Sabtu, 13 Desember 2014

PENGERTIAN SISTEM DALAM PEMBELAJARAN



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Perencanaan pembelajaran merupakan salah satu mata kuliah yang dikembangkan di lembaga pendidikan tinggi khususnya lembaga keguruan dari ilmu pendidikan, dalam perkembangannya mengalami berbagai perubahan. Perubahan tersebut berjalan seiring dengan perkembangan teknologi pembelajaran yang didorong oleh tuntutan penggunaan berbagai media dengan maksud untuk menciptakan kemudahan belajar seiring dengan perkembangannya berbagai rancangan pembelajaran, teori belajarpun tetap menjadi perhatian para ilmuwan untuk mengembangkannya. Adanya perubahan paradigma pembelajaran ini, menuntut para guru, dosen, mahasiswa,  dan para pelaksana pelatihan yang ada di lembaga-lembaga kursus agar dapat menyesuaikan dengan berbagai teori yang mendasari paradigma pembelajaran tersebut.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana Konsep Sistem dan Sistim ?
2.      Bagaimana Perbedaan Pembelajaran dan Pendidikan ?
3.      Bagaimana Pengertian Sistem dalam Pembelajaran ?










BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Sistem dan Sistim
a.     Pengertian sistem dan sistim
Sistem adalah sekelompok bagian-bagian yang bekerjasama secara keseluruhan berdasarkan tujuan bersama. Istilah sistem sering disamaartikan dengan kata sistim. Kata Sistim dalam pengertian awam memiliki makna: cara, kiat, metode, strategi, taktik, dan siasat. Kata sistem ini berasal dari bahasa yunani yang artinya berdiri bersama (stand together). Sistem adalah sekumpulan benda yang memilki hubungan diantara mereka. Sistem adalah suatu kelompok unsur yang saling berinteraksi, saling terkait atau ketergantungan satu sama lain yang membentuk satu keseluruhan yang kompleks. Dari pengertian tersebut maka muncullah kata keseluruhan (wholeness), kesatuan (unity), dan keterkaitan (correlated). Menurut Aristoteles, “The whole is more than the sum of its parts” yang artinya adalah bahwa keseluruhan itu tidak sekedar penjumlahan dari bagian-bagiannya.[1]
Istilah sistem dapat digunakan untuk mengacu kepada jaringan yang luas, mulai dari satuan terkecil sampai seluruh alam semesta. Sebuah atom, sebuah sel, sebuah tanaman, seseorang, seekor burung, sebuah panitia, suatu kota, suatu bangsa, dunia, dan alam semesta adalah contoh sistem. Atau mobil, mesin tik, mesin pemanas, computer, bangunan, jalan raya adalah sistem. Di samping sistem yang “hidup” atau yang bersifat fisik, ada juga sistem konsep seperti sitem jumlah,sistem strategi permainan, dan sistem teori. Dan ada juga sistem terapan seperti pengawasan lalu lintas, sistem pelayanan makanan, sistem pengumpulan pendapat, sistem kode dan bahkan sistem bertaruh. Semua contoh ini memenuhi definisi sistem, dalam arti bahwa semuanya itu terdiri dari bagian-bagian yang berkaitan dan saling mempunyai interkoneksi.
Semua sistem mempunyai keunikan sifat yang memungkinkan sistem-sistem itu dapat dibedakan dari yang lain, walaupun dengan yang sangat serupa, dan dapat dibedakan dari lingkugannya.[2]

Pengertian sistem menurut para ahli:
1.      Dalam The Holt Intermediate Dictionary of American English (1966) dinyatakan bahwa sistem adalah sekelompok bagian-bagian yang bekerja sama secara keseluruhan berdasarkan suatu tujuan bersama.
2.      Churchman (1968) sistem merupakan seperangkat bagian yang terkoordinasi untuk menyelesaikan seperangkat tujuan.
3.      Hicks (1972) meyatakan bahwa sistem adalah  unsur-unsur yang saling berkaitan, saling bergantung, dan saling berinteraksi atau suatu kesatuan usaha yang terdiri atas bagian-bagian yang berkaitan satu dengan yang lainnya, dalam usaha untuk mencapai satu tujuan dalam satu lingkngan yang kompleks.
4.      Tiga pakar teori manajemen, yaitu Johnson, Kast, dan Rosenzweig (1973) menyatakan bahwa sistem adalah suatu tatanan yang kompleks dan menyeluruh.
5.      Suatu definisi sistem yang agak luas telah dirumuskan oleh Kast dah Rosenzweig (1974), yaitu sistem dipahami sebagai suatu tatanan yang menyeluruh dan terpadu terdiri atas dua bagian atau lebih yang saling tergantung dan ditandai oleh batas-batas yang tegas dari lingkungan suprasistemnya.
6.      Haveloch dan Huberman (1978) mendefinisikan sistem sebagai suatu kumpulan unsur yang berkaitan satu dengan lainnya secara signifikan.
7.      Sistem menurut Romiszowski (1982) adalah kumpulan komponen yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988: 842) dinyatakan bahwa sistem adalah (1) seperangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas; (2) susunan yang teratur dari pandangan, teori, asas, dan sebagainya; dan (3) metode.[3]
Menurut Mc Ashan sistem sebagai strategi yang menyeluruh atau rencana yang dikomposisi oleh satu set elemen yang harmonis, mempresentasikan kesatuan unit, masing-masing elemen mempunyai tujuan sendiri yang semuanya berkaitan terurut dalam bentuk yang logis. Satu set elemen yang harmonis menunjukkan sistem itu memiliki struktur atau bagian-bagian yang terkait satu dengan yang lain. Sistem terdiri dari subsistem, setiap subsistem terdiri dari beberapa sub-sub sistem atau tidak dapat dibagi lagi, setiap sub-sub sistem terdiri dari beberapa sub-sub sistem atau tidak dapat dibagi lagi, begitu seterusnya sampai pada bagian yang paling kecil. Bagian yang paling kecil itu disebut komponen.[4]
Pada dasarnya sistem hanya terdiri atas dua jenis, yaitu sistem tertutup dan sistem terbuka. Sistem tertutup didalam proses kerjanya tidak dipengaruhi oleh lingkungannya, sedangkan sistem terbuka didalam proses kegiatannya memperoleh masukan atau berhubungan secara dinamik dengan sistem yang lain diluar lingkungan sistemnya.
Dari beberapa pendapat tentang makna sistem di atas, akhirnya dapat memperoleh beberapa poin penting. Beberapa poin penting tentang sistem tersebut sebagai berikut:
1.      Bahwa sistem memiliki bagian atau komponen, yang sering disebut dengan istilah sub-sistem.
2.      Ada interaksi antar komponen atau sub-sistem yang menjadi bagian dari sistem.
3.      Mekanisme interaksi antar komponen sistem sebaiknya bersifat dinamis, sinergis, dan harmonis.
4.      Keberadaan sistem tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh.
5.      Adanya tujuan atau fungsi yang ingin dicapai oleh sistem.
Konsep tentang sistem ini telah digunkan banyak orang dalam aneka bidang ilmu seperti: ilmu ekonomi, ekonomi, antropologi, sosiologi, psikologi, ilmu politik, dan terutama dalam teori organisasi.
Menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, ciri-ciri sistem meliputi:
a)Tujuan Sistem
Setiap sistem mempunyai tujuan. Tujuan ini merupakan akhir dari apa yang dikehendaki oleh suatu kegiatan. Demikian pula kegiatan instruksional memilki tujuan tertentu. Tujuan suatu lembaga pendidikan adalah untuk memberikan pelayanan pendidikan kepada yang membutuhkan. Tujuan instruksional ialah agar siswa belajar mengalami perubahan perilaku tertentu sesuai dengan tingkatan taksonomi yang telah dirumuskan terlebih dahulu.

b)                           Fungsi-Fungsi Sistem
Untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, diperlukan berbagai fungsi yang beraktivitas. Misalnya seorang manusia agar dapat hidup dan menunaikan tugasnya di dalam dirinya diperlukan adanya fungsi koordinasi dan penggerak, fungsi pernapasan, fungsi pencernaan makanan, fungsi peredaran darah, fungsi pengindraan, fungsi perlindungan terhadap penyakit dan berbagai bahaya, serta fungsi pembiakan, dan lain-lain.
c)                           Komponen-Komponen Sistem
Agar terlaksana masing-masing fungsi yang menunjang usaha pencapaian tujuan, di dalam suatu sistem diperlukan bagian-bagian yang melaksanakan fungsi tersebut. Bagian-bagian yang merupakan komponen pelaksana fungsi dapat ditunjukkan pada Tabel di bawah ini.
BAGIAN-BAGIAN KOMPONEN PELAKSANA FUNGSI
Nama
Tujuan
Fungsi-Fungsi
Pelaksana Fungsi
Instruksional
Siswa belajar perilaku tertentu yang telah ditetapkan terlebih dahulu
Riset
Dosen, Peneliti
Rancangan
Dosen, Ahli Pengembangan
Produksi
Instruksional
Seleksi
Spesialis Media
Logistik
Dosen
Pemanfaatan
Pustakawan, Teknisi
Evaluasi
Dosen
Manajemen Organisasi
Dosen
Manajemen Personil
Ketua Jurusan, Ketua Lembaga, Ketua UPP

Rektor, Ketua
Dekan
       
        Bagian suatu sistem yang melaksanakan fungsi untuk menunjang usaha mencapai tujuan sistem disebut komponen. Dengan demikian, jelaslah bahwa sistem itu terdiri dari komponen-komponen dan masing-masing komponen itu mempunyai fungsi khusus. Komponen yang melakukan proses transformasi disebut subsistem, karena masing-masing bagian atau komponen itu sesungguhnya adalah suatu sistem pula. Sebagai sistem tersendiri, masing-masing komponen itu juga mempunyai tujuan dan terdiri atas komponen-komponen yang lebih kecil yang melaksanakan fungsi-fungsi yang mendukung pencapaian tujuaan itu.
d)  Interaksi Atau Saling Hubungan
Semua komponen dalam sistem pembelajaran haruslah saling berhubungan satu sama lain. Sebagai misal dalam proses pembelajaran disajikan penyampaian pesan melalui OHP, maka diperlukan adanya aliran listrik untuk membantu dalam memberikan sinar dalam jaringan OHP. Jika aliran listrik tidak berfungsi, akan menimbulkan kesulitan bagi guru dalam melangsungkan pembelajaran. Dengan dasar inilah, pendekatan sistem dalam pembelajaran memerlukan keterhubungan antara komponen yang satu dengan yang lainnya.
e)      Penggabungan Yang Menimbulkan Jaringan Keterpaduan
Penggabungan yang menimbulakan keterpaduan ini berdasar pada hukum Gestallt yang, menyatakan bahwa suatu keseluruhan itu mempunyai nilai atau kemampuan yang lebih tinggi apabila dibandingkan dengan jumlah bagian-bgin. Dalam kaitan dengan kegiatan, parra guru sebaiknya berusaha menjalin keterpaduan antara sesama guru, antara guru dengan siswa, atau antara materi guru, media, dan siswa. Sebab, apalah artinya materi yang disiapkan kalau tidak ada siswa yang menerima.
f)    Proses Transformasi
Semua sistem mempunyai misi untuk mencapai suatu maksud atau tujuan tertentu. Untuk itu diperlukan suatu proses yang mengubah masukan (input) menjadi hasil (output). Proses kerja sistem ini secara sederhana dapat digambarkan pada Gambar 2.1 berikut.
 
Gambar 2.1 Proses kerja sederhana suatu sistem

Hasil yang dikeluarkan oleh suatu sistem kepada sebuah atau beberapa sistem lainnya sebagai masukan yang akan diproses lebih lanjut. Pemrosesan kedua akan menghasilkan sesuatu yang akan dikeluarkan oleh sistem pemrosesan dan ditampung lagi oleh sistem lain lagi. Demikian seterusnya sampai input yang masuk ini diproses menjadi output yang siap setelah melalui beberapa tahapan transformasi.
Secara umum kerangka pendekatan sistem dapat dijelaskan dengan Gambar 2.2 sebagai berikut.
RESTRICTION


 
                                                







Gambar 2.2 Kerangka Pendekatan Sistem
Pada kerangka pendekatan sistem ini terlihat bahwa apa yang ingin dicapai (restriction) merupakan dasar analisis suatu sistem. Restriction terumuskan dalam tujuan (objectives), standar perilaku yang diharapkan (performance standard) juga kemungkinan hambatan dalam mencapai tujuan (constraint). Berdasarkan kepada tujuan sistem, selanjutnya dapat dirumuskan masukan (input), yakni apa yang ingin dicapai sesuai tujuan. Masukan tersebut diproses sehingga menghasilkan keluaran (output) tertentu. Hasil evaluasi terhadap output dijadikan dasar umpan balik (feed back) untuk melakukan perbaikan atu revisi, baik terhadap proses maupun terhadap input. Atas dasar inilah seluruh komponen sistem berhubungan dan berinteraksi berdasarkan alur di atas.
Kerangka pendekatan sistem ini dapat ditetapkan dalam sebuah bidang studi pembelajaran bahkan ruang lingkupnya sangat luas, apakah pada pembelajaran tingkat makro maupun pada pembelajaran tingkat mikro. Berdasarkan uraian ini, pembelajaran yang merupakan suatu sistem mempunyai sejumlah komponen yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan komponen sistem pembelajaran meliputi kondisi pembelajaran, strategi pembelajaran dan hasil pengajaran senantiasa saling berhubungan dan berinteraksi satu sama lain.[5]
g)      Umpan Balik untuk Koreksi
Untuk mengetahui apakah masing-masing fungsi terlaksana dengan baik diperlukan fungsi kontrol yang mencakup monitoring dijadikan dasar pertimbangan untuk melaksanakan perubahan-perubahan, penentuan, perbaikan atau penyesuaian agar masing-masing berpartisipasi tinggi.
h)         Daerah Batasan dan Lingkungan
Antara suatu sistem dan bagian-bagian lain atau lingkungan disekitarnya akan terjadi interaksi. Namun antara suatu sistem dan sistem yang lain mempunyai daerah batasan tertentu. Suatu sistem dapat pula merupakan subsistem dan sistem yang lebih besar.
Sistem berarti gabungan dari berbagai komponen sebagai satu kesatuan yang utuh untuk mencapai tujuan. Suatu sistem dapat nenjadi supra atau sub sistem dari sistem lainnya. Supra sistem adalah suatu sistem yang berada di atasnya. Sedangkan sub sistem adalah sistem yang berada di dalam sistem. Misalnya, sistem pembelajaran dapat menjadi supra dari sistem metode pembelajaran dan dapat menjadi sub sistem dari sistem sekolah.[6]
Suatu sistem merupakan keterkaitan antara input (masukan), proses, dan output (keluaran). Misalnya, masukan dari pembelajaran dapat berupa siswa, guru, materi, dan media. Proses pembelajaran adalah aktivitas kegiatan pembelajaran. Keluaran dapat berupa perubahan diri siswa sebagai hasil dari proses pembelajaran.[7]

b.      Perbedaan sistem dan sistim
1)      Sistem merupakan sekelompok bagian-bagian yang bekerjasama secara keseluruhan berdasarkan tujuan bersama. Sedangkan sistim merupakan cara, kiat, metode, strategi, taktik, dan siasat. Tetapi istilah sistem sering disamaartikan dengan kata sistim.
2)      Perbedaannya ada pada kosa katanya. Sistem adalah kata baku, sedangkan sistim adalah kata yang tidak baku.
Cara pengujinya mudah: sistem= sistematis bukan sistimatis.
B.     Pengertian pembelajaran dan Pendidikan
a.       Pengertian Pembelajaran dan Pendidikan
Istilah pembelajaran berhubungan erat dengan pengertian belajar dan mengajar. Belajar, mengajar, dan pembelajaran terjadi bersama-sama. Belajar dapat terjadi tanpa guru atau tanpa kegiatan mengajar dan pembelajaran formal lain. Mengajar meliputi segala hal yang guru lakukan di dalam kelas
Definisi Belajar
                        Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Berikut ini adalah definisi belajar menurut para ahli:
a.       Menurut Gagne, belajar adalah proses di mana suatu organism berubah perilakunya akibat dari pengalaman.
b.      Menurut Skinner, belajar adlah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Belajar juga dipahami sebagai suatu perilaku, pada saat orang belajar, maka resposnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, jika ia tidak belajar, responnya menurun. Dengan demikian, belajar diartikan sebagai suatu perubahan dalm kemungkinan atau peluang terjadinya respon.
c.       Menurut Robert M Gagne, belajar adalah suatu proses yang kompleks dan hasil belajar berupa kapabilitas, timbulnya kapabilitas disebabkan stimulasi yang berasal dari lingkungan dan proses kognitif yang dilakukan oleh pelajar.

Definisi Strategi Belajar Mengajar
Strategi berasal dari kata Yunani strategia yang berarti ilmu perang atau panglima perang. Strategi adalah suatu seni merancang operasi di dalam peperangan, seperti cara-cara mengatur posisi atau siasat perang, angkatan darat atau laut. Strategi dapat pula diartikan sebagai suatu keterampilan mengatur suatu kejadian atau peristiwa. Secara umum strategi merupakan suatu teknik yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan. Strategi dapat diartikan sebagai rencana kegiatan untuk mencapai sesuatu, sedangkan metode adalah cara untuk mencapai sesuatu. Untuk melakukan strategi tertentu diperlukan seperangkat metode pengajaran tertentu. Dengan demikian, metode pengajaran menjadi salah satu unsur dalam strategi belajar mengajar.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi kedua (1989) strategi adalah ilmu dan seni menggunakan semua sumber daya bangsa-bangsa untuk melaksanakan kebijaksanaan tertentu dalam perang dan damai.
Menurut Gagne (1974) strategi adalah kemampuan internal seseorang untuk berpikir, memecahkan maslah, dan mengambil keputusan. Artinya, bahwa proses pembelajaran akan menyebabakan peserta didik berpikir secara unik untuk dapat menganalisis, memecahkan masalah di dalam mengambil keputusan.[8]
Secara umum, strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Berkaitan dengan belajar mengajar, strategi dapat diartikan sebagai pola-pola umum guru, anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan.
Ada empat strategi dasar dalam belajar mengajar yang meliputi hal-hal berikut:
a.    Mengidentifikasi serta menerapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku dan kepribadian anak didik sebagaimana yang diharapkan.
b.    Memilih sistem pendekatan belajar mengajar derdasarkan aspirasi dan pandangan hidup masyarakat.
c.    Memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat dijadikan pegangan oleh guru dalam menunaikan kegiatan mengajarnya.
d.   Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau kriteria serta standar keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedoman oleh guru dalam melakukan evaluasi hasil kegiatan belajar mengajar yang selanjutnya akan dijadikan umpan balik untuk menyempurnakan sistem instuksional yang bersangkutan secara keseluruhan.

Pembelajaran berasal dari kata belajar yang berarti adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan yang dimaksudkan mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Dengan demikian, pembelajaran dapat diartikan proses yang dirancang untuk mengubah diri seseorang, baik aspek kognitif, afektif, dan psikomotornya.[9]


Dari definisi diatas dapat dipahami bahwa, pembelajaran terjadi ketika kita berubah karena sutau kejadian dan perubahan yang terjadi bukan karena perubahan secara alami atau karena menjadi dewasa yang dapat terjadi dengan sendirinya atau karena perubahannya sementara, tetapi lebih karena reaksi dari situasi yang dihadapi.[10]
Hakekat pembelajaran adalah mengasah dan atau melatih moral kepribadian manusia, meskipun juga ada aspek fisiknya.

Definisi pembelajaran menurut para ahli:
1)      Pembelajaran menurut Knowles, adalah cara pengorganisasian peserta didik untuk mencapai tujuan.
2)      Pembelajaran menurut Slavin, didefinisikan sebagai perubahan tingkah laku individu yang di sebabkan oleh pengalaman.
3)      Pembelajaran menurut Crow, adalah pemerolehan tabiat, pengetahuan dan sikap.
4)      Pembelajaran menurut Rahil Mahyuddin, adalah perubahan tingkah laku yang melibatkan keterampilan kognitif, yaitu pengusaan ilmu dan perkembangan kemahiran intelek.
5)      Pembelajaran menurut Achjar Haul, adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.[11]

Pembelajaran adalah suatu usaha yang sengaja melibatkan dan menggunakan pengetahuan professional yang dimiliki guru untuk mencapai tujuan kurikulum. Jadi, pembelajaran adalah suatu aktivitas yang dengan sengaja untuk memodifikasi berbagai kondisi yang diarahkan untuk tercapainya suatu tujuan yaitu tercapainya tujuan kurikulum.


Pendidikan adalah mengajarkan segala hal yang bermanfaat bagi kehidupan manusia, baik terhadap aktivitas jasmani, pikiran, maupun terhadap ketajaman dan kelembutan hati nurani.[12]

Para ahli pendidikan mendefinisikan pendidikan  sebagai berikut.
1.      Ki Hajar Dewantara mengartikan pendidikan sebagai usaha menuntun segenap kekuatan kodrat yang ada pada anak baik sebagai individu manusia maupun sebagai anggota masyarakat agar dapat mencapai kesempurnaan hidup.
2.      Rechey dalam bukunya, Planning for Teachin, an Introduction, menjelaskan bahwa arti pendidikan adalah “The term education refers to the broad function of preserving and impoving the life of the group through bringing new members into its shared concern. Education is thus a far broader process than that whichoccurs in schools. It is an essencial social activity by which communities continue to exist. In complex communities this function is specialized and institutionalizedin formal education, but there is always the education outside the school with whch the formal process in related. Istilah pendidikan berkenaan dengan fungsi luas dari pemeliharaan dan perbaikan kehidupan suatu masyarakat, terutama untuk memperkenalkan warga masyarakat baru (generasi muda) pada pengenalan terhadap kewajiban dan tanggung jawabnya di tengah masyarakat. Jadi, proses pendidikan jauh lebih luas daripada proses yang hanya berlangsung di sekolah. Pendidikan adalah aktivitas sosial pnting yang berfungsi mentransformasikan keadaan masyarakat menuju keadaan yang lebih baik. Keterkaitan pendidikan dengan keadaan sosial sangat erat sehingga pendidikan mengalami proses spesialisasi dan institusionalisasi sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang kompleks dan modern. Meskipun demikian, proses pendidkan secara menyeluruh tidak bisa dilepaskan dari  proses pendidikan informal yang belangsung di luar sekolah. (M. Noor Syam, 1981:4)
3.      Dalam bahasa inggris, istilah pendidikan adalah education yang berasal dari kata to educate, artinya mengasuh, mendidik. Dalam Dictionary of Education, disebutkan bahwa pendidikan adalah kumpulan semua proses yang memungkinkan seseorang mengembangkan kemampuan, sikap, dan tingkah laku yang bernilai positif dalam masyarakat.  Istilah education juga bermakna proses sosial tatkala seseorang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol (khususnya lingkngan sosial), sehingga ia dapat memiliki kemampuan sosial dan perkembangan individual secara optimal. (Zahara Idris, 1992:2)
4.      Pendidikan adalah usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis untuk memotivasi, membina, membantu, serta membimbing seseorang untuk mengembangkan segala potensinya sehingga ia mencapai kualitas diri yang lebih baik. Inti pendidikan adalah usaha pendewasaan manusia seutuhnya (lahir dan batin), baik oleh orang lain maupun oleh dirinya sendiri, dalam arti tuntutan agar anak didik memiliki kemerdekaan berpikir, merasa, berbicara, bertindak serta percaya diri dengan penuh rasa tanggung jawab dalam setiap tindakan dan perilaku kehidupannya sehari-hari. (Basri, 2007:34)
5.      Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003, pendidikan dalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyrakat bangsa dan negara.
6.      Pendidikan berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa terhadap anak didik agar menjadi dewasa secara mental dan intelektual. (Nur Uhbiyati, 1998:7)
7.      Konferensi Internasional Pendidkan Islam yang diselenggarakan oleh King Abdul Aziz di Jeddah pada tahun 1977, merekomendasikan bahwa pendidikan adalah keseluruhan pengertian yang terkandung dalam makna ta’lim, ta’dib dan tarbiyyah. (Ahmad Tafsir, 1992: 28)
8.      Ahmad D. Marimba mengartikan bahwa pendidikan adalah bimbingan jasmani dan rohani untuk membentuk kepribadian utama, membimbing ketrampilan jasmaniah dan rohaniah sebagai perilaku konkret yang memberi manfaat pada kehidupan siswa di masyarakat. (Ahmad D, Marimba, 1980:45)
9.      Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara (UURI, No. 20/2003 Pasal 1 ayat 1). Selanjutnya, pada Pasal 1 ayat 2 (UURI, No.20/2003) disebutkan bahwa pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia, dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman.
10.  Ary H. Gunawan mengatakan bahwa pendidikan  adalah interaksi manusia antara guru atau pendidik dan murid atau anak didik yang dapat menunjang pengembangan manusia seutuhnya yang berorientasikan pada nilai-nilai dan pelestarian serta pengembangan kebudayaan yang berhubungan dengan usaha-usaha pengembangan manusia tersebut.
11.  Kamus Besar Bahasa Indonesia  mendefinisikan bahwa pendidikan berasal dari kata didik”,yang mendapat awalan kata “me-“ sehingga menjadi “mendidik” artinya memelihara dan memberi latihan. Dalam memelihara dan memberi latihan diperlukan ajaran, tuntutan, dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran.
Dalam perspektif Islam, pendidikan dikatakan dengan istilah pendidikan Islam. Pengertian pendidikan Islam dikemukakan oleh para pakar sebagai berikut:
1.    Pendidikan adalah proses bimbingan jasmani dan rohani untuk membentuk kepribadian utama menurut ukuran yang telah ditentukan. Kepribadian utama disini adalah kepribadian muslim, yaitu kepribadian yang memiliki nilai-nilai agama islam, memilih, memutuskan, mengamalkan, mempertanggungjawabkan perbuatan berdasarkan ajaran Islam. (Safruddin Nurdin, 2002)
2.      Menurut Hasan Langgulung, pendidikan Islam adalah pendidikan berfungsi menyiapkan generasi muda untuk memegang peranan tertentu dalam masyarakat pada masa yang akan datang. Peranan ini berkitan erat dengan kelanjutan hidup bermayarakat; memindahkan ilmu pengetauan yang bersangkutan dengan peranan tersebut dari generasi tua kepada geneasi muda; memindahkan nilai-nilai yang bertujuan memelihara keutuhan dan kesatuan masyarakat yang menjadi syarat mutlak bagi kelanjutan hidup suatu masyarakat dan peradaban. Dengan kata lain, tanpa nilai-nilai keutuhan dan kesatuan suatu masyarakat, kelanjutan hidup tersebut tidak akan dapat terpelihara dengan baik yang akhirnya akan berkesudahan dengan kehancuran masyarakat tersebut.
Dalam islam, pendidikan dikenal dengan istilah tarbiyah yang berasal dari  bahasa Arab, sedangkan orang yang mendidik dinamakan murobi. Secara umum, kata tarbiyah dikembalikan pada tiga kata kerja yang berbeda, yakni:
1.      Rabaa-yarbuu yang bermakna namaa-yanmuu, artinya berkembang.
2.      Rabiya-yarbaa yang bermakna nasya-a, tara’ra-a, artinya tumbuh.
3.      Rabbaa-yarubbu yang bermakna aslahahu, tawalla amrah, sasa-ahuu, wa qaama ‘alaihi, wa ra’aahu, yang artinya memperbaiki, mengurus, memimpin, menjaga, dan memeliharanya (atau mendidik).
Secara istilah, makna tarbiyah berdasarkan akar kata tarbiyah adalah sebagai berikut:
1.      Proses pengembangan dan bimbingan, meliputi jasad, akal, dan jiwa, yang dilakukan secara berkelanjutan , dengan tujuan anak didik tumbuh dewasa dan hidup mandiri di tengah masyarakat.
2.      Kegiatan yang disertai dengan penuh kasih sayang, kelembutan hati, perhatian, bijak, dan menyenangkan hati (tidak membosankan).
3.      Menyempurnakan fitrah kemanusiaan, memberi kesenangan dan kemuliaan tanpa batas sesuai syariat Allah SWT.
4.      Proses yang dilakukan dengan pengaturan yang bijak dan dilaksanakan secara bertahap dari yang mudah ke yang sulit.
5.      Mendidik anak melalui penyampaian ilmu, menggunakan metode yang mudah diterima sehingga ia dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
6.      Kegiatan yang mencakup pengembangan, pemeliharaan, penjagaan, pengurusan, penyampaian ilmu, pemberian petunjuk, bimbingan, penyempurnaan, dan perasaan mamiliki terhadap anak.
7.      Tarbiyah terdiri atas: (1) tarbiyah khalqiyyat, (2) tarbiyah diiniyyat tahdzibiyyat.

Sebagian ahli pendidikan islam menyebut istilah pendidikan dengan tarbiyyah atau ta’lim. Arti asli kata tarbiyyah adalah mengurus pohon secara telaten, sedangkan arti kata ta’lim adalah memberikan tanda khusus pada suatu benda. Dalam bahasa kita, dikenal kata alamat (tanda atau identitas). Kata ini seakar dengan kata ta’lim. Tahap  berikutnya, dua kata tersebut menjadi terminologi resmi pendidikan, walaupun kata ta’lim kurang popular dibanding kata tarbiyyah. Tarbiyyah yang telah menjadi terminologi resmi pendidikan memiliki arti: proses pembentukan karakter individu siswa untuk mencapai kesempurnaan etika, menguasai ketajaman analisis, mempunyai kemampuan membaca diri, dan cakap mengungkapkan ide melalui bahasa verbal dan penataan kata (tulisan).
Berdasarkan semua definisi tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan adalah sebuah sistem yang terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, emosional, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.[13]
Dari uraian makna panjang lebar pendidikan baik  secara etimologis, terminologis maupun yuridis diatas akhirnya dapat diambil benang merahnya. Benang merahnya dari beberapa artikel pendidikan adalah:
1.      Pendidikan berwujud aktivitas interaktif yang sadar dan terencana.
2.      Dilakukan oleh minimal dua orang, satu pihak berperan sebagai fasilitator dan dinamisator sedangkan pihak lainnya sebagai subyek yang berupaya mengembangkan diri.
3.      Proses dicapai melalui penciptaan suasana belajar dan prosen pembelajaran.
4.      Terdapat nilai yang diyakini kebenarannya sebagai dasar aktivitas.
5.      Memiliki tujuan baik dalam rangka mengembangkan segenap potensi internal individu anak.
6.      Puncak ketercapaian tujuan adalah kedewasaan, baik secara fisik, psikologis, sosial, emosionl, ekonomii, moral, dan spiritual pada peserta didik.




b.      Perbedaan Pembelajaran dan Pendidikan
Ada beberapa hal yang dapat menunujukkan sebuah perbedaan antara pendidikan dan pembelajaran. Bahwa secara sederhana, pendidikan merupakan usaha sadar dan sengaja untuk mendewasakan peserta didik dengan mentransfer nilai-nilai. Sedangkan pembelajaran merupakan usaha sadar dan sengaja untuk mendewasakan peserta didik dengan mentrasfer pengetahuan.
Secara mendasar perbedaan antara pendidikan dan pembelajaran dapat dilihat dari perbedaan antara kata mengajar dan mendidik. Mengajar ialah memberikan pengetahuan atau melatih kecakapan-kecakapan (keterampilan) kepada anak-anak. Sedangkan mendidik adalah membentuk budi pekerti dan watak anak-anak. Jadi, dengan pengajaran, guru membentuk kecerdasan. Dan dengan pendidikan, guru membentuk kesusilaan pada anak.

Pendidikan dapat dilihat sebagai proses bimbingan yang mempunyai dasar dan tujuan yang terencana denagan jelas. Keterkaitan antara dasar sebagai landasan, dan tujuan sebagai target yang akan dicapai, menjadikan proses bimbingan tersebut terangkum sebagai rangkaian aktivitas yang terbentuk dalam suatu sistem. Hal ini mengisyaratkan bahwa pendidikan sebagai sistem terangkai oleh berbagai komponen pendukung yang antara satu samaa lain saling tergantung, saling berhubungan dan saling menentukan.
Secara garis besarnya, komponen-komponen yng termuat dalam sistem pendidikan mencakup dasar, metode, bahan, alat, pendidik peserta didik, evaluasi serta tujuan pendidikan. Sebuah sistem pendidikan akan dapat terselenggara dengan baik apabila didukung komponen-komponen dimaksud. Pertama, dasar pendidikan yang berorientasi pada pemikiran filosofis tentang pendidikan. Untuk mengantar kepada pencapaian tujuan pendidikan yang dicita-citakan, diperlukan pula bahan pendidikan yang terangkum dalam kurikulum. Disamping itu juga perlu adanya tenaga pendidik yang memiliki criteria tertntu, hingga mampu menyampaikan bahan dengan menggunakan metode yang efektif kepada peserta didik. Kemudian keberhasilan dari proses pendidikan itu sendiri hanya mungkin diketahui dari kegiatan tahap akhir, yaitu berdasarkan tahap evaluasi. Evaluasi merupakan rangkaian kegiatan untuk mengetahui hasil akhir yang dicapai.

C.    Pengertian Sistem dalam Pembelajaran
Pembelajaran merupakan bagian atau elemen yang memiliki peran sangat dominan untuk mewujudkan kualitas baik proses maupun lulusan (output) pendidikan. Pembelajaran memiliki pengaruh yang menyebabkan kualitas pendidikan menjadi rendah. Artinya pembelajaran sangat tergantung dari kemampuan guru dalam melaksanakan atau mengemas proses pembelajaran. Pembelajaran yang dilaksanakan secara baik da tepat akan memberikan konstribusi agar dominan bagi siswa, sebaliknya pembelajaran yang dilaksanakan dengan cara yang tidak baik akan menyebabkan potensi siswa sulit dikembangkan atau diberdayakan.[14]
















BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
1.      Konsep Sistem dan Sistim yaitu Sistem adalah sekelompok bagian-bagian yang bekerjasama secara keseluruhan berdasarkan tujuan bersama. Sistim adalah terdapat ciri-ciri tertentu, yaitu terdiri dari komponen-komponen yang saling berhubungan, saling mengalami ketergantungan dalam keutuhan organisasi yang teatur serta integrasi. Ciri-ciri sistem; Tujuan Sistem, Fungsi Sistem, Komponen Sistem, Interaksi atu saling berhubungan, Penggabungan yang menimbulkan jalinan perpaduan, dan Proses transformasi.
Perbedaan sistem dan sistim
Sistem merupakan suatu cara atau metode yang akan dilakukan. Sedangkan sistim merupakan keseluruhan dari sistem
Perbedaannya ada pada kosa katanya. Sistem adalah kata baku, sedangkan sistim adalah kata yang tidak baku.
Cara pengujinya mudah: sistem= sistemetis bukab sistimatis.
2.      Perbedaan Pembelajaran dan Pendidikan yaitu Ada beberapa hal yang dapat menunujukkan sebuah perbedaan antara pendidikan dan pembelajaran. Bahwa secara sederhana, pendidikan merupakan usaha sadar dan sengaja untuk mendewasakan peserta didik dengan mentransfer nilai-nilai. Sedangkan pembelajaran merupakan usaha sadar dan sengaja untuk mendewasakan peserta didik dengan mentrasfer pengetahuan.
Secara mendasar perbedaan antara pendidikan dan pembelajaran dapat dilihat dari perbedaan antara kata mengajar dan mendidik. Mengajar ialah memberikan pengetahuan atau melatih kecakapan-kecakapan (keterampilan) kepada anak-anak. Sedangkan mendidik adalah membentuk budi pekerti dan watak anak-anak. Jadi, dengan pengajaran, guru membentuk kecerdasan. Dan dengan pendidikan, guru membentuk kesusilaan pada anak.
3.      Pengertian Sistem dalam Pembelajaran yaitu Pembelajaran merupakan bagian atau elemen yang memiliki peran sangat dominan untuk mewujudkan kualitas baik proses maupun lulusan (output) pendidikan. Pembelajaran memiliki pengaruh yang menyebabkan kualitas pendidikan menjadi rendah. Artinya pembelajaran sangat tergantung dari kemampuan guru dalam melaksanakan atau mengemas proses pembelajaran. Pembelajaran yang dilaksanakan secara baik da tepat akan memberikan konstribusi agar dominan bagi siswa, sebaliknya pembelajaran yang dilaksanakan dengan cara yang tidak baik akan menyebabkan potensi siswa sulit dikembangkan atau diberdayakan.

4.      SARAN
Semoga dengan dibuatnya makalah Perencanaan Sistem PAI dengan tema Pengertian Sistem dalam Pembelajaran  dapat membantu proses perkuliahan.
















DAFTAR PUSTAKA
Arif Rahman, Memahami Ilmu Pendidikan, CV. Aswaja Pressindo, Yogyakarta, 2013.
Endang Soenaryo, Pengantar Teori Perencanaan Pendidikan Berdasarkan Pendidikan Sistem, Adicita Karya Nusa, Yogyakarta, 2000.
Hamdani Hamid dan Beni Ahmad Saebani, Pendidikan karakter Perspektif  Islam, CV Pustaka Setia, Bandung, 2013.
Hamzah B Uno, Perencanaan Pembelajaran, PT Bumi Aksara, Jakarta, 2006.
Iskandarwassid, Strategi Pembelajaran Bahasa, PT REMAJA ROSDAKARYA, Bandung, 2008.
Isriani Hardini dan Dewi Puspitasari, STRATEGI PEMBELAJARAN TERPADU (Teori, Konsep, dan Implementasi), Familia, Yogyakarta, 2012.
Jogiyanta, PEMBELAJARAN METODE KASUS untuk dosen dan Mahasiswa, CV ANDI OFFSET, Yogyakarta, 2006.
Made Pidarta, Perencanaan Pendidikan Partisipatori dengan Pendekatan Sistem, Rineka cipta, Jakarta, 1988.
Nana Sudjana  dan Eddy Susanta, Pendekatan Sistem Bagi Administrator Pendidikan (Konsep Dan Penerapannya), C.V Sinar Baru, Bandung, 1989.
Saekhan Muchith, PEMBELAJARAN KOTEKSTUAL, RaSAIL Media Group, Semarang, 2008.
Sarbini dan Neneng Lina, Perencanaan Pendidikan, CV Pustaka Setia, Bandung, 2011.
Suwardi, Manajement Pembelajaran, STAIN SALATIGA PRESS, Salatiga, 2007.



[1] Arif Rahman, Memahami Ilmu Pendidikan, CV. Aswaja Pressindo, Yogyakarta, 2013, hal 75-76.


[2] Nana Sudjana  dan Eddy Susanta, Pendekatan Sistem Bagi Administrator Pendidikan (Konsep dan Penerapannya), C.V Sinar Baru, Bandung, 1989, hal 23-24.

[3] Endang Soenaryo, Pengantar Teori Perencanaan Pendidikan Berdasarkan Pendidikan Sistem, Adicita Karya Nusa, Yogyakarta, 2000, hal 12.
[4] Made Pidarta, Perencanaan Pendidikan Partisipatori dengan Pendekatan Sistem, Rineka cipta, Jakarta, 1988, hal 17.

[5] Hamzah B Uno, Perencanaan Pembelajaran, PT Bumi Aksara, Jakarta, 2006, hal 11-13.
[6] Made pidarta, Op.,Cit., hal 17.
[7] Suwardi, Manajement Pembelajaran, STAIN SALATIGA PRESS, Salatiga, 2007, hal 31-32.

[8] Iskandarwassid, Strategi Pembelajaran Bahasa, PT REMAJA ROSDAKARYA, Bandung, 2008, hal 2-3.
[9] Isriani Hardini dan Dewi Puspitasari, STRATEGI PEMBELAJARAN TERPADU (Teori, Konsep, dan Implementasi), Familia, Yogyakarta, 2012, hal 4.
[10] Jogiyanta, PEMBELAJARAN METODE KASUS untuk dosen dan Mahasiswa, CV ANDI OFFSET, Yogyakarta, 2006, hal 12.
[11] Isriani Hardini dan Dewi Puspitasari, Op.,Cit., hal 10.
[12] Hamdani Hamid dan Beni Ahmad Saebani, Pendidikan karakter Perspektif  Islam, CV Pustaka Setia, Bandung, 2013, hal 1-7.

[13] Sarbini dan Neneng Lina, Perencanaan Pendidikan, CV Pustaka Setia, Bandung, 2011, hal 18-20.

[14] Saekhan Muchith, PEMBELAJARAN KOTEKSTUAL, RaSAIL Media Group, Semarang, 2008, hal 1.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar