Rabu, 24 Desember 2014

KONSEP PENDIDIKAN SEPANJANG HAYAT



Pendidikan telah berlangsung sejak awal peradaban dan budaya manusia. Bentuk dan cara pendidikan itu telah mengalami perubahan, sesuai dengan perubahan zaman dan tuntutan kebutuhan. Pada awal peradaban, para orang tua bersama kelompoknya bertanggung jawab dalam mendidik anak-anak mereka sehingga mencapai kedewasaan. Bila orang tuanya hidup dengan bertani , maka anak-anaknya pun diajar bertani melalui pengalaman langsung. Demikian juga jika orang tuanya berdagang, maka anaknya pun diajar berdagang. Pada masa itu belum ada program pendidikan yang dilaksanakan di luar lingkungan keluarga atau kelompok oleh orang-orang di luar keluarga/kelompok, atau pendidikan yang terstruktur sampai pada dimana pendidikan yang dilaksanakan telah berhasil mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan.
Pendidikan adalah sesuatu yang universal dan berlangsung terus tak terputus dari generasi ke generasi di manapun di dunia ini. Upaya memanusiakan manusia melalui pendidikan itu diselenggarakan sesuai tujuan pendidikan dengan pandangan hidup dan dalam latar sosial kebudayaan setiap masyarakat tertentu, termasuk di Indonesia. Tujuan dapat tercapai dengan melakukan proses pendidikan, yaitu kegiatan yang memobilisasi setiap komponen pendidikan oleh pendidik terarah kepada pencapaian tujuan. Yang menjadi tujuan utama pengelolaan proses pendidikan yaitu terjadinya proses belajar dan pengalaman belajar yang optimal.
Pendidikan islam mengajarkan setiap manusia umumnya dan umat islam khususnya untuk mencapai dan mewujudkan sebuah tujuan yang sesungguhnya yaitu untuk selalu taat dan mengabdi kepada Allah Swt. Tujuan ini merupakan dasar yang paling utama sebagai bentuk pengabdian seorang hamba kepada Tuhannya. Pendidikan Islam adalah pendidikan yang bertujuan untuk membentuk pribadi muslim seutuhnya, mengembangkan seluruh potensi manusia baik yang berbentuk jasmaniyah maupun rohaniyah, menumbuh suburkan hubungan yang harmonis setiap pribadi manusia dengan Allah, manusia dan Alam semesta.
Konsep Pendidikan Islam bermuara dalam dasar, tujuan, aspek-aspek serta realisasi sebagai bukti atas teori yang harus dibuktikan. Mewujudkan manusia yang beriman dan bertaqwa merupakan satu-satunya tujuan akhir yang dimaksudkan kepada seluruh manusia, Karena pada hakikatnya seluruh alam yang diciptakan ini sebagai alat dan sarana bagi manusia untuk membina dan membentuk diri menjadi manusia yang bertanggung jawab atas amanah yang diberikan.
Keberadaan manusia di atas permukaan bumi ini merupakan satu bukti kekuasaan Allah, oleh karenanya pendidikan islam menuntun untuk menjadikan setiap insan manusia menjadi manusia yang sesungguhnya yaitu manusia yang selalu beriman dan bertaqwa kepada Allah dengan pencapaian kehidupan yang bahagia baik di dunia dan akhirat. Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah SWT yang paling sempurna daripada yang lainnya. Tetapi di dalam kesempurnaannya itu ia harus berani melawan berbagai hal yang akan di hadapinya baik itu tantangan yang ada di dunia maupun di akhirat nantinya. Ia hidup di dunia dalah satunya di takdirkan untuk bersosialisasi dengan makhluk ciptaan Allah SWT yang lainnya. Baik itu sesama manusia, hewan dan yang lainnya meskipun itu banyak godaan dari makhlik tersebut. Karena dari makhluk yang diciptakan itu mempunyai sifat yang berbeda-beda ada yang baik, buruk, dll. Dari sifat maupun yang lainnya. Hal diatas merupakan maksud yang secara umum dan selanjutnya maksud yang secara khususnya yaitu long education (pendidikan seumur hidup).
 Pendidikan seumur hidup yang secara operasional sering pula disebut "pendidikan sepanjang raga" bukanlah sesuatu yang baru. Sebagai konsep yang lebih ilmiah dan sekaligus sebagai gerakan global yang merambah ke berbagai negara. Pada zaman Nabi Muhammad SAW 14 abad yang lampau, ide dan konsep itu telah disiarkannya dalam bentuk suatu imbauan; Tuntutlah Ilmu mulai sejak di buaian hingga ke liang lahat. Dalam kenyataan hidup sehari-hari dari dahulu sudah dapat dilihat bahwa pada hakikatnya orang belajar sepanjang hidup, meskipun dengan cara yang berbeda dan melalui proses yang tidak sama. Pendeknya tidak ada batas usia yang menunjukkan tidak mungkinnya dan tidak dapatnya orang belajar.
Jika seorang petani tua berusaha mencari tahu mengenai cara-cara baru dalam bercocok tanam, pemberantasan hama dan pemasaran hasil yang lebih menguntungkan, itu adalah pertanda bahwa belajar itu tidak dibatasi oleh usia. Hal yang semacam tidak terkecuali juga berlaku pada pedagang, pengrajin, seniman, pendakwah dan lain-lain, lebih-lebih guru. Dorongan belajar sepanjang hayat itu terjadi karena dirasakan sebagai kebutuhan. Setiap orang merasa butuh untuk mempertahankan hidup, dan kehidupannya dalam menghadapi dorongan-dorongan dari dalam dan tantangan alam sekitar, yang selalu berubah. Sepanjang hidupnya manusia memang tidak pernah berada di dalam suatu vakum. Mereka dituntut untuk mampu, menyesuaikan diri secara aktif, dinamis, kreatif dan inovatif terhadap diri dan kemajuan zaman.
Kegiatan mendidik diri setiap saat sepanjang hidup itu selalu merupakan kebutuhan terlepas dari hasilnya. Juga bukan semata-mata sebagai bekal untuk kehidupan dimasa yang akan datang. Dengan kata lain, pendidikan itu merupakan bagian dari hidup itu sendiri. Prinsip pendidikan seperti itu mengandung makna bahwa pendidikan itu lekat dengan diri manusia, meningkatkan rasa penuh makna dan terarah. Dalam hubungan dengan lingkungan, mereka dapat menyesuaikan diri dengan beradaptasi dengan lingkungannya dan berfikir kreatif terhadap tantangan zaman. Dalam kehidupan yang nyata telah berlangsung secara alamiah dan dalam kehidupan manusia perjalanan hidup akan menjadi pudar, hal itu  disebabkan oleh semakin kukuhnya kedudukan sistem pendidikan persekolahan di tengah-tengah masyarakat.
Sistem pendidikan di sekolah yang polanya telah terpola hingga membentuk masyarakat mandiri dan memisahkan diri dari lingkungan masyarakat luas dengan pagar pekarangan sekolah, mendindingi kelas, membatasi waktu belajarnya sampai usia tertentu dan jangka waktu tertentu. Seolah-olah sekolah membentuk masyarakat khusus yang mempersiapkan diri untuk kehidupan di hari depan, bukan kehidupan sekarang ini, dengan membekali diri berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan menurut peraturan yang telah ditetapkan dengan keyakinan bahwa bekal tersebut pasti cocok dengan tuntutan zaman.
Kenyataan menunjukkan bahwa masyarakat selalu berubah dengan membawa tuntutan-tuntutan baru. Maka dari itu bekali hidup yang telah dipersiapkan secara baku pada saat seseorang di sekolah tidak selalu sesuai dengan kebutuhan dilapangan yang nantinya akan diterjuni. Jika bertumpu pada keyakinan bahwa pendidikan itu tidak identik dengan sekolah, melainkan suatu proses yang saling berhubungan dan berlangsung sepanjang hidup. Hal tersebut bisa dilakukan dalam pendidikan formal (sekolah), informal (keluarga), dan non formal (masyarakat).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar