Dalam era globalisasi ini, Faktor pendukung utama arus tersebut
adalah teknologi informasi dan komunikasi. Bangsa indonesia sekarang ini
mengalami kemunduran moral yang ditandai dengan tingginya angka free sex (seks
bebas dikalangan remaja), maraknya penggunaan obat-obatan terlarang, sering
terjadi bentrok antar warga, antar pelajar, mahasiswa dengan aparat atau
lainnya, banyaknya kasus korupsi yang terjadi dalam pemerintahan, kesemuanya
itu menunjukkan bahwa adanya degradasi moral yang tidak hanya terjadi
dikalangan masyarakat saja, tetapi terjadi pada pelajar, mahasiswa, bahkan
pejabat yang seharusnya menjadi pengayom dan teladan bagi warganya.
Dengan adanya permasalahan
diatas maka dibutuhkan sebuah konsep pendidikan moral di era globalisasi ini. Konsep adalah sebuah rancangan atau ide
tentang sesuatu. Sedangkan Moral ialah nilai tentang baik buruknya tingkah laku
manusia. Pendidikan moral ialah pendidikan yang menjadikan anak manusia yang
bermoral dan manusiawi atau Pendidikan moral bisa disamakan
pengertiannya dengan pendidikan budi pekerti. Pendidikan moral merupakan
pendidikan nilai-nilai luhur yang berakar dari agama, adat-istiadat dan budaya
bangsa Indonesia dalam rangka mengembangkan kepribadian supaya menjadi manusia
yang baik. Secara umum, ruang lingkup pendidikan moral adalah penanaman dan
pengembangan nilai, sikap dan perilaku sesuai nilai-nilai budi pekerti luhur.
Di antara nilai-nilai yang perlu ditanamkan adalah sopan santun, berdisiplin,
berhati lapang, berhati lembut, beriman dan bertakwa, berkemauan keras,
bersahaja, bertanggung jawab, bertenggang rasa, jujur, mandiri, manusiawi,
mawas diri, mencintai ilmu, menghargai karya orang lain, rasa kasih sayang,
rasa malu, rasa percaya diri, rela berkorban, rendah hati, sabar, semangat
kebersamaan, setia, sportif, taat asas, takut bersalah, tawakal, tegas, tekun,
tepat janji, terbuka, dan ulet. Jika anggota masyarakat telah memiliki karakter
dengan seperangkat nilai budi pekerti tersebut, diyakini ia telah menjadi
manusia yang baik. Jadi konsep
pendidikan moral ialah sebuah konsep-konsep atau rancangan- rancangan yang
dibutuhkan manusia dalam usaha untuk menjadikan ia menjadi manusia yang
bermoral dan manusiawi. Atau
bisa juga diartkan sebagai suatu usaha sadar yang
dilakukan oleh manusia(orang dewasa) yang terencana untuk memberikan kesempatan
kepada peserta didik (anak,generasi penerus) menanamkan ketuhanan, nilai-nilai
estetik dan etik, nilai baik dan buruk, benar dan salah, mengenai
perbuatan, sikap dan kewajiban; akhlaq mulia, budi pekerti luhur agar
mencapai kedewasaannya dan bertanggungjawab.
tujuan konsep
ini adalah untuk memagari manusia dari melakukan perbuatan yang buruk yang tidak sesuai dengan
norma-norma yang ada baik itu dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Fungsi dari
konsep ini adalah :
1.
mengembangkan
potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik
2.
memperkuat dan
membangun perilaku bangsa yang multikultur
3.
meningkatkan
peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia.
keluarga menjadi salah satu agen pendidikan nilai dan moral anak
semenjak dini. Penanaman nilai-nilai kemanusiaan dan juga nilai-nilai moral bermasyarakat
diajarkan pertama kali didalam keluarga. Anak-anak pada saat usia dini memiliki
sifat mencontoh perilaku orang terdekat mereka (keluarga/orang tua). Bisa
dikatakan perilaku pada saat anak-anak masih berusia dini sekitar usia PAUD dan
TK anak-anak condong meniru apa yang biasa orang rumah kerjakan dan melakukan
apa yang orang rumah ajarkan. karena keluarga menjadi lingkungan pertama dan
utama proses sosialisasi terhadap anak. Oleh karena itu anak membutuhkan orang
tua yang dapat membantu dan mengawal pertumbuhan anak hingga dapat memelihara
diri sendiri atau dewasa. anak juga dikenalkan budaya, nilai, norma kolektif
oleh orang tua. Nilai sosial budaya ini pada nantinya akan memberikan arahan
kepada anak bagaimana seharusnya bersikap dalam proses interaksi kepada
dunia luar. Pembentukan karakter anak melalui pola asuh orang tua juga menjadi
hal penting dalam proses sosialisasi primer ini (kepribadian/watak).maka dari
itu diharapkan dari orang tua agar selalu memberikan pendidikan moral dan
memberikan contoh yang baik terhadap anaknya.
Selain keluarga, sekolah merupakan media yang dibutuhkan dalam konsep pendidikan
moral, Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah, dalam hal ini Menteri
Pendidikan, untuk memperbaiki moral generasi bangsa melalui pendidikan. Namun
keinginan tersebut ternyata belum membuahkan hasil yang signifikan. Pemerintah
dalam melaksanakan pendidikan, masih lebih banyak menitikberatkan pada
kemampuan kognitif siswa, dengan mengesampingkan kemampuan afektif atau
perilaku siswa dan psikomotorik atau keterampilan
Salah satu solusi agar pendidikan moral menjadi efektif adalah dengan
menerapkan pendidikan karakter di setiap jenjang pendidikan, mulai dari
pendidikan dasar sampai pada pendidikan tinggi. Pendidikan karakter adalah
suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi
konsumen pengetahuan, kesadaran dan kemauan dan tindakan untuk melaksanakan
nilai-nilai tersebut baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama,
lingkungan maupun ke bangsa sehingga menjadi insan kamil. Dengan penerapan
pendidikan karakter, maka karakter dari peserta didik akan terbentuk sejak
mereka berada di bangku sekolah dasar, kemudian dilanjutkan pada sekolah
menengah dan perguruan tinggi. Dengan terbentuknya karakter tersebut, maka akan
menjadi perisai atau kontrol dalam diri seseorang, sehingga akan mengendalikan
perilaku orang tersebut. Intinya adalah, jika karakter sudah terbentuk, maka
akan sulit untuk mengubah karakter tersebut.Dengan menanamkan nilai-nilai
kebaikan dalam setiap proses pendidikan, akan membantu proses pembentukan
karakter dari peserta didik yang bermoral dan bermartabat. Dengan terbentuknya
karakter tersebut, maka karakter tersebut akan sulit hilang sehingga akan
menjadi watak perilaku seseorang dalam menjalani masa yang akan datang.
Penerapan pendidikan karakter dalam sistem kurikulum pendidikan dapat
dilaksanakan dengan cara :
- Menyisipkan nilai–nilai moral di setiap proses belajar mengajar
- Membentuk kelas motivasi (motivation class), yang dalam hal ini lebih menekankan pada penggugahan motivasi internal peserta didik
- Menambah mata pelajaran tentang pendidikan moral, dan peserta didik dipersyaratkan lulus mata pelajaran tersebut
- Mata pelajaran yang substansinya sudah mengandung nilai-nilai moral hendaknya lebih aplikatif, tidak hanya text book semata
Menyeimbangkan porsi antara materi belajar akal (cerdas) dan hati
(moral). Dalam hal ini guru, Departemen Pendidikan Nasional, dan masyarakat
pemerhati pendidikan untuk bersama-sama mengupayakan penerapan pendidikan
karakter ke dalam sistem kurikulum pendidikan.
Selanjutnya media yang terakhir adalah masyarakat. Masyarakat mempunyai
peranan penting dalam pendidikan moral. dalam sebuah masyarakat biasanya ada
seperangkat adat istiadat yang harus ditaati oleh warga masyarakat. Adat
istiadat tersebut memuat beberapa aturan atau norma yang mengatur kehidupan
dalam bermasyarakat. Apabila ada salah satu masyarakat yang tidak mau menaati
ataupun ada yang melanggar dari aturan tersebut, biasanya dicemooh dan
dikucilkan dari masyarakat tersebut. Tapi itu tergantung dari tingkat dari yang
dilanggar dari masyarakat tersebut. Kalau bersifat ringan mungkin hanya
dicemooh, namun apabila sudah melebihi batas wajar seperti kumpul kebo,
pembunuhan dan lainnya, maka biasanya warga tersebut dkucilkan dan terkadang
ada yang diusir dari wilayah tersebut, agar tidak mencemarkan nama daerah
ataupun wilayah yang bersangkutan.
Solusi utuk mengatasi masalah moral yakni dengan cara
a) Memandang Martabat Manusia
Rasulullah
Saw, telah mengatakan bahwa ia diutus untuk menyempurnakan martabat dan derajat
manusia.
Orang yang
meceritakan tradisi tersebut bertanya kepada Sayidina Ali k.w. tentang
sifat-sifat tersebut. Sayidina Ali menjawab “ alim , toleran, tahu berterima
kasih, sabar, murah hati, berani, mempunyai harga diri, bermoral,
berterus terang, dan jujur.
Memiliki
harga diri (self-respect) artinya kapan saja dia bekerja untuk
kepentingannya dan untuk memenuhi kebutuhannya, dia harus memperhitungkan
segala sesuatu yang sekiranya bisa memalukan dan merendahkan posisinya, seperti
tidak konsisten denga martabatnya sebagai manusia, dan mempertimbangkan segala
tindakan yang akan bisa mengembangkan kematangan spiritualnya, dan mengangkat
posisinya agar bisa dibanggakan.
Dengan
demikian kita mengetahui bahwa rasa harga diri adalah perasaan sejati manusia.
Kita merasa senang jika memberika amal, bertindak toleran, sederhana dan
bekerja tekun, dan sebagainya. Sedangan sifat munafik, menjilat, cemburu dan
sombong akan menghina dirinya sendiri, tanpa terikat pada ajaran atau kebiasaan
dan tradisi yang ada pada masyarakat tertentu. Islam mengutuk keras sifat-sifat
jelek seperti itu, dan melarang keras mengembangkannya.
Sifat-sifat
mulia tersebut yang membentuk landasan karakter yang mulia, adalah bagian dari
nilai-nilai moral Islam yang tinggi. Kita mempunyai contoh-contoh yang tak
terhitung mengenai sifat-sifat seperti itu, dan semua masalah etika mungkin
diperhitungkan berkaitan dengan martabat manusia. Karena itu Nabi Besar Umat
Islam dalam menyimpulkan pesan etikanya, menggambarkan sifat-sifat itu
sebagai karakter manusia yang sempurna dan mulia.
b) Mendekatkan Manusia
dengan Alloh
Hanya
sifat-sifat mulia yang telah disebutkan diatas yang akan mendekatkan manusia
dengan Alloh . Dngan demikian manusia-manusia harus memiliki dan
mengembagkan sifat-sifat tersebut apabila kita membahas sifat-sifat Alloh, dan
sebaliknya. Dia Maha mengetahui, Maha Kuasa dan Maha Kompeten. Semua
tindakan-Nya telah dierhtungkan dengan baik-baik. Dia Maha Adil, Maha Pengasih
dan Penyayang. Semua merasakan karunia-Nya. Dia menyukai kebenaran dan membenci
keburukan. Dan selanjutnya dan seterusnya. Manusia dekat dengn Alloh sesuai
dengan kualitas-kualitas yang dia miliki. Jika sifat-sifat tersebut mendarah
daging dalam drinya dan menjadi pelengkapnya, bisa dkatakan bahwa ia telah
mendapatkan nilai-nilai moral islam. Rasululloh bersabda :
“Binalah diri sendiri sesuai dengan sifat-sifat Alloh”
Manusia
Islam, terlepas dari keuntungan dan kerugian yang didapatkan dari tidakan dan
kebiasaannya, selalu mampu untuk mengetahui apakh tindakan atau sifat tertentu
akan menjaga martabat kemanusiannya, dan apakah akan membantunya dalam
perjalanan mendekatkan diri kepada Alloh. Dia menganggap bahwa yang diinginkan
adalah segala tindakan yang akan mengangkat martabat manusia mendekatkan
dirinya dengan Alloh. Demikian pula dia akan enggan dan menghindarkan diri dari
segala tindakan yang akan merusak martabat manusia dan memperlemah hubungan
dengan Alloh. Dia menyadari bahwa perhatianya terhadap kedua kriteria tersebut
secara otomatis akan membangkkitkan gairah dan berantusias untuk berkarya denga
sadar untuk kepentingannya dan kepentingan kemanusiaan secara luas.
c) Kontribusi di bidang
pendidikan
Sesuai
dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional Pada
Pasal 3, yang menyebutkan bahwa pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, Pendidikan Nasional bertujuan untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak Mulia, berilmu, sehat, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung
jawab. Namun, jika kita melihat kondisi pendidikan di Indonesia sekarang ini,
ternyata masih belum sesuai dengan yang diharapkan. Proses pendidikan belum
sepenuhnya berhasil membangun manusia Indonesia yang berkarakter positif.
Bahkan, banyak yang menyebut, pendidikan telah gagal membangun karakter. Banyak
lulusan sekolah dan sarjana pintar dalam bangku sekolah atau perkuliahan dan
piawai dalam menjawab soal ujian, berotak cerdas, tetapi lemah dalam hal
mental, penakut, dan perilakunya tidak terpuji. Di sisi lain, pendidikan yang
bertujuan mencetak manusia yang cerdas dan kreatif serta beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, belum sepenuhnya terwujud. Hal ini terlihat dari
banyaknya kasus pelajar yang terlibat tawuran, kasus kriminal, narkoba, seks di
luar nikah, dan kasus-kasus yang lain.
Ketiga media tersebut saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan antara
satu media dengan media lain karena itu merupakan sebuah rangkaian konsep
pendidikan moral di era globalisasi ini. Dengan adanya solusi tersebut,
diharapkan agar degradasi moral atau kemerosotan moral suatu bangsa dapat
teratasi dan dapat meminimalisir kasus-kasus kejahatan moral yang sedang
terjadi saat ini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar