Sabtu, 13 Desember 2014

BERPIKIR SISTEMIK DALAM PEMBELAJARAN



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pembelajaran merupakan suatu bagian yang sangat penting dalam pendidikan, melalui pendidikan diharapkan mampu membawa kearah mana bangsa ini akan melangkah, pendidikan merupakan sarana startegis untuk meningkatkan kualitas suatu bangsa. Pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistematik dan multi makna. Sebagaimana yang telah dirumuskan  tujuan pendidikan yang tidak lepas dari beberapa komponen yang menunjang, dari berbagai komponen/ elemen-elemen yang menyatu itulah akan terlaksana sebuah sistem. Sebab di muka bumi ini tiada hal yang tidak saling terkait, semua saling melengkapi dan menyempurnakan demi terwujudnya suatu tujuan yang hendak dicapai. Beberapa komponen yang berada dalam sistem telah terintruksi untuk mencapai suatu tujuan dan tujuan tersebutlah yang membimbing kita tentang apa yang yang harus dikerjakan. Banyak fenomena yang muncul dalam pembelajaran, baik dengan penyebab langsung maupun tidak langsung, terkadang idealisme memang tidak selamanya selaras dengan realitas yang kita temui. Praktik pembelajaran yang dilakukan dengan baik dan tepat akan menghasilkan sumbangsih baik kepada anak didik, sebaliknya jika pembelajaran dilakukan tidak tepat maka potensi siswa akan sulit dikembangkan.    

B.        Rumusan Masalah
  1. Apa pengertian pendidikan dan pembelajaran?
2.      Bagaiamana pendekatan sistem dalam pembelajaran?
  1. Apahakikat tentang berpikir sistemik?
  2. Bagaimana cara berpikir sistemik dalam pembelajaran?

BAB II
PEMBAHASAN

I.     Pengertian Pendidikan dan Pembelajaran
Menurut Kamus Besar mendefinisikan bahwa pendidikan berasal dari kata “didik”, yang mendapat awalan kata me- sehingga menjadi mendidik artinya memelihara dan memberi latihan.Dalam memelihara dan member latihan diperlukan ajaran, tuntutan dan pimpinaan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Menutut bahasa yunani, pendidikan berasal dari kata pedagogic yang terdiri atas paid yang artinya anak dan agogos yang artinya membimbing, sehingga pedagoik dapat diartikan sebagai ilmu dan seni mengajar anak.
Ary H. Gunawan mengemukakan pendidikan adalah interaksi manusia antara guru atau pendidik dan murid atau anak didik yang dapat menunjang pengembangan manusia seutuhnya yang berorientasikan pada nila-nilai dan pelestarian serta pengembangan kebudayaan yang berhubungan dengan usaha-usaha pengembangan manusia tersebut.
Zuhairini dan kawan-kawan menyebutkan pendidikan adalah aktifitas dan usaha manusia untuk meningkatkan kepribadiannya dengan jalan membina potensi-potensi pribadinya rohani (pikir, rasa, karsa, cipta dan budi nurani) dengan jasmani (panca indra serta ketrampilan).
Menurut UU no.20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyrakat, bangsa dan Negara.[1]
Pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan. Didalamnya terjadi interksi antara berbagai komponen, yaitu guru, siswa, dan materi pembelajaran atau sumber belajar.Menurut etimologis menurut Zayadi kata pembelajaran merupakan terjemahan dari bahasa ingris, instructions yang bermakna upaya untuk memelajarkan seseoramh atau kelompok orang, melalui berbagai upaya (effort) dan berbagai strategi, metode dan pendekatan kearah pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
Dalam pengertian terminologis pembelajaran dikatakan oleh Corey sebagaimana dikutip oleh Sagala (2006:61) merupakan suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serat dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon dalam kondisi tertentu, pembelajaran merupakan subset khusus dari pendidikan.
Dari pengertian terminologis tersebut, dapat dikatakan bahwa pembelajaran merupakan sebuah sistem, yaitu totalitas yang melibatkan berbagi komponen yang saling berinteraksi.Dengan demikian dapt dipahami bahwa pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan oleh guru secara terprogarm dalam desain instruksional untuk membuat siswa atau peserta didik belajar secara aktif yang menekankan pada penyediaan sumber belajar.Karena pembelajaran pada dasarnya adalah merupakan kegiatan terrencana yang mengkondisiskan atau merangsang sesesorang agar bisa belajar dengan baik, agar tercapai tujuan pembelajaran yang dirumuskan.
Kegiatan pembelajaran menurut pandangan Zayadi dan Majid akan bermuara pada kegiatan utama yang pertama, bagaimana orang melakukan tindakan perubahan tingkah laku melalui kegiatan belajar, kedua, bagaimana orang melakukan tindakan penyampaian ilmu pengetahuan melalui kegiatan mengajar.[2]
II.  Pendekatan Sistem dalam Pembelajaran
a.       Pengertian Sistem
Sistem adalah suatu konsep yang abstrak. Definisi yang umum menyatakan bahwa sistem adalah seperangkat komponen atau unsur-unsur yang saling berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan. Rumusan ini sangat sulit dipahami, dalam artian yang luas suatu pengertian sistem muncul karena seseorang telah mendefensikannya demikian.
      Kesimpulan yang umum dapat dinyatakan sebagai berikut : misalnya sepeda adalah suatu sistem, yang meliputi komponen-komponen seperti roda, pedal, kemudi dan sebagainya, akan tetapi dalam artian yang luas, sepeda sebenarnya adalah suatu subsistem/komponen dalam sistem transportasi, disamping alat-alat transportasi yang lainnya, seperti mobil, motor, angkutan kota dan sebagainya.
Sistem berasal dari bahasa latinsystema atau bahasa Yunani sustema yang berarti suatu kesatuan yang yang terdiri dari komponen atau elemen yang dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran informasi, materi atau energi. Sistem juga merupakan kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan yang berada dalam suatu wilayah serta memiliki item-item penggerak. 
Istilah sistem juga sering didefinisikan suatu bangunan atau organisasi/lembaga yang terdiri dari berbagai sub komponen atau elemen yang saling berinteraksi, berinterdependensi dimana salah satu elemen atau komponen rusak atau hilang maka akan mengganggu komponen lainnya serta mengganggu kualitas kinerja dari organisasi tersebut.Sistem dapat dipahami sebuah kesatuan utuh dari masing-masing sistem(komponen).[3]
Pengertian sistem menurut ahli :
1.      Tatang M.Amirin
a.       Sistem adalah suatu kebulatan yang kompleks atau terorganisasi himpunan atau perpaduan hal-hal atau bagian-bagian yang membentuk kebulatan (keseluruhan) yang kompleks atau utuh.
b.      Sistem merupakan himpunan komponen yang saling berkaitan dan bersama-sama berfungsi untuk mencapai suatu tujuan.
c.       Sistem merupakan sehimounan komponen atau sub system yang terorganisasikan dan berkaitan sesuai rencana untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
2.      L. Jmes Havery
Sistem merupakan prosedur logis dan rasional guna melakukan atau merancang suatu rangkaian komponen yang berhubungan satu sama lain.
3.      Salisbury
Sistem adalah sekelompok bagian tau komponen-komponen yang bekerjasama sebagai suatu kesatuan fungsi.
4.      John Mc Manama
Sistem adalah sebuah struktur konseptual yang tersusun dari fungsi-fungsi yang saling berhubungan yang bekerja sebagai suatu kesatuan organic untuk mencapai suatu hasil yang didinginkan secara efektif dan efisien.
Sedangkan pengertian dari sistem pembelajaran sendiri adalah suatu kombinasi terorganisasi yang meliputi unsur-unsur manusia, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang berinteraksi untuk mencapai suatutujuan tertentu.Sesuai dengan rumusan tersebut maka unsur manusia yang terlibat dalam sistem pembelajaran tersebut adalah siswa, pengajar (guru), dan tenaga kependidikan lainnya.[4]
b.      Tujuan dan Fungsi Sistem
Setiap sistem mempunyai tujuan, tujuan ini merupakan akhir dari apa yang dikehendaki oleh suatu kegiatan. Demikian pula kegiatan instruksional memiliki tujuan tertentu. Tujuan suatu lembaga pendidikan ialah untuk memberikan pelayanan pendidikan kepada yang membutuhkan. Tujuan instruksional ialah agar siswa belajar mengalami perubahan perilaku tertentu sesuai dengan tingkatan taksonomi yang telah dirumuskan terlebih dahulu.
Untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, diperlukan berbagi fungsi yang beraktivitas. Misalnya seorang manusa agar bisa hidup dan menunaikan tugasnya didalam dirinya diperlukan adanya fungsi koordinasi dan penggerak, fungsi pernapasan, fungsi pencernaan makanan, fungsi peredaran darah, fungsi pengindraan, fungsi perlindungan terhadap penyakit dan berbagai bahaya, fungsi pembiakan dan lain-lain.[5]
c.       Analisis Sistem
Analisis sistem adalah cara berpikir berdasarkan teori umum sistem(General System Theory). Teori umum sistem menurut Boulding (1956) merupakan kerangka ilmu pengetahuan yang dapat menyajikan suatu struktur teoritik secara sistematis, dimana berbagai disiplin diarahkan, diintegrasikan, dan didayagunakan secara produktif.
Dalam konteks yang sama, Bertalanffy(1979) mengemukakan bahwa teori umum sistem “merupakan suatu konsep yang bersifat menyeluruh yang memandang sesuatu secara keseluruhan, dimana keseluruhan itu jauh lebih rtinya daripada jumlah bagian-bagiannya”. Dalam kaitan itu Bertalanffy mengemukakan minimal ada lima tujuan utama teori sistem, yaitu:
1.      Terdapat kecenderungan mengintegrasikan berbagai ilmu yang alamiah dan ilmu sosial
2.      Pengintegrasian itu terpuasat pada teori umum sistem
3.      Teori-teori diatas mungkin merupakan instrumen penting dalam bidang ilmu nonfisik
4.      Mengembangkan prinsip-prinsip untuk menyatukan berbagai bidang ilmu
5.      Dampak dari hal-hal tersebut diperlukan pengintegrasian berbagai bidang ilmu dalam proses pendidikan
Siagian(1988) mengatakan bahwa analisis sistem dewasa ini merupakan salah satu alat yang bantu yang makin luas penggunaannya dalam analisis keputusan. Karakteristik analisis sistem menurut Quade(1968) adalah suatu pendekatan yang sistematik yang dapat membantu dalam pengambilan keputusan dalam memilih seperangkat tindakan melalui penelaahan yang menyeluruh dan membandingkannya dengan berbagai konsekuensi dari keputusan yang akan diambilnya.
Menurut Subrahmanyam(1971) pertimbqngqn berdasarkan nilai-nilai tertentu merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam analisis sistem. Analisis sistem hanyalah merupakan sustu tekhnik pengambilan keputusan dan bukan merupakan pengganti pengembilan keputusan. Pada dasarnya analisis sistem merupakan suatu forum yang dialog antar analis dan pengambil keputusan. Cleland dan King dua orang akar menejemen menambahkan bahwa analisis sistem merupakan sustu metodologi untuk menganalisis dan memecahkan permasalahan melalui suatu pengujian yang sistematik dan sistemik serta membandingkan berbagai alternatif berdasarkan sumber-sumber pembiayaan dan keuntungan yang berkaitan dengan setiap alternatif yang diajukan. [6]
Antara analisis sistem dan riset operasi terdapat perbedaan. Rist opersi adalah penerapan konsep sistem dala upaya mengoptimalkan sumber-sumber ekonomis agar terwujud proses transformasi yang efisien. Sedangkan analisis sistem merupakan pendekatan terhadap permasalahan yang rumit dan kompleks. Riset operasi diterapkan untuk melakukan pengoptimalan terhadap hal-hal yang bersekala kecil dan untuk memilih suatu pemecahan optimal atau seperangkat alternatif yang telah ditentukan. Sebaliknya analisis sistem mempunyai orientasi yang lebih luas. Analisis sistem melaksanakan berbagai alternatif tujuan dan mengeksplorasi berbagai implikasi dari berbagai asumsi alternatif. Analisis sistem biasanya tidak menaruh kepedulian terhadap perhitungan pemecahan suatu masalah secara optimal.
Kajian analisis sistem ditujukan untuk menghindari berbagai berbagai kesalahan yang berskala besar dan memberikan atau menyampaikan daftar pilihan kepada para pengambil keputusan yang menggambarkan berbagai ramuan keefektiafan perincian biaya untuk dijadikan pertimbangan dalam menetukan pilihan. Analisis sistem berupaya mendesain pemecahan masalah baru dan memperluas jangkauan barbagai alternatif dan melakuakn pemilihan alternatif terbaik dan berbagai alternatif yang telah ditentukan. Penerapan analisis sistem yang paling sederhana adalah suatu cara berpikir, tetapi sebaliknya analisis sistem juga dapat diterapkan pada bentuk yang sangat rumit dengan mempergunakan berbagai perhitungan rumus matematika yana paling kompleks samapi pada penggunaan komputer yang paling canggih. Keluwesan penerapan analisis sistem untuk berbagai tingkat kerumitan adalah bahwa analisis sistem merupakan metode yang dapat dipergunakan untuk berbagai penerapan dalam memecahkan berbagai tingkatan masalah.[7]
d.      Pendekatan Sistem
Pendekatan sistem adalah cara berpikir dengan menggunakan konsep sistem. John, Kast, Rosenzweig (1973) mengemukakan bahwa pendekatan sistem adalah cara berpikir untuk mengatur tugas, melaui suatu kerangka yang melukiskan faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal sehingga merupakn suatu keseluruhan secara terpadu. Pendekatan isstem juga merupakan cara berpikir sebuah metode atau tekhnik analisis dan suayu jenis menejerial.
Van Gigh (1974) mengemukakan bahwa pendekatan sistem merupakan desain metodologi, kerangka kerja konseptual, metode ilmiah baru, teori keorganisasian, sistem menejemen, metode rekayasa riset operasi dan metode untuk meningkatkan efisiensi biaya serta metode untuk menerapkan teori umum sistem.
Sebagai metode ilmiah baru, pendekatan sistem mencoba mewujudkan cara berpikir baru yang dapat diaplikasikan, baik terhadap ilmu-ilmu perikehidupan maupun terhadap ilmu-ilmu perilaku. Dalam teori organisasi dan menejemen modern, Kast dan Rosenzweig (1974) mengemukakan bahwa pendekatan sistem merupakan suatu kerangka kerja yang bersifat integratif dalam teori dan praktik organisasi dan menejemen. [8]
Dalam rangka memperkenalkan konsep dan aplikasi analisis sistem itu, badan penelitian dan pengembangan pendidikan menyelenggarakan penataran intensif selama lebih kurang sembilan bulanyang diikuti oleh para analis dan perencana kehidupan. Penataran itu dilaksanakan melalui suatu kerjasama dengan the Rain Corporation, Santa Monica, Kalifornia, Amerika Serikat, yaitu suatu badan penelitian yang bergerak dalam bidang perumusan dan pengkajian berbagai masalah yang sifatnya strategis dan multi disiplin. Dalam penyusunan rencana tahunan departemen pendidikan dan kebudayaan telah menggunakan suatu instrumen pemecahan yang dikenal dengan sistem dan mekanisme perencanaan terpadu rutin dan pembangunan. Pendekatan yang dijadikan kerangka acuan dalam penyususnan sistem dan mekanisme tersebut adalah pendekatan sistem yang disesuaikan dengan berbagai ketentuan yang berlaku dalam penyusunan rencana dan program yang dianut dalam sistem administrasi pemerintahan di Indonesia.
Dewasa kini pendidikan telah dipandang sebagai suatu fungsi yang melekat dengan kehidupan itu sendiri. Memperoleh pendidikan sudah suatu keharusan dan kebutuhan dalam kehidupan pribadi, masyarakat, dan bangsa. Pendidikan telah dipandang sebagai suatu investasi dalam pembangunan sumber daya manusia yang amat diperlukan dalam pembangunan sosial dan ekonomi. Pendidikan makin banyak memerlukan berbagai eahlian profesional dalam menejemennya serta memerlukan berbagai keahlian yang bersifat interdisipliner dalam memecahkan masalahnya.[9]
Pendekatan sistem mulai dipergunakan dalam bidang latihan dan pendidikan (merumuskan masalah), analisis kebutuhan dengan maksud mentransformasikannya menjadi tjuan-tujuan (analisis masalah), desain metode dan materi instruksional (pengembangan suatu pemecahan).[10]
e.       Dinamika Sistem
Rangkaian kejadianyang rumit dan berubah menurut waktu adalah suatu proses dinamis. Secara alami, proses dinamis selalu bergerak antara dua ujung, yaitu keteraturan dan kekacauan. Rangkaian kejadian dalam proses dinamis itu memberi bentuk kepada sistem dan sekaligus memberi ciri yang mempengaruhi kelakuan sistem. Kelakuan sistem terbentuk dari gabungan kelakuan lingkaran yang umpan balik yang menyusun rangkaian sistem. 
Dinamika sistem sebagai alat untuk berpikir dapat diumpamakan seperti hubungan antara kran air dan tangki. Tinggi air dalam tangki menggambarkan suatu keadaan yang teramati perubahannya dan mencerminkan kinerja dari sistem. Perubahn tinggi air dalam tangki, mempengaruhi dan dipengaruhi oleh keputusan tentang putaran kran air yang masuk dan keluar tangki. Arus yang masuk dan keluar dari kran menggambarkan proses yang yang mencerminkan kinerja sistem. Perubahan arus air masuk, dan keluar akan mempengaruhi dan dipengruhi oleh perubahan air dalam tangki.
Untuk menyusun hubungan antara keadaan dan proses tersebut saling mengait sebagai lingkaran sebab akibat membentuk sistem yaitu:
1.      Pembentukan hubungan antara proses sebgai akibat, ataupun sebaliknya dan
2.      Pembentukan informasi tentang keadaan sebagai sebab menghasilkan keputusan yang berpengaruh pada proses sebagai akibat.
Pemahaman terhadap kerumitan, pergerakan, dan perubahan yang terdapat dibelakang pola garis bergelombang adalah memahami dinamika dari suatu sistem. Kerumitan dinamis dalam sistem berhubungan dengan gabungan lingkaran umpan balik pemacauan dengan penyeimbangan. Peranan lingkaran umpan balik tertentu akan mempengaruhi kelakuan sistem. Ada empat perilaku umum dari sistem umpan balik yaitu pembelajaran, pembaruan, keseimbangan dan gelombang. Gabungan lingkaran umpan balik dapat mengungkapkan kerumitan secara secara sederhana. Dalam perkembangnnya, penyederhanaan kerumitan tersebut telah dikenali berbentuk pola-pola lingkaran umpan balik. Masing-masing pola memiliki dan menjelaskan kelakuan dinamis tertentu. [11]
f.       Sistem Pengajaran
Dalam pengajaran, perumusan tujuan adalah yang utama dan setiap proses pengajaran senantiasa diarahkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sistem pengajaran selalu mengalami dan mengikuti tiga tahap yaitu tahap analisis (menentukan dan merumuskan tujuan), tahap sintesis (perencanaan proses yang akan ditempuh), dan tahap evaluasi (mengetes tahap pertama dan kedua).
Sistem pengajaran adalah suatu kombinasi terorganisasi yang meliputi unsur-unsur mansiawi,material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan. Orang yang terlibat dalam sistem pengajaran adalah siswa, guru, tenaga lainnya, misalnya tenaga yang membantu dalam laboratorium. Material meliputi buku-buku, papan tulis, kapur, fotografi, slide, film, audio, video tape. Fasilitas dan perlengkapan terdiri atas ruangan kelas, perlengkapan audiovisual, bahkan juga komputer. Prosedur melipui jadwal dan metode penyampaian informasi, penyediaan untuk praktek, belajar, pengetesan, dan penentuan tingkat, dan sebagainya.
Ada tiga ciri khas yang terkandung dalam sistem pengajaran, yaitu:
1.      Rencana, penataan intensional orang, material, dan prosedur, yang merupakan unsur sistem pengajaran sesuai dengan suatu khusus, sehingga tidak mengambang.
2.      Kesalingtergantungan unsur-unsur suatu sistem merupakan bagian yang koheren dalam keseluruhan, masing-masing bagian bersifat esensial, satu sama lain saling memberikan sumbangan tertentu.
3.      Tujuan, setiap sistem pengajaran memiliki tujuan tertentu. Ciri itu menjadi dasar perbedaan antara sistem yang dibuat oleh manusia dan sistem-sistem alami (natural). Sistem yang dibuat oleh manusia, seperti sistem transportasi, sistem komunikasi, sistem pemerintahan, semuanya memiliki tujuan. Sistem natural, seperti sistem ekologi, sistem persyaratan pada hewan, memiliki unsur-unsur yang saling ketergantungan antara yang satu dengan yang lainnya disusun sesuai dengan rencana tertentu, tetapi tidak mempunyai tujuan atau maksud.[12]
g.      Penerapan Sistem dalam Pembelajaran
Sistem pendidikan merupakan suatu sistem yang terbuka, sebagai suatu sistem yang bersifat terbuka sistem pendidikan ditandai dengan adanya struktur sistem pendidikan yang terdiri atas sistem pendidikan yang bersifat nasional, sub sistem pendidikan yang terdiri atas pendidikan sekolah dan pendidikan diluar sekolah, komponen pendidikan yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi, sub komponen yang terdiri atas pendidikan uum, pendidikan kejuruan, pendidikan keagamaan, dimensi fasilitas dan pembiayaan pendidikan, variabel pendidikan terdiri atas jumlah peserta didik, jumlah tenaga pendidik, sarana dan prasarana pendidikan serta penanggung jawab pendidikan yang terdiri atas orang tua, masyarakat dan pemerintah.
Sebagai suatu sistem terbuka, sistem pendidikan melalui hubungan internal dan eksternal. Hubungan internal dalam sistem pendidikan ditandai demgan adanya hubungan yang suksesif, antara satu jenjang pendidikan dengan jejang yang lainnya. Sedangkan hubungan eksternal ditandai adnya innteraksi, interelasi, interdependensi antara sistem pendidikan dengan pendidikan yang lainnya yang berada diluar sistem pendidikan.
Salah satu konsep dasar yang juga ditemui oleh sistem pendidikan, yaitu konsep entropy, konsep ini berkaitan denagn konsep keseimbangna dinamik. Yang dimaksud dengan konsep keseimbangan dinamik adalah kemampuan, ketangguhan, dan keseimbangan dinamik dari suatu sistem dalam mempertahankan eksistensinya.
Dalam sistem pendidikan wujud konsep keseimbangan dinamik ini tercantum kedalam berbagai peraturan perundang-undangan yang mengatur hubungan antara berbagai subsistem, komponen, dan subkomponen serta antara dimensi yang satu dengan dimensi yang lainnya dalam suatu sistem pendidikan.[13]
Di Indonesia permintaan masyarakat terhadap pendidikan dilakuakn dengan melakukan progam perluasan dan pemerataan kesempatan belajar. Proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan efisien dan efektif jika ditunjang oleh masukan instrumental berupa tenaga didik, ruang belajar, dan juga diperlukan buku pelajaran bagi tenaga didik dan peserta didik. Penduduk merupakan sasaran kegiatan pendidikan, baik orang per orang maupun sebagai kelompok. Oleh karena itu, aspek-aspek kependudukan, dinamika kependudukan dan masalah-masalah kependudukan sangat berpengaruh terhadap kegiatan sistem pendidikan, seperti tingkat pertumbuhan, penyebaran penduduk, program transmigrasi, program keluarga berencana, dan angkatan kerja.
Faktor geografi mencakup antara lain aspek keadaan alam dan sumber daya alam. Hal ini akan memberikan pengaruh besar terhadap perencanaan sistem pendidikan. Pengaruh ini mungkin bersifat menunjang dan mungkin pula menghambat. Selain itu, faktor geografi juga menerima pengaruh dari pendidikan, misalnya melalui pendidikan dan kebudayaan, kita dapat mendorong peningkatan eksploitasi dan pemanfaatan sumber daya alam dan mendorong pertumbuhan daerah pariwisata alam.
Minimal terdapat lima aspek geografis yang mempunyai kaitan erat degan penyelenggaran dan pengembanga sistem pendidikan, yaitu
1.       Topografi
2.      Sumber kekayaan alam
3.       Tanah untuk pembangunan
4.       Fasilitas pendidikan
5.       Hambatan alam
Aspek topografis berkaitan erat dengan penentuan lokasi, satuan pendidikan, rayonisasi penerimaan peserta didik, supervisi satuan pendidikan, penempatan tenga didik, pendistribusian buku, dan peralatan pendidikan. Potensi kekayaan alam apabila diolah maka akan mendapatkan pendapatan masyarakat. Dengan begitu, diharapkan partisipasi masyarakat dalam mengikuti pendidikan akan meningkat.
Interaksi, interrelasi, dan interdependensi antara sistem pendidikan dengan aspek-aspek, sosial, budaya, agama, dan kepercayaan terhadap Tuahn Ynag Maha Esa tidak dapat dihindari. Keterkaitan antara sistem pendidikan, dan aspek-aspek tersebut perlu dipertimbangkan dalam rangka saling menumbuhkan dan saling menunjang.[14]
III.    Hakikat Berpikir Sistemik
a.       Pengertian Berpikir
Definisi yang paling umum dari berpikir adalah berkembangnya ide dan konsep (Bochenski, dalam Suriasumantri(ed), 1983: 52 ) didalam diri seseorang, berkembang ide dan konsep ini berlangsung mulai proses penjalinan hubungan antar bagian-bagian informasi yang tersimpan didalam diri seseorang yang berupa pengertian-pengertian.
Berpikir adalah suatu kegiatan mental yang melibatkan kerja otak.Walaupun tidak bisa dipisahkan dari aktivitas kerja otak.Pikiran manusia lebih dari sekedar kerja organ tubuh yang disebut otak.Kegiatan berpikir juga melibatkan seluruh pribadi manusia dan juga melibatkan perasaan dan kehendak manusia.Memikirkan sesuatu mengarahkan dari pada obyek tertentu, menyadari secara aktif dan menghadirkannya dalam pikiran kemudian mempunyai wawasan tentang obyek tertentu.
Berpikir juga berarti jerih payah secara mental untuk memahami suatu yang dialami mencari jalan keluar dari persoalan yang dihadapi. Berpikir juga dapat dipandang sebagai pemrosesan informasi dari stimulus yang ada , sampai pemecahan masalah. Dengan demikian berpikir juga dapat dikemukakan sebagai proses kognitif yang berlangsung antara stimulus dan respon.[15]
b.      Pengertian Berpikir Sistemik
Berpikir sistemik (systemic thinking) adalah sebuah cara untuk memahami sistem yang kompleks dengan analisis bagian-bagian sistem tersebut untuk kemudian mengetahui pola hubungan yang terdapat didalam setiap unsur atau eleman penyusun sistem tersebut pada prinsipnya berpikir sistemik mengkombinasikan dua kemampuan berpikir yaitu, kemampuan berpikir analis dan berpikir sintesis.
Sedangkan berpikir sistematik (systematic thiking) artinya memikirkan segala sesuatu berdasarkan kerangka metode tertentu, ada urutan dan proses pengambilan keputusan. Disini diperlukan ketaatan dan kedisiplinan terhadap proses dan metoda yang hendak dipakai. Metoda berpikir yang berbeda akan menghasilkan kesimpulan yang beda, namun semuanya dapat dipertanggung jawabkan karena sesuai dengan proses yang diakui luas.
Berpikir sistemik (systemic thinking), maknanya mencari dan melihat segala sesuatu memiliki pola keteraturan dan bekerja sebagai sebuah sistem. Sementara berpikir sistemik adalah menyadari bahwa segala sesuatu berinteraksi dengan pikiran lain disekelilingnya, meskipun secara formal- procedural mungkin tidak terkait langsung atau secara special berada diluar lingkungan tertentu. Systemic thinking lebih menekankan pada kesadaran bahwa segala sesuatu berhubungan dalam satu rangkaian sistem.Cara berpikir seperti bersebrangan dengan berpikir fragmented-liniar-cartesian.
Syarat awal untuk memulai adanya kesadaran untuk menghormati dan memikirkan suatu kejadian sebagai sebuah sistem. Penggunaan bahasa sistem dalam berpikir dapat mendapatkan berbagai penafsiran sistem dari obyek yang sama. Perbedaan penafsiran terletak pada sudut pandang yang dipakai dalam memikirkan suatu kejadian yang sama sebagai suatu sistem.
Untuk memudahkan jalannya berpikir sistemik, penetapan tujuan dari sistem dinyatakan dalam bentuk yang lebih nyata, yaitu kinerja sistem yang teramati sebagai capaian hasil kerja dari sistem. Kinerja sistem yang teramati adalah muara dari rangkaian krjadian dalam sistem, baik sistem fisik maupun sistem nonfisik. Ringkasnya, kinerja sistem berkaitan dengan kerja dari keseluruhan unsur sistem yang saling berpengaruh dalam batas lingkungan tertentu. Jadi suatu sistem dapat saja menjadi suatu sistem yang lebih kompleks, yang berarti bahwa kita yang mempertimbangkannya sebagai sistem, dan kita sendiri yang menentukan batas-batas dari sistem itu sendiri.[16]
c.       Corak Berpikir Sistemik
Proses berpikir sistemik bukanlah suatu hal yang baru. Sejak zaman purbakala yang mampu menciptakan pyramid di Mesir sampai masyarakat maju yang mampu mengantarkan manusia manusia berdarmaisata kelur angkasa, pada azaznya senantiasa menerapkan gabungan corak berpikir sitemik. Ada 3 cara berpikir sistemik yaitu:
1)      Berpikir sistem masukan-keluaran
Corak berpikir yang mengikuti sistem masukan-keluaran sangatlah umum, masukan akan diproses menjdi keluaran. Masukan yang akan diproses dikelompkkan mejadi tiga yaitu bahan mentah, alat dan keadaan lingkungan. Keluaran yang dihasilkan umumnya dikelompokkan menjadi dua yaitu keluaran tunggal dan keluaran jamak. Berdasarkan jenis perlakuan terhadap proses dikenal dua corak berpikir sistem masukan-keluaran yaitu sistem kotak gelap ketika proses dianggap sempurna dan tidak perlu diurai dan  kotak terbuka ketika proses dianggap perlu untuk diurai untuk disempurnakan.
2)      Berpikir sistem umpan balik
Corak berpikir sistem umpan balik adalah penyempurnaan terhadap corak berpikir kotak terbuka dalam sistem masukan-keluaran. Penyempurnaannya adalah pada proses umpan balik untuk menjamin kemantapan sisitem. Unsur-unsur sistem ini adalah:
i.        Masukan yang diproses umumnya dikelompokkan menjadi tiga, yaitu masukan bahan mentah, alat, dan keadaan lingkungan
ii.      Keluaran yang dihasilkan umumnya dikelompokkan menjadi dua yaitu, keluaran tunggal dan keluaran jamak
iii.    Kinerja dari sistem umumnya dicerminkan oleh informasi dari nilai keluaran yang selalu dipantau
iv.    Rujukan kinerja sistem sebagai acuan yang selalu dituju
v.      Kesenjangan antara rujukan dengan kenyataan kinerja sistem yang selalu diamati
vi.    Kebijakan berdasarkan analisis untuk menjamin kemantapan sistem apabila sistem gagal bekerja secara mandiri yaitu kebijakan mengisi kembali kesenjangan kinerja. Apabila sistem bekerja dengan baik memperbaiki sendiri kesenjangna kinerja, maka tidak diperlukan campur tangan kebijakan. Sistem ini juga disebut sistem kendali mandiri. 
3)      Berpikir sistem umpan balik adaptif
Penerapan corak sistem umpan balik adaptif adalah sistem umpan balik yang menanggapi lingkungan. Sistem ini dapat menjelaskan mengapa dan bagaimana sistem dalam jangka panjang dapat goyah dan ambruk, baik akibat gagal menanggapi penolakan dari lingkungan maupun akibat pengaruh lingkungan yang mendadak berubah menekan sistem.
Pertama, jika sistem goyah dan ambruk akibat keluaran yang dihasilkan mendadak ditolak oleh lingkungan maka itu berarti kegagalan sistem terjadi akibat kurang perkiraan terhadap dampak jangka panjang dari keluaran. Kedua, jika sistem goyah dan ambruk akibat pengaruh lingkungan yang mendadak berubah menekan sistem, artinya kagagalan sistem terjadi karena lemah ketahanan sistem menghadapi tekanan perubahan lingkungan.
Jadi, berpikir sistemik pada dasarnya adalah alat bantu untuk penyederhanaan kerumitan sehingga kerumitan dapat ditangani. Membuat penyederhanan adalah membuat sketsa dari suatu benda yang rumit tanpa kehilangan wujud keseluruhan dari gambar sesungguhnya.[17]
IV.    Berpikir Sistemik dalam Pembelajaran
Berpikir sistem berarti berpikir terhadap suatu objek secara utuh, keberhasilan atau kegagalan lebih disebabkan oleh banyak elemen atau faktor.Menghilangkan salah satu elemen berarti menghambat percepatan untuk mencapai kualitas sebuah produk.
Berpikir sistem dapat juga disamakan dengan berpikir logis.Pola berpikir logis ini sering ditunjukkan dalam bentuk model pembelajaran. Menurut Kaufman model berpikir sistem yang diambil dari manajemen pendidikan dapat dirumuskan sebagai proses enam tahap yang meliputi:
1.      Identifikasi prioritas kebutuhan dan masalah yang berkaitan.
2.      Menentukan persyaratan untuk memecahkan persoalan serta identifikasi alternatif pemecahan yang mungkin dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan tertentu.
3.      Pemikiran alternatif atau penentuan strategi pemecahan berdasarkan alternatif yang dimungkinkan.
4.      Pelaksanaan strategi yang dipilih, termasuk manajemen dan kontrol atas strategi tersebut.
5.      Penilaian keefektifan hasil karya berdasarkan kebutuhan dan persyaratan yang telah ditetapkan terlebih dahulu.
6.      Penyempurnaan satu atau keseluruhan langkah dimuka umtuk menjamin bahwa sistem pendidikan itu bersifat responsif, efektif, dan efisien.
Keenam tahapan tersebut dapat dijadikan landasan dalam menyelesaikan atau memecahkan permasalahan yang ada dalam proses pendidikan juga dapat diaplikasikan dalam proses pembelajaran.[18]
Banyak para ahli pendidikan mengatakan bahwa pendidikan adalah merupakan sistem tebuka (open system ). Artinya proses pendidikan sangat ditentukan oleh perkembangan atau dinamika perkembangan dari luar pendidikan. Oleh sebab itu pendidikan harus mampu merespon perkembangan dan dinamika yang ada diluar pendidikan misalnya dinamika budaya, sosial, tekhnologi dan politik.
Inti pendidikan adalah pembelajaran, dengan demikian pembelajaran juga merupakan sebuah sistem terbuka yang dipengaruhi oleh sesuatu yang ada diluar pembelajaran, seperti ideologi guru, kompetensi guru, kualifikasi personal siswa, kelengkapan sarana, kebijakan politik dan tekhnologi informasi. Berdasarkan asumsi ini maka sistem dalam pembelajaran perlu didesain secara utuh dan komprehensif agar proses pembelajaran benar-benar sesuai idealisme yaitu mampu memberdayakan potensi siswa sehingga menjadi manusia yang utuh baik dalam aspek kognitif (kualitas intelektual), affektif (kualitas kepribadian), kualitas psikomotorik (ketrampilan otot atau mekanik).[19]
Berpikir sistemik dalam pembelajaran adalah proses berpikir yang didasarkan pada masalah pembelajaran sebagai suatu keseluruhan secara tuntas dan dapat mendalami pula bagian-bagiannya. Ciri utama pembelajaran adalah adanya interaksi. Interaksi yang terjadi antara siswa dengan lingkungan belajarnya, baik itu guru, teman, alat, media pembelajaran, dan sumber-sumber belajar yang lain. Sedangkan ciri-ciri lainnya dari pembelajaran ini berkaitan dengan komponen-komponen sistem pembelajaran itu sendiri. Dimana dalam pembelajaran akan terdapat komponen-komponen sebagai berikut : tujuan, bahan/materi, strategi, media, dan evaluasi pembelajaran. Sebagai suatu sistem, pembelajaran akan dipengaruhi oleh beberapa unsur yang membentuknya. Beberapa unsur yang dapat mempengaruhi kegiatan proses pembelajaran diantaranya guru, siswa, sarana, alat dan media, dan lingkungan. Manfaat berpikir sistemik dalam pembelajaran diantaranya sebagai berikut: dengan berpikir sistemik dalam pembelajaran maka arah dan tujuan pembelajaran dapat direncanakan dengan jelas, menuntun guru pada kegiatan yang sistematis, dengan berpikir sistemik dalam pembelajaran, kita akan diarahkan untuk melihat suatu permasalahan sebagai bagian dari suatu sistem secara luas dan bukan sebagai suatu bagian spesifik yang terpisah.




BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan
Menurut Kamus Besar mendefinisikan bahwa pendidikan berasal dari kata “didik”, yang mendapat awalan kata me- sehingga menjadi mendidik artinya memelihara dan memberi latihan.Dalam memelihara dan member latihan diperlukan ajaran, tuntutan dan pimpinaan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Menutut bahasa yunani, pendidikan berasal dari kata pedagogic yang terdiri atas paid yang artinya anak dan agogos yang artinya membimbing, sehingga pedagoik dapat diartikan sebagai ilmu dan seni mengajar anak.
Di Indonesia permintaan masyarakat terhadap pendidikan dilakuakan dengan melakukan progam perluasan dan pemerataan kesempatan belajar. Proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan efisien dan efektif jika ditunjang oleh masukan instrumental berupa tenaga didik, ruang belajar, dan juga diperlukan buku pelajaran bagi tenaga didik dan peserta didik. Penduduk merupakan sasaran kegiatan pendidikan, baik orang per orang maupun sebagai kelompok. Oleh karena itu, aspek-aspek kependudukan, dinamika kependudukan dan masalah-masalah kependudukan sangat berpengaruh terhadap kegiatan sistem pendidikan, seperti tingkat pertumbuhan, penyebaran penduduk, program transmigrasi, program keluarga berencana, dan angkatan kerja.
Berpikir sistemik pada dasarnya adalah alat bantu untuk penyederhanaan kerumitan sehingga kerumitan dapat ditangani. Membuat penyederhanan adalah membuat sketsa dari suatu benda yang rumit tanpa kehilangan wujud keseluruhan dari gambar sesungguhnya.
Berpikir sistemik dalam pembelajaran adalah proses berpikir yang didasarkan pada masalah pembelajaran sebagai suatu keseluruhan secara tuntas dan dapat mendalami pula bagian-bagiannya. Ciri utama pembelajaran adalah adanya interaksi. Interaksi yang terjadi antara siswa dengan lingkungan belajarnya, baik itu guru, teman, alat, media pembelajaran, dan sumber-sumber belajar yang lain. Sedangkan ciri-ciri lainnya dari pembelajaran ini berkaitan dengan komponen-komponen sistem pembelajaran itu sendiri. Dimana dalam pembelajaran akan terdapat komponen-komponen sebagai berikut : tujuan, bahan/materi, strategi, media, dan evaluasi pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrakhman Gintings, Esensi Praktis Belajar dan Pembelajaran,  Humaniora, Bandung:2008.
Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, Andi, Yogyakarta: 1980.
Endang Soenarya, Pengantar Teori Perencanaan Pendidikan Berdasarkan Pendekatan Sistem, Adicita Karya Nusa, Yogyakarta: 2000
Erman Aminullah, Berpikir Sistemik, PPM, Jakarta, 2004
Hamzah B. Uno, Perencanaan Pembelajaran, PT Bumi Aksara, Jakarta: 2006
Heri Kurniawan, Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Alfabeta, Bandung : 2012
Kahar Utsman, Perancanaan Pendidikan, PPSB STAIN KUDUS, Kudus: 2008
M. Saekhan Muchith, Pembelajaran Kontekstual, RaSail Media Group, Semarang: 2008
Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, PT Bumi Aksara, Jakarta:2004
Sarbini, Perencanaan Pendidikan, CV. Pustaka Setia, Bandung:2011




[1]Heri Kurniawan, Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Alfabeta, Bandung :2012, hal. 108-109

[2]Abdurrakhman Gintings, Esensi Praktis Belajar dan Pembelajaran,  Humaniora, Bandung:2008, hal. 1

[3]M. Saekhan Muchith, Pembelajaran Kontekstual, RaSail Media Group, Semarang: 2008, hal.17

[4]Sarbini, Perencanaan Pendidikan, CV. Pustaka Setia, Bandung:2011,hal.25

[5]Hamzah B. Uno, Perencanaan Pembelajaran, PT Bumi Aksara, Jakarta: 2006, hal. 11-12


[6]Endang Soenarya, Pengantar Teori Perencanaan Pendidikan Berdasarkan Pendekatan Sistem, Adicita Karya Nusa, Yogyakarta: 2000, hal. 17-20

[7]Kahar Utsman, Perancanaan Pendidikan, PPSB STAIN KUDUS, Kudus: 2008, hal. 43-53

[8]Op.Cit,Endang Soenarya, hal. 21-26
[9]Ibid,Kahar Utsman, hal. 59-65
[10]Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, PT Bumi Aksara, Jakarta:2004, hal. 4
[11]Erman Aminullah, Berpikir Sistemik, PPM, Jakarta, 2004, hal. 22-26

[12]Op.Cit.,Oemar Hamalik, hal.7-11
[13]Loc. Cit.,Kahar Utsman, hal.66
[14]Loc. Cit.,Endang Soenarya, , hal. 107-116

[15]Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, Andi, Yogyakarta: 1980, hal.133

[16]Op.cit.,Erman Aminullah,hal. 2-5

[17]Op.cit.,Erman Aminullah, hal. 11-18
[18]Loc. Cit., Sarbini,  hal.19-20
[19] Loc. Cit.,Sarbini, hal.17-18

Tidak ada komentar:

Posting Komentar