Dalam rangkaian system pengajaran, metode menempati urutan
sesudah materi (kurikulum). Metode selalu mengikuti materi, dalam arti
menyesuaikan dengan bentuk dan coraknya, sehingga metode mengalami transformasi
bila materi yang disampaikan berubah. Akan tetapi, materi yang sama bisa
dipakai metode yang berbeda-beda.
Sejalan dengan perkembangan zaman, lembaga pendidikan
pesantren juga tidak menutup diri atas pendidikan yang berlaku dinegara ini
untuk mengadakan pembaharuan-pembaharuan baik metode maupun teknis dalam
pelaksanaan pendidikan pesantren itu sendiri, meskipun demikian tidak semua
pesantren mau membuka mengadakan inovasi serta pembaharuan terhadap metode
pembelajaran yang ada. Pada awal berdirinya pondok pesantren, metode yang
digunakan adalah metode wetonan dan sorogan bagi pondok non klasikal, pada
perkembangan selanjutnya maka metode pembelajaran pondok pesantren mencoba
untuk merenofasi metode yang ada tersebut untuk mengembangkan pada metode yang
baru yaitu metode klasikal
Hakikat metode hanya sebagai alat, bukan tujuan. Untuk
merealisir tujuan sangat dibutuhkan alat. Bahkan alat merupakan syarat mutlak
bagi setiap kegiatan pendidikan dan pengajaran. Bila kyai maupun ustadz mampu
memilih metode dengan tepat dan mampu menggunakannyadengan baik, maka merek
amemiliki harapan besar terhadap hasil pendidikan dan pengajaran yang dibakukan.
Menreka tidak sekedar sanggup mengajar santri, melainkan secara professional
berpotensi memilih model pengajaran yang paling baik diukur dari prespektif
didaktik-metodik. Maka proses belajar mengajar bias langsung secara efektif dan
efIsien, yang jadi pusat perhatian pendidikan modern sekarang ini.
Sebagai lembaga pendidikan Islam yang berpengalaman lama
seklai, pesantren telah mengalami pergeseran dan perubahan baik terkait dengan
kelembagaan maupun kurikulum. Oleh karena itu, perlu juga dilacak perubahan metode
pendidikannya berikut faktor-faktor yang mempengaruhi dan implikasinya.
Jadi, metode merupakan sarana untuk mempermudah
penyampaian materi dari seorang Guru maupun Ustadz kepada siswanya.
Sepertihalnya metode yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar
yang menjadi obyek Observasi kali ini di Pondok Pesantren yang masih asli dan
menggunakan manhaj kutubul Qodimah / kitab-kitab klasik (kitab
kuning) yang menggunakan bahasa jawa dalam pemberian makna dan keterangan
materi, dengan di selingi dengan mata pelajaran yang
sudah di tentukan dari pemerintah Indonesia. dengan kata lain bahwa
pondok pesantren masih menggunakan sistim
tradisional yang kebanyakan system seperti ini
digunakan oleh pondok pesantren
pada umumnya.
Sejalan
dengan adanya perkembangan zaman, lembaga pendidikan Pondok Pesantren juga
tidak menutup diri untuk mengadakan pembaharuan-pembaharuan baik metode maupun
tekhnis dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan pesantren. Meskipun begitu, tidak
sedikit tetap melestarikan model pengajaran yang dianggapnya sesuai dengan
model pengajaran berdasarkan Al-Qur’an.
Pada
awal berdirinya Pondok Pesantren, metode yang digunakan adalah model Sorogan
dan Wetonan. Pada perkembangan model pengajaran di Pondok Pesantren, model yang
awalnya hanya menggunakan Sorogan dan Wetonan, sekarang telah dikembangkan
secara klasikal dengan tujuan agar para Santri lebih mudah untuk memahami apa
yang diajarkan oleh para kyai dan pendidik lainnya, dan model klasikal seperti
ini juga sudah diterapka pada Pondok Pesantren lainnya dan lembaga-lembanga
pendidikan lainnya.
Dapat
disimpulkan bahwa, system
pembelajaran pendidikan menurut Al-Quran itu menjadi landasan dan pedoman oleh
para lembaga pendidikan Islam. Model pembelajaran pendidikan berdasarkan
Al-Qura’an masih kental, terutama mereka yang berada pada lingkungan pesantren
yang masih asli dan tradisional model pengajaran pembelajarannya tersebut.
Berdasarkan apa
yang telah diajarkan para kyai dan Guru kita didalam maupun diluar proses pembelajaran,
keterangan ini mencerminkan bahwa diserukan kita untuk menggunakan model
Sorogan. Kemudian tertera kata membantah, yang disebut disini adalah membantah
dalam arti membantah dalam hal kebaikan dan kebenaran. Cermin dari penjelasan
tersebut bahwa kita juga dianjurkan untuk menggunakan model diskusi, karena
dengan menggunakan model tersebut akan mendapatkan hasil mufakkad yang maksimal
dan dengan aturan yang baik pula.
Maka dapat kita
simpulkan bahwa banyak model pengajaran dalam pembelajaran yang dapat kita
gunakan dalam proses pembelajaran, sepertihalnya yang masih digunakan pada
Pondok Pesantren yang dapat digolongkan model pengajaran pembelajaran dalam
pesantren, yaitu ; Model Sorogan, Model Wetonan, Model Mudzakarah, Model
Setoran Hafalan (Tahfidz), Model Demontrasi. Dengan kemajuan zaman
seperti saat ini, maka tidak menutup kemungkinan bahwa model pengajaran
tersebut masih dapat dikembangkan untuk memudahkan para peserta didik mudah
dalam menerima pendidikan yang diajarkan kepada mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar