Rabu, 10 Desember 2014

MAKALAH PSIKOLOGI ISLAM TENTANG ARUS KESADARAN DAN SISTEM NILAI



ARUS KESADARAN DAN SISTEM NILAI
 
 
I.                   PENDAHULUAN
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menemukan istilah tentang jiwa, nyawa, ruh dan berbagai kata lain yang senada. Peruntutan istilah tersebut merujuk pada bentukan halus dalam diri manusia yang tidak terlihat dan hanya dapat dirasakan. Pada konteks ini, istilah-istilah tersebut tertuang dalam suatu ilmu yang dinamakan ilmu psikologi islam. Salah satu yang dibahas dalam ilmu psikologi islam yaitu tentang aspek kejiwaan manusia, dimana pada aspek kejiwaan ini kesadaran yang merupakan suatu alat atau komponen yang berperan dalam mengatur tingkah laku manusia itu sendiri dan bersosialisasi serta beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya.
Untuk membantu manusia agar memiliki sifat sadar akan pengalaman-pengalaman dan konsdisi hidupnya, maka manusia harus mendalami hal-hal yang dapat membuat manusia itu sadar akan kewajibannya menjadi seorang manusia, sehingga manusia dapat memperoleh nilai-nilai kehidupan yang diinginkan dan tentunya dengan berbagai banyak proses dan cara yang harus dilakukan oleh manusia.
Dalam pembahasan ini, pemakalah akan membahas psikologi islam mengenai arus kesadaran dan sistem nilai.

II.                PERMASALAHAN
Berdasarkan pendahuluan di atas, maka dapat diambil permasalahan sebagai berikut yaitu:
1.      Bagaimana arus kesadaran dan sistem nilai?
2.      Bagaimana proses arus kesadaran  manusia dalam perspektif psikologi islam?
3.      Bagaimana sistem nilai dalam perspektif psikologi islam?


III.             PEMBAHASAN
A.    Hakikat  Tentang Kesadaran
            Kesadaran memiliki beberapa pengertian, diantaranya kesadaran diartikan sebagai proses mengenali motivasi, kepribadian kita dan menyadari pengaruh faktor-faktor atas penilaian, keputusan dan interaksi kita dengan orang lain.
            Kesadaran juga diartikan sebagai kondisi terjaga atau mampu mengerti apa yang sedang terjadi ( the condition of being awake or able to understand what is happening).
            Kesadaran Diri adalah komponen kecerdasan emosional yang pertama. Kesadaran Diri berarti mempunyai satu pemahaman emosi, kekuatan, kelemahan, kebutuhan, dan pendorong diri sendiri. Orang-orang dengan kesadaran diri kuat bukan berarti sangat kritis atau pun tidak secara realistis. Namun mereka lebih cenderung jujur – dengan diri mereka sendiri dan dengan yang lain-lain. Orang dengan kesadaran diri tinggi maka akan mengetahui bagaimana perasaan mereka mempengaruhi diri, orang lain, dan kinerja mereka. Keputusan yang diambil oleh orang dengan kesadaran diri tinggi akan cenderung selaras dengan nilai-nilai yang mereka anut sehingga membuat mereka bekerja dengan semangat tinggi. Sebaliknya orang yang kurang sadar diri akan sering diombang-ambingkan oleh konflik dan motif tersembunyi.
            Mereka yang cukup sadar diri akan jujur mengakui kegagalan–kegagalan mereka–dan akan sering menceritakannya sambil tersenyum. Salah satu tanda dari kesadaran diri sendiri adalah rasa humor atas diri sendiri. Kesadaran diri juga dapat dilihat selama review kinerja. Orang yang sadar diri merasa nyaman berbicara tentang–keterbatasan dan kekuatan mereka, dan mereka sering menunjukkan kehausan untuk kritik yang konstruktif. Sebaliknya, orang-orang yang rendah kesadaran diri akan menginterpretasikan pesan untuk peningkatan sebagai tanda kegagalan atau ancaman.
Kesadaran diri merupakan keadaan dimana Anda bisa memahami diri Anda sendiri dengan setepat-tepatnya. Anda disebut memiliki kesadaran diri jika Anda memahami emosi dan mood yang sedang dirasakan, kritis terhadap informasi mengenai diri Anda sendiri, dan sadartentang diri Anda yang nyata.
            Orang sedang berada dalam kesadaran diri memiliki kemampuan memonitor diri, yakni mampu membaca situasi sosial dalam memahami orang lain dan mengerti harapan orang lain terhadap dirinya.
Secara ekstrem, kesadaran diri bisa dibedakan menjadi dua, yakni kesadaran diri publik dan kesadaran diri pribadi. Orang yang memiliki kesadaran diri publik berperilaku mengarah keluar dirinya. Artinya, tindakan-tindakannya dilakukan dengan harapan agar diketahui orang lain. Orang dengan kesadaran publik tinggi cenderung selalu berusaha untuk melakukan penyesuaian diri dengan norma masyarakat. Orang dengan kesadaran diri pribadi tinggi berkebalikan dengan kesadaran diri publik, yaitu tindakannya mengikuti standar dirinya sendiri. Mereka tidak peduli norma sosial dan  mereka juga mengikuti berbagai kegiatan yang tidak lazim dan aneh, maka mereka termasuk orang-orang yang memiliki kesadaran diri pribadi yang tinggi.
Contoh dari kesadaran diantaranya yaitu kesadaran beragama. Dalam  kesadaran beragama meliputi rasa keagamaan, pengalaman ketuhanan, keimanan, sikap dan tingkah laku keagamaan, yang terorganisasi dalam sistem mental dari kepribadian. Penggambaran tentang kesadaran beragama tidak dapat terlepas dari kriteria kematangan kepribadian.
Jadi dapat dikatakan bahwa kesadaran beragama yang mantap ialah suatu disposisi dinamis dari sistem mental yang terbentuk melalui pengalaman serta dalam kepribadian untuk mengadakan tanggapan yang tepat,konsepsi pandangan hidup, penyesuaian diri dan tingkah laku.[1]

B.     Proses arus kesadaran dalam perspektif psikologi islam
Proses kesadaran terbagi menjadi dua macam, kesadaran pasif dan kesadaran aktif,
a.       Kesadaran pasif
Kesadaran pasif adalah keadaan dimana seorang individu bersikap menerima segala stimulus yang diberikan pada saat itu, baik stimulus internal maupun stimulus eksternal.

b.      Kesadaran aktif
Kesadaran aktif adalah kondisi dimana seseorang menitikberatkan pada inisiatif dan mencari atau merencanakan berbagai kemungkinan di masa depan, sehingga dapat menyelesaikan stimulus-stimulus yang diberikan.[2]
Manusia memiliki kesadaran moral, yng mana manusia dapat membedakan mana stimulus yang baik dan mana stimulus yang kurang baik dengan melalui inspirasi fitrah yang ada pada manusia.
Proses aktualisasi fitrah manusia melewati beberapa tahapan kehidupan yang dalam psikologi menjadi bidang kajian psikologi perkembangan yaitu :
1.        Tahapan pertama adalah masa prenatal, yaitu masa sebelum kelahiran yang mana orang tua dapat mulai melakukan pendidikan kepada anak.
2.        Tahapan kedua adalah kelahiran, pada tahap ini orang tua dapat memasukkan suara-suara kebajikan untuk mengembangkan potensi akal sang bayi, salah satunya dengan cara membacakan adzan dan iqomah saat kelahiran.
3.        Tahapan ketiga adalah manusia menginjak pada masa balita atau kanak-kanak, yaitu dimana potensi anak dapat dikembangkan dengan cara memberikan suri tauladan perilaku yang baik pada anak, karena dapat disadari bahwa proses imitasi perilaku seringkali menjadi cara anak-anak dalam memahami nilai-nilai yang ada di masyarakat.
                    
C.    Sistem nilai dalam kehidupan manusia
Nilai berasal dari bahasa latin vale’re yang artinya berguna, mampu akan, berdaya, berlaku, sehingga nilai diartikan sesuatu yang dipandag baik, bermanfaat dan paling benar menurut keyakinan seseorang atau sekelompok orang.nilai adalah kualitas suatu hal yang menjadikan hal itu disukai, diinginkan, dikejar, dihargai, berguna dan dapat membuat orang yang menghayatinya menjadi bermartabat.[3]
Menurut Steeman, nilai adalah sesuatu yang memberi makna pada hidup, yang memberi acuan, titik tolak dan tujuan hidup. Nilai adalah sesuatu yang dijunjung tinggi, yang dapat mewarnai dan menjiwai tindakan seseorang. Nilai itu lebih dari sekedar keyakinan, nilai selalu menyangkut pola pikir dan tindakan, sehingga ada hubungan yang sangat erat antara etika dan nilai. 
Max Scheler mengemukakan bahwa nilai itu merupakan kualitas yang tidak tergantung pada benda, benda adalah sesuatu yang bernilai. Ketidaktergantungan ini mencakup setiap bentuk empiris, nilai adalah kualitas a priori. Contohnya “ sekalipun pembunuhan tak pernah “dinilai” jahat,itu akan terus terus menjadi jahat.[4]
Sedangkan sistem nilai adalah suatu peringkat yang didasarkan pada suatu peringkat nilai-nilai seorang individu dalam hal intensitasnya. Dengan demikian untuk mengetahui sebuah nilai harus melalui pemaknaan terhadap kenyataan-kenyataan lain berupa tindakan, tingkah laku, pola pikir dan sikap seseorang orang.
Nilai tidak selalu sama bagi seluruh warga masyarakat, karena dalam suatu masyarakat sering terdapat kelompok-kelompok yang berbeda secara sosio-ekonomis, politik, agama, etnis, budaya, dimana masing-masingkelompok memiliki sistem nilai yang berbeda-beda, konflik dapat muncul antara pribadi, atau antar kelompok karena sistem nilai yang tidak sama berbenturan satu sama lain. Oleh karena itu jika terjadi konflik, dialog merupakan salah satu solusi terbaik sebab dalam dialog terjadi usaha saling mengerti, memahami, dan menghargai sistem nilaikelompok lain, sehingga dapat memutuskan apakah orang harus menghargai dan bersikap toleran terhadapnay, atau menerimanya, atau mengintegrasikan dalam sistem nilainya sendiri.
            Agama dalam kehidupan manusia secara individu berfungsi sebagai suatu sistem nilai yang memuat nilai-nilai tertentu. Sistem nilai dibentuk melalui proses belajar dan proses sosialisasi. Perangkat sistem nilai ini dipengaruhi oleh keluarga, teman, institusi, dan masyarakat luas. Pada diri manusia telah terdapat sejumlah potensi untuk memberi arah dalam kehidupan manusia, potensi tersebut yaitu : naluri, indrawi, nalar, dan agama. Melalui pendekatan ini maka agama sudah menjadi potensi fitrah yang dibawa sejak ia lahir, karena didalam diri manusia pula sudah terdapat sifat ketuhanan. Untuk menjadikan manusia mengenal agama Allah maka pengaruh lingkungan dapat membimbingnya pada potensi fitrah yang dimilikinya.
            Berdasarkan pendekatan ini, maka pengaruh agama dalam kehidupan individu adalah memberi kemantapan serta kepuasan batin, rasa bahagia, rasa terlindung dan sebagainya. Nilai-nilai agama mempunyai dua segi yaitu:
a)      Segi normatif
Segi normatif menitikberatkan pada pertimbangan baik buruk,benar salah,hak dan batil, diridhoi atau tidak.
b)     Segi operatif
Segi operatif mengandung lima kategori yang menjadi prinsip standarisasi prilaku manusia, yaitu baik buruk,setengah baik,netral,setengah buruk dan buruk. Yang dijelaskan sebagai berikut:
1.      Wajib (baik)
Nilai yang baik dilakukan manusia yaitu ketaatan akan memperoleh imbalan jasa (pahala) dan kedurhakaan akan mendapat sangsi.
2.      Sunnah (setengah baik)
Nilai yang setengah baik dilakukan manusia, yaitu sebagai penyempurnaan terhadap nilai yang baik.
3.      Mubah (netral)
Nilai yang bersifat netral yaitu kita mengerjakan perintah atau tidak, tidak akan berdampak pada imbalan(pahala) dan sangsi kita.
4.      Makruh (setengah baik)
Nilai yang sepatutnya untuk ditinggalkan, dengan alasan dimungkinkan akan terjadi kebiasaan yang buruk dan berakibat menimbulkan keharaman.
5.      Haram (buruk)
Nilai yang buruk dilakukan manusia, karena membawa kemadharatan dan merugikan diri pribadi maupun ketentraman umumnya.


Kelima nilai diatas cakupannya menyangkut seluruh bidang yaitu menyangkut nilai seluruh bidang yaitu nilai ilahiyah ubudiyah, ilahiyah mu’amalah, dan nilai etik insani yang terdiri dari nilai sosial, rasional, individual, biofisik, ekonomi, politik dan estetik. Misalnya : jilbab bagi kaum wanita, ini menyangkut dua nilai yaitu  nilai esensial, yang dalam hal ini ibadah menutup aurat dan nilai estetik, sehingga bentuk, model, warna, cara memakai dan sebagainya dapat bernilai estetik dan dapat menutup aurat. Karena nilai bersifat ideal dan tersembunyi dalam setiap kalbu manusia, maka pelaksanaan nilai tersebut harus disertai dengan niat. Nilai merupakan i’tikad seseorang yang dikerjakan dengan penuh kesadaran kemudian diaktualisasikan nilai-nilai islam tersebut dalam proses pembelajaran pendidikan agama islam dan diwujudkan dalam proses sosialisasi didalam dan diluar kelas.[5]

D.                 ANALISA
                        Arus kesadaran mempunyai peranan penting  pada tingkah laku seseorang dalam lingkungan hidupnya. Apabila seseorang memiliki arus kesadaran yang baik, maka nilai yang terwujud juga akan baik, begitupun sebaliknya. Mengapa demikian?, jawabannya adalah karena perwujudan sistem nilai tersebut ditentukan oleh arus kesadaran manusia.
                        Manusia telah diciptakan Allah swt dengan potensi akal, dengan akal tersebut manusia dituntut untuk mempunyai kesadaran tinggi jika  ingin mendatangkan nilai-nilai yang baik pula. Apabila manusia tidak mampu memahami dirinya atau tidak mempunyai kesadaran atas dirinya maka ia akan menjadi pribadi yang pesimis dan merasa tidak memiliki potensi dalam dirinya. Maka untuk dapat memahami dirinya dan mencapai kesadaran yang sesungguhnya, psikologi islam dapat membimbingnya.



E.                 KESIMPULAN
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan:
1.      Kesadaran diartikan sebagai proses mengenali motivasi, kepribadian kita dan menyadari pengaruh faktor-faktor tersebut atas penilaian, keputusan dan interaksi kita dengan orang lain.
2.      Proses kesadaran terbagi menjadi dua macam, kesadaran pasif dan kesadaran aktif. Kesadaran pasif adalah keadaan dimana seorang individu bersikap menerima segala stimulus yang diberikan pada saat itu, baik stimulus internal maupun stimulus eksternal.
Kesadaran aktif adalah kondisi dimana seseorang menitikberatkan pada inisiatif dan mencari atau merencanakan berbagai kemungkinan di masa depan.
3.      Sedangkan sistem nilai adalah suatu peringkat yang didasarkan pada suatu peringkat nilai-nilai seorang individu dalam hal intensitasnya. Dengan demikian untuk mengetahui sebuah nilai harus melalui pemaknaan terhadap kenyataan-kenyataan lain berupa tindakan, tingkah laku, pola pikir dan sikap seseorang orang.











[1] Abdul Aziz Ahyadi,Psikologi Agama Kepribadian Muslim Pancasila,Sinar Baru,Bandung;1988,hal 37
[2] Rita L. Atkinson,Pengantar Psikologi  1,Erlangga,Jakarta;TT,hal 250-251
[3] Sutarjo Adisusilo J.R,Pembelajaran Nilai Karakter,Rajawali Pers,Jakarta;2012,hal 56
[4] Risieri Frondizi,Pengantar Filsafat Nilai,Pustaka Pelajar,Yogyakarta;2001,hal 114-115

Tidak ada komentar:

Posting Komentar