Sabtu, 20 Desember 2014

INTERELASI FILSAFAT PENDIDIKAN DENGAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN ISLAM


a.      Pengertian
Filsafat berasal dari bahasa yunani philosophia. Yang berarti adalah cinta philia  kebijaksanaan ( sophia ). Menurut analisis, kata ini muncul dari mulut phytagoras yang hidup diyunani kuno pada abad ke-6 sebelum masehi. Oleh karena itu, orang yang mencintai kebijaksanaan disebut sebagai philosophos atau filsuf. Orang yang mencintai kebijaksanaan bukanlah orang yang sudah memiliki kebijaksanaan, melainkan orang yang terus berupaya mencari kebijaksanaan. Menurut plato filsafat tidaklah lain dari pada pengetahuan tentang segala yang ada. Aristoteles kewajiban filsafat adalah menyelidiki sebab dan asas segala benda. Dengan demikian filsafat bersifat ilmu yang umum.
Menurut bahasa psikologi berasal dari kata psyche berarti jiwa dan logos  berarti ilmu atau ilmu pengetahuan. Psikologi sering diartikan dengan ilmu pengetahuan tentang jiwa atau ilmu jiwa. Pendidikan islam berarti sebagai rangkaian usaha membimbing, mengarahkan potensi hidup seseorang yang berupa kemampuan-kemampuan dasar dan kemampuan belajar, sehingga terjadilah perubahan dalam kehidupan pribadinya sebagai makhluk individual dan sosial serta dalam hubungannya dengan alam sekitarnya dimana ia hidup. Proses tersebut senantiasa berada dalam nilai-nilai yang melahirkan norma-norma syariah dan akhlaq al-karimah. Ada pula yang memberikan pengertian bahwa pendidikan islam adalah usaha mengubah tingkah laku dalam kehidupan, baik individu atau bermasyarakat serta berinteraksi dengan alam sekitar melalui proses kependidikan berlandaskan islam.
Terkait dengan teori pendidikan islam, Ahmad Tafsir mengemukakan dasar ilmu pendidikan islam yaitu Al-Qur’an, Hadis dan Akal. Al-Qur’an diletakkan sebagai dasar pertama dan Hadist Rasulullah SAW sebagai dasar kedua. Sementara akal digunakan untuk membuat aturan dan teknis yang tidak boleh bertentangan dengan kedua sumber utamanya (Al-Qur’an dan Hadis).

b.      Tokoh-tokoh Psikologi Islam
1.      Al-Gazali (1058-1111)
Dalam bukunya Cihya Ulumuddin bahwa kebangkitan ilmu-ilmu agama seorang filosof dan teolog muslim berasal dari Persia. Bahwa ilmu jiwa merupakan salah satu jalan dalam mengenal Allah SWT secara lebih dekat. Sifat manusia ada 4 yaitu:
a)      As-Sab’iyyah : yang termanifestasikan dalam perilaku permusuhan, kebencian, penyerangan terhadap manusia lain baik melalui perkataan maupun perbuatan.
b)       Al-Bahimiyah : yang termanifestasikan dalam perilaku kejahatan, ketamakan dan seksual.
c)      Ar-Rabbaniyah : berupa perilaku cinta kekuasaan, kebesaran, kekhususan dan sombong.
2.      At-Tabari (Firdous Al-hikmah Paradise of Wisdom)
Seorang psikolog juga mengusai ilmu fisika dan kedokteran ia mengembangkan psiko terapi untuk menyembuhkan gangguan jiwa, pasien gangguan jiwa, sering mengalami halusinasi dan keyakinan yang salah (delusi).
3.      Ibnu Sina
Tokoh ilmuwan muslim yang sangat luar biasa, karyanya Al-Qanun (kedokteran). Perhatiannya lebih banyak kepada jiwa dalam bentuk hakikat dan eksistensinya. Jiwa merupakan hakikat manusia sebenarnya, artinya jiwa adalah kesempurnaan awal bagi tubuh karena tubuh merupakan prasyarat bagi definisi jiwa.
4.      Dr. Malik Badri
Seseorang sudan yang saat ini sedang konsentrasi pada islamisasi psikologi. Dalam bukunya “Dilema Psikolog Muslim” yang berisi tentang pandangan-pandangan barat dalam perspektif islam sehingga menjadikan sebuah referensi untuk para calon psikolog muslim. Malik Badri juga sangat gencar dalam membagikan oemikirannya ini,seringkali beliau menangani pasien dengan terapi yang berbasis islami.
c.       Peran Terkaitan antara Ilmu Kalam dalam Filsafat Pendidikan
1.      Persamaan
Ilmu kalam, filsafat pendidikan islam mempunyai kemiripan objek kajian. Objek kajian ilmu kalam adalah ke-Tuhanan dari segala sesuatu yang berkaitan dengan-Nya. Objek kajian filsafat adalah masalah ke-Tuhanan disamping masalah alam, manusia, dan segala sesuatu yang ada. Sedangkan objek kajian tasawuf adalah Tuhan, yakni upaya-upaya pendekatan terhadap-Nya. Jadi, dilihat dari aspek objeknya, ketiga ilmu itu membahas masalah yang berkaitan dengan ke-Tuhanan.
Baik ilmu kalam, maupun filsafat pendidikan islam berurusan dengan hal yang sama, yaitu kebenaran. Ilmu kalam, dengan metodenya berusaha mencari kebenaran tentang Tuhan dan yang berkaitan dengan-Nya. Filsafat dengan wataknya sendiri pula, berusaha menghampiri kebenaran, baik tentang alam maupun manusia ( yang belum atau tidak dapat dijangkau oleh ilmu pengetahuan karena berada diluar atau diatas jangkauannya ), atau tentang Tuhan.
2.      Titik perbedaan
Perbedaannya terletak pada aspek metodeloginya. Ilmu kalam, sebagai ilmu yang menggunakan logika- disamping argumentasi-argumentasi naqliyah berfungsi untuk mempertahankan keyakinan ajaran agama, yang sangat tampak nilai-nilai apologinya. Pada dasarnya ilmu ini menggunakan metode dialektika ( dialog keagamaan ). Berisi keyakinan-keyakinan kebenaran agama yang dipertahankan melalui argumen-argumen rasional. Dan dari segi tempat berpijak, Ilmu kalam berpijak pada wahyu dan kesadaran adanya Tuhan.
Dari segi pembinaan, ilmu kalam timbulnya berangsur-angsur dan dimulai dari beberapa persoalan yang terpisah-pisah, akhirnya tumbuh aliran-aliran ilmu kalam.
Sementara itu, filsafat adalah sebuah ilmu yang digunakan untuk memperoleh kebenaran rasional. Dan metode yang digunakan adalah rasional. Filsafat menghampiri kebenaran dengan cara menuangkan akal budi secara radikal ( mengakar ), intelegral ( menyeluruh ) dan universal ( mengalam ), tidak terikat oleh ikatan apapun, kecuali oleh ikatan tangan nya sendiri yang bernama logika. Dan berpijak dari akal pikiran dan kesadaran akan wujud diri sendiri.
Dari segi pembinaannya, filsafat sejak semula sudah tumbuh diyunani dalam keadaan utuh dan lengkap, sehingga ketika diterima kaum muslim tinggal memberi penjelasan-penjelasan dan mempertemukannya dengan kepercayaan-kepercayaan Islam.
Ilmu kalam ( teologi ) perkembangannya menjadi teologi rasional dan teologi tradisional. Dengan prinsip teologi rasional yakni hanya terikat pada dogma-dogma yang jelas dan tegas dalam Al-Quran dan Hadits Nabi, dan memberikan kebebasan kepada manusia dalam berbuat dan berkehendak serta memberikan daya yang kuat kepada akal. Prinsip tradisional adalah terikat pada dogma-dogma dan ayat-ayat yang mengandung arti selain arti harfiyah, tidak memberikan kebebasan kepada manusia dalam berbuat dan berkehendak dan memberikan daya yang kecil pada akal.
3.      Hubungan Ilmu Kalam dengan Filafat Pendidikan Islam
Filsafat yunani menarik sekali perhatian kaum muslimim, sejak zaman Khalifah Al-Mansur (754-755 M) dan mencapai puncaknya pada masa Al-Makmun (813-833 M) dari khalifah Abbasiyah. Ilmu rektorika, ilmu tentang cara berdebat atau adabul bahtsi wal munadharoh sebagai bagian dari filsafat yunani mendapat perhatian tersendiri dari kaum muslim, sebagai suatu yang membicarakan tentang cara berdebat.
Karena ilmu kalam bercorak filsafat yang menunjukkan ada pengaruh pikiran-pikiran dan metode filsafat, sehingga banyak diantara para penulis menggolongkan ilmu kalam kepada filsafat. Sebagai contoh Ibnu Khaldun ( Wafat 808 H/ 1406 M) mengatakan bahwa persoalan-persoalan ilmu kalam sudah bercampur dengan persoalan-persoalan filsafat, sehingga sukar dibedakan satu dengan lainnya. demikian pula penulis barat Tenneman atau H. Ritter memasukkan mutakallimin ke dalam filosof Islam.
Banyak para ahli yang berpendapat bahwa ilmu kalam dan filsafat Islam memiliki hubungan karena pada dasarnya ilmu kalam adalah ilmu ketuhanan dan keagamaan. Sedangkan filsafat Islam adalah pembuktian intelektual. Seperti halnya Dr. Fuad Al-Ahwani dalam bukunya filsafat Islam tidak setuju kalau sama dengan ilmu kalam.
Karena ilmu kalam dasarnya adalah keagamaan atau ilmu agama. Sedangkan filsafat merupakan pembuktian intelektual. Obyek pembahasannya bagi ilmu kalam berdasar pada Allah swt. Dan sifat-sifatnya serta hubungannya dengan alam dan manusia yang berada di bawah syari’at-Nya. Obyek filsafat adalah alam dan manusia serta pemikiran tentang prinsip wujud dan sebab-sebabnya. Seperti filosuf Aristoteles yang dapat membuktikan tentang sebab pertama yaitu Allah. Tetapi ada juga yang mengingkari  adanya wujud Allah swt. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwasanya ilmu kalam dan filsafat tidak memiliki hubungan karena obyek kajiannya berbeda. Kalam obyek kajiannya lebih mendasar pada ketuhanan sedangkan filsafat Islam objek kajiannya tentang alam manusia yang berada pada syari’atnya.

d.      Jiwa dalam Al-Qur’an
Jiwa dalam al-qur’an menurut Al-Imam Ibnul Qayyim al-Jauziyah ada 3 sifat yaitu:
a)      al-Muthma’innah (jiwa yang tenang)
Maka apabila jiwa merasa tentram kepada Allah Ta’ala, tenang dengan mengingat-Nya, dan bertaubat kepada-Nya, rindu untuk bertemu dengan-Nya, dan menghibur diri dengan dekat kepada-Nya, maka itulah nafsu muthma’innah (jiwa yang tenang). Itulah jiwa yang dikatakan kepadanya tatkala wafat (meninggal dunia).
b)     al-Ammaarah bi as-suu’ (jiwa yang suka menyuruh kepada perkara buruk)
Adapun kebalikan daripada itu maka ia adalah nafsu ammarah bis suu’ (jiwa yang suka menyuruh kepada perkara buruk). Ia memerintah pemiliknya dengan apa-apa yang sesuai dengan hawa nafsunya berupa syahwat-syahwat yang menyesatkan (maksiat) dan mengikuti kebathilan (paham yang menyimpang). Dan itulah tempat segala keburukan. Jika dia mentaatinya (mengikuti keinginan hawa nafsunya), maka jiwa itu akan menuntunnya pada setiap keburukan dan setiap suatu yang dibenci.
c)      al-Lawwaamah (jiwa yang suka mencela)
Adapun kata lawwaamah, ada ikhtilaf (perbedaan pendapat) tentang akar katanya. jiwa itu selalu bimbang dan sering berubah-ubah, dan bahwa ia tidak tetap dalam satu keadaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar