Jumat, 25 Desember 2015

Makalah Kebutuhan dan Motivasi Guru

KEBUTUHAN dan MOTIVASI GURU

MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah :  Profesi Keguruan
Dosen Pembimbing : Anisah Setyaningrum, M.Pd


Disusun oleh:
Kelompok 06
1.    Muhammad Khasbi .M.        (1310110047)
2.    Zulfa Rahmawati                  (1310110057)
3.    Innayatul Mustafidah            (1310110059)
           
 


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) KUDUS
JURUSAN TARBIYAH/PAI
TAHUN AKADEMIK 2015



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh seseorang itu didasarkan atas alasan-alasan tertentu. Termasuk hal-hal yang dilakukan oleh seorang yang berprofesi menjadi seorang guru  ataupun anggota-anggota kelompok lain yang melakukan suatu pekerjaan atau kerjasama dengan banyak pihak dilandasi oleh alasan-alasan khusus. Salah satu alasan tersebut yaitu untuk memenuhi kebutuhan, menyalurkan minat dan mencapai tujuan bersama. Setiap individu memiliki kondisi internal, dimana kondisi internal tersebut berperan dalam aktivitas dirinya sehari-sehari. Salah satu kondisi internal tersebut adalah “Motivasi”. Motivasi mempersoalkan bagaimana caranya semangat kerja guru agar mau bekerja keras dengan menyumbangkan segenap kemampuan pikiran dan keterampilan untuk mewujudkan tujuan pendidikan sesuai harapan. Guru menjadi seorang pendidik karena adanya motivasi untuk mendidik. Jika seorang guru tidak memiliki motivasi untuk mendidik, maka ia tidak akan berhasil untuk mendidik. Jika ia menjadi seorang guru dan mengajar murid-muridnya karena terpaksa saja dan tidak ada kemauan yang berasal dari dalam diri  guru tersebut, maka proses pendidikan juga tidak akan berhasil sesuai dengan harapan.
Dengan adanya hal tersebut,  makalah ini akan membahas tentang Kebutuhan-kebutuhan dan Motivasi seorang Guru yang perlu diperhatikan agar tercipta keseimbangan antara pendidik dan peserta didik untuk melaksanakan suatu proses pembelajaran yang menyenangkan. Selain itu, seorang guru juga dapat memahami bagaimana caranya agar dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan untuk menjadi seorang guru dan hal apa saja yang termasuk motivasi menjadi seorang guru. Sehingga seseorang yang berprofesi menjadi guru tidak melakukan hal yang menyimpang dari tanggung jawabnya tersebut dan benar-menjadi guru yang bisa menjadi suri tauladan yang baik bagi semua peserta didiknya.

B.     Rumusan Masalah   

1.      Apa Pengertian Motivasi ?
2.      Bagaimana Teori-teori Motivasi ?
3.      Bagaimana Kebutuhan dan Motivasi Guru ?
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Motivasi
Kata “motif”, diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Berawal dari kata “motif” itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan atau mendesak.[1]
 Adapun menurut MC Donald bahwa motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Sehingga akan terdapat tiga elemen atau ciri pokok dalam motivasi, yakni : Motivasi mengawali terjadinya perubahan energi, ditandai dengan adanya feeling, dan dirangsang karena adanya tujuan.
Motivasi juga dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar. Dalam motivasi terkadang adanya keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan, dan mengarahkan sikap dan perilaku individu belajar. Tetapi pada intinya, motivasi merupakan kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.
Ada tiga komponen dalam motivasi, yaitu sebagai berikut:
1.    Kebutuhan
Kebutuhan terjadi bila individu merasa ada ketidakseimbangan antara apa yang ia miliki dan yang ia harapkan. Menurut Maslow, manusia memiliki beberapa kebutuhan dasar yang harus dipenuhi, yaitu kebutuhan untuk hidup dan kebutuhan akan rasa aman (Survival and Safety).[2]
2.    Dorongan
Dorongan merupakan kekutan mental yang berorientasi pada pemenuhan harapan atau pencapaian tujuan.


3.    Tujuan
Harapan atau tujuan yang ingin dicapai dari motivasi setelah adanya kebutuhan dan dorongan.[3]
B.     Teori-teori tentang Motivasi

1.      Teori Kognitif
Manusia adalah makhluk rasional, demikianlah pandangan dasar para penganut teori ini. Berdasarkan rasionya, manusia bebas memilih dan menentukan apa yang akan dia perbuat, entah baik ataupun buruk. Tingkah laku manusia semata-mata ditentukan oleh kemampuan berfikirnya. Makin intelegen dan berpendidikan, otomatis seseorang akan semakin baik perbuatan-perbuatannya, dan secara sadar pula melakukan perbuatan-perbuatan untuk memenuhi keinginan atau kebutuhan tersebut.

            Menurut teori ini, tingkah laku tidak digerakkan oleh apa yang disebut motivasi, melainkan oleh rasio. Setiap perbuatan yang akan dilakukannya sudah difikirkan alasan-alasannya. Oleh karena itu, setiap orang sungguh-sungguh bertanggung jawab atas segala perbuatannya. Disini tidak dikenal perbuatan-perbuatan yang berada diluar kontrol rasio.
2.      Teori Hedonistis
Bila di dalam teori kognitif sangat ditekankan soal rasio dan kehendak, di dalam teori hedonistis justru hal itu tidah dihiraukan. Teori ini mengatakan bahwa segala perbuatan manusia, entah itu disadari ataupun  tidak disadari, entah itu timbul dari kekuatan luar ataupun kekuatan dalam pada dasarnya mempunyai tujuan yang satu, yaitu mencari hal-hal yang menyenangkan dan menghindari hal-hal yang menyakitkan. Meskipun orang dapat mengatakan berbagai macam alasan yang bagus, namun sebenarnya segala perbuatannya harus mempunyai satu tujuan yaitu mencari hal-hal yang menyenangkan.
Jika dikaitkan dengan masalah motivasi, dapat dikatakan bahwa tindakan seseorang sangat tergantung pada antisipasi atau ekspektansi seseorang terhadap objek atau rangsangan yang dihadapinya. Antisipasi yang positif terhadap rangsangan akan menimbulkan reaksi mendekat, sedangkan antisipasi negatif terhadap suatu rangsangan akan menimbulkan reaksi menjauh. Suatu objek atau rangsang yang diduga akan membawa rasa nikmat atau enak akan menimbulkan reaksi mendekat. Dengan kata lain, menurut teori Hedonistis yang diperbaharui ini reaksi seseorang atau tingkah laku seseorang dapat dibedakan menjadi dua, yaitu : Tingkah laku mendekati rangsang yang dirasa akan membawa keenakan dan tingkah laku menjauhi rangsang yang dirasa akan membawa rasa tidak enak. Unsur pokok motivasi adalah antisipasi. Teori Hedonistis ini menggunakan “affctivearousal model” yang intinya mengatakan bahwa setiap rangsang pada hakikatnya telah membawa keadaan yang menimbulkan rasa enak atau tidak enak.
3.      Teori Insting
Setiap orang telah membawa “Kekuatan biologis” sejak lahirnya. Kekuatan biologis inilah yang membuat seseorang bertindak menurut cara tertentu, demikianlah dasar pemikiran teori insting. Kekuatan instingtif inilah yang seolah-olah memaksa seseorang untuk berbuat dengan cara tertentu, untuk mengadakan pendekatan kepada rangsang dengan cara tertentu. Teori ini berkembang pesat pada waktu Darwin mencetuskan teori evolusinya. dalam teori evolusinya Darwin menyatakan bahwa antara manusia dan binatang tidak ada perbedaan yang tajam, karena pada hakikatnya manusia merupakan hasil evolusi seperti halnya binatang-binatang. Tingkah laku binatang disebut tingkah laku instingtif, karena binatang tidak mempunyai pikiran. Segala tingkah lakunya boleh dikatakan semata-mata didasarkan pada kekuatan biologis yang dibawanya sejak lahir. Karena manusia tidak jauh berbeda dengan binatang, maka tingkah laku manusia pun bisa disebut berdasarkan insting. Teori insting ini sangat bertentangan dengan teori rasionalis.
Pada umumnya, para ahli psikologis dapat menerima pendapat bahwa sebagian tingkah laku manusia memang ditentukan oleh instingnya, misalnya saja tingkah laku anak yang baru saja lahir. Pada waktu anak lahir, fungsi pikiran tentu saja belum berjalan, namun anak tetap berbuat sesuatu. Tingkah laku anak pada waktu itulah yang dapat dikatakan tingkah laku instingtif.
4.      Teori Psikoanalitis
Sebenarnya teori psikoanalitis merupakan pengembangan teori insting. Dalam teori ini pun diakui adanya kekuatan bawaan di dalam diri setiap manusia, dan kekuatan bawaan inilah yang menyebabkan dan mengarahkan tingkah laku manusia. Freud, seorang tokoh psikoanalitis yang sangat tersohor, mengatakan bahwa tingkah laku manusia ditentukan oleh dua kekuatan dasar, yaitu : Insting kehidupan dan insting kematian. Insting kehidupan menampakan diri dalam tingkah laku seksual, sedangkan insting kematian melatarbelakangi tingkah laku-tingkah laku agresif. Insting kehhidupan (Eros) mendorong orang untuk tetap hidup dan berkembang. Sedangkan insting kematian (Thanatos) mendorong orang ke arah penghancuran diri sendiri, misalnya dalam bentuk bunuh diri, maupun penhancuran diri orang lain dalam bentuk perbuatan-perbuatan agresif.
Berdasarkan dua kekuatan dasar itu, Freud membagi motif manusia menjadi dua, yaitu motif seksual dan motif menyerang. Kedua motif ini menggerakkan tingkah laku manusia sejak lahir, misalnya saja anak kecil kalau diraba pada bagian yang sensitif akan merasa senang juga kalau merasa jengkel, ia akan menggigit tangannya sendiri atau memukul kepalanya sendiri. Bukti-bukti tersebut menunjukkan bahwa baik insting kehidupan maupun insting kematian telah bekerja sejak anak masih kecil. Tingkah laku-tingkah laku yang didorong oleh kedua insting dasar tadi seringkali tidak sesuai dengan norma-norma sopan santun yang terdapat di lingkungan masyarakat. Oleh karena itu, tidak jarang para orang tua memberikan larangan-larangan dan batasan-batasan terhadap beberapa tingkah laku yang sekiranya bertentangan dengan norma sopan santun yang berlaku.
Pada umumnya, para ahli psikologi mengaku bahwa tidak semua tungkah laku manusia itu jelas motivasinya, namun belum berani mengatakan bahwa terdapat motif yang tidak disadari. Paling-paling mereka mengatakan bahwa tingkah laku manusia yang memang kurang disadari motivasinya. Oleh karena itu, kritik terhadap teori psikoanalitik ini umumnya berkisar pada keraguan bahwa mimpi, salah ucapan, dan lain-lain itu tentu sebagai akibat dari motif yang tidak disadari.
5.      Teori Keseimbangan
Teori keseimbangan (Homeostasis) berpendapat bahwa tingkah laku manusia terjadi karena adanya ketidakseimbangan di dalam diri manusia. Dengan kata lain manusia selalu ingin mempertahankan adanya keseimbangan di dalam dirinya. Sebagai contoh, orang yang lama berada di bawah terik matahari merasa panas, suhu tubuhnya naik sehingga terjadi keadaan tidak seimbang maka ia segera berjalan mencari tempat teduh agar suhu badan menjadi normal kembali, atau keadaan menjadi seimbang lagi. Demikian seterusnya dimana terjadi tidak seimbang di dalam diri manusia, maka segeralah orang bertindak untuk mengembalikan keadaan sampai seimbang lagi.
Prinsip keseimbangan pada binatang bersifat statis, sedangkan pada manusia bersifat dinamis. Bila seekor binatang merasa lapar, yang berarti terjadi disequilibrium di dalam dirinya, maka binatang tersebut segera mencari makan dan makan sampai kenyang. Bila manusia lapar (terjadi disequilibrium) ia segera mencari makan. Tetapi kalau ia makan sampai kenyang, ia akan mengalami disequilibrum baru yang lebih tiggi sifatnya, misalnya ia ingin merokok atau ingin membaca dan lain-lain.
Dengan demikian dapat ditarik suatu kesimpulan, bahwa tingkah laku manusia timbul karena adanya suatu kebutuhan, dan tingkah laku manusia tersebut mengarah pada pencapaian tujuan yang dapat memenuhi atau memuaskan kebutuhan itu. Sehigga dapat terjadi suatu lingkaran motivasi (motivational cycle).
6.      Teori Dorongan
Pada prinsipnya teori dorongan ini tidak berbeda dengan teori keseimbangan, hanya penekanannya berbeda. Kalau teori keseimbangan menekankan adanya keadaan tidak seimbang yang menimbulkan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi, teori dorongan memberikan tekanan pada hal yang mendorong terjadinya tingkah laku. Bahkan sebenarnya teori keseimbangan dasarnya adalah teori dorongan ini, dan teori keseimbangan memperkuat kebenaran teori dorongan ini. Teori dorongan ini diperkenalkan oleh Robert Woodworth pada tahun 1918. Pada waktu itu Woodworth mengartikan dorongan sebagai suatu tenaga dari dalam diri kita yang menyebabkan kita berbuat sesuatu. Oleh karena itu kata motif juga diberi arti dorongan yang menimbulkan dan mengarahkan tingkah laku manusia. Timbulnya dorongan, bertambah kuatnya dorongan maupun berkurangnya kekuatan dorongan dapat diukur secara objektif.
Teori dorongan ini semakin diakui setelah munculnya teori homeostasis (teori keseimbangan), yang diajukan oleh para psikologi Walter B.Cannon pada tahun 1932. Dalam konsep pemikiran tersebut dikatakan bahwa seringkali terjadi ketidakseimbangan di dalam diri manusia. Dorongan adalah salah satu usaha (otomatis) untuk dapat mengembalikan keadaan seimbang.[4]



C.     Kebutuhan dan Motivasi Guru
a.      Pengertian Guru
Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, disebutkan bahwa guru adalah orang yang pekerjaannya mengajar. Namun lebih dari itu, guru tidak hanya seorang yang bertugas mengajar, tetapi juga bertanggung jawab terhadap perkembangan karakter peserta didik. Guru bertanggung jawab untuk mewariskan sistem nilai kepada peserta didik dan menerjemahkan sistem nilai itu melalui kehidupan pribadinya.
Menurut Al-Ghazali, tugas pendidik yang utama adalah menyempurnakan, membersihkan, mensucikan, serta membawakan hati manusia untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt.  Sedangkan menurut Muhibbin Syah, guru adalah tenaga pendidik yang pekerjaan utamanya adalah mengajar, kegiatan mengajar yang dilakukan guru tidak hanya berorientasi pada kecakapan-kecakapan berdimensi ranah cipta saja, tetapi juga kecakapan yang berdimensi ranah rasa.[5]
Motivasi memainkan peran penting dalam membangun integritas dan kapabilitas profesi seseorang. Hal ini juga terkait dengan keadaan dan peran para guru. Motivasi yang tepat akan menjadikan seorang guru inspirator bagi murid-muridnya. Menurut Abraham Maslow dengan teori Heararkhi kebutuhan, ada lima dasar motivasi bagi setiap orang. Dasar motivasi tersebut juga dapat menjadi dasar motivasi para guru yang mempengaruhi integritas dalam profesinya.
b.      Motivasi Guru
1.      Motivasi Fisiologis
Biasanya motivasi ini hanya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan fisiologis seperti makan, minum, istirahat, bersenang-senang, bahkan tujuan seksualitas. Guru yang  berada pada lapis ini adalah guru yang hanya ingin memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya saja. Ia hanya berharap mendapat gaji untuk makan dan minum. Ia hanya berharap dapat bekerja dengan cukup santai. Bahkan parahnya, ada guru yang tega menyalurkan hasrat seksual saat menjalankan tugasnya sebagai guru. Tak heran jika kita menemukan ada oknum guru yang melakukan kasus kekerasan dan pelecehan terhadap murid. Tak salah memang jika ada guru yang berada pada lapis ini, karena motivasi adalah kebebasan bagi setiap individu. Namun, kita berharap bahwa guru-guru kita tidak terjebak pada lapis ini, karena lapis ini terlalu dangkal untuk sebuah profesi yang sejatinya bisa menggapai bintang.

2.      Motivasi Rasa Aman
Motivasi ini bertujuan untuk mendapatkan rasa aman baik secara fisik, maupun secara emosional. Contoh: guru yang masuk ke dalam kategori ini adalah mereka yang hanya berharap menjadi PNS agar mendapat rasa aman di masa-masa selanjutnya dengan bergantung pada dana pensiun. Sebenarnya, yang perlu menjadi perhatian kita adalah maraknya kasus penyuapan untuk menjadi seorang PNS. Kasus ini harus dijauhkan mungkin dari para guru. Setiap yang kita ketahui, guru mempunyai peran yang sangat besar untuk membentuk karakter bangsa. Jika dari awal guru sudah terbentuk dengan mental penyuap dan pembohong, maka hal tersebut juga dapat merusak mental murid. Ketidak jujuran bukanlah sebuah inspirasi yang mencerahkan, melainkan sebuah alat yang menuntun semua orang  kepada kegelapan. Guru-guru yang professional  harus sadar bahwa di depan murid terdapat suatu jalan membentang, yang penuh penghalang. Mereka harus membantu sang murid keluar dari comfortzone atau rasa aman. Seharusnya guru harus memulai dari dirinya dahulu sebelum mengarahkn para muridnya.
3.      Motivasi Sosial
Motivasi ini bertujuan untuk mendapat penerimaan, status, dan relasi. Tak sedikit orang yang menjadi guru hanya karena ingin mendapat status dan relasi. Terdapat beberapa kasus dimana seserang terpaksa menjadi guru, hanya karena gagal atau tidak diterima dalam bidang lain. Istilah yang sering diberikan untuk kasus ini adalah “Terpeleset”, karena kondisi tersebut membuat orang jatuh terpeleset sehingga guru menjadi pilihan terakhir. Ia pun tetpa memperjuangkan profesi ini, sehingga ia bisa diterima dalam masyarakat luas. Memang tidak mudah menerima sesuatu yang berawal dari penolakan. Akan tetapi, seharusnya hal ini tidak membuat guru berhenti pada lapis ini. Menjadi guru bukan hanya sebuah status melainkan sebuah anugerah dan panggilan hidup.



4.      Motivasi Penghargaan
Motivasi ini bertujuan untuk mendapatkan penghargaan baik secara internal maupun eksternal. Bisa dibilang guru yang ada di lapis ini adalah guru yang penuh semangat dan kontribusinya dalam dunia pendidikan adalah nyata. Motivasi ini juga sedang bermekaran di indonesia. Karena pemerintah sedang memberi pupuk stimulus yang disebut dengan sertifikasi. Kesejahteraan guru pun terus ditingkatkan melalui tunjangan sertifikasi. Akan tetapi, program peningkatan kesejahteraan tersebut bisa menjadi bumerang. Hal ini membuat guru bukan semakin tinggi mengabdi tetapi menjadi matrealistis. Ini berarti guru justru kembali pada poin satu, yaitu motivasi Fisiologis. Jangan sampai program sertifikasi malah membuat guru terjebak dalam belenggu tersebut. Perlu diingat bahwa indikator keberhasilan guru adalah siswa. Sejauh ini program peningkatan kualitas guru terus dilakukan, tetapi belum terlihat adanya peningkatan kualitas murid secara signifikan. Keadaan ini tentunya menjadi tantangan tersendiri bagi para guru.
5.      Motivasi Aktualisasi Diri
Motivasi ini bertujuan untuk mengekspresikan diri dan menggali potensi. Guru pada lapis ini bisa dibilang akan memberikan segala yang terbaik dalam rangka menunjukkan dirinya. Baginya menjadi guru adalah cita-cita dan tujuan hidupnya. Ini adalah motivasi yang membuat guru menjadi tangguh dalam menghadapi segala rintangan di tengah arus zaman maupun sistem pendidikan yang cukup membingungkan. Motivasi ini yang mendorong para guru untuk terus berinovasi walaupun seringkai terbatas oleh kurikulum-kurikulum yang ada. Mereka juga tidak akan pernah berhenti menjadi murid, karena mereka akan terus belajar sekalipun menjadi seorang guru.
Motivasi-motivasi di atas, telah mewakili berbagai motivasi guru.[6]



           

BAB III
         PENUTUP

A.    Kesimpulan
Kata “motif”, diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Berawal dari kata “motif” itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan atau mendesak.
Ada tiga komponen dalam motivasi, yaitu Kebutuhan, drongan dan tujuan. Sedangakan teori-teori dalam motivasi ada 6, yaitu :
1.      Teori Kognitif
2.    Teori Hedonistis
3.    Teori Insting
4.    Teori Psikoanalitis
5.    Teori Keseimbangan, dan
6.    Teori Dorongan
Guru merupakan seseorang yang sangat berperan dalam proses pembelajaran, dan seorang guru harus mempunyai motivasi untuk melaksanakan tanggung jawabnya tersebut. Motivasi yang tepat akan menjadikan seorang guru inspirator bagi murid-muridnya. Menurut Abraham Maslow dengan teori Heararkhi kebutuhan, ada lima dasar motivasi bagi setiap orang. Dasar motivasi tersebut juga dapat menjadi dasar motivasi para guru yang mempengaruhi integritas dalam profesinya. Lima dasar tersebut meliputi : Motivasi Fisiologis, Motivasi Rasa Aman, Motivasi Sosial, Motivasi penghargaan, dan Motivasi Aktualisasi diri.
B.     Saran
Demikianlah makalah yang dapat kami susun. Untuk menyempurnakan makalah ini, kami mohon kritik serta saran yang membangun dari para pembaca demi melengkapi kekurangan-kekurangan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Barnawi dan M.Arifin, Strategi dan Kebijakan Pembelajaran Pendidikan Karakter, Jogjakarta, Ar-Ruzz Media, 2013
Jamaludin dkk, Pembelajaran Perspektif  Islam, Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2015
Martin handoko,  Motivasi Daya Penggerak Tingkah Laku, Yogyakarta, KANISIUS (Anggota IKAPI), 1992
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta, PT RajaGrafindo Persada, 2011
S. Nasution, Didaktik Asas-asas Mengajar, Jakarta, PT Bumi Aksara, 2000
Suyanto dan Djihad Hisyam, Yogyakarta, Adicita Karya Nusa, TT


[1] Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta, PT RajaGrafindo Persada, 2011, hlm. 73
[2] Suyanto dan Djihad Hisyam, Yogyakarta, Adicita Karya Nusa, TT, hlm. 187
[3] Jamaludin dkk, Pembelajaran Perspektif  Islam, Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2015, hlm.260
[4] Martin handoko,  Motivasi Daya Penggerak Tingkah Laku, Yogyakarta, KANISIUS (Anggota IKAPI), 1992, hlm.10-23
[5] Barnawi dan M.Arifin, Strategi dan Kebijakan Pembelajaran Pendidikan Karakter, Jogjakarta, Ar-Ruzz Media, 2013, hlm. 91-92
[6] S. Nasution, Didaktik Asas-asas Mengajar, Jakarta, PT Bumi Aksara, 2000, hlm. 75

Tidak ada komentar:

Posting Komentar