Sabtu, 20 Desember 2014

Kajian Metode Lingkungan Dalam Lingkup Filsafat



          Metode merupakan suatu prosedur yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Jika dikaitkan dengan pendidikan, maka metode adalah tekhnik tertentu yang digunakan oleh seorang pendidik dalam menyampaikan materi kepada peserta didik guna mencapai keberhasilan dalam proses pendidikan. Metode merupakan salah satu faktor yang mempunyai peran cukup signifikan dalam menentukan berhasil atau tidaknya suatu kegiatan pembelajaran. Metode yang tepat akan berdampak pada keberhasilan yang diinginkan, begitu pula sebaliknya metode yang tidak tepat akan berimbas pada kegagalan mencapai tujuan yang diharapkan. Banyak sekali metode yang dapat digunakan oleh seorang pendidik dalam proses KBM (kegiatan belajar mengajar), diantaranya adalah metode ceramah, metode diskusi, metode tanya jawab, metode pembelajaran lingkungan dan lain sebagainya. Namun dalam tulisan ini penulis hanya akan menyoroti dan mengupas metode pembelajaran dengan lingkungan. Metode lingkungan adalah suatu strategi pembelajaran yang memanfaatkan lingkungan sebagai sasaran belajar, sarana belajar dan sumber belajar. Pembelajaran dengan metode ini akan menghapuskan kejenuhan dibenak peserta didik karena terciptanya suasana baru dan sumber belajar tidak hanya berpaku pada buku saja. Peserta didik bukan miniatur orang dewasa dan tidak dapat dituntut untuk selalu belajar dengan serius, membaca dan menghafal  terus menerus. Sehingga dengan metode pembelajaran tersebut akan mengubah persepsi peserta didik bahwa belajar tidak harus selalu monoton, menegangkan dan membosankan. Tapi belajar adalah proses mengkonstruksi pengetahuan melalui pengalaman, sehingga belajar dapat dirasakan sebagai suatu kegiatan menyenangkan dan penuh ide-ide baru. Proses pembelajarandengan metode lingkungan jika dilihat dari pelaksanaannya dibagi menjadi dua cara, yaitu : pembelajaran yang melibatkan lingkungan secara langsung dan metode meminimalisir ruang kelas dengan mendesain sesuai lingkungan riil.
            Proses kegiatan belajar mengajar yang melibatkan lingkungan langsung merupakan proses pembelajaran yang dilakukan diluar ruang kelas, misalnya dihalaman atau taman sekolah. Taman sebagai sumber belajar memiliki berbagai dimensi dayaguna. Seorang pendidik dapat melakukan proses pembelajaran dengan mengenalkan secara langung aspek-aspek yang ada pada lingkungan terkait dengan materi yang akan disampaikan. Jadi sebelum pelaksanaan pembelajaran hendaknya seorang pendidik menyusun rancangan kegiatan yang akan dilakukan dan menyiapkan materi yang akan disampaikan terlebih dahulu, sehingga pembelajaran dapat berjalan sesuai target dan meminimalisir kegagalan penggunaan metode pembelajaran. Pada dasarnya belajar dengan objek lingkungan hanya dipandang sebagai sarana yang tepat untuk menyampaikan materi ajar ilmu pengetahuan alam karena lingkungan dianggap sebagai objek nyata yang dapat diobservasi langsung. Padahal pembelajaran dengan lingkungan tidak hanya terbatas pada mapel tersebut, misalnya : Al Qur’aan Hadits, Bahasa Asing (arab/inggris), ilmu sosial, dan ilmu eksak (fisika, matematika dan lain-lain). Pengenalan alam atau lingkungan kaitannya dengan ilmu SAINS dengan metode lingkungan dirasa paling efektif, karena dengan sumber belajar yang riil akan memberikan pembelajaran yang bermakna bagi peserta didik. Di lingkungan peserta didik akan mampu berinteraksi, mengamati dan melakukan observasi sehingga mereka dapat menemukan jawaban atas persoalan-persoalan yang ditemukan dalam materi yang diajarkan. Semuanya tergantung bagaimana seorang pendidik cerdas dalam menjelaskan, memberikan arahan dan menuntut peserta didik untuk menyerap materi yang diajarkan tanpa memposisikannya sebagai anak yang pasif. Metode semacam ini dirasaefektif diterapkan untuk anak didik SD sederajat. Selain ilmu SAINS, pembelajaran dengan metode lingkungan juga dapat diterapkan dalam ilmu agama seperti mapel Qur’an Hadits, misalnya materi yang akan diajarkan tentang penciptaan alam dan kewajiban menjaga lingkungan serta larangan membuat kerusakan di bumi. Dalam menerapkannya, hendaknya pendidik memposisikan diri sebagai seorang motivator yang memacu peserta didik untuk bertafakkur, menggali lebih dalam tentang ilmu-ilmu Allah dalam proses penciptaan alam. Dengan begitu peserta didik akan mampu menyerap materi lebih dalam materi Qur’an Hadits tersebut dan pembelajaran seperti ini akan membekas dibenak peserta didik, setelah itu diharapkan mereka dapat mengaplikasikan materi yang diperoleh dengan menjaga lingkungan dan tidak membuat kerusakan dimuka bumi. Selain di lingkungan sekolah, seorang pendidik juga dapat menggunakan berbagai alternatif seperti mengajak peserta didik untuk karya wisata atau rihlah ilmiyah ke suatu tempat yang berkaitan dan mendukung dengan materi yang akan diajarkan. Dalam penyampaian materi bahasa asing pun dapat memanfaatkan lingkungan. Misalnya bagi anak MI sederajat, penguasaan kosakata dalam bahasa arab atau mufrodat seorang pendidik dapat mengajak peserta didik belajar di lingkungan caranya, pendidik menunjuk benda yang ada pada lingkungan, misalnya pohon kemudian meminta siswa secara bergantian dan acak untuk menyebutkan benda tersebut ke dalam bahasa arab. Pengajaran semacam ini akan membuat peserta didik lebih mudah dalam mengingat-ingat dan menghafal kosakata tersebut.
            Penggunaan metode lingkungan yang kedua yaitu dengan meminimalisir ruang kelas dan mendesain sesuai lingkungan asli yang menyenangkan. Hal semacam ini dapat dilakukan dengan berbagai cara. Diantaranya seorang pendidik mendesain ruangan sebagus dan senyaman mungkin sehingga anak dapat belajar dengan nyaman dan tidak merasa bosan. Anak yang masih dalam tahap aktif-aktifnya (usia PAUD, TK, SD sederajat) tentu tidak dapat diajak serius terus menerus. untuk mengantisipasi anak yang tidak mau memperhatikan guru, dapat dilakukan dengan beberapa cara, misalnya untuk anak TPQ. Seorang pendidik hendaknya membuat strategi-strategi  baru dengan cara mendesain ruangan kelas dengan aneka ruang untuk bermain. Saat menyampaikan materi pengajaran usahakan agar si anak tidak fokus dalam permainan. Model pembelajaran dilakukan dengan maju satu-satu, sehingga anak yang lain dapat bermain dahulu sebelum maju. Sehingga mereka tidak bosan dengan menunggui temannya yang maju dengan tidak melakukan apa-apa. Sebenarnya semua hal tersebut tergantung bagaimana seorang pendidik mampu mengaplikasikan segala model pembelajaran yang seefektif dan seefisien mungkin. Yang perlu diingat bahwa anak didik  bukan miniatur orang dewasa dan tidak dapat dituntut untuk selalu serius belajar. Peran pendidik dan penggunaan  metode yang tepat sangat berpengaruh terhadap hal yang demikian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar