Sabtu, 20 Desember 2014

KEPRIBADIAN MUSLIM MENURUT PERSPEKTIF ABDULLAH AL-DARRAZ


 
Tinjauan Teori:
Buku FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM karangan Zuhairi
Buku TEOLOGI PENDIDIKAN karangan Jalaludin
Kepribadian muslim ini dapat dilihat dari kepribadian per orang (individu) dan juga dapat dilihat dari kepribadian kelompok. Kepribadian individu dapat meliputi ciri khas individu itu sendiri, seperti tingkah laku, sikap serta kemampuan intelektual per orangan. Sedangkan kepribadian kelompok ini dapat meliputi bagaimana cara orang dalam bersosialisasi dengan masyarakat.
Menurut Abdullah Al-Darraz, pendidikan akhlak maupun prilaku dalam pembentukan kepribadian muslim seperti ini dapat berfungsi sebagai pengisi nilai-nilai keislaman. Dengan adanya nilai yang dimaksud dalam sikap dan prilaku seseorang ini, maka tampillah kepribadian seorang muslim. Darraz menilai bahwa materi akhlak merupakan bagian dari nilai-nilai yang harus dipelajari dan dilaksanakan, sehingga dapat terbentuk kecenderungan sikap yang menjadi ciri kepribadian muslim.
Usaha yang dapat dilakukan Darraz untuk memberi materi pendidikan akhlak kepada orang muslim salah satunya yaitu:


v  Pensucian jiwa
v  Kejujuran
v  Menguasai hawa nafsu
v  Sifat lemah lembut dan rendah hati
v  Berhati-hati dalam mengambil keputusan
v  Sabar
v  Menjaga diri
v  Ikhlas
v  Hidup sederhana
Pembentukan kepribadian pada dasarnya merupakan upaya untuk mengubah sikap pada kecenderungan nilai-nilai keislaman, yang mana perubahan sikap tentunya tidak dapat berubah secara spontan. Semua itu berjalan dengan proses yang panjang, bertahap dan berkesinambungan. Diantara proses tersebut dapat digambarkan oleh adanya hubungan dengan obyek, wawasan, peristiwa atau ide dan perubahan sikap yang harus dipelajari.
Dalam hal ini islam juga menjelaskan bahwa faktor genetik juga ikut berfungsi dalam pembentukan kepribadian seorang muslim. Oleh karena itu Filsafat Pendidikan Islam ini memberi pedoman dalam pendidikan prenatal (sebelum lahir), pembuahan suami atau istri sebaiknya memperhatikan latarbelakang keturunan masing-masing pilihan.
Selanjutnya, dalam proses berikunya ini secra bertahap dapat sejalan dengan tahap perkembangan usia seseorang muslim. Pedoman ini juga tercakup oleh Filsafat Pendidikan Islam. Pada waktu seorang muslim lahir, maka mulai diperdengarkan kalimat adzan ke telinga sang jabang bayi yang baru lahir. Kenyataan ini menunjukkan dari hasil sebuah penelitian ilmu jiwa, bahwa sang bayi sudah dapat menerima rangsangan bunyi semasa ia masih dalam kandungan. Atas dasar kepentingan ini, maka mengumandangkan adzan ke telinga sang bayi yang baru lahir pada hakikatnya adalah bertujuan untuk memperdengarkan kalimat tauhid dalam kehidupan sang bayi didalam dunia ini.
Pada usia selanjutnya, yaitu pada usia tujuh tahun, anak-anak dapat dibiasakan untuk mengerjakan shalat, dan perintah ini mulai digalakkan menjelang usia sepuluh tahun. Pendidikan akhlak dalam pembentukan pembiasaan kepada hal-hal yang positif ini dimulai sejak dini, sehingga anak dapat terbiasa pada usia besarnya ia melakukan yang positif juga. Dengan adanya latihan dan pembiasaan sejak masa bayi, maka diharapkan agar anak dapat menyesuaikan sikap hidup dengan kondisi yang bakal mereka hadapi kelak. Kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan tanpa harus mengorbankan diri yang memiliki ciri khas sebagai seorang muslim.
Dengan demikian pembentukan kepribadian seorang muslim pada dasarnya merupakan suatu pembentukan pembiasaan yang baik dan serasi dengan nilai-nilai akhlak al-karimah. Untuk itu setiap muslim dianjurkan untuk belajar seumur hidup mereka, sejak bayi hingga diakhir hayatnya. Pembentukan kepribadian secara menyeluruh adalah pembentukan yang meliputi berbagai aspek yaitu:
  • Aspek idiil (dasar), dari landasan pemikiran yang bersumber dari ajaran wahyu.
  • Aspek materiil (bahan), berupa pedoman dan materi ajaran yang terangkum dalam materi bagi pembentukan akhlak al-karimah.
  • Aspek sosial, menitik beratkan pada hubungan yang baik antara sesama makhluk, khususnya sesama manusia.
  • Aspek teologi, pembentukan kepribadian muslim ditujukan pada pembentukan nilai-nilai tauhid sebagai upaya untuk menjadikan kemampuan diri sebagai pengabdi Allah yang setia.
  • Aspek teologis (tujuan), pembentukan kepribadian Muslim mempunyai tujuan yang jelas.
  • Aspek duratife (waktu), pembentukan kepribadian Muslim dilakukan sejak lahir hingga meninggal dunia.
  • Aspek dimensional, pembentukan kepribadian Muslim yang didasarkan atas penghargaan terhadap factor-faktor bawaan yang berbeda (perbedaan individu).
  • Aspek fitrah manusia, yaitu pembentukan kepribadian Muslim meliputi bimbingan terhadap peningkatan dan pengembangan kemampuan jasmani, rohani dan ruh.
Pembentukan kepribadian seorang muslim merupakan pembentukan kepribadian yang utuh, menyeluruh, terarah dan berimbang. Konsep ini cenderung dijadikan alasan untuk memberi peluang bagi tuduhan bahwa Filsafat Pendidikan Islam bersifat apologis. Yang menyebabkan ruang lingkupnya terlalu luas, tujuan yang akan dicapai terlampau jauh, hingga dinilai sulit untuk diterapkan dalam suatu sistem pendidikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar