Selasa, 23 Desember 2014

Pendidikan Madrasah Diniyyah, Sepi Akan Santri



Madrasah Diniyah adalah salah satu lembaga pendidikan keagamaan pada jalur luar sekolah yang diharapkan mampu secara menerus memberikan pendidikan agama Islam kepada anak didik yang tidak terpenuhi pada jalur sekolah yang diberikan melalui sistem klasikal serta menerapkan jenjang pendidikan yaitu: Madrasah Diniyah Awaliyah, dalam menyelenggarakan pendidikan agama Islam tingkat dasar selama selama 4 (empat) tahun dan jumlah jam belajar 18 jam pelajaran seminggu, Madrasah Diniyah Wustho, dalam menyelenggarakan pendidikan agama Islam tingkat menengah pertama sebagai pengembangan pengetahuan yang diperoleh pada Madrasah Diniyah Awaliyah, masa belajar selama selama 2 (dua) tahun dengan jumlah jam belajar 18 jam pelajaran seminggu dan Madrasah Diniyah Ulya, dalam menyelenggarakan pendidikan agama Islam tingkat menengah atas dengan melanjutkan dan mengembangkan pendidikan Madrasah Diniyah Wustho, masa belajar 2 (dua) tahun dengan jumlah jam belajar 18 jam per minggu.
Madrasah Diniyah merupakan lembaga pendidikan yang memberikan pendidikan dan pengajaran secara klasikal yang bertujuan untuk memberi tambahan pengetahuan agama Islam kepada pelajar-pelajar yang merasa kurang menerima pelajaran agama Islam di sekolahannya. Keberadaan lembaga ini sangat menjamur dimasyarakat karena merupakan sebuah kebutuhan pendidikan.
Dekat ini, kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan di Madrasah diniyyah sangatlah lemah. Kenyataannya, banyak Madrasah-madrasah diniyyah di kudus yang sepi akan santri. Madrasah diniyyah Mu’awanatul Muslimin Kauman Menara tiap kelasnya tidak lebih dari lima santri. Begitu juga di Kelas empat Madrasah Nurussalam Dersalam, muridnya hanya tiga anak. Lalu, apa sebenarnya penyebab dari kemunduran pendidikan di Madrasah Diniyyah ini? Apakah pendidikan Madrasah Diniyyah sudah tidak penting lagi?
Sebenarnya, penyebab dari kemunduran pendidikan Madrasah Diniyyah dipengaruhi oleh beberapa faktor. Pertama, faktor dari dalam Madrasah tersebut. Sistem pembelajaran yang kurang tepat dan infra struktur yang kurang memadai sangat berpengaruh dalam lemahnya minat masyarakat untuk menyekolahkan putra-putrinya di Madrasah Diniyyah tersebut. Faktanya, Guru atau Ustadz di Madrasah Diniyyah kurang begitu perhatian terhadap santri. Saat santri tidak berangkat, jarang ada guru yang menanyai langsung kepada anak tersebut.
Kedua, faktor dali luar Madrasah, meliputi kesadaran orang tua dan kesibukan anak sendiri. Kurangnya pengetahuan dan pentingnya pendidikan di Madrasah bagi masyarakat adalah penyebab utama dari minimnya murid di Madrasah Diniyyah. Maka dari itu, dari pihak Madrasah perlu adanya sosialisasi terhadap masyarakat akan pentingnya pendidikan di Madrasah. Madrasah Diniyah memiliki peran yang sangat penting dalam menanamkan pengetahuan keagamaan. Pendidikan ini merupakan evolusi dari sistem belajar yang dilaksanakan di pesantren salafiyyah. Dengan berkembangnya zaman sehingga pendidikan Madrasah Diniyah mengalami perubahan yaitu dengan menggunakan sistem klasikal yang di dalamnya tidak hanya sekedar membaca al-Qur'an dan ilmu dasar agama, tetapi meliputi ilmu-ilmu ke-Islaman lainnya. Dalam PP No. 55 Tahun 2007 tentang pendidikan agama dan keagamaan pada pasal 15 menyebutkan bahwa pendidikan diniyah formal menyelenggarakan pendidikan ilmu yang bersumber dari ajaran agama Islam pada jenjang pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Pendidikan formal atau informal dapat dihargai sederajat dengan hasil pendidikan formal keagamaan atau umum atau kejuruan setelah lulus ujian yang diselenggarakan satuan pendidikan yang terakreditasi yang ditunjukkan oleh pemerintah.
Kesibukan dari peserta didik, yaitu adanya kegiatan ekstrakulikuler, pramuka dan les menjadikan malasnya anak untuk sekolah di Madrasah Diniyyah. Anak didik sering tidak berangkat dikarenakan adanya kegiatan tersebut.anak didik lebih mementingkan kegiatan tersebut karena mendapat ancaman dari guru ektrakulikuler akan mendapatkan nilai yang buruk jika tidak mengikutinya. Hal tersebut membuat anak menomer duakan Madrasah Diniyyah dan akhirnya pun keluar dari Madrasah Diniyyah dikarenakan kelelahan dengan keatan kesehariaannya. Faktanya, di awal pendaftaran banyak anak didik baru yang aktif, dan lama kelamaan berkurang sedikit demi sedikit. Utuk itu, perlu adanya komunikasi kepada pihak sekolah SD / SMP untuk mengurangi kegiatan ekstra kulikuler yang mengganggu berlangsungnya kegiatan di Madrasah.
Ada beberapa langkah efektif yang harus dicapai dalam mewujudkan madrasah diniyah yang berkualitas. Yaitu:
1.      Peningkatan kualitas akedemik dengan membekali siswa terhadap kemampuan Agama dengan baik dan benar.
2.      Sumber daya manusia dengan menyeleksi Guru-guru yang berkualitas serta manajemen yang optimal.
3.      Pemaksimalan peran. Selain pengumpulan dana sebagai pengendali mutu Madrasah diniyah, juga dibutuhkan penyumbang dana atau donatur yang turut serta membantu dalam hal pendanaan.
4.      Meningkatkan peran orang tua, dan masyarakat sekitar sebagai obyek sekaligus subyek pendidikan.
Demikian sedikit tentang ekspresi saya berkaitan dengan pendidikan di Madrasah Diniyyah. Karena posisi saya juga sebagai pengajar di Madrasah Diniyyah, Problema tersebutlah yang selalu mengganjal dibenak hati saya. Kenapa Madrasah sepi akan peminat? Salah guru, pemerintah atau masyarakatnya?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar