Jumat, 25 Desember 2015

Makalah Guru Dan Tantangan Globalisasi



GURU DAN TANTANGAN  GLOBALISASI
Disusun Guna  Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Profesi Keguruan
Dosen Pembimbing :  Anisah Setyaningrum, M.Pd
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh7hVYKhk2Yd8OVV9rw4QiTRMb1NSFd0KgPe6fzw23fLY84Dnz0fdHDlBbOU72zxyVROuX2YuXGJle64kSQs6EG6-mnb26Jr7kntMKj1UAMYIJXDveQjTtQMWTpAD3afl3pAOSMdNobP9FV/s1600/logo+stain+kudus.JPG
Disusun Oleh : Kelompok 9
1.    Amanah Fitria                  ( 1310110053)
2.    Randi Julianto                  (1310110058)
3.    Sulfiana Mufidah             (1310110068)


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
JURUSAN  TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
TAHUN 2015/2016



 
BAB 1
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Guru dalam konteks pendidikan mempunyai peranan yang besar dan strategis. Hal ini disebabkan gurulah yang berada dibarisan terdepan dalam pelaksanaan pendidikan. Gurulah  yang langsung berhadapan dengan peserta didik untuk mentransfer  ilmu pengetahuan dan teknologi sekaligus mendidik dengan nilai-nilai positif melalui bimbingan dan keteladanan.
Tugas dan peran guru tidaklah terbatas di dalam lingkugan sekolah saja, bahkan guru pada hakikatnya merupakan komponen strategis yang memiliki peran yang penting dalam menentukan gerak maju kehidupan bangsa. Bahkan keberadaan guru merupakan faktor yang tidak mungkin digantikan oleh komponen mana pun dalam kehidupan bangsa sejak dulu. Terlebih-lebih pada era globlisasi ini.
Sejak dulu dan mudah-mudahan sampai sekarang, guru menjadi anutan masyarakat. Guru tidak hanya diperlukan oleh para murid diruang-rung kelas, tetapi juga diperlukan oleh  masyarakat lingkungannya dalam menyelesaikan aneka ragam permasalahan yang dihadapi masyarakat.
     
B.  Rumusan Masalah
1.    Apa saja tugas seorang guru?
2.    Bagaimana peranan guru dalam pembelajaran?
3.    Bagaimana sikap guru dalam menghadapi tantangan globalisasi?






BAB II
PEMBAHASAN

A.  Tugas Guru
Guru memiliki banyak tugas, baik yang terikat oleh dinas maupun diluar dinas, dalam bentuk pengabdian. Apabila kita kelompokkan terdapat tiga jenis tugas guru, yakni tugas dalam bidang profesi, tugas kemanusiaan,dan tugas dalam bidang kemasyarakatan.
Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar, dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nlai-nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan  ilmu pengetahun dan teknologi. Sedangkan melatih berarti mengembangkan kerampilan-ketrampilan pada siswa.
Tugas guru dalam bidang kemanusiaan disekolah harus dapat menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua. Ia arus mampu menarik simpati sehingga ia menjadi idola para siswanya. Pelajaran apapun yang diberikan, hendaknya dapat  menjadi motivasi bagi siswanya dalam belajar.
Tugas guru dalam bidang kemasyarakatan, tugas ini merupakan konsekuensi guru sebagai warga negara yang baik, turut mengemban dan melaksanakan apa-apa yang telah digariskan oleh bangsa dan negara lewat UUD 1945 dan GBHN.[1] Masyarakat menempatkan guru  pada tempat yang lebih terhormat di lingkungannya karena dari seorang guru diharapkan masyarakat dapat memperoleh ilmu pengetahuan. Keberadaan guru dari suatu bangsa amatlah penting, apalagi bagi suatu bangsa yang sedang membangun, terlebih-lebih bagi keberlangsungan hidup bangsa ditengah-tengah  lintasan perjalanan zaman dengan teknologi yang kian canggih dan segala perubahan serta pergeseran nilai  yang cenderung memberi nuansa kepada kehidupan yang menuntut ilmu dan seni dalam kadar dinamik untuk dapat mengadaptasikan diri.
 Semakin akurat para guru melaksanakan fungsinya, semakin terjamin, tercipta dan terbinanya kesiapan  dan keandalan seseorang sebagai manusia pembangunan. Dengan kata lain, potret dan wajah diri bangsa dimasa depan tercermin dari  potret diri para guru masa kini dan gerak maju dinamika kehidupan bangsa berbanding lurus dengan citra para guru di tengah-tengah masyarakat. Sejak dulu dan mudah-mudahan sampai sekarang, guru menjadi anutan masyarakat. Guru tidak hanya diperlukan oleh para murid diruang-ruang kelas, tetapi juga diperlukan oleh  masyarakat lingkungannya dalam menyelesaikan aneka ragam permasalahan yang dihadapi masyarakat.[2]   

B.  Peranan Guru dalam Pembelajaran
Guru sebagai pemangku jabatan dan pekerja profesional adalah sebagai “learning agent” (agen pembelajaran). Sebagai agen pembelajaran guru memiliki   berbagai  peranan, diantaranya:
1.      Sebagai pengajar, guru disyaratkan untuk memiliki sejumlah kemampuan tentang “ teaching method” secara teoritik dan dapat melakukannnya dengan baik sesuai kaidah ilmu mengajar, dan harus mampu mengorganisir suatu lingkungan sehingga tercipta kondisi belajar peserta didik.
2.      Sebagai pembimbing, guru merupakan sosok yang arif dan bijaksana, yaitu sosok yang siap untuk membantu peserta didik, serta sosok yang dapat dipercaya. Sebagai pembimbing guru berkewajiban untuk membantu peserta didik secara bijak untuk mengenal diri sampai pada ia menyesuaikan diri dengan lingkungan. Membantu peserta didik dalam mengenal, menemukan masalah, dan membantu untuk dapat memecahkan masalah sendiri. Selanjutnya setiap guru berkewajiban untuk membantu memecahkan kesulitan-kesulitan belajar yang dihadapi, membangun karier, melakukan hubungan sosial dan interpersonal didiknya, baik secara perseorangan maupun kelompok. Oleh karena itu, setiap guru paling tidak harus memahami tentang psikologi (anak dan belajar), serta bimbingan peserta didik.
3.      Sebagai pemimpin, guru harus mampu mengelola, mengendalikan, mengembankan komunikasi pembelajaran dengan peserta didik,  antara peserta didik dengan peserta didik lainnya secara demokratis dan menyenangkan, serta melakukan kontrol dan penilaian sehingga dapat mengetahui apakah tujuan tercapai atau tidak.
4.      Sebagai ilmuwan, guru berperan sebagai sumber belajar karena itu ia harus kompeten dalam bidang ilmunya dan profesional melaksanakan tugasnya. Guru sebagai sosok yang dihormati karena ilmu yang dimiliki dan dikuasainya. Sebagi ilmuwan, guru berkewajiban untuk melakukan kajian penelitian dan melakukan pengembangan bidang ilmu, mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni dengan berbagai cara, serta berupaya mengembangkan karier akademiknya.
5.      Sebagai pribadi, guru harus memiliki kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia, serta bangga menjadi guru. Sebagai pribadi, guru berperan menampilkan diri sebagai sosok pribadi yang jujur (terhadap diri, bidang ilmu, peserta didik, atasan, sejawat, dan mansyarakat), menunjukan etos kerja, terbuka, tanggung jawab, percaya diri, bekerja secara profesional dan menjunjung tinggi kode etik profesi, serta harkat martabat sebagai pemangku jabatan profesi guru.
6.      Sebagai komunikator atau mediator, guru harus menyadari sekolah berada ditengah-tengah masyarakat, karenanya sekolah tidak boleh menjadi “ Menara gading” yang jauh dan terasing dari masyarakat. Sekolah didirikan mengemban amanat dan aspirasi masyarakat ( peserta didik adalah anak-anak dan sekaligus sebagai bagian dari anggota komunitas masyarakat ). Menghindari persoalan-persoalan tersebut, maka guru harus memerankan dirinya untuk mampu menjembatani dan menjadi mediator antara sekolah dan masyarakat melalui upaya cerdas dalam memilih dan menggunakan pola, pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran yang memungkinkan saling menguntungkan antara keduanya. Jadikan masyarakat (key person) , lembaga, peristiwa, benda, situasi, kebudayaan, serta industri sebagai sumber belajar dari peserta didik.
7.      Sebagai pembaru, guru harus menyadari bahwa peradaban begitu cepat maju seiring dengan pesatnya kajian penelitian, penemuan, dan pengembangan yang dilakukan oleh pakar. Hal itu mengakibatkan pesatnya perkembangan teknologi dan seni atau hasil kajian penelitian. penemuan tersebut tidak saja memperkaya khasanah atau paradigma, namun mungkin saja hal tersebut menggugurkan konsep, teori atau paradigma yang selama ini dipakai atau digunakan. Manakala itu terjadi, maka guru sebagai salah satu sosok sentral pembaru, tentunya harus segera mencari, mengkaji, dan menemukan serta harus segera memerankan dirinya untuk melakukan transformasi kepada peserta didik, agar mereka dapat mengatasi masalah dan dapat menyesuaikan dirinya dengan perubahan yang terjadi.
8.      Sebagai penggagas, guru adalah sosok yang harusnya telah memiliki  “garansi” kompetensi dan profesionalisme pada posisi peranannya disekolah (kelas) dan masyarakat. Guru harus mampu memberikan sumbangan gagasan dalam uapaya mengembangkan praktik pendidikan yan efektif dan atau menggagas hal-hal kreatif, inovatif dalam mengimplementasikan pembelajaran yang efektif. Guru pada posisi peranannya di masyarakat harus mampu memanfaatkan kemampunnya untuk membantu memberdayakan dan mengembangkan masyarakat kearah yang lebih fungsional dalam meningkatkan taraf kehidupannya.  [3]
                                                                                                          
C.  Guru dan Tantangan Globalisasi
Globalisasi telah mengubah cara hidup manusia sebagai individu, sebagai masyarakat dan sebagai warga bangsa. Tidak seorang pun yang dapat menghindari dari arus globalisasi. Setiap individu dihadapkan oleh dua pilihan, yakni dia menempatkan dirinya dan berperan sebagai pemain dalam arus perubahan globalisasi, atau dia menjadi korban dan terseret derasnya arus globalisasi. Arus globalisasi juga masuk dalam wilayah pendidikan oleh karena itu, tugas dan peranan guru sebagai ujung tombak dunia pendidikan sangat berperan.
Tugas dan peran guru dari hari kehari semakin berat, seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Guru sebagai komponen utama dalam dunia pendidikan dituntut untuk mau mengimbangi bahkan melampaui perkembangan ilmu pengetahuan  dan teknologi yang berkembang dalam masyarakat. Melalui sentuhan guru  di sekolah diharapkan mampu menghasilkan peserta didik yang memiliki kompetensi tinggi dan siap menghadapi tantangan hidup dengan penuh keyakinan dan percaya diri yang tinggi.
Beberapa tantangan globalisasi yang harus disikapi guru dengan mengedepankan profesionalisme adalah sebagai berikut:
1.      Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang  begitu cepat. Dengan kondisi ini guru harus bisa menyesuaikan diri dengan responsif, arif dan bijaksana.
2.      Krisis moral yang melanda bangsa dan negara Indonesia. Akibat penaruh iptek dan globalisasi telah terjadi pergeseran  nilai-nilai yang ada dalam kehidupan masyarakat. Nilai-nilai tradisional yang sangat menunjang  tinggi morlitas kini kini sudah bergeser seiring dengan pengaruh iptek dan globalisasi.
3.      Krisis sosial, seperti kriminalitas, kekerasan, pengangguran, dan kemiskinan yang terjadi  dalam masyarakat.
4.      Krisis identitas sebagai bangsa dan negara Indonesia. 
Sebagai bangsa dan negara ditengh bangsa-bangsa di dunia membutuhkan identitas kebangsaan (nasionalisme) yang tinggi dari warga negara Indonesia. Semangat nasionalisme dibutuhkan untuk tetap eksisnya bangsa dan negara Indonesia. Dewasa ini ada kecenderungan menipisnya jiwa nasionalisme di kalangan generasi muda. Hal ini dapat dilihat dari beberap indikator, seperti kurang apresiasinya generasi muda pada kebudayaan asli bangsa Indonesia, pola dan gaya hidup remaja yang lebih kebarat-baratan. Melihat realitas diatas guru sebagai penjaga nilai-nilai termasuk nilai nasionalisme harus mampu memberikan  kesadaran kepada generasi muda akan pentingnya jiwa nasionalisme dalam kehdupan berbangsa dan bernegara.
5.      Adanya perdagangan bebas, baik tingkat ASEAN, Asia Pasifik, maupun Dunia.
Kondisi di atas membutuhkan membutuhkan kesiapan yang matang terutama dari segi kualitas sumber daya manusia. Dibuthkan SDM yang handal dan unggul yan siap bersaing dengan bangsa-bangsa lain di dunia.  Dunia pendidikan  pendidikan mempunyai peranan yang penting dan strategis dalam menciptakan SDM  yang digambarkan seperti di atas. Oleh karena itu, dibutuhkan guru yang visioner, kompeten, dan berdedikasi tinggi sehingga mampu membekali peserta didik dengan sejumlah kompetensi  yang diperlukan dalam kehidupan  ditengah-tengah masyarakat yang sedang dan terus berubah. [4] 

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Guru memiliki banyak tugas, baik yang terikat oleh dinas maupun diluar dinas, dalam bentuk pengabdian. Apabila kita kelompokkan terdapat tiga jenis tugas guru, yakni tugas dalam bidang profesi, tugas kemanusiaan,dan tugas dalam bidang kemasyarakatan.
Guru sebagai pemangku jabatan dan pekerja profesional adalah sebagai “learning agent” (agen pembelajaran). Sebagai agen pembelajaran guru memiliki   berbagai  peranan, diantaranya: sebagai pengajar, sebagai pembimbing, sebagai pemimpin, sebagai ilmuwan, sebagai pribadi, sebagai komunikator atau mediator, sebagai pembaru dan sebagi penggagas.
Tugas dan peran guru dari hari kehari semakin berat, seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Guru sebagai komponen utama dalam dunia pendidikan dituntut untuk mau mengimbangi bahkan melampaui perkembangan ilmu pengetahuan  dan teknologi yang berkembang dalam masyarakat. Melalui sentuhan guru  di sekolah diharapkan mampu menghasilkan peserta didik yang memiliki kompetensi tinggi dan siap menghadapi tantangan hidup dengan penuh keyakinan dan percaya diri yang tinggi. Adapun beberapa tantangan globalisasi yang harus disikapi guru dengan mengedepankan profesionalisme adalah sebagai berikut : Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang  begitu cepat, Krisis moral yang melanda bangsa dan negara Indonesia, krisis sosial, krisis identitas sebagai bangsa dan negara Indonesia, adanya perdagangan bebas, baik tingkat ASEAN, Asia Pasifik, maupun Dunia.

B. Penutup
Demikianlah makalah ini kami susun. Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini banyak terdapat kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun kami perlukan untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga bermanfaat bagi pembacanya.
DAFTAR PUSTAKA

Didi Supriadi dkk,  Komunikasi Pembelajaran, Bandung,  PT Remaja Rosdakarya, 2012
Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum  Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2007
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Bandung,  PT Remaja Rosdakarya, 2002Rusman, Model-model pembelajaran, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2013


[1] Rusman, Model-model pembelajaran, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2013 hal 74
[2] Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Bandung,  PT Remaja Rosdakarya, 2002, hal 6-7
[3] Didi Supriadi dkk,  Komunikasi Pembelajaran, Bandung,  PT Remaja Rosdakarya, 2012, hal 84-85
[4] Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum  Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2007, hal 36-40 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar