Masa remaja atau yang biasa disebut
masa pubertas adalah masa transisi manusia dari masa kanak-kanak ke masa
dewasa. Dalam ilmu kedoteran dan ilmu-ilmu yang
terkait, remaja dikenal sebagai suatu tahap
perkembangan fisik, di mana alat-alat reproduksi mencapai tahap kematangannya. Adapun remaja menurut perkembangan psikologis adalah
perubahan dari kanak-kanak menjadi dewasa.
Puncak perkembangan psikologis ini ditandai dengan adanya proses perubahan dari
kondisi entropy ke kondisi negen-tropy.
Entropy sendiri memiliki arti keadaan yang
menunjukkan bahwa kesadaran diri manusia belum tersusun secara rapi. Walaupun isi dari diri tersebut sudah banyak, akan tetapi isi-isi tersebut tidak
saling berkaitan secara baik, sehingga tidak dapat bekerja secara maksimal. Dan
itu akan berakibat timbulnya suatu pengalamn yang tidak menyenangkan bagi
remaja tersebut. Selama masa remaja, kondisi entropy
ini secara bertahap disusun, diarahkan, distruktur kembali, sehingga lama kelamaan
akan terjadi kondisi negative entropy atau negentropy,
yaitu keadaan dimana isi kesadaran terisi dengan baik, pengetahuan yang
satu terkait dengan perasaan atau sikap. Usia remaja diperkirakan sekitar
umur 13 tahun sampai dengan 21 tahun.
Pada saat seorang kanak-kanak mulai
tumbuh dan berkembang menjadi seorang remaja akan terlihat beberapa hal pada
dirinya diantaranya yaitu: Kegelisahan yaitu keadaan yang
menunjukkan ketidaktenangan dalam diri seorang remaja. Keadaan ini biasanya
terjadi karena banyak hal yang diinginkan remaja tersebut yang tidak terpenuhi,
disisi lain remaja tersebut juga menginginkan suatu pengalaman yang baru. Pertentangan yaitu
pertentangan-pertentangan yang terjadi di dalam diri mereka yang justru
menimbulkan kebingungan baik bagi diri mereka maupun orang lain yang ada
disekitarnya karena hal tersebut,maka timbul perselisihan dan pertentangan
antara remaja dan orang tua. Pada saat pertumbuhan remaja, mereka juga selalu berkeinginan besar untuk mencoba segala hal
yang belum diketahuinya,dan cenderung berkeinginan menjelajah ke alam sekitar
yang lebih luas, misalnya; melibatkan diri dalam
kegiatan-kegiatan pramuka, himpunan pencinta alam dan sebagainya. Meraka juga
sering berkhayal, khayalan mereka biasanya tentang peraihan kesuksesan dalam
berkarir. Dimasa remaja mereka juga sering melakukan aktifitas berkelompok ,
oleh karena itu banyak anak-anak remaja yang membuat semacam perkumpulan yang
biasanya disebut geng, terkadang geng tersebut ada yang beraliran negatif akan
tetapi juga tidak sedikit yang beraliran positif.
Perubahan diri dari kanak-kanak
menjadi seorang yang dewasa ini akan menimbulkan beberapa problematika-problematika
diantaranya yaitu: perkelahian anatar pelajar, perkelahian ini biasanya dipicu
oleh masalah-masalah kecil yang belum mampu diselesaikan oleh para remaja
secara bijak, mereka menanggapi permasalahan tersebut dengan emosi, selain itu
perkelahian ini juga terjadi karena merasa dirinya yang paling kuat dan rasa
ingin melindungi kawan mereka yang diskaiti oleh orang lain sehingga timbullah
perkelahian tersebut. Untuk mencegah agar remaja tidak
terlibat perkelahian maka pihak yang terkait seperti keluarga, sekolah, aparat
keamanan, perlu menciptakan kondisi yang positif agar para remaja dapat berpeluang untuk berprestasi dan bersahabat antar
sesama mereka dalam kehidupan sehari-hari serta fasilitas yang cukup untuk
mereka berkreasi, berkomunikasi dan bereksperimen dengan berbagai pengalaman
hidup di bawah pengawasan yang bersifat membimbing. Serta lembaga konsultasi
yang menjadi media bagi mereka untuk mendapatkan solusi yang baik untuk masalah
mereka. Selain perkelahian antar pelajar
problematika yang terjadi pada masa remaja yaitu penyimpangan
moralitas
dan perilaku
sosial pelajar. Dewasa ini semakin banyak
penyimpangan yang dilakukan oleh remaja, seperti perampokan, pembunuhan, seks
bebas dan lain-lain. Dan berbagai tindak kriminalitas sebagian besar pelakunya
adalah remaja. Perilaku sosial
dan moralitas yang menyimpang jelas adalah hasil dari sosialisasi anak
tersebut, selain itu filter moral masyarakat yang sedikit demi sedikit
berubah akibat dari transisi kultural (yang tersirat maupun tersurat dari TV
dan media massa) mancanegara yang ukuran baik-buruknya berbeda dengan budaya
kita. Oleh karena itu orang tua harus waspada terhadap
sosialisasi anak, baik sadar maupun tidak sadar anak terus mengadaptasi norma
sosial yang sedang
tumbuh sesuai dengan daya nalar dan kriteria yang dimilikinya.
Untuk menanggulangi kenakalan-kenalakan
remaja yang saat ini semakin menyeruak, perlu dilakukan suatu pendidikan Islam.
Pendidikan
Islam adalah sumber dan pengontrol dalam kehidupan manusia. Dia hadir untuk meningkatkan potensi spiritual
dan membentuk pribadi yang beriman dan bertakwa serta berakhlak mulia. Namun
keberadaannya di era modern ini semakin terpuruk, khususnya dalam jiwa dan
pikiran remaja yang lebih berorientasi pada kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
“Barat”, yang kemudian membawanya pada sublimasi Islam. Semakin lama semakin
tampak kerapuhan akidah dan akhlak mereka, hingga menggugah para pemikir Muslim
untuk melakukan upaya pembenahan hakikat kepribadian (yang mampu
mengintegrasikan antara Teo (tauhid), individu (antropo), dan sosial (sosio)
dengan jiwa). Pendidikan Islam ini juga berfungsi sebagai alat terapi untuk
menyembuhkan kenakalan-kenakalan remaja saat ini. Karena sifat ajaran Islam universal adalah shiroth al mustaqim, hudan wa rohmah, syifaun lima fi
al-sudur dan bimbingan agama seperti ajaran moral yang diajarkan kepada
mereka akan sangat berpengaruh untuk mencegah mereka dari perbuatan yang buruk. Selain itu nilai-nilai akhlak yang ditanamkan sejak kecil akan mencegah
mereka baik sadar maupun tidak sadar untuk cenderung menjauhi hal-hal yang di
larang agama, karena pada dasarnya manusia diciptakan dengan fitrah yang
cenderung mencintai kebaikan dan kebenaran. Oleh karena itu dengan pengetahuan
agama kita bisa mempertajam fitrah kita dan mengarahkan kita kepada sesuatu
yang bersifat hakiki. Kebanyakan penyimpangan yang dilakukan oleh remaja adalah
karena masalah sosialisasi anak terkait dengan teman sebayanya. Oleh karena itu
bagi orang tua harus benar-benar
memastikan bahwa teman anak kita adalah teman yang baik dan bukan teman yang
menjerumuskan. Oleh karena itu lingkungan yang agamis sangatlah diperlukan.
Juga ayat-ayat Al-quran dan hadis-hadis nabi juga sebaiknya sering di sampaikan
di dalam rumah tidak hanya di sekolah sehingga memperkuat keyakinan anak
tersebut untuk selalu berada dijalan kebenaran dan selalu melakukan kebaikan
semangat menggapai cita-cita karena anak akan merasa bahwa orang tuanya sangat
perhatian terhadapnya.
Adapun penerapan konsep pendidikan Islam dalam
pembelajaran yaitu dapat dilakukan perubahan kurikulum (paradigma baru
pendidikan Islam) melaluipenyesuaian
terhadap kondisi remaja saat ini. Selain itu dilakukan juga penginternalisasian
pada anak didik sehngga terjadi keseimbangan jiwa dan tauhid,individu dan
sosial (masyarakat). Sehingga tercapailah keseimbangan ibadah vertikal dan horisontal sehingga dapat
terciptamanusia yang berbudi pekerti luhur, bertakwa dan berakhlak mulia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar