Selasa, 23 Desember 2014

Konsep Pendidikan Seumur Hidup (Penerapan Di pedesaan)



Pendidikan merupakan bagian terpenting bagi manusia. Karena dengan pendidikan akan membantu manusia dalam mendari jati dirinya. Mengenai  konsep “pendidikan yang seumur hidup” yang pada hakekatnya adalah manusia sepanjang hidupnya akan memerlukan pendidikan dalam menyelesaian masalah hidupnya. Sekarang ini banyak sekali pendidikan formal baik swasta maupun negri yang sudah berdiri ditengah-tengah masyarakat. Akan tetapi kesadaran pakan pentungnya pendidikan bagi seseorang masih terlalu kecil prosentasinya. Khususnya bdidaerah perdesaan yang mana mayoritas pendudukan sebagi buruh pabrik, buruh sawah dan lain sebagainya. Dan kebanyakan juga anak-anak mereka hanya bersekolah sampai tingkat SMA sederajat, bahkan mirisnya ada yang hanya sampai tingkat SMP sederajat.
Orang tua mempunyai pandangan bahwa pendidikan adalah suatu hal yang penting, akan tetapi hal itu dipengaruhi oleh tingkat pendidikan orang tua yang rendah dan ekonomi yang kurang mendukung, sehingga pentingnya pendidikan hanya digambarkan untuk pekerjaan saja. Yaitu, bagaimana mencari uang atau pun membantu pendapatan keluarga dengan bekerja.
Seperti yang saya sudah tertera di atas salah satu alasan mereka tidak melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi adalah karena faktor ekonomi. Anggapan mereka untuk makan saja susah apalagi sampai menyekolahkan anak setinggi mungkin. Akan tetapi kurangya pengetahuan bagi orang perdesaan dan terpencil menganggap bahwa pendidikan itu tidak terlalu penting. Thoh pada dasarnya untuk yang perempuan nantinya juga akan masuk ke dapur memasak dan lain sebagainya. Atas dasar itulah mereka selalu mengesampingkan pendidikan anak-anaknya.
Selain itu faktor ekonomi juga sangat mempengaruhi melanjutkan atau tidaknya bersekolah. Bagi mereka yang memiliki ekonomi kurang beranggapan bahwa pendidikan itu cukup sampai SMA/MA dan setingkatnya. Mereka berargumen semacam ini “wong gawe urep bendino ae jeh kurang kok, ape nyekolahno anak duwor-duwor, wng ra urung yo luru gawean angel kok”. Ungkapan seperti itu sering kita dengar di lingkungan masyarakat yang tingkat kepedulian akan pendidikan masih kurang.  
Selain itu ada pula orang tua yang menyuruh anaknya untuk bekerja setelah lulus sekolah agar mampu membantu perekonomian keluarganya. Akan tetapi si anak itu masih bisa mengenyam pendidikan non-formal seperti halnya menhikuti Balai Latihan Kerja dimana si anak akan diajari berbagai ketrampilan. Selain itu ada pula yangf mengikuti kejar paket yang sesuai dengan kebutuhan, sehingga anak tetap akan mendapat pendidikan yang layak dan sesuai
Pada dasarnya ada anak yang ingin melanjutkan kuliah, akan tetapi dia itu berasal dari keluarga yang sederhana (ayahnya telah meninggal) sehingga yang menjadi tulang punggung adalah ibunya seorang. Saat ia bilang dia ingin kuliah jawaban dari ibunya semacam ini “Ya Allah ndok-ndok kuwe kuh ojo ngeti langet ae tah, reti sang bogawe aku tok kuwe kok jalok kuliah mbok dokok ndi pikiranem”.
Padahal menurut saya, dia bisa kuliah dengan cara bekerja terlebih dahulu untuk mengumpulkan dana agar ia bisa masuk kuliah. Akan tetapi kenyataannya tidak seperti itu, dia ingin kuliah akan tetapi ia tidak berusaha sedikitpun dan hanya mempunyai niat saja tanpa ada usah sedikitpun. Misalkan saja dia mentarget bekerja satu tahun lalu uangnya dikumpulkan tidak dibuat ke hal-hal yang foya-foya semata, pastinya dana tersebut bisa terkumpul dan cukup untuk membayar pendaftaran masuk perguruan tinggi. Setelah itu ia melaksanakan kuliah sambil bekerja, sehingga ia tidak menyusahkan ibunya yang posisinya sebagai tulang punggung bagi dia dan kedua adiknya.
Faktor selanjutnya yaitu minimnya lapangan pekerjaan sehingga memilih orang untuk tidak melanjutkan sekolah dan memilih untuk bekerja saja. Ada orang yang bilang seperti “ngeti wae mas iku seng lulusan duwor ngunu wae dadi penganggurang neg umah kok” sehingga mereka berasumsi  buat apa sekolah thoh nantinya pasti akan nganggur juga kok. 
Tetapi bukan berarti semua orang yang tinggal di perdesaan memiliki asumsi semacam itu. Ada juga orang tua yang vsampai menjual barang-barangnya demi anaknya dapat bersekolah sampai setinggi mungkin.  Mereka tidak menginginkan dan tidak berpikir kelak setelah lulus sekolah akan menjadi apa, melainkan mereka hanya berpikir pendidikan itu penting jadi apa anakku kelak itu sudah rencana Allah SWT.
Tetapi ada pula yang dia dari keluarga yang kaya dan mampu akan tetapi kessadaran akan pendidikan juga sangatlah lemah. Bagi mereka pendidikan itu hanyalah menghabis-habiskan waktu saja dan mereka juga eman-eman kalau harus mengeluarkan biaya untuk anaknya sekolah sampai setinggi mungkin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar