Sabtu, 20 Desember 2014

ISLAM SEBAGAI ALTERNATIF PARADIGMA PENDIDIKAAN ISLAM



Kenapa islam dijadikan sebagai alternatif ? ketika mungkin timbul pertanyaan tersebut maka yang kemudian menjadi jawaban atau setidaknya alasan mengapa islam dikatakan sebagai alternatif  paradigma pendidikan islam, adalah karna islam sendiri adalah agama yang sempurna. Yang kita sadari atau tidak telah menguasai seluruh aspek kehidupan kita sebagai pemeluknya. Tak terkecuali dalam masalah pendidikan. Dalam islam sendiri pendidikan diarahkan untuk dapat memanusiakan manusia, yaitu untuk mengembalikan manusia kepada fitrahnya yaitu menjadi manusia yang ta’at, tunduk, patuh kepada aturan, dan selalu condong kepada kebenaran. Dengan melibatkan islam dalam masalah pendidikan maka hal yang kemudian diharapkan adalah dihasilkannya produk-produk pendidikan yang sesuai dengan nilai-nilai yang islami.
Ketika islam kemudian diikut sertakan dalam masalah pendidikan maka tentu itu mungkin hanya bisa terjadi di negara-negara yang berlatar belakang islam. Lalu bagaimana dengan negara-negara yang tidak mengatas namakan islam ?? Ada banyak negara-negara yang tidak berlatar belakang islam yang pada akhirnya menjadikan islam sebagai alternatif dalam memandang pendidikan itu sendiri. Seperti yang akan saya uraikan tentang pandangan islam menurut dunia barat, sebagai berikut :
sebut saja seperti dinegara eropa, Eropa  merupakan suatu negara dengan mayoritas penduduk  yang  memeluk agama kristen, disana islam menjadi agama yang sangat minoritas atau bisa katakan sangat sedikit penduduk yang memeluk islam. Dari awal kemunculan islam di eropa, islam dianggap sebagai sebuah problem bagi eropa-kristen. Orang-orang yang beragama islam disana dianggap sebagai musuh. Namun ketika abad ke-7 dan ke-8 pasukan yang berperang dan mengatas namakan penguasa islam dan khalifah berhasil meluas dan dapat memasuki jantung negara eropa. Islam menaklukkan provinsi-provinsi kerajaan Bizantium. Penaklukan wilayah-wilayah di eropa ini semata-mata tidak hanya bersifat militer tetapi dalam skala yang lebih luas, penaklukan-penaklukan itu juga diikuti oleh konversi agama islam. Namun antara abad ke-11 dan ke-13 kristen cukup sukses memasuki tanah suci, dimana pada waktu itu kerajaan latin yerussalem dibangun.
Terpecah karena adanya konflik, tetapi kemudian disatukan dengan banyak jenis ikatan, umat islam dan kristen-eropa memperlihatkan tantangan agama dan intelektual antara satu sama lain. Diantaranya yaitu tentang pemahaman mereka tentang ajaran Nabi Muhammad dan kepercayaan tentang penyaliban yesus. Bagi para pemikir muslim sendiri menganggap bahwa pada dasarnya ajaran yesus adalah sama dengan ajaran Nabi Muhammad. Namun tidak demikian dengan kepercayaan kristen, mereka salah faham dengan kepercayaan mereka. Mereka mengira yesus sebagai nabi dan tuhannya yang kemudian ia disalib. Menurut pandangan islam permasalahan ini hanyalah sebuah kesalahfahaman memaknai kitab suci mereka. Karena dalam Al-Qur’an telah dijelaskan bahwa sebenarnya yesus atau dalam islam dikenal nabi isa tersebut bukanlah tuhan dan bukan juga disalib sebagaimana kepercayaan mereka, tetapi nabi isa diangkat kelangit oleh Tuhan.
Sekitar abad ke-12 umat kristen di eropa mulai tertarik dan mengkaji islam. Al-Qur’an pun mulai diterjemahkan oleh mereka. Yang pertama kali dilakukan dengan pengarahan Peter yang mulia, yaitu seorang kepala Biara Cluny. Dan banyak juga karya-karya filsafat yang berbahsa arab yang kemudian mulai diterjemahkan oleh mereka.
Kemudian pada sekitar abad ke-13, orang-orang kristen di eropa banyak yang tinggal di negeri-negeri muslim,khususnya di spayol, mesir, dan syiria. Mereka tidak hanya tinggal tetapi banyak diantara mereka yang menggunakan bahasa arab sebagai media dalam berinteraksi.
Ini menjadi langkah yang baik ketika islam kemudian mulai dilibatkan dalam masalah pendidikan. Hal ini menandakan bahwa sebenarnya keberadaan islam sangat berpengaruh terhadap kehidupan barat pada waktu itu. Dibuktikan dengan banyaknya tradisi-tradisi keislaman yang mulai dilakukan oleh mereka. Walau mungkin pada awalnya hanya sebatas ketertarikan semata tapi itu bisa dianggap sebagai sebuah awal ketertarikan yang baik.
Akhirnya pandangan barat tentang islam pun mulai berubah sedikit demi sedikit. Mereka tidak bisa mengingkari  bahwa sebenarnya islam merupakan faktor penting dalam sejarah manusia yang sangat berpengaruh. Ditunjukkan oleh salah seorang pemikir eropa yang pernah mengkaji islam pada sekitar abad ke-19 yang menyatakan dua jenis sikapnya terhadap islam. Di satu sisi ia memandang islam sebagai musuh, namun disisi lain ia melihat islam sebagai salah satu bentuk agama dimana akal dan jiwa manusia mencoba memahami dan mendefinisikan sifat-sifat Tuhan dan alam semesta dengan baik. Dengan adanya pengakuan tersebut secara tidak langsung dunia barat telah meyakini dan mengakui bahwa Nabi Muhammad Saw dan para pengikutnya telah memainkan peran yang sangat penting dalam sejarah dunia.
Sebenarnya kalau masih saling mengakui sebagai manusia yang diciptakan Tuhan, maka harusnya barat tidaklah memandang islam sebagai musuh. Sebab di dunia kecerdasan dan pengembangan peradaban (civilization), mereka adalah bersaudara.
Saat kejayaan dan keemasan islam umat islam, dengan dimotori kaum-kaum intelektual dan akademisi banyak melakukan transfer ilmu dan filsafat. Seperti pada masa Harun al-Rasyid dan Al-Makmun  mengadakan penggalian filsafat yunani dan persia. Sebenarnya ada banyak catatan yang mengabadikan persahabatan intelektual dan peradaban antara islam dan barat.
Sedemikian pentingnya Barat bagi islam atau islam bagi Barat, hingga kemudian pendidikan islam melahirkan intelektualitas di eropa. Begitupun sebaliknya, pendidikan Barat telah memunculkan kelompok-kelompok cendekiawan bagi perubahan sosial di dunia islam.
Demikianlah sekilas tentang islam dalam pandangan negara-negara yang tidak berlatar belakang islam. Yang pada awalnya kurang begitu bersahabat dengan islam namun pada akhirnya mengakui bahwa agama islam memang sangat berperan penting terhadap keberangsungan hidup didunia ini.
Maksud disini kenapa islam dijadikan sebagai sebuah alternatif paradigma pendidikan adalah ketika memahami sebuah proses pendidikan tersebut yang terjadi dalam suatu daerah yang tidak berlatar belakang islam, sehingga islam dijadikan alternatif oleh mereka untuk menggali wacana-wacana pendidikan yang baru.
Jadi sangat mungkin ketika islam dijadikan alternatif paradigma ilmu pendidikan. Karena setidaknya islam mempunyai alasan-alasan sebagai berikut :
1.      Ilmu pendidikan sendiri adalah tergolong ilmu Humoniora,yang tergolong kedalam ilmu normatif, karena terkait dengan norma-norma tertentu. Dan ketika islam dilibatkan dalam pendidikan maka nilai-nilai yang terdapat dalam islam sangat berkompeten untuk dapat dijadikan norma dalam pendidikan.
2.      Dan dengan menjadikan islam sebagai paradigma, maka keberadaan ilmu pendidikan seolah-olah telah memiliki ruh yang dapat menggerakkan kehidupan spiritual dan kehidupan yang hakiki. Yang tanpa ruh ini berarti pendidikan telah kehilangan ideologinya.
Jadi yang di maksud disini islam dijadikan sebagai aternatif paradigma pendidikan adalah ketika islam sendiri hadir di tengah-tengah keadaan yang mayoritas berkeyakinan lain. Sehingga islam menjadi minoritas di tempat tersebut.  Dengan keadaan yang seperti itu maka sangat mungkin jika islam dalam pandangan mereka dijadikan alternatif dalam memahami wacana-wacana pendidikan. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar