Selasa, 23 Desember 2014

KONSEP PENDIDIKAN ISLAM SEBAGAI SOLUSI KENAKALAN DALAM DUNIA REMAJA



Masa remaja atau yang biasa disebut masa pubertas adalah masa transisi manusia dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Dalam ilmu kedoteran dan ilmu-ilmu yang terkait,  remaja dikenal sebagai suatu tahap perkembangan fisik, di mana alat-alat reproduksi mencapai tahap kematangannya. Adapun remaja menurut perkembangan psikologis adalah perubahan dari kanak-kanak menjadi dewasa. Puncak perkembangan psikologis ini ditandai dengan adanya proses perubahan dari kondisi entropy ke kondisi negen-tropy.
Entropy sendiri memiliki arti keadaan yang menunjukkan bahwa kesadaran diri manusia belum tersusun secara rapi. Walaupun isi dari diri tersebut sudah banyak, akan tetapi isi-isi tersebut tidak saling berkaitan secara baik, sehingga tidak dapat bekerja secara maksimal. Dan itu akan berakibat timbulnya suatu pengalamn yang tidak menyenangkan bagi remaja tersebut. Selama masa remaja, kondisi entropy ini secara bertahap disusun, diarahkan, distruktur kembali, sehingga lama kelamaan akan terjadi kondisi negative entropy atau negentropy, yaitu keadaan dimana isi kesadaran terisi dengan baik, pengetahuan yang satu terkait dengan perasaan atau sikap. Usia remaja diperkirakan sekitar umur 13 tahun sampai dengan 21 tahun.
Pada saat seorang kanak-kanak mulai tumbuh dan berkembang menjadi seorang remaja akan terlihat beberapa hal pada dirinya diantaranya yaitu: Kegelisahan yaitu keadaan yang menunjukkan ketidaktenangan dalam diri seorang remaja. Keadaan ini biasanya terjadi karena banyak hal yang diinginkan remaja tersebut yang tidak terpenuhi, disisi lain remaja tersebut juga menginginkan suatu pengalaman yang baru. Pertentangan yaitu pertentangan-pertentangan yang terjadi di dalam diri mereka yang justru menimbulkan kebingungan baik bagi diri mereka maupun orang lain yang ada disekitarnya karena hal tersebut,maka timbul perselisihan dan pertentangan antara remaja dan orang tua. Pada saat pertumbuhan remaja, mereka juga selalu berkeinginan besar untuk mencoba segala hal yang belum diketahuinya,dan cenderung berkeinginan menjelajah ke alam sekitar yang lebih luas, misalnya; melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan pramuka, himpunan pencinta alam dan sebagainya. Meraka juga sering berkhayal, khayalan mereka biasanya tentang peraihan kesuksesan dalam berkarir. Dimasa remaja mereka juga sering melakukan aktifitas berkelompok , oleh karena itu banyak anak-anak remaja yang membuat semacam perkumpulan yang biasanya disebut geng, terkadang geng tersebut ada yang beraliran negatif akan tetapi juga tidak sedikit yang beraliran positif.
Perubahan diri dari kanak-kanak menjadi seorang yang dewasa ini akan menimbulkan beberapa problematika-problematika diantaranya yaitu: perkelahian anatar pelajar, perkelahian ini biasanya dipicu oleh masalah-masalah kecil yang belum mampu diselesaikan oleh para remaja secara bijak, mereka menanggapi permasalahan tersebut dengan emosi, selain itu perkelahian ini juga terjadi karena merasa dirinya yang paling kuat dan rasa ingin melindungi kawan mereka yang diskaiti oleh orang lain sehingga timbullah perkelahian tersebut. Untuk mencegah agar remaja tidak terlibat perkelahian maka pihak yang terkait seperti keluarga, sekolah, aparat keamanan, perlu menciptakan kondisi yang positif agar para remaja dapat berpeluang untuk berprestasi dan bersahabat antar sesama mereka dalam kehidupan sehari-hari serta fasilitas yang cukup untuk mereka berkreasi, berkomunikasi dan bereksperimen dengan berbagai pengalaman hidup di bawah pengawasan yang bersifat membimbing. Serta lembaga konsultasi yang menjadi media bagi mereka untuk mendapatkan solusi yang baik untuk masalah mereka.  Selain perkelahian antar pelajar problematika yang terjadi pada masa remaja yaitu penyimpangan moralitas dan perilaku sosial pelajar. Dewasa ini semakin banyak penyimpangan yang dilakukan oleh remaja, seperti perampokan, pembunuhan, seks bebas dan lain-lain. Dan berbagai tindak kriminalitas sebagian besar pelakunya adalah remaja. Perilaku sosial dan moralitas yang menyimpang jelas adalah hasil dari sosialisasi anak tersebut, selain itu  filter moral masyarakat yang sedikit demi sedikit berubah akibat dari transisi kultural (yang tersirat maupun tersurat dari TV dan media massa) mancanegara yang ukuran baik-buruknya berbeda dengan budaya kita. Oleh karena itu orang tua harus waspada terhadap sosialisasi anak, baik sadar maupun tidak sadar anak terus mengadaptasi norma sosial yang sedang tumbuh sesuai dengan daya nalar dan kriteria yang dimilikinya.
Untuk menanggulangi kenakalan-kenalakan remaja yang saat ini semakin menyeruak, perlu dilakukan suatu pendidikan Islam. Pendidikan Islam adalah sumber dan pengontrol dalam kehidupan manusia.  Dia hadir untuk meningkatkan potensi spiritual dan membentuk pribadi yang beriman dan bertakwa serta berakhlak mulia. Namun keberadaannya di era modern ini semakin terpuruk, khususnya dalam jiwa dan pikiran remaja yang lebih berorientasi pada kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi “Barat”, yang kemudian membawanya pada sublimasi Islam. Semakin lama semakin tampak kerapuhan akidah dan akhlak mereka, hingga menggugah para pemikir Muslim untuk melakukan upaya pembenahan hakikat kepribadian (yang mampu mengintegrasikan antara Teo (tauhid), individu (antropo), dan sosial (sosio) dengan jiwa). Pendidikan Islam ini juga berfungsi sebagai alat terapi untuk menyembuhkan kenakalan-kenakalan remaja saat ini. Karena sifat ajaran Islam universal adalah shiroth al mustaqim, hudan wa rohmah, syifaun lima fi al-sudur dan bimbingan agama seperti ajaran moral yang diajarkan kepada mereka akan sangat berpengaruh untuk mencegah mereka dari perbuatan yang buruk. Selain itu nilai-nilai akhlak yang ditanamkan sejak kecil akan mencegah mereka baik sadar maupun tidak sadar untuk cenderung menjauhi hal-hal yang di larang agama, karena pada dasarnya manusia diciptakan dengan fitrah yang cenderung mencintai kebaikan dan kebenaran. Oleh karena itu dengan pengetahuan agama kita bisa mempertajam fitrah kita dan mengarahkan kita kepada sesuatu yang bersifat hakiki. Kebanyakan penyimpangan yang dilakukan oleh remaja adalah karena masalah sosialisasi anak terkait dengan teman sebayanya. Oleh karena itu bagi  orang tua harus benar-benar memastikan bahwa teman anak kita adalah teman yang baik dan bukan teman yang menjerumuskan. Oleh karena itu lingkungan yang agamis sangatlah diperlukan. Juga ayat-ayat Al-quran dan hadis-hadis nabi juga sebaiknya sering di sampaikan di dalam rumah tidak hanya di sekolah sehingga memperkuat keyakinan anak tersebut untuk selalu berada dijalan kebenaran dan selalu melakukan kebaikan semangat menggapai cita-cita karena anak akan merasa bahwa orang tuanya sangat perhatian terhadapnya.
Adapun penerapan konsep pendidikan Islam dalam pembelajaran yaitu dapat dilakukan perubahan kurikulum (paradigma baru pendidikan Islam)  melaluipenyesuaian terhadap kondisi remaja saat ini. Selain itu dilakukan juga penginternalisasian pada anak didik sehngga terjadi keseimbangan jiwa dan tauhid,individu dan sosial (masyarakat). Sehingga tercapailah keseimbangan  ibadah vertikal dan horisontal sehingga dapat tercipta
manusia yang berbudi pekerti luhur, bertakwa dan berakhlak mulia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar