Jumat, 25 Desember 2015

Makalah Domain Evaluasi



Domain Evaluasi
Makalah
Disusun guna memenuhi salah satu tugas
Mata Kuliah : Media Pembelajaran
Dosen Pembimbing: Rochanah, M.Pd.I

DisusunOleh:
Kelompok 11
1.      Nita Solfiana                                                  (1310110063)
2.      Nila Niswatul Khusna                                   (1310110071)
3.      Zakky Wildani                                               (1310110073)



 

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
JURUSAN TARBIYAH/PAI
TAHUN 2015



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Teknologi pendidikan adalah pemikiran yang sistematis tentang pendidikan, penerapan metode problem solving dalam pendidikan, yang dapat dilakukan dengan alat-alat komunikasi modern, akan tetapi juga tanpa alat itu. Pada hakikatnya teknologi pendidikan adalah suatu pendidikan yang sistematis dan kritis tentang pendidikan.
Teknologi pendidikan memandang soal mengajar dan belajar sebagai masalah atau problem yang harus dihadapi secara rasional dan ilmiah. Tujuan teknologi pendidikn dikembangkan adalah untuk memecahkan persoalan belajar manusia atau dengan kata lain mengupayakan agar manusia (peserta didik) dapat belajar dengan mudah dan mencapai hasil secara optimal. Pencapaian hasil secara optimal diperoleh melalui penggunaan media yang efektif, keefektifan media dapat diketahui melalui proses evaluasi media.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana hakikat evaluasi?
2.      Bagaimana hakikat media pembelajaran?
3.      Bagaimana hakikat domain evaluasi pada media pembelajaran?


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Hakikat Evaluasi
Istilah evaluasi berasal dari bahasa inggris evaliation yang secara bahasa diartikan penilaian atau penaksiran. Secara istilah, evaluasi merupakan kegiatan membandingkan tujuan dengan hasil dan juga merupakan studi yang mengombinasikan penampilan dengan suatu nilai tertentu. Gronlund mengemukakan evaluasi adalah proses yang sistematis untuk mengumpulkan, menganalisis, dan menginterpretasikan informasi untuk menentukan tingkat penguasaan peserta didik terhadap tujuan pembelajaran.
Tim Depdiknas mengemukakan evaluasi atau penilaian adalah serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar siswa yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan.[1]
Benjamin Bloom mengartikan evaluasi sebagai kumpulan realitas yang disusun secara sistematis guna memperoleh pengetahuan mengenai terjadi tidaknya perubahan dalam prestasi anak didik.[2]Evaluasi juga diartikan sebagai suatu proses penaksiran terhadap kemajuan, pertumbuhan, dan perkembangan peserta didik untuk tujuan pendidikan.[3]
Dengan demikian, evaluasi merupakan penilaian yang dilakukan secara profesional terhadap berbagai proses pelaksanaan kegiatan tertentu yang terukur, yang hasil pengukurannya akan dijadikan bahan pertimbangan perbaikan-perbaikan dan solusi alternatif terhadap masalah ynag menjadi penyebab hasil tindakan kurang relevan dengan tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
Keberhasilan proses pembelajaran dapat dilihat dari prestasi belajar yang dicapai siswa. Kriteria keberhasilan guru dan siswa dalam melaksanakan program pembelajaran dilihat dari kompetensi dasar yang dimiliki oleh siswa. Informasi ini diperoleh melalui kegiatan evaluasi. Evaluasi pada prinsipnya bertujuan untuk meningkatakan kinerja dan tujuan. Evaluasi akan memnberikan informasi tingkat pencapaian belajar siswa, dan jika dianalisis lebih rinci akan diperoleh informasi tentang kesulitan belajar siswa, yaitu konsep-konsep yang belum dikuasai oleh sebagian besar siswa. Informasi inilah yang harus digunakan guru untuk memperbaiki proses pembelajaran.[4]

B.     Hakikat Media Pembelajaran
Secara etimologis, kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium, yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah suatu perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan.[5]
Media merupakan sesuatu yang bersifat menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan dan kemauan audien (siswa) sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada dirinya. Penggunaan media secara kreatif akan memungkinkan audien (siswa) untuk belajar lebih baik dan dapat meningkatkan performan mereka sesuai tujuan yang ingin dicapai.[6]
Dalam hal ini, batasan media pendidikan dirumuskan pada beberapa ahli. Di antaranya, Gagne menyebutkan bahwa media adalah beberapa jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang peserta didik untuk belajar. Sementara Brigs mendefinisikan media sebagai salah satu bentuk media fisik yang dapat menyajikan pesan yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Drai dua definisi tersebut mengacu pada penggunaan media yang berupa benda untuk membantu penyampaian pesan.[7]
Jadi, media pembelajaran pada hakikatnya merupakan saluran atau jembatan dari pesan-pesan pembelajaran (materi) yang disampaikan oleh sumber pesan (guru) kepada penerima pesan (siswa) sehingga memudahkan pencapaian tujuan pembelajaran yang sudah dirumuskan.[8]
Selanjutnya yang dimaksud dengan media pembelajaran Islam di sini adalah jalan atau cara yang dapat ditempuh untuk menyampaikan bahan atau materi pendidikan Islam kepada anak didik agar terwujud kepribadian muslim. Dalam pengertian lain media pendidikan islam yaitu segala sesuatu yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan Islam. Dengan demikian, maka media ini mencangkup apa sajayang dapat digunakan untuk menuntun atau membimbing anak dalam masa pertumbuhannya agar kelak menjadi kepribadian muslim yang diridloi oleh Allah SWT.
Penggunaan media pembelajaran oleh guru dalam pembelajaran tidak mutlak harus diadakan. Namun akan lebih baik jika digunakan media pembelajaran karena mempunyai kelebihan-kelebihan yang dapat dimanfaatkan untuk membantu keberhasilan pembelajaran. Manfaat media pembelajaran antara lain:
a.       Menjelaskan materi pembelajaran atau obyek yang abstrak menjadi konkrit.
b.      Memberikan pengalaman nyata dan langsung karena siswa dapat berkomunikasi dan berinteraksi dengan lingkungan tempat belajarnya.
c.       Mempelajari materi pembelajaran secara berulang-ulang.
d.      Memungkinkan adanya pendapat dan persepsi yang benar terhadap suatu materi pembelajaran.
e.       Menarik perhatian siswa sehingga membangkitkan minat, motivasi, aktifitas, dan kreatifitas belajar siswa.
f.       Membantu siswa belajar secara individual, kelompok, atau klasikal.
g.      Materi pembelajaran lebih lama diingat dan mudah untuk di ungkapkan kembali dengan cepat dan tepat.
h.      Mempermudah dan mempercepat guru menyajikan materi pembelajaran dalam proses pembelajaran sehingga memudahkan siswa untuk memahaminya.
i.        Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan indera.[9]
C.    Hakikat Domain Evaluasi Pada Media Pembelajaran
Menurut Stufflebeam yang dikutip oleh Eko Putro Widyoko, evaluasi pada dasrnya merupakan suatu proses menyediakan informasi yang dapat dijadikan sebagai pertimbangan untuk menentukan harga dan jasa (the word and merit) dari tujuan yang ingin dicapai, desain, implementasi, dampak untuk membantu membuat keputusan, membantu pertanggung jawaban dan meningkatakan pemahaman terhadap fenomena. Menurut pengertian ini dapat dipahami bahwa pada intinya evaluasi itu merupakan suatu proses yang sistematis dan berkesinambungan untuk mengumpulkan, mengolah, dan menganalisis data yang dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan serta penyusunan dan penyempurnaan program/kegiatan selanjutnya.
Media apapun yang dibuat, seperti kaset audio film bingkai, film rangkai, transparansi OPH, film, video ataupun gambar, permainan/simulasi perlu dievaluasi atau dinilai terlebih dahulu sebelum dipakai secara luas. Penilaian (evaluasi) ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah media yang  dibuat tersebut dapat mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan atau tidak. Hal ini penting dilakukan karena, sering ada anggapan bahwa sekali membuat media, pasti seratus persen ditanggung baik. Padahal dalam kenyataannya belum tentu demikian. Oleh karena itu, media yang telah kita rancang dan kita produksi sebelum diproduksi secara missal perlu diuji cobakan dan dievaluasi.[10]
Apabila media dirancang sebagai bagian integral dari proses pengajaran, ketika mengadakan evaluasi terhadap pengajaran itu sudah termasuk pula evaluasi terhadap media yang digunakan. Bahwasanya, tujuan dari evaluasi media pengajaran adalah, sebagai berikut:
1)      Menentukan apakah media pengajaran itu efektif.
2)      Menentukan apakah media itu dapat diperbaiki atau ditingkatkan.
3)      Menetapkan apakah media itu cost-effective dilihat dari hasil belajar siswa.
4)      Memilih media pengajran yang sesuai untuk dipergunakan dalam proses belajar mengajar di kelas.
5)      Menentukan apakah isi pelajaran sudah tepat disajikan dengan media itu.
6)      Menilai kemampuan guru menggunakan media pengajaran.
7)      Mengetahui apakah media pengajaran itu benar-benar member sumbangan terhadap hasil belajar.
8)      Mengetahui sikap siswa terhadap media pengajaran.[11]
Ada dua macam bentuk evaluasi media yang dikenal, yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif.
a)      Evaluasi formatif adalah proses yang dimaksudkan untuk mengumpulan data tentang efektivitas dan efisiensi bahan-bahan pembelajaran (termasuk ke dalam media). Tujuannya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Data-data tersebut dimaksudkan untuk memperbaiki dan menyempurnakan media yang bersangkutan agar lebih efektif dan efisien.
b)      Evaluasi sumatif adalah kegiatan untuk mengumpulkan data rangka untuk menentukan apakah media yang dibuat patut digunakan dalam situasi-situasi tertentu. Disamping itu, tujuan evaluasi sumatif adalah untuk menentukan apakah media tersebut benar-benar efektif seperti yang dilaporkan.
Metode yang digunakan dalam penilaian formatif berbeda dengan penilaian sumatif. Penilaian formatif mengandalkan pada kajian teknis dan tutorial, uji coba dalam kelompok kecil atau kelompok besar. metode pengumpulan data bersifat informal, seperti observasi, wawancara dan tes ringkas. Sebaliknya, penilaian sumatif memerlukan prosedur dan metode pengumpulan data yang lebih formal. penilaian sumtaif sering menggunakan studi kelompok komparatif dalam desain kuasi eksperimental.[12]
Kegiatan evaluasi dalam program pengembangan media pendidikan akan dititikberatkan pada kegiatan evaluasi formatif. Terdapat tiga tahapan pada evaluasi formatif, yaitu evaluasi satu lawan satu (one to one), evaluasi kelompok kecil (small group evaluation), dan evaluasi lapangan (field research).[13]
a.       Evaluasi satu lawan satu (one to one)
Pada tahap ini pilihlah dua orang atau lebih siswa yang dapat mewakili populasi target dari media yang anda buat. Sajikan kepada mereka secara individual. Kalau media itu anda desain untuk belajar mandiri, biarkan siswa mempelajarinya sementara anda mengamatinya. Kedua orang siswa yang anda pilih tersebut hendaknya satu orang dari populasi target yang kemampuan umumnya sedikit dibawah rata-rata, dan satu orang diatas rata-rata.
Beberapa informasi yang dapat anda peroleh dari kegiatan ini antara lain:
1.      Kesalahan pemilihan kata atau uraian yang tak jelas.
2.      Kesalahan dalam pemilihan lambing-lambang visual.
3.      Kurang nya contoh.
4.      Terlalu banyak atau sedikitnya materi.
5.      Urutan penyajian yang keliru.
6.      Pertanyaan atau petunjuk kurang jelas.
7.      Tujuan tak sesuai dengan materi.
Anda dapat juga mencobakannya kepada ahli bidang studi (content expert). Mereka sering memberikan umpan balik yang bermanfaat.
b.      Evaluasi kelompok kecil (small group evaluation)
Pada tahap ini media perlu dicobakan kepada 10-20 orang siswa yang dapat mewakili popuasi target. Siswa yang anda pilih dalam kegitan ini hendaknya mencerminkan karakteristik populasi. Usahakan sampel tersebut terdiri dari siswa-siswa yang kurang pandai, sedang dan pandai, laki-laki dan perempuan, berbagai usia dan latar belakang. Setelah sampel-sampel memberikan umpan balik maka atas dasar umpan balik tersebut media disepurnakan.
c.       Evaluasi lapangan (field research)
Evaluasi lapangan (field research) adalah tahap akhir dari evaluasi formatif yang perlu anda lakukan. Usahakan memperoleh situasi yang semirip mungkin dengan situasi sebenarnya. Setelah melalui dua tahap evaluasi di atas
tentulah media yang kita buat sudah mendekati kesempurnaan. Namun dengan itu masih harus dibuktikan. Lewat evaluasi lapangan inilah kebollehan media yang kita buat itu diuji. Pilih 30 orang siswa dengan berbagai karakteristik sesuai dengan karakteristik populasi sasaran.
Satu hal yang perlu dihindari baik untuk dua tahap evaluasi terdahulu maupun lebih-lebih lagi untuk tahap evaluasi lapangan adalah apa yang disebut efek halo (hallo effect). Situasi seperti ini muncul apabila media kita cobakan pada responden yang salah.


BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Evaluasi merupakan penilaian yang dilakukan secara profesional terhadap berbagai proses pelaksanaan kegiatan tertentu yang terukur, yang hasil pengukurannya akan dijadikan bahan pertimbangan perbaikan-perbaikan dan solusi alternatif terhadap masalah ynag menjadi penyebab hasil tindakan kurang relevan dengan tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
Media pembelajaran pada hakikatnya merupakan saluran atau jembatan dari pesan-pesan pembelajaran (materi) yang disampaikan oleh sumber pesan (guru) kepada penerima pesan (siswa) sehingga memudahkan pencapaian tujuan pembelajaran yang sudah dirumuskan. Penggunaan media pembelajaran oleh guru dalam pembelajaran tidak mutlak harus diadakan. Namun akan lebih baik jika digunakan media pembelajaran karena mempunyai kelebihan-kelebihan yang dapat dimanfaatkan untuk membantu keberhasilan pembelajaran.
Apabila media dirancang sebagai bagian integral dari proses pengajaran, ketika mengadakan evaluasi terhadap pengajaran itu sudah termasuk pula evaluasi terhadap media yang digunakan. Bahwasanya, tujuan dari evaluasi media pengajaran adalah, sebagai berikut:
1)                  Menentukan apakah media pengajaran itu efektif.
2)                  Menentukan apakah media itu dapat diperbaiki atau ditingkatkan.
3)                  Menetapkan apakah media itu cost-effective dilihat dari hasil belajar siswa.
4)                  Memilih media pengajran yang sesuai untuk dipergunakan dalam proses belajar mengajar di kelas.
5)                  Menentukan apakah isi pelajaran sudah tepat disajikan dengan media itu.
6)                  Menilai kemampuan guru menggunakan media pengajaran.
7)                  Mengetahui apakah media pengajaran itu benar-benar member sumbangan terhadap hasil belajar.
8)                  Mengetahui sikap siswa terhadap media pengajaran.
Ada dua macam bentuk evaluasi media yang dikenal, yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Kegiatan evaluasi dalam program pengembangan media pendidikan akan dititikberatkan pada kegiatan evaluasi formatif. Terdapat tiga tahapan pada evaluasi formatif, yaitu evaluasi satu lawan satu (one to one), evaluasi kelompok kecil (small group evaluation), dan evaluasi lapangan (field research).

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam, Kencana Prenada Media, jakarta, 2006
Arief S. Sadiman dkk, Media pendidikan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1999
Azhar Arsyad, Media Pengajaran, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2000
Hamdani,  Dasar-Dasar Kependidikan, Pustaka Setia, Bandung, 2011
Heri Gunawan, Kurikulum dan Pembelajaran Pendididkan Agama Islam, Alfabeta, Bandung, 2012
Ishak Abdulhak dan Deni Darmawan, Teknologi Pendidikan, PT. Remaja Rosda Karya, Bandung
M. Basyiruddin Usman dan Asnawir, Media Pembelajaran, Ciputat Pers, Jakarta, 2002
Moh. Roqib,  Ilmu Pendidikan Islam, LkiS Yogyakarta, Yogyakarta, 2009
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Kalam Kulia, Jakarta, 2002
Sukiman,  Pengembangan Sistem Evaluasi, Insan Madani, Yogyakarta, 2012
Sumiati dan Asra, Metode Pembelajaran, Wacana Prima, tk, tt. 2000


 


[1] Sukiman,  Pengembangan Sistem Evaluasi, Insan Madani, Yogyakarta, 2012, hlm. 3-4
[2] Hamdani,  Dasar-Dasar Kependidikan, Pustaka Setia, Bandung, 2011, hlm. 111
[3] Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam, Kencana Prenada Media, jakarta, 2006,hlm. 211

[4] Sumiati dan Asra, Metode Pembelajaran, Wacana Prima, tk, tt, hlm. 2000
[5] Heri Gunawan, Kurikulum dan Pembelajaran Pendididkan Agama Islam, Alfabeta, Bandung, 2012, hlm. 184
[6] M. Basyiruddin Usman dan Asnawir, Media Pembelajaran, Ciputat Pers, Jakarta, 2002, hlm. 11
[7] Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Kalam Kulia, Jakarta, 2002, hlm. 250
[8] Moh. Roqib,  Ilmu Pendidikan Islam, LkiS Yogyakarta, Yogyakarta, 2009, hlm. 70
[9] Sumiati dan Asra, Metode Pembelajaran, hlm. 163-164

[10] Sukiman, Pengembangan Media Pembelajaran, Pedagogia, Yogyakarta, 2012, hlm 78-79
[11] Azhar Arsyad, Media Pengajaran, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2000, hlm 173-174
[12] Ishak Abdulhak dan Deni Darmawan, Teknologi Pendidikan, PT. Remaja Rosda Karya, Bandung, hlm 202
[13] Arief S. Sadiman dkk, Media pendidikan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1996,  hlm 175




Daftar Pustaka

Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam, Kencana Prenada Media, Jakarta, 2006
Arief S. Sadiman dkk, Media pendidikan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta,1996
Azhar Arsyad, Media Pengajaran, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2000
Hamdani,  Dasar-Dasar Kependidikan, Pustaka Setia, Bandung, 2011
Heri Gunawan, Kurikulum dan Pembelajaran Pendididkan Agama Islam, Alfabeta, Bandung, 2012
Ishak Abdulhak dan Deni Darmawan, Teknologi Pendidikan, PT. Remaja Rosda Karya, Bandung
M. Basyiruddin Usman dan Asnawir, Media Pembelajaran, Ciputat Pers, Jakarta, 2002
Moh. Roqib,  Ilmu Pendidikan Islam, LkiS Yogyakarta, Yogyakarta, 2009
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Kalam Kulia, Jakarta, 2002
Sukiman, Pengembangan Media Pembelajaran, Pedagogia, Yogyakarta, 2012
Sukiman,  Pengembangan Sistem Evaluasi, Insan Madani, Yogyakarta, 2012
Sumiati dan Asra, Metode Pembelajaran, Wacana Prima, tk, tt, hlm. 2000


Tidak ada komentar:

Posting Komentar