa
Maksudnya adalah tingkat pemahaman dari siswa dan mampu mengerjakan tugas dengan benar. Pembelajaran yang efektif memungkinkan siswa untuk mencapai prestasi belajar[20]
Adapun teknik belajar yang efektif yang dapat kita lakukan yaitu dengan cara:
a.       Menyimak
Dalam proses pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas terkadang guru hanya menjelaskan poin-poin yang akan dibahas secara garis besar. Hal ini tentunya menunutut kita untuk fokus dalam menyimak setiap ucapan guru tersebut, karena bisa jadi yang diucapkan guru tersebut inti dari permasalahan.
Adapun hal-hal yang perlu kita lakukan agar fokus terhadap materi yang disampaikan oleh guru bersangkutan, antara lain:
1.      Mencatat pokok bahasan yang akan disampaikan oleh guru. Karena hal ini akan membuka wawasan atau membangun peta pikiran atau bayangan dan pengetahuan bagi kita.
2.      Bertanya apabila saat guru menjelaskan kita kurang paham
3.      Memusatkan pikiran kita terhadap materi yang sedang dijelaskan oleh guru
4.      Membuat catatan-catatan kecil di tepi atas buku kita
5.      Jangan hanya terpacu dengan buku yang sudah ada, bukalah wawasan dengan membaca informasi dari literatur yang lain.
6.      Setelah sampai dirumah baca kembali materi yang telah disampaikan oleh guru.
7.      Berusaha membuat contoh yang serupa dengan apa yang dijelaskan oleh guru saat di sekolah.
b.      Membaca
Membaca adalah jendela dunia, dengan membaca maka akan menambah wawasan kita. Adapun hal-hal yang harus kita ketahui mengenai ketrampilan membaca:
1.      Menentukan tujuan membaca
2.      Mengrnal bahan bacaan
3.      Mengenal teknik membaca
4.      Konsentrasi
c.       Mencatat
Catatan yang dimaksud bukanlah catatan yang berada dalam kelas akan tetapi catatan yang kita buat sendiri berasalkan dari internet, majalah, surat kabar, maupun buku terkait yang sesuai dengan topik. Adapun hal-hal yang perli kita ketahui dalam mencatat:
1.      Catatan berupa garis besar
2.      Membuat peta pikiran
3.      Catatan tulis susun (TS)[21]
6.    Faktor yang mempengaruhi hasil belajar
secara global faktor yang mempengaruhi dibedakan menjadi tiga macam :
1)      Faktor internal, yakni keadaan jasmani dan rohani siswa.
2)      Faktor eksternal, yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa.
3)      Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran.[22]
7.    Prinsip-prinsip belajar pada pembelajaran efektif
Di bawah ini adalah prinsip-prinsip atau implikasinya dalam pembelajaran efektif :
1.      Perhatian
Siswa dituntut untuk memberikan perhatian terhadap semua rangsangan yang mengarah untuk mencapai tujuan belajar. Adanya tuntutan untuk selalu memberikan perhatian, menyebabkan siswa harus menciptakan atau mmbangkitkan perhatiannya kepada segala pesan yang dipelajarinya. Pesan tersebut dapat berupa suara, warna, bentuk, dan rangsangan lainnya yang dapat ditangkap oleh panca indera. Perhaian bersifat sementara dan ada hubungannya dengan minat. Peranan perhatian sangat penting dimiliki oleh siswa karena dari kajian dan teori belajar pengolahan infoemasi terungkap bahwa tanpa adanya perhatian dari siswa tidak mungkin terjadi belajar, ini pendapat Gage dan Berliner. Perhatian terhadap materi pelajaran akan timbul pada siswa jika materi yang disajikan sesuai dengan kebutuhannya, seperti untuk belajar lebih lanjut atau diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam proses pembelajaran terdapat dua macam tipe perhatian, yaitu (1) terkonsentrasi, (2) tidak terkonsentrasi. Adapun yang dimaksud dengan perhatian terpusat(konsentrasi) adalah perhatian yang hanya tertuju pada satu objek saja. Adapun upaya yang dapat dilakukan oleh guru agar perhatian sswa terkonsentrasi antara lain adalah penggunaan alat peraga atau media dalam menyampaikan materi atau variasi metode mengajar, sehingga siswa tidak jenuh dan konsentrasinya tidak mudah terpecahkan.  Sedangkan perhatian terbagi (tidak konsentrasi) adalah perhatian yang tertuju kepada berbagai hal atau objek secara sekaligus.
2.      Motivasi
Sebelum mengetahui apa makna motivasi, tidak ada salahnya jika kita mengetahui perbedaan istilah antara motif dan motivasi. Motif adalah daya dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu atau keadaan seseorang yang menyebabkan kesiapannya untuk memulai serangkaian perbuatan. Sedangkan motivasi adalah suatu kekuatan (power) atau tenaga (forces) atau daya (energi) atau suatu keadaan yang komplekss dan kesiapsediaan dalam diri individu untuk bergerak menuju arah tujuan tertentu. Adapun motivasi terbagi menjadi dua yaitu : motivasi yang berasal dari dalam diri sendiri (intrinsik), dan motivasi dari luar (ekstrinsik). 
3.      Keaktivan
Seorang anak pada dasarnya sudah memiliki keinginan untuk berbuat dan mencari sesuatu yang sesuai dengan aspirasinya, demikian halnya dengan belajar. Belajar hanya memungkinkan terjadi apabila siswa aktif dan mengalaminya sendiri. John dewey mengemukakan belajar adalah menyangkut apa yang harus dikerjakan siswa untuk dirinya sendiri, peran guru sekadar sebagai pembimbing dan pengarah.
4.      Keterlibatan langsung atau pengalaman
Edgar dale mengungkapkan bahwa belajar yang  paling baik melalui pengalaman langsung. Dalam belajar, siswa tidak hanya mengamati, tetapi harus menghayati, terlibat langsung dan bertanggung jawab terhadap proses dan hasilnya. Sebagai contoh, siswa yang tidak belajar tentang proses terjadinya hujan, akan lebih efektif apabila ia terlibat langsung dalam demonstrasi terjadinya hujan (direct performance), bukan hanya sekadar melihat (seeing), apalagi hanya sekadar mendengarkan.
5.      Pengulangan
Pengulangan merupakan prinsip belajar yang berpedoman pada pepatah “latihan menjadikan sempurna”. Dengan pengulangan, maka daya-daya yang ada pada individu seperti mengamati, memegang, mengingat, mengkhayal, merasakan, dan berpikir akan berkembang. Metode drill adalah bentuk belajar yang menerapkan prinsip pengulangan.
6.      Tantangan
Teori madan yang dilakukan oleh kurt Lewin mengatakan bahwa sesungguhnya seorang siswa yang sedang belajar berada dalam suatu medan lapangan psikologis. Siswa menghadapi tujuan yang harus dicapai, tetapi untuk mencapaina selalu ada hambatan yang harus dihadapi, tetapi ada motif yang mengatasi hambatan tersebut, sehingga tujuan dapat tercapai, begitu seterusnya. Agar siswa dapat mengatasi hambatan, maka belajar harus dapat menimbulkan motivasi siswa untuk dapat mengatasi hambatan tersebut.

7.      Pengulangan atau penguatan
Dalam belajar, siswa akan lebih bersemangat apabila mengetahui akan mendapat hail (balikan) yang menyenangkan. Namun dorongan belajar menurut B.F. Skinner bukan hanya yang menyenangkan, tetapi juga yang tidak menyenangkan atau dengan kata lain penguatan positif (operant conditioning) dan negatif (escape conditioning) dapat memperkuat belajar.
8.      Perbedaan individual
Perbedaan individual berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa. Dengan demikian perbedaan ini perlu diperhatikan oleh seorang guru. Pemberian bimbingan kepada siswa harus memperhatikan kemampuan dan karakteristik setiap siswa. Pembelajaran dengan sistem klasikal kurang memperhatikan perbedaan individual, namun hal ini dapat diatasi dengan cara antara lain, yaitu penggunaan metode atau strategi yang bervariasi, penggunaan media instruksional akan membantu melayani peredaan siswa dalam belajar.[23]
8. Pengelolaan Kelas yang Efektif
            Istilah pengelolaan kelas menurut suharsimi (1988:67) yaitu suatu usaha yang dilaksanakan penanggung jawab kegiatan belajar mengajar atau yang membantunya dengan maksud agar tercapai suatu kondisi optimal sehingga terlaksana kegiatan belajar mengajar dapat dicapai seperti yang diharapkan. Pengelolaan kelas yang efektif sangat dibutuhkan dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Kelas yang efektif, guru tidak mengajar siswa tetapi guru membelajarkan siswa. Untuk memahami istilah tersebut perlu dipaparkan pengertian mengajar dan belajar terlebih dahulu. Mengajar dapat diartikan suatu proses yang dilakukan oleh guru untuk mengembangkan kemampuan intelektual siswanya. Dalam mengajar lebih pada pengembangan aspek kognitif, sedangkan aspek afektif dan psikomotorik kurang mendapat perhatian. Dengan demikian pembelajaran berarti suatu proses yang mengusahakan agar terjadi perubahan pada diri individu baik aspek kognitif, afektif, maupun aspek psikomotoriknya atas kehendak sendiri. Dari definisi ini menunjukkan dalam proses pembelajaran yang aktif adalah ssiswanya, sedangkan guru hanya sebagai fasilitator.

BAB III
PENUTUP
A.    Simpulan
Sistem adalah hubungan antara satu komponen dengan komponen yang lain, saling berkaitan, saling bergantung, berinterdependensi, dimana jika satu rusak yang lain juga ikut rusak.
Ciri-ciri umum sebuah sistem adalah sebagai berikut:
a.       Cenderung ke arah entropi lamban, menua, mati
b.      Hadir dalam ruang dan waktu yang tidak bisa dihentikan
c.       Mempunyaibatas-batas yang dapatberubah
d.      Mempunyai lingkungan proksimal dan distal
e.       Mempunyai variabel dan parameter
f.       Mempunyaisubsistem
g.      Mempunyaisuprasistem.
Pembelajaran yang efektif adalah proses pembelajaran yang mampu memberikan nilai tambah atau informasi baru bagi siswa. Sedangkan pembelajaran yang efisien adalah pembelajaran yang menyenangkan, menggairahkan, dan mampu memberikan motivasi bagi siswa dalam belajar.  Adapun pembelajaran yang efektif yaitu :
a.       Membaca
b.      Menyimak
c.       Mencatat
B.     Saran
Kami menyadari banyak kekurangan dari makalah kami, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan karya-karya kami yang lebih baik ke depannya.



Daftar Pustaka

A.H. Kahar Utsman&Nadhirin,2008, Perencanaan Pendidikan, Kudus, Nora
Endang Soenarya, 2000, Pengantar Teori Perencanaan Pendidikan Berdasarkan Pendekatan Sistem,Yogyakarta, Adicita Karya Nusa
Hamalik Oemar, 2005, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem,Jakarta, Bumi Aksara
Hamzah B. Uno,2006,Perencanaan Pembelajaran,Jakarta, PT Bumi Aksara
Hamzah B. Uno dan Nurdin Mohamad,2014,Belajar Dengan Pendekatan PAILKEM,jakarta,Bumi Aksara
Muhibbin Syah, 2013,psikologi pendidikan dengan pendekatan baru, Bandung , PT Remaja Rosdakarya
Nana Sudjana dan Eddy Susanta, 1989, Pendekatan Sistem Bagi Administrator Pendidikan (Konsep Penerapannya), Bandung : C.V sinar Baru
Nyayu Khodijah,2014, Psikologi Pendidikan,Jakarta, PT Raja Gravindo
Paryati Sudarman,2004, Belajar Efektif Di Perguruan Tinggi,Bandung, Simbiosa Rekatama Media
Tatang, 2012, Ilmu Pendidikan, Bandung, Pustaka Setia
Saekhan Muchith,2008, Pembelajaran Konstektual, ,Semarang, Rasail
Syaiful bahri djamarah, 2002, psikologi belajar, Jakarta, PT Rineka Cipta



[1]Nana Sudjana dan Eddy Susanta, Pendekatan Sistem Bagi Administrator Pendidikan (Konsep Penerapannya), C.V sinar Baru, Bandung: 1989, hal 23
[2] Tatang, Ilmu Pendidikan, Pustaka Setia, Bandung:2012, hal 217
[3] Hamzah B. Uno, Perencanaan Pembelajaran,PT Bumi Aksara, Jakarta: 2006, hal 11
[4]A.H. Kahar Utsman&Nadhirin,Perencanaan Pendidikan,Nora,Kudus:2008,hal 43
[5]Endang Soenarya, Pengantar Teori Perencanaan Pendidikan Berdasarkan Pendekatan Sistem, Adicita Karya Nusa, Yogyakarta:2000,hal83
[6]Endang Soenarya, Ibid, hal 13
[7]Hamzah B. Uno, hal 13
[8]Saekhan Muchith,Pembelajaran Konstektual,Rasail,Semarang:2008,hal17
[9]Hamzah B. Uno, hal 12
[10]Nana Sudjana dan Eddy Susanta, hal 28
[11] Tatang, hal 218
[12] Nana Sudjana dan Eddy Susanta, hal 35-43
[13]Kahar Utsman dan Nadhirin, hal 52-58
[14] Hamalik Oemar, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, Bumi Aksara, Jakarta: 2005, hal 62-64
[15]Syaiful bahri djamarah, psikologi belajar, PT Rineka Cipta, Jakarta, 2002, hal. 141-142
[16]Nyayu Khodijah,Psikologi Pendidikan,PT Raja Gravindo,Jakarta:2014,hal 53-56
[17]Ibid, hal 179-182

[18]Saekhan muhith, loc. Cit  hal. 6-9
[19]Hamzah B. Uno dan Nurdin Mohamad,Belajar Dengan Pendekatan PAILKEM,Bumi Aksara,jakarta::2014,hal 171-191
[20]Op.cit hal 179-182
[21]Paryati Sudarman,Belajar Efektif Di Perguruan Tinggi,Simbiosa Rekatama Media,Bandung:2004,hal 91-104

[22]Muhibbin Syah, psikologi pendidikan dengan pendekatan baru, PT Remaja Rosdakarya, Bandung : 2013, hal 129

[23]Loc. Cit hal. 191-197

Tidak ada komentar:

Posting Komentar