Jumat, 25 Desember 2015

Makalah PERBEDAAN PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN



PERBEDAAN PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata kuliah : Psikologi Perkembangan
Dosen Pembimbing: Farida Ulyani, M.Pd

Description: Description: A description...

Disusun Oleh
Kelompok 01
Siti Fitriana                           (1310110041)
Khoerul Anas                       (1310110055)
Innayatul Mustafidah          (1310110059)
Annas Zakaria                       (1310110070)



 
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
JURUSAN TARBIYAH/PAI
TAHUN 2015

BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
Dalam kehidupan anaka ada dua proses hang beroperasi secara kontinu, yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Banyak orang yang menggunakan istilah “pertumbuhan “ dan “perkembangan” secara bergantian. kedua proses ini berlangsung secara interdependensi, artinya saling bergantungan satu sama lain. Kedua proses ini tidak bisa dipisahkan dalam bentuk-bentuk ang secara terpisah bisa berdiri sendiri-sendiri, akan tetapi bisa dibedakan untuk maksud lebih memperjelas penggunaannya. Dalam hal ini kedua proses tersebut memiliki tahapan-tahapan diantaranya tahap secara moral dan spiritual. Karena pertumbuhan dan perkembangan peserta didik dilihat dari tahapan tersebut.
Studi tentang perkembangan dan pertumbuhan manusia merupakan usaha yang terus berlangsung dan berkembang. Seiring dengan perkembanganya studi tentang perkembanga dan pertumbuhan manusia telah menjadi disiplin ilmu dengan tujuan untuk memahami lebih C dalam tentang apa dan bagaimana proses perkembangan dan pertumbuhan manusia baik secara kuantitatif dan secara kualitatif.
Sampai saat ini perkembangan dan pertumbuhan manusia telah banyak menunjukkan manfaat yang signifikan. Dan salah satu manfaat dari berkembangnya disiplin ilmu tentang perkembangan dan pertumbuhan  manusia  adalah pendidikan. Dan jika berbicara tentang pendidikan tentu unsur yang mutlak ada ialah manusia. Dalam hal ini perkembangan dan pertumbuhan manusia sangat diperlukan oleh dunia pendidikan    
B.     Rumusan Masalah
1.    Apa pengertian pertumbuhan yang berkaitan dengan perkembangan ?
2.    Bagaimana definisi perkembangan serta implikasi dalam pendidikan ?
3.    Bagaimana prinsip-prinsip perkembangan serta implikasi dalam pendidikan ?


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Pertumbuhan yang berkaitan dengan pertumbuhan
1.      Pengertian Pertumbuhan (growth)
Pertumbuhan (growth) sebenarnya merupakan sebuah istilah yang lazim dalam biologi, sehingga pengertiannya lebih bersifat biologis. C.P. Chaplin mengartikan pertumbuhan sebagai: satu pertambahan atau kenaikan dalam ukuran dari bagian-bagian tubuh atau dari organisme sebagai suatu keseluruhan. Menurut A.E. Sinolungan, pertumbuhan menunjuk pada perubahan kuantitatif, yaitu yang dapat dihitung atau diukur, seperti panjang atau berat tubuh. Sedangkan Ahmad Thonthowi, mengartikaan pertumbuhan sebagai perubahan jasad yang meningkat dalam ukuran (size) sebagai akibat dari adanya perbanyakan (multiplication) sel-sel.
Dari beberapa pengertian di atas dapat dipahami bahwa istilah pertumbuhan dalam konteks perkembangan merujuk pada perubahan-perubahan yang bersifat kuantitatif, yaitu peningkatan dalam ukuran dan struktur, seperti pertumbuhan badan, pertumbuhan kaki, kepala, jantung, paru-paru, dan sebagainya.
Pertumbuhan fisik bersifat meningkat, menetap dan kemudian mengalami kemunduran sejalan dengan bertambhanya usia. Ini berarti pertumbuhan fisik ada puncaknya. Sesudah masa tertentu, fisik mulai mengalami kemunduran dan berakhir pada keruntuhan di hari tua, di mana kekuatan daan kesehatannya berkurang, pancaindera menjadi lemah atau lumpuh sama sekali. Berbeda halnya dengan perkembangan aspek mental atau psikis yang relatif berkelanjutan, sepanjang individu yang bersangkutan tetap memeliharanya.
Dengan demikian, istilah “pertumbuhan” lebih cenderung menunjuk pada kemajuan fisik atau pertumbuhan tubuh yang melaju sampai pada suatu titik optimum dan kemudian menurun menuju keruntuhannya. Sedangkan istilah “perkembangan” lebih menunjuk pada kemajuan mental atau perkembangan rohani yang melaju terus sampai akhir hayat.[1]
Kemudian implikasiya dalam pendidikan dapat kita lihat dari kemajuan dalam kaitannya dengan pendidikan atau pertumbuhan pendidikannya yang melaju sampai pada suatu titik optimum pendidikan yang sudah dititik beratkan dalam proses pembelajaran, serta menurun menuju tingkat pertumbuhan pendidikan peserta didik yang kita lihat pada akhir pembelajaran, apakah ditemukan penurunan ataukah peningkatan dalam tingkat pendidikannya.
2.      Pengertian Kematangan (maturation)
Istilah “kematangan”, yang dalam bahasa Inggris disebut dengan maturation, sering dilawankan dengan immaturation, yang artinya tidak matang. Chaplin mengartikan kematangan (maturation) sebagai (1) perkembangan, proses mencapai kemasakan/usia masak, (2) proses perkembangan, yang dianggap berasal dari keturunan, atau merupakan tingkah laku khusus spesies (jenis, rumpun)
Sementara itu, Davidoff,  menggunakan istilah kematangan (maturation) untuk menunjuk pada munculnya pola perilaku tertentu yang tergantung pada pertumbuhan jasmani dan kesiapan susunan saraf. Proses kematangan ini juga sangat tergantung pada gen, karena pada saat terjadinya pembuahan, gen sudah memprogramkan potensi-potensi tertentu untuk perkembangan makhluk tersebut di kemudian hari. Banyak dari potensi-potensi tersebut yang sudah lengkap ketika ia dilahirkan, dan ini dapat terlihat dari perjalanan perkembangan makhluk itu secara perlahan-prlahan di kemudian hari.
Jadi, kematangan itu sebenarnya merupakan suatu potensi yang dibawa individu sejak lahir, timbul dan bersatu dengan pembawaannya serta turut mengatur pola perkembangan tingkah laku individu. Meskipun demikian, kematangan tidak dapat dikategorikan sebagai faktor keturunan atau pembawaan, karena kematangan ini merupakan suatu sifat tersendiri yang umum dimiliki oleh setiap individu dalam bentuk dan masa tertentu.
Kematangan mula-mula merupakan hasil dari adanya perubahan-perubahan tertentu dan penyesuaian struktur pada diri individu, seperti adanya kematangan jaringan-jaringan tubuh, saraf dan kelenjar-kelenjar yang disebut dengan kematangan biologis. Kematangan terjadi pula pada aspek-aspek psikis yang meliputi keadaan berpikir, rasa, kemauan, dan lain-lain, serta kematangan pada aspek psikis ini diperlukan adanya latihan-latihan tertentu. Misalnya, seorang anak yang baru berusia lima tahun dianggap masih belum matang untuk menangkap masaalah-masalah yang bersifat abstrak, karena itu anak yang bersangkutan belum bisa diberikan matematika dan angka-angka. Pada usia sekitar empat bulan, seorang anak belum matang didudukkan, karena berdasarkan penelitian bahwa kemampuan leher dan kepalanya belum mapu untuk tegak. Usaha pemkasaan terhadap kecepatan tibanya masa kematangan yang terlau awal akan mengakibatkan kerusakan atau kegagalan dalam perkembangan tingkah laku individu yang bersangkutan.
3.      Latihan (exercises)
Yang dimaksud dengan latihan adalah perubahan perilaku yang lebih bersifat mekanistis dan lebih banyak menyentuh aspek psikomotor organisme sebagai akibat pengalaman, disengaja, bertujuan/terarah, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Growth, maturation, learning, exercise sama-sama menghasilkan perubahan perilaku yang menyebabkan organisme mengalami proses perkembangan (development). Perkembangan terjadi sejak masa konsepsi, yakni saat bertemunya sperma dengan sel telur sampai akhir hayat.
Perkembangan adalah perubahan sepantang hayat (changes over time) baik melalui proses pertumbuhan, kematangan, belajar, maupun melalui proses latihan.
Kemudian implikasinya dalam pendidikan dapat kita lihat ketika perubahan perilaku yang lebih bersifat mekanistis dan lebih banyak menyentuh aspek psikomotor organisme sebagai akibat pengalaman, disengaja, bertujuan/terarah, baik secara kualitatif maupun kuantitatif pada pendidikan.
4.      Perubahan (change)
Perkembangan mengandung perubahan, tetapi bukan berarti setiap perubahan bermakna perkembangan. Perubahan itu tidak pula mempengaruhi proses perkembangan seseorang dengan cara yang sama. Perubahan-perubahan dalam perkembangan bertujuan untuk memungkinkan orang menyesuaikan diri dengan lingkungan dimana ia hidup. Untuk mencapai tujuan ini, maka realisasi diri atau yang biasanya disebut “aktualisasi diri” merupakan faktor yang sangat penting. Tujuan ini dapat dianggap sebagai suatu dorongan untuk melakukan sesuatu yang tepat, untuk menjadi manusia seperti yang diinginkan, baik secara fisik maupun psikis.
Realisasi diri memainkan peranan penting dalam kesehatan jiwa seseorang. Orang yang berhasil menyesuaikan diri dengan baik secara pribadi dan sosial, akan mempunyai kesempatan untuk mengungkapkan minat dan keinginannya dengan cara-cara yang memuaskan dirinya. Tetapi pada saat yang sama, ia harus menyesuaikannya dengan standar-standar yang diakui bersama. Kurangnya kesempatan untuk mengaktualisasikan diri, akan menimbulkan kekecewaan dan sikap-sikap negatif terhadap orang lain, dan terhadap kehidupan pada umumnya.
Secara garis besarnya perubahan-perubahan yang terjadi dalam perkembangan itu dapat dibagi ke dalam empat bentuk, yaitu:
a.         Perubahan dalam ukuran besarnya
Perubahan-perubahan dalam bentuk dan ukuran ini terlihat dalam pertumbuhan jasmani dan perkembangan mental seseorang. Setiap tahun seorang anak tumbuh menjadi dewasa, tinggi dan berat badannya bertambah, kecuali jika keadaaan yang tidak normal mempengaruhinya, maka akan terjadi penyimpangan dalam pertumbuhannya.
Perkembangan mental pun akan menunjukkan kemajuan yang sama, seperti terlihat pada semakin meningkat dan bertambahnya perbendaharaan kosa kata setiap tahunnya, kemampuan dalam berpikir, mengingat, mengecap, dan menggunakan sesuatu yang berlangsung selama masa perkembangannya dari tahun ke tahun.
b.        Perubahan-perubahan dalam proporsi
Pertumbuhan fisik tidaklah terbatas pada perubahan-perubahan ukuran, tetapi juga pada roporsi. Anak bukanlah manusia dewasa dalam bentuk kecil, melainkan keseluruhan tubuhnya menunjukkan proporsi-proporsi yang berbeda dengan orang dewasa. Hal ini terbukti apabila tubuh seorang bayi dibandingkan tubuh orang dewasa. Kemudian ketika anak mencapai usia pubertas, baru proporsi-proporsi tubuhnya mulai menyerupai orang dewasa.
Perubahan-perubahan proporsi juga tampak dalam perkembangan mental. Pada anak-anak imanjinasinya sangat bercorak atau diwarnai fantastik, sangat jauh dari kenyataan. Secara berangsur-angsur dan bertahap, unsur-unsur fantastik itu mulai menjurus ke arah yang lebih realistik. Perubahan-perubahan juga terjadi pada minat-minat dalam diri anak. Mula-mula minat itu tertuju pada dirinya sendiri dan kepada mainannya. Secar berangsur-angsur minat anak itu mulai beralih ke anak lain atau teman-temannya serta kepada aktivitas kelompok anak usia sebayanya. Kemudian dalam usia adolesen, minat dan perhatiannya mulai tertuju kepada anggota kelompok anak remaja yang berlainan jenis, kepada pakaian, dan sebagainya.
c.         Hilangnya bentuk atau ciri-ciri lama
Jenis perubahan ketiga yang tejadi dalam perkembangan individu adalah hilangnya bentuk dan ciri-ciri tertentu. Di antara ciri-ciri fisik, terlihat secara berangsur hilangnya kelenjar kanak-kanak (thymus gland) yang terletak di leher, kelenjar pineal pada otak, reflek-reflek tertentu, rambut, gigi dengan hilangnya gigi anak-anak. Sementara itu, ciri-ciri mental di antaranya terlihat dalam perkembangan bicaranya, impuls-impuls yang kekanak-kanakan sebelum berpikir, bentuk-bentuk gerakan bayi, seperti merangkak, merambat, perkembangan penglihatannya yang semakin tajam atau penginderaan lainnya, terutama yang berkaitan dengan rasa dan bau atau penciuman.
d.        Lahirnya bentuk atau ciri-ciri baru
Dengan menghilangnya bentuk atau ciri-ciri lama yang tidak berguna lagi, maka timbullah ciri-ciri dan bentuk perubahan-perubahan fisik dan mental yang baru. Beberapa perubahan itu terjadi  antara lain melalui belajar. Tetpi kebanyakan dari perubahan itu merupakan hasil proses kematangan yang pada saat lahir belum sepenuhnya berkembang.
Di antara ciri dan bentuk pertumbuhan fisik yang sanagt penting adalah tumbuhnya gigi pertama dan ke dua yang terlihat jelas pada masa kanak-kanak memasuki masa remaja. Sedangkan ciri dan bentuk perkembangan mental ialah tumbuhnya rasa ingin, khususnya yang berkenaan dengan masalah-masalah seks, desakan atau dorongan seks, pengetahuan dan nilai-nilai moral, keyakinan atau kepecayaan agama, bentuk-bentuk bahasa yang berbeda.[2]
B.     PENGERTIAN PERKEMBANGAN
Chaplin mengartikan perkembangan sebagai: (1) perubahan yang berkesinambungan dan progresif dalam organisme, dari lahir sampai mati, (2) pertumbuhan, (3) perubahan dalam bentuk dan dalam integrasi dari bagian-bagian fungsional, (4) kedewasaan atau kemunculan pola-pola asasi dari tingkah laku yang tidak dipelajari.
Menurut Reni Akbar Hawadi, “perkembangan secara luas menunjuk pada keseluruhan proses perubahan dari potensi yang dimiliki individu dan tampil dalam kualitas kemampuan, sifat dan ciri-ciri yang baru. dalam istilah perkembangan juga tercakup konsep usia, yang diawali dari saat pembuahan dan berakhir dengan kematian.”
Menurut F.J. Monks, dkk., pengertian perkembangan menunjuk pada “suatu proses ke arah yang lebih sempurna dan tidak dapat diulang kembali. Perkembangan menunjuk pada perubahan yang bersifat tetap dan tidak dapat diputar kembali.”[3]
Pengertian lain dari perkembangan adalah “perubahan-perubahan yang dialami individu atau organisme menuju tingkat kedewasaannya atau kematangannya (maturation) yang berlangsung secara sistematis, progresif, dan berkesinambungan, baik menyangkut fisik (jasmaniah) maupun psikis (rohaniah).[4]
Kesimpulan umum yang dapat ditarik dari beberapa definisi di atas adalah bahw perkembangan tidak terbatas pada pengertian pertumbuhan yang semakin membesar, melainkan di dalamnya juga terkandung serangkaian perubahan yang berlangsung secara terus-menerus dan bersifat tetap dari fungsi-fungsi jasmaniah dan rohaniah yang dimiliki individu menuju ke tahap kematangan melalui pertumbuhan, pematangan, dan belajar.
Perkembangan menghasilkan bentuk-bentuk dan ciri-ciri kemampuan baru yang berlangsung dari tahap aktivitas yang sederhana ke tahap yang lebih tinggi. Perkembangan itu bergerak secara berangsur-angsur tetapi pasti, melalui suatu tahap ke tahap berikutnya, yang kian hari kian bertambah maju, mulai dari masa pembuahan dan berakhir dengan kematian.
Ini menunjukkan bahwa sejak masa konsepsi sampai meninggal dunia, individu tidak pernah statis, melainkan senantiasa mengalami perubahan-perubhan yang bersifat progresif dan berkesinambungan. Selama masa kanak-kanak sampai menginjak remaja misalnya, ia mengalami perkembangan dalam struktur fiik dan mental, jasmani dan rohani sebagai ciri-ciri dalam memasuki jenjang kedewasaan. Demikian seterusnya, perubahan-perubahan diri individu itu terus berlangsung tanpa henti, meskipun pekembangannya semakin hari semakin pelan, setelah mencapai titik puncaknya. Ini berarti dalam konsep perkembangan juga tercakup makna pembusukan (decay) – seperti kematian.[5]
Kemudian dalam Implikasinya pada perkembangan peserta didik terhadap pendidikan. Manusia pada umumnya berkembang sesuai dengan tahapan-tahapannya. Perkembangan tersebut dimulai sejak masa konsepsi hingga akhir hayat. Ketika individu memasuki usia sekolah, yakni antara tujuh sampai dengan dua belas tahun, individu dimaksud sudah dapat disebut sebagai peserta didik yang akan berhubungan dengan proses pembelajaran dalam suatu sistem pendidikan.

Cara pembelajaran yang diharapkan harus sesuai dengan tahapan per-kembangan anak, yakni memiliki karakteristik sebagai berikut: (1) programnya disusun secara fleksibel dan tidak kaku serta memperhatikan perbedaan individual anak; (2) tidak dilakukan secara monoton, tetapi disajikan secara variatif melalui banyak aktivitas; dan (3) melibatkan penggunaan berbagai media dan sumber belajar sehingga memungkinkan anak terlibat secara penuh dengan menggunakan berbagai proses perkembangannya.
C.    Prinsip-Pinsip Perkembangan
1.      Perkembangan merupakan proses yang tidak pernah berhenti (never ending process)
Manusia secara terus menerus berkembang atau berubah yang dipengaruhi oleh pengalaman atau belajar sepanjang hidupnya. Perkembangan berlangsung secara terus menerus sejak masa konsepsi sampai masa kematangan atau masa tua.
2.      Semua aspek perkembangan saling mempengaruhi
Setiap aspek perkembangan individu, baik fisik, emosi atau intelegensi maupun sosial, satu sama lainnya saling mempengaruhi. Terdapat hubungan atau korelasi yang positif di antara aspek tersebut. Apabila seorang anak dalam pertumbuhan fisiknya mengalami gangguan (sering sakit0sakitan), maka dia akan mengalamikemandegan dalam perkembangan aspek lainnya, seperti kecerdasannya, kurang berkembang, dan mengalami kelabilan emosional.
3.      Perkembangan itu meliputi pola atau arah tertentu
Perkembangan terjadi secara teratur mengikuti pola atau arah tertentu. Setiap tahap perkembangan merupakan hasil perkembangan dari tahap sebelumnya yang merupakan prasyarat bagi perkembangan selanjutnya. Contohnya, untuk daat berjalan, seorang anak harus dapat berdiri terlebih dahulu dan berjalan merupakan prasyarat bagi perkembangan selanjutnya, yaitu berlari atau meloncat.
Sementara itu, Yelon dan Weinsten mengemukakan tentang arah atau pola perkembangan itu sebagai berikut.
a.       Cephalocaudal & proximal-distal. Maksudnya perkembangan manusia itu mulai dari kepala ke kaki (Cephalocaudal), dan dari tengah: paru-paru, jantung dan sebagainya, ke pinggir: tangan (proximal-distal)
b.      Struktur mendahului fungsi. Ini berarti bahwa anggota tubuh individu itu akan dapat berfungsi setelh matang strukturnya. Seperti mata, akan dapat melihat setelah otot-ototnya matang, atau kaki dapat difungsikan untuk berjalan apabila otot-ototnya sudah matang.
c.       Perkembangan itu berdiferensiasi. Maksudnya, perkembangan ini berlangsung dari umum ke khusus (spesifik). Dalam semua aspek perkembangan, baik motorik (fisik) maupun mental (psikis), respons anak pada mulanya bersifat umum.
d.      Perkembangan itu berlangsung dari konkret ke abstrak. Maksudnya, perkembangan itu berproses dari suatu kemampuan berpikir yang konkret (objeknya tampak) menuju ke abstrak (objeknya tidak tampak)
e.       Perkembangan itu berlangsung dari egosentrisme ke perspektivisme. Ini berarti pada mulanya seorang anak hanya melihat atau memperhatikan dirinya sebagai pusat, dia melihat bahwa lingkungan itu harus memenuhi kebutuhan dirinya. Melalui pengalamannya dalam bergaul bergaul degan teman sebaya atau orang lain, lambat laun sikap egosentris itu berubah menjadi prespektif.
f.       Perkembangan itu berlangsung dari “outter contro to inner control”. Maksudnya, pada awalnya anak sangat bergantung pada orang lain (terutama orangtuanya), baik menyangkut pemenuhan kebutuhan fisik maupun psikis, sehingga dia dalam menjalani hidunya masih didominasi oleh pengontriolan atau pengawasan dari luar (out control). Seiring bertambahnya pengalaman atau belajar dari pergaulan sosial tentang norma atau nilai-nilai, baik di lingkungan keluarga, sekolah, teman seabaya, atau masyarakat. Anak dapat mengembangkan kemampuan untuk mengontrol dirinya (inner control). Kemampuan inner control ini seperti: dia dapat mengambil keputusan dan memecahkan masalah berdasarkan pertimbangan senri dan bertanggung jawab terhadap
4.      Perkembangan terjadi pada tempo yang berlainan
Perkembangan fisikk dan mental mencapai kematangannya terjadi pada waktu dan tempo yang berbeda. Umpamanya (a) otak mencapai bentuk ukurannya yang sempurna pada umur 6-8 tahun. (b) tangan, kaki, dan hidung mencapai perkembangan yang maksimum pada masa remaja. Dan (c) imaji kreatif berkembang dengan cepat pada  masa kanak-kanak dan mencapai puncaknya pada masa remaja.
5.      Setiap fase perkembangan mempunyai ciri khas
Prinsip ini dapat dijelaskna dengan contoh sebagai berikut: (a) sampai usia dua tahun, anak memusatkan utuk mengenal linkungannya, menguasai gerak-gerik fisik dan belajar berbicara. (b) pada usia tiga sanpai enam tahun, perkembangan dipusatkan untuk menjadi manusia sosial (belajar bergaul dengan oang lain)
6.      Setiap individu yang normal akan mengalami tahapan atau fase perkembangan
Prinsip ini berarti bahwa dalam menjalani hidupnya yang normal dan berusia panjang individu akan mengalami fase-fase perkembangan : bayi, kanak-kanak, anak, remaja, dewasa dan masa tua.[6]

Kemudian kaitannya dengan pendidikan, implikasi dari prinsip-prinsip Perkembangan diantaranya sebagai berikut ;
1.      Dalam pendidikan, peserta didik secara terus menerus berkembang atau berubah yang dipengaruhi oleh pengalaman atau belajar sepanjang hidupnya.
2.      Aspek perkembangan individu peserta didik dalam pendidikan, dipengaruhi dari segi keadaan fisik, emosional atau intelegensi maupun keadaan sosial, yang intinya satu sama lainnya saling mempengaruhi.
3.      Perkembangan pendidikan terjadi secara teratur mengikuti pola atau arah tertentu. Setiap tahap perkembangan merupakan hasil perkembangan dari tahap sebelumnya yang merupakan prasyarat bagi perkembangan selanjutnya. Sepertihalnya diakhir pendidikan terdapat tes maupun ujian-ujian yang bersangkutan.
4.      Setiap fase perkembangan mempunyai ciri khas yang bisa kita jadikan patokan untu membedakan tingkatan pendidikan bagi para peserta didik, yang pada hal ini dapat dicontohkan dalam tingkat pemdidikan peserta didik kelas satu hingga kelas yang jenjang yang lebih tinggi.
5.      Kemudian dalam pendidikan, Setiap peserta didik yang normal akan mengalami tahapan atau fase perkembangan, yang awalnya belum paham kemudian menjadi faham dan lebih faham lagi.


[1] AH. Choiron, Psikologi Perkembangan, Nora Media Enterprise, Kudus, 2010; hlm 19-21
[2] Desmita, Psikologi Perkembangan, PT Remaja Rosadakarya, Bandung; 2013, hlm 6-10
[3]Desmita, Psikologi Perkembangan, PT Remaja Rosdakarya, Bandung; 2013, hlm 4
[4] Syamsu Yusuf L.N., Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, PT Remaja Rosdakarya, Bandung; 2008, hlm 15
[5]Desmita, Psikologi Perkembangan, hlm 5
[6] Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan, ROSDA KARYA, Bandung, 2008, hal 17-20
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar