Sabtu, 20 Desember 2014

PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM KH. HASYIM ASY'ARI


 
            KH. Hasyim Asy’ari adalah sosok ulama’ yang begitu akrabdi telinga umat Islam, khususnya Indonesia, karena beliau merupakan pendiri organisasi Islam terbesar di Indonesia yaitu Nahdlatul Ulama’. Ketokohan dan keharuman nama beliau bukan hanya karena aktivitas dakwah beliau sebagai pendiri NU saja, tetapi juga karena beliau termasuk pemikir dan pembaharu Pendidikan Islam.
            KH. Hasyim Asy’ari dilahirkan dan dibesarkan dalam lingkungan pesantren, beliau banyak menuntut ilmu dan berkecimpung langsung di dalamnya, khususnya di lingkungan agama Islam. Semua yang dialami dan dirasakan beliau selama itu menjadi pengalaman dan mempengaruhi pola pikir dan pandangan dalam masalah-masalah pendidikan.
            KH Hasyim Asy’ari adalah seorang kyai yang sangat mementingkan nilai-nilai keagamaan, pendidikan dan persatuan bangsa dalam mendidik santri-santri di pesantrennya. Dalam memberikan pengajaran, beliau tidak hanya memberi pelajaran agama tetapi juga menjadi pelopor masuknya pelajaran umum ke pesantren Tebuireng, padahal pada waktu itu pendidikan umum masih dianggap sebagai sebuah kemungkaran.
            KH. Hasyim Asyari, seorang ulama kharismatik asal jawa timur yang juga pendiri organisasi massa terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama (NU) dan salah satu sosok sentral dalam peletakan dasar batu kemerdekaan Indonesia. Sosok KH. Hasyim Asyari begitu istimewa, karena beliau adalah salah satu pahlawan nasional yang memiliki kedalaman ilmu agama namun tetap menaruh perhatian yang luar biasa terhadap pergerakan kemerdekaan.
            Nasionalisme Kyai Hasyim dapat dilihat dari keseluruhan hidupnya yang dipersembahkan untuk kemerdekaan dan kemajuan bangsa. Beliau ikut berjuang melawan penjajah dan tak mau bertekuk lutut pada kehendak mereka. Kyai Hasyim melarang para ulama lain mendukung Belanda ketika diserang Jepang dalam Perang Dunia II, bagi beliau haram hukumya berkongsi dengan penjajah karena penjajahan dalam bentuk apapun tidak dibenarkan dalam Islam. Beliau juga tidak mau menuruti perintah Jepang untuk melakukan seikerei (membungkukkan badan ke arah Tokyo setiap pukul 07.00 untuk menghormati kaisar dan dewa matahari) yang membuat Jepang sangat marah dan kemudian menangkap dan memenjarakan beliau. Perlakuan jepang saat itu sangat kasar terhadap KH. Hasyim Asy’ari, sampai-sampai jari tangan beliau patah dan tidak bisa digerakkan.
            Dan yang paling fenomenal adalah fatwa jihad yang dikeluarkan Kyai Hasyim bersama ulama-ulama lain pada 22 Oktober 1945. Fatwa ini telah memberi legimitasi kepada para pejuang kemerdekaan untuk melawan tentara-tentara Belanda sehingga semangat para pejuang menjadi berlipat ganda. Sejarah mencatat ribuan orang telah berbondong-ondong memenuhi kewajiban jihadnya untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia yang baru seumur jagung. Peristiwa 10 November di Surabaya adalah bukti bahwa fatwa jihad tersebut sangat ampuh membakar keberanian suci para pejuang. Kyai Hasyim Asyari telah berhasil memformulasikan agama sebagai motivasi dasar sekaligus sumber legimitasi yang menggerakkan perjuangan melawan penindasan. Beliau menjadi panutan pada tahun 1942-1947 dalam menentukan arah dan pengerahan massa santri “pejuang” dalam melawan sekutu. Dengan fatwanya “Resolusi Jihad”, KH Hasyim Asy’ari mengimbau dan mengajak para santri pejuang untuk berjihad fisabillilah melawan penjajah yang kemudian melahirkan peristiwa perang besar yang dikenal sebagai Hari Pahlawan 10 November 1945.
            Kepedulian Kyai Hasyim Asyari terhadap tanah air juga diwujudkan melalui pendidikan agama yang memperkokoh semangat kebangsaan dan kemajuan, karena pada waktu itu orang berpikir tentang kemerdekaan, belum berpikir tentang pendidikan, tetapi beliau sudan berpikir tentang pendidikan. Sebagai seorang ulama yang lahir dan dibesarkan di lingkungan pesantren, Kyai Hasyim memiliki komitmen yang kuat di bidang pendidikan dan pemberdayaan umat. Ayahnya, Kyai Asyari merupakan pendiri Pesantren Keras (dinamakan demikian karena letaknya di Desa Keras, Jombang selatan). Di pesantren inilah Kyiai Hasyim muda mulai nyantri. Saat itu beliau dikenal sebagai santri yang sangat cerdas, rajin, dan ulet. Bahkan di usia 13 tahun, Kyiai Hasyim telah dipercaya ayahnya untuk mengajar di Pesantren Keras, meskipun sebagai guru pengganti. Setelah dewasa dan memiliki bekal ilmu yang mumpuni, beliau meneruskan perjuangan ayahnya dengan mendirikan Pesantren di dukuh Tebuireng, sebuah wilayah yang pada awalnya dikenal sebagai tempat orang-orang yang tidak mengerti agama dan berperilaku buruk. Masyarakatnya suka merampok, berjudi, dan berzina. Ketika dinasehati oleh keluarga dan teman-temannya agar mengurungkan niat membangun pesantren di daerah tersebut, beliau menolak dan berpendapat “Menyiarkan agama Islam ini artinya memperbaiki manusia. Jika manusia itu sudah baik, apa yang akan diperbaiki lagi daripadanya. Berjihad artinya menghadapi kesulitan dan memberikan pengorbanan. Contoh-contoh ini telah ditunjukkan Nabi kita dalam perjuangannya.”
            Seiring berjalannya waktu perjuangan KH. Hasyim Asy’ari mulai menuai buah-buah keberhasilan. Tebuireng yang semula merupakan wilayah yang penuh dengan kemaksiatan berubah menjadi taman iman, ilmu, dan amal. Sebuah perubahan sosial yang sangat sulit ditandingi, terlebih pada masa sekarang. Selain itu jamaah yang didirikannya bersama para ulama lain, yaitu Nahdlatul Ulama, kini telah menjadi jamaah terbesar di Indonesia yang konsisten menegakkan dakwah Islam yang moderat, dengan berdasarkan pada prinsip persaudaraan (ukhuwah) dan toleran (tasamuh).
Pandangan KH. Hasyim Asy’ari tentang Pendidikan
K.H. Hasyim Asy’ari memaparkan tingginya penuntut ilmu dan ulama dengan mengenengahkan ayat Al-qur’an yang berbunyi:
$pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#þqãZtB#uä #sŒÎ) Ÿ@ŠÏ% öNä3s9 (#qßs¡¡xÿs? Îû ħÎ=»yfyJø9$# (#qßs|¡øù$$sù Ëx|¡øÿtƒ ª!$# öNä3s9 ( #sŒÎ)ur Ÿ@ŠÏ% (#râà±S$# (#râà±S$$sù Æìsùötƒ ª!$# tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä öNä3ZÏB tûïÏ%©!$#ur (#qè?ré& zOù=Ïèø9$# ;M»y_uyŠ 4 ª!$#ur $yJÎ tbqè=yJ÷ès? ׎Î7yz ÇÊÊÈ 
“ Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
 (al-Mujadalah: 11)
Pemikiran KH. Hasyim asy’ari dalam Bidang Pendidikan
              Pembahasan terhadap masalah pendidikan lebih beliau tekankan pada masalah etika dalam pendidikan. Di antara pemikiran KH. Hasyim Asy’ari dalam masalah pendidikan adalah:
              Menurut Hasyim Asyari bahwa tujuan utama ilmu pengetahan adalah mengamalkan. Hal itu dimaksudkan agar ilmu yang dimiliki menghasilkan manfaat sebagai bekal untuk kehidupan akhirat kelak. Terdapat dua hal yang harus diperhatikan dalam menuntut ilmu, yaitu : pertama, bagi murid hendaknya berniat suci dalam menuntut ilmu, jangan sekali-kali berniat untuk hal-hal duniawi dan jangan melecehkannya atau menyepelekannya. Kedua, bagi guru dalam mengajarkan ilmu hendaknya meluruskan niatnya terlebih dahulu, tidak mengharapkan materi semata. Agaknya pemikiran beliau tentang hal tersebut di atas, dipengaruhi oleh pandangannya akan masalah sufisme (tasawuf), yaitu salah satu persyaratan bagi siapa saja yang mengikuti jalan sufi menurut beliau adalah “niat yang baik dan lurus”.
              Menuntut ilmu atau belajar menurut Hasyim Asy’ari merupakan ibadah untuk mencari ridha Allah, yang mengantarkan manusia untuk memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat. Karenanya belajar harus diniatkan untuk mengembangkan dan melestarikan nilai-nilai Islam, bukan hanya untuk sekedar menghilangkan kebodohan.
              Pendidikan hendaknya mampu mengantarkan umat manusia menuju kemaslahatan, menuju kebahagiaan dunia dan akhirat. Pendidikan hendaknya mampu mengembangkan serta melestarikan nilai-nilai kebajikan dan norma-norma Islam kepada generasi penerus umat, dan penerus bangsa. Umat Islam harus maju dan jangan mau dibodohi oleh orang lain, umat Islam harus berjalan sesuai dengan nilai dan norma-norma Islam.
              Jadi, tujuan pendidikan meurut Hasyim Asy’ari adalah :
1.    Menjadi insan yang bertujuan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
2.    Menjadi insan yang bertujuan mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat.
KH. Hasyim Asy’ari lebih menekankan pendidikan rohani atau jiwa, meski demikian pendidikan jasmani tetap diperhatikan, khususnya bagaimana mengatur makan, minum, tidur, dan sebagainya. Makan dan minum tidak perlu terlalu banyak dan sederhana, seperti anjuran rasulullah SAW. Serta jangan banyak tidur, dan suka bermalas-malasan. Banyakkan waktu untuk belajar dan menuntut ilmu pengetahuan, isi hari-hari dan waktu yang ada dengan hal-hal yang bermanfaat.
Etika yang diajarkan pada pendidikan KH. Hasyim asy’ari masih banyak dijumpai pada pendidikan masa sekarang ini, tetapi sangat langka di tengah budaya kosmopolit. Di tengah-tengah pergaulan sekarang, guru dipandang sebagai teman biasa oleh murid-murid, dan tidak malu-malu mereka berbicara lebih nyaring dari gurunya. Terlihat pula pemikiran yang ditawarkan oleh KH. Hasyim Asy’ari lebih maju. Misalnya, guru hendaknya yang profesional, memperhatikan hak-hak guru, dan sebagainya.
Kurikulum atau materi yang diterapkan Hasyim Asy’ari meliputi kajian tafsir Al-Qur’an, hadits, ushuluddin, kitab-kitab fiqih madzhab, nahwu, shorof dan materi yang membahas tentang tasawwuf.
KH. Hasyim Asy’ari dalam menggunakan metode pengajarannya lebih menitik beratkan pada metode hafalan, sebagaimana pada umumnya menjadi karakteristik dari tradisi Syafi’iyah dan juga menjadi salah satu ciri umum dalam tradisi pendidikan Islam.
Dalam menentukan pilihan metode pembelajaran sangat erat kaitannya dengan tujuan, materi maupun situasi lingkungan pendidikan di mana setiap unsur mempunyai karakteristik yang berbeda. Metode konvensional yang lazim digunakan oleh KH. Hasyim Asy’ari  dalam proses pembelajaran di pesantren (pendidikan Islam tradisional) adalah sistem bandongan, dan sorogan. Selain itu, KH. Hasyim Asy’ari juga mengembangkan sistem musyawarah, yang pesertanya hanya santri senior  dan telah mengikuti seleksi yang cukup ketat. Hal ini dimaksudkan untuk mengkader calon-calon ulama masa depan agar dapat mengembangkannya di daerah masing-masing.
Dalam pemikiran K.H Hasyim Asy’ari, beliau mengemukakan bahwasanya pendidikan Islam merupakan sarana untuk mencapai kemanusiaannya sehingga manusia dapat menyadari siapa sesungguhnya penciptanya dan untuk apa diciptakan. Dalam sejarah pendidikan islam tradisional, khususnya di Jawa, beliau memiliki peran yang sangat besar di dalam dunia pesantren. Beliau digelari sebagai Hadrat Asy-Syekh (guru besar di lingkungan pesantren) karena peranannya yang sangat besar dalam pembentukan  kader-kader ulama pemimpin pesantren. Beliau juga berperan penting dalam mempertahankan sekolah pesantren tersebut yang pada waktu itu sekolah pesantren ingin dihapus oleh penjajah. Oleh karenanya, beliau juga aktif dalam organisasi politik melawan Belanda. Di samping pesantren, KH. Hasyim Asy’ari juga berperan dalam mendirikan dan merintis organisasi kemasyarakatan Nahdhatul Ulama yang populer disebut NU. Organisasi sosial keagamaan ini memiliki maksud dan tujuan memegang teguh salah satu dari empat mazhab, serta mengerjakan apa saja yang menjadi kemashlahatan agama islam.
Pada hakikatnya pendidikan islam adalah upaya sadar yang dilakukan untuk mengarahkan manusia pada derajat kemanusiaanya yang disesuaikan dengan bakat, kemampuan dan potensi yang dimilikinya. Dengan demikian manusia akan mengetahui tugas dan kewajiban sebagai hamba Allah dan sebagai khalifah.
Jiwa patriotik dan kedalaman ilmu yang dimiliki oleh KH. Hasyim Asy’ari sudah sepatutnya menjadi contoh dan pegangan bagi kita -khususnya golongan muda- untuk lebih keras lagi dalam berjuang dengan tantangan yang khas di jaman ini. Beliau juga mampu mengubah citra bangsa indonesia maju dalam bidang pendidikan khususnya, karena komitmen, keberanian, dan konsistensi beliau merupakan nilai universal yang saat ini harus kita jadikan inspirasi untuk berjihad memberantas musuh-musuh negara sekaligus musuh agama, seperti korupsi, monopoli ekonomi, dan pembodohan publik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar