Jumat, 25 Desember 2015

Makalah Peran Guru Dalam Mengajar

PERAN GURU DALAM MENGAJAR
MAKALAH
Dibuat untuk memenuhi tugas
mata kuliah Profesi Keguruan
Dosen pengampu: Anisah Setyaningrum, M.Pd


Disusun oleh Kelompok 4:
1. Intan Wakhidah                              (1310110040)
2. Wahyu Hikmawati                          (1310110052)
3. Nita Solfiana                                   (1310110063)
4. Djesica Maharani H.                       (1310110069)                    


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI STAIN KUDUS
JURUSAN TARBIYAH/PAI
TAHUN 2015


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Guru adalah seorang pendidik yang sangat mulia, profesi guru sangat diminati dan dikagumi oleh banyak orang. Seorang guru akan membantu peserta didik dalam hal pembelajaran. Di sekolah akan dijumpai adanya Guru dan Peserta didik, mereka mempunyai interaksi yang sangat khusus, tanpa guru pendidikan tidak akan berjalan, tanpa peserta juga pendidikan tidak akan bisa berjalan. Oleh sebab itu, guru dan peserta didik sangat memberikan manfaat yang besar bagi pendidikan.
Dalam pendidikan, guru mempunyai peran tersendiri dalam mengajar, bukan hanya mengajar tetapi juga mempunyai peran dalam hal pembelajaran. Di makalah ini lah akan pemakalah sampaikan bagaimana pengertian mengajar,  bagaimana peran guru dari masa ke masa, dan bagaimana peran guru dalam proses pembelajaran.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana pengertian mengajar?
2.      Bagaimana peran guru dari masa ke masa?
3.      Bagaimana peran guru dalam proses pembelajaran?







BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Mengajar
Mengajar merupakan suatu proses yang kompleks. Tidak hanya sekedar menyampaiklan informasi dari guru kepada siswa. banyak kegiatan maupun tindakan yang harus dilakukan, terutama bila diingkan hasil belajar lebih baik pada seluruh siswa.
Mengajar adalah segala upaya yang disengaja dalam rangka memberi kemungkinan bagi siswa untuk terjadinya proses belajar sesuai dengan tujuan yang dirumuskan.
Menurut William H Button, pengertian mengajar adalah upaya dalam memberikan perangsang (stimulus), bimbingan, pengarahan, dan dorongan, kepada siswa agar terjadi proses belajar.
Menurut Gagne dan Bringgs mengajar adalah bukan upaya guru menyampaikan bahan pelajaran, tetapi bagaimana siswa dapat mempelajari bahan pelajaran sesuai tujuan.
Berdasarkan uraian di atas, dapat difahami bahwa aktivitas yang menonjol dalam pengajaran ada pada siswa. namun demikian bukanlah berarti peran guru tersisih, melainkan diubah. Guru berperan bukan sebagai penyampai informasi, tetapi bertindak sebagai director dan falitator of learning yaitu pengarah dan pemberi fasilitas untuk terjadinya proses belajar.[1]
B.     Peran Guru Dari Masa ke Masa
1.      Peran guru pada masa penjajahan
Pada masa penjajahan guru tampil dan ikut mewarnai perjuangan bangsa Indonesia. Hal ini dapat kita lihat dari lahirnya organisasi perjuangan guru-guru pribumi pada zaman belanda pada tahun 1912 dengan nama Persatuan Guru Hindia Belanda. Organisasi ini merupakan kumpulan dari guru bantu, guru desa, kepala sekolah, dan penilik sekolah.
Pada tahun 1932 Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB) berubah menjadi Persatuan Guru Indonesia (PGI). Perubahan nama ini merupakan suatu langkah berani dan penuh resiko, karena menggunakan nama Indonesia dimana Belanda sangat tidak suka dengan kata tersrbut yang dianggap mengobarkan semangat kebangsaan. Namun, dalam semangat nasioanlisme yang tinggi serta dorongan untuk hidup merdeka menjadikan organisasi ini tetap eksis sampai pemerintahan colonial Belanda berakhir.
Peran guru pada masa penjajahan sangat penting dan mempunyai nilai yang sangat strategis dalam membangkitkan semangat kebangsaan Indonesia menuju cita-cita kemerdekaan. Dengan peran guru sebagai pengajar dan pendidik yang berhadapan langsung dengan para siswa, maka guru bisa secara langsung menanamkan jiwa nasionalisme dan menekankan arti penting sebuah kemerdekaan bagi bangsa Indonesia.[2]
2.      Peran guru pada masa kemerdekaan
Proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 menjadikan peran guru dalam kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat lebih teruka dan maksimal. Dengan semangat proklamasi para guru sepakat menyelenggarakan Kongres Guru Indonesia yang berlangsung tanggal 24-25 November 1945 di Surakarta. Melalui kongres ini didirikan Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) tepatnya pada tanggal 25 November 1945.
Dengan Kongres Guru Indonesia, maka semua guru melebur dan menyatu dalam satu wadah atau Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI). Kini tidak ada lagi sekat-sekat guru karena perbedaan latar belakang. Melalui organisasi PGRI, guru Indonesia siap berjuang untuk mengangkat harkat martabat guru, sekaligus harkat dan martabat bangsa Indonesia.
Ketika angin reformasi berhembus dan kran kebebasan terbuka lebar, para guru lebih berekspesi untuk menyampaikan aspirasinya, terutama menyangkut kesejahteraan. Tuntutan kesejahteraan guru perlahan tapi pasti ternyata direspon pemerintah. Namun, tampaknya pemerintah menempatkan peningkatn kesejahteraan guru dalam konteks kompetensi.
Kini kesejahteraan guru sudah melalui diperhatikan oleh pemerintah. Sejalan dengan peningkatan kesejahteraan guru di Indonesia, kualifikasi, kompetensi, dan dedikasi para guru sudah saatnya ditingkatkan. Para guru harus mampu mengubah paradigm berpikir dan bertindak dalam menjalankan tugas sebagai pendidik dan pengajar. Ke depan guru tidak terjebak pada rutinitas tugas belaka, tetapi secara terus menerus guru mampu meningkatkan kualitas mengajar dan mendidik sehingga upaya mutu pendidikan dapat tercapai.
C.    Peran Guru Dalam Proses Pembelajaran
Guru merupakan faktor penentu yang sangat dominan dalam pendidikan pada umumnya, karena guru memegang peranan dalam proses pembelajaran, dimana proses pembelajaran merupakan inti dari provses pendidikan secara keseluruhan.
Peranan guru meliputi banyak hal, guru dapat berperan sebagai pengajar, pemimpin kelas, pembimbing, pengatur lingkungna belajar, perencana pembelajaran, supervisor, motivator, dan sebagai evaluator. Berikut ini peranan guru dalam proses pendidikan:
      1)            Guru melakukan diagnosis terhadap perilaku siswa
Pada dasarnya guru harus mampu membantu kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswanya dalam proses pembelajaran, untuk itu guru dituntut untuk mengenal lebih dekat kepribadian siswanya.

      2)            Guru membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Perencanaan pembelajaran adalah membuat persiapan pembelajaran. Mengacu pada hal tersebut, guru diharapkan mampu melakukan persiapan pembelajaran baik menyangkut menyangkut materi pembelajaran maupun konvdisi psikis psikologis yang kondusif bagi berlangsungnya proses pembelajaran.
      3)            Guru melaksanakan proses pembelajaran
Peran guru yang ketiga ini memegang peranan penting, maka dari itu ada beberapa hal yang harus menjadi perhatian guru, yaitu:
1.      Mengatur waktu beurkenaan dengan proses pelaksanaan pembelajaran.
2.      Memberikan dorongan kepada siswa agar tumbuh semangat untuk belajar, sehingga minat belajar tumbuh kondusif dalam diri siswa.
3.      Melaksanakan diskusi dalam kelas.
4.      Mengamati siswanya dalam kegiatan baik yang bersifat formal di ruang kelas maupun kegiatan ekstra kurikuler.
5.      Memberikan informasi lisan maupun tertulis dengan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti siswa.
6.      Memberikan masalah untuk diperoleh solusi alternatifnya, sehingga siswa dapat menggunakan daya pikir dan daya nalarnya secara maksimal.
7.      Mengajukan pertanyaan dan memberikan respon terhadap pertanyaan yang diajukan siswa.
8.      Menggunakan alat peraga
      4)            Guru sebagai pelaksana administrasi sekolah
Peran guru sebagai administrator adalah sebagai berikut:
a.       Pengambil inisiatif, pengarah, davn penilai kegiatan-kegiatan pendidikan.
b.      Wakil masyarakat yang berarti dalam linkgkungan sekolah guru menjadi anggota masyarakat.
c.       Orang yang ahli dalam suatu mata pelajaran.
d.      Penegak disiplin.
e.       Pelaksan administrasi pendidikan.
f.       Pemimpin generasi muda, karena di tangan gurulah nasib suatu generasi di masa mendatang.
g.      Penyampai informasi kepada masyarakat tentang perkembangan kemajuan dunia.
      5)            Guru sebagai komunikator
Komunikasi kepada anak didik merupakan peran yang sangat strategis, karena sepandai apapun seseorang manakala dia tidak mampu berkomunikasi dengan baik pada anak didiknya maka proses belajar mengajar akan kurang optimal.
      6)            Guru mampu mengembangkan ketrampilan diri
Merupakan suatu tuntutan bahwa setiap guru harus mengembangkan ketrampilan pribadinya dengan teruvs mengikuti perkembangan pengetahuan dan teknologi, karena jika tidak demikian maka guru akan ketinggalan zaman vdan mungkin pada akhirnya akan sulit membawa dan mengarahkan anak didik kepada masa dimana dia akan menjalani kehidupan.
      7)            Guru dapat mengembangkan potensi anak[3]
Dalam melakukan kegiatan jenis ini guru harus mengetahui betul potensi anak didik. Karena berangkat dari potensi itulah guru menyiapkan strategi pembelajaran yang sinerjik dengan potensi anak didik.
Berkenaan dengan penjelasan di atas, berikut ini adalah peranan dianggap paling dominan dan diklasifikasikan sebagai berikut:
1.      Guru sebagai demonstrator
Melalui peranannya sebagai demonstrator, lecturer, atau pengajar, guru hendaknya senantiasa menguasai bahan atau materi pelajaran serta senantiasa mengembangkannya dalam arti meningkatkan kemampuannya dalam hal ilmu yang dimilikinya karena hal ini sangat menentukan hasil belajar yang dicapai oleh siswa.
2.      Guru sebagai pengelola kelas
Sebagai manajer guru bertanggung jawab memelihara lingkungan fisik kelasnya agar senantiasa menyenangkan untuk belajar dan mengarahkan atau membimbing proses-proses intelektual social di dalam kelasnya. Dengan demikian guru tidak hanya memungkinkan siswa untuk belajar, tetapi juga mengembangkan kebiasaan bekerja belajar secara efektif di kalangan siswa.
3.      Guru sebagai mediator dan fasilitator
Sebagai mediator guru menjadi perantara dalam hubungan antar siswa. Untuk keperluan itu guru harus terampil menggunakan pengetahuan tentang bagaimana orang berinteraksi dan berkomunikasi. Tujuannya agar guru dapat menciptakan lingkungan kelas yang interaktif.
Sebagai fasilitator guru hendaknya mampu mengusahakan sumber belajar yang berguna serta dapat menunjang pencapaian tujuan dan proses belajar mengajar.
4.      Guru sebagai evaluator[4]
Dalam fungsinya sebagai penilai hasil belajar siswa, guru hendakanya terus menerus mengikuti hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa dari waktu ke waktu. Informasi yang diperoleh melalui evaluasi ini merupakan umpan balik terhadap proses belajar mengajar. Umpan balik ini akan dijadikan titik tolak untuk memperbaiki dan meningkatkan proses belajar mengajar selanjutnya. Dengan demikian proses belajar mengajar akan terus menerus ditingkatkan untuk memperoleh hasil yang optimal.
Bila ditelusuri lebih mendalam, proses belajar mengajar yang merupakan inti dari proses pendidikan formal di sekolah di dalamnya terjadi interaksi antara berbagai komponen pengajaran. Komponen-komponen tersebut adalah guru, isi atau materi pelajaran, dan siswa.
Interaksi antara ketiga komponen utama melibatkan sarana dan prasarana, seperti metode, media, dan penataan lingkungan tempat belajar. Dengan demikian guru yang memegang peranan penting dalam proses belajar megajar, setidaknya menjalankan tiga macam tuga utama, yaitu:
1.      Merencanakan
Perencaan yang dibuat, merupakan antisipasi dan perkiraan tentang apa yang akan akan dilakukan dalam pengajaran, sehingga tercipta situasi yang memungkinkan terjadinya proses belajar mengajar yang dapat mengantarkan siswa mencapai tujuannya. Perencanaan tersebut meliputi:
a.       Tujuan apa yang hendak di capai, yaitu bentuk-bentuk tingkah laku apa yang diingkan dapat dicapai atau dapat dimiliki oleh siswa setelah terjadinya proses belajar mengajar.
b.      Bahan pelajaran yang dapat mengantarkan siswa mencapai tujuan.
c.       Bagaimana proses belajar mengajar yang akan diciptakan oleh guru agar siswa mencapai tujuan secara efektif dan efesien.
d.      Bagaimana menciptakan dan menggunakan alat untuk mengetahui atau mengukutr apakah tujuan itu tercapai atau tidak.
2.      Melaksanakan Pengajaran
Melaksanakan pengajaran selayaknya berpegang pada apa yang tertuang dalam perencanaan. Guru sepatutnya peka terhadap berbagai situasi yang dihadapi, sehingga dapat menyesuaikan pola tingkah lakunya dalam mengajar dengan situasi yang dihadapi. Situasi pengajaran banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor  sebagai berikut:
a.       Faktor Guru
Setiap guru memiliki pola mengajar sendiri-sendiri. pola mengajar ini tercermin dalam tingkah laku pada saat melaksanakan pengajaran. Menurut Dianne Lapp, menanamkan pola umumtingkah laku mengajar yang dimiliki guru dengan istilah “Gaya Mengajar atau Theacing Style”. Gaya mengajar ini mencerminkan bagaimana pelaksanaan pengajaran guru yang bersangkutan, yang dipengaruhi oleh pandangannya sendiri tentang mengajar, serta kurikulum yang dilaksanakan.
b.      Faktor Siswa
Setiap siswa mempunyai keragaman dalam hal kecakapan maupun kepribadia. Kecakapan yang dimiliki masing-masing siswa  meliputi kecakapan potensial yang memungkinkan untuk dikembangkan, seperti bakat dan kecerdasan. Adapun yang  dimaksud dengan kepribadian  adalah cirri-ciri khusus yang dimiliki oleh individu yang bersifat menonjol, yang membedakan dirinya dari orang lain.
Menurut Hall dan Lindsey keragaman dalam kecakapan dan kepribadian ini dapat mempengaruhi terhadap situasi yang dihadapi dalam proses belajar mengajar.
c.       Faktor Kurikulum
Secara sederhana arti kurikulum yaitu menggambarkan pada isi atau pelajaran pola interaksi belajar mengajar antara guru dan siswa untuk mencapai tujuan tertentu. Hal ini dapat menimbulkan situasi yang bervariasi dalam proses belajar mengajar.
d.      Faktor Lingkungan
Menurut Novak dan Gowin, mengistilahkan lingkungan fisik tempat belajar dengan istilah “Millieu” yang berarti konteks terjadinya pengalaman belajar. Lingkungan ini meliputi keadaan ruangan, tat ruang, dan berbagai situasi fisik yang ada di sekitar kelas atau sekitar tempat berlangsungnya proses belajar mengajar. Lingkungan ini pun dapat menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi situasi belajar.

3.      Memberikan Balikan
Menurut Stone dan Nielsen, balikan mempunyai fungsi untuk membantu siswa memelihara mianat dan antusias siswa dalam melaksanakan tugas belajar. Salah satu alasan yang dikemukakan adalah, bahwa belajar itu ditandai oleh adanya keberhasilan dan kegagalan. Bila hal ini diketahui oleh siswa, akan membawa hadiah (reward) dan kegagalan akan berdampak hukuman (punishman).
Upaya memberikan balikan harus dilakukan secara terus menerus. Dengan demikan, minat dan antusias siswa dalam belajar selalu terpelihara. Upaya itu dapat dilakukan dengan jalan melakukan evaluasi. Hasil evaluasi kemudian diberitahukan kepada siswa agar mereka tahu letak keberhasilan dan kegagalan. Evaluasi yang demikian benar-benar berfungsi sebagai balikan, baik guru maupun bagi siswa.[5]
Peran guru selain pada siswa yang normal, guru juga mempunyai peran yang sangat penting untuk siswa yang kesulitan belajar, diantaranya, pendidikan bagi anak tunanetra, pendidikan bagi anak tunarungu, pendidikan anak tunagrahita, pendidikan anak tunadaksa, pendidikan anak tunalaras, pendidikan anak berkesulitan belajar, dan pendidikan anak berbakat.
Menurut Lerner Peranan guru khusus bagi anak berkebutuhan khusus adalah sebagai berikut:
a.       Menyusun rancangan program identifikasi, asesmen, dan pembelajaran anak kesuliatan belajar.
b.      Berpartisipasi dalam penjaringan, asesmen, dan evaluasi anak kesulitan belajar.
c.       Berkonsultasi dengan para ahli yang terkait dan menginterpretasikan laporan mereka.
d.      Melaksanakn tes, baik tes formal maupun tes informal.
e.       Berpartisipasi dalam menyusun program pendidikan yang diindividualkan.
f.       Mengimplementasikan program pendidikan yang diindividualkan.
g.      Menyelenggarakan pertemuan dan wawancara dengan orang tua.
h.      Bekerjasama dengan guru regular atau guru kelas untuk memahami anak dan menyediakan pembelajaran yang efektif.
i.        Membantu anak dalam mengembangkan pemahamn diri dan memperoleh harapan untuk berhasil serta keyakinan kesanggupan mengatasi kesulitan belajar.[6]







BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
1.      Mengajar adalah segala upaya yang disengaja dalam rangka memberi kemungkinan bagi siswa untuk terjadinya proses belajar sesuai dengan tujuan yang dirumuskan.
2.      Guru sangat berperan dari masa ke masa, di mulai dari sebelum kemerdekaan hingga setelah kemerdekaan. Peran guru pada masa penjajahan sangat penting dan mempunyai nilai yang sangat strategis dalam membangkitkan semangat kebangsaan Indonesia menuju cita-cita kemerdekaan. Dengan peran guru sebagai pengajar dan pendidik yang berhadapan langsung dengan para siswa, maka guru bisa secara langsung menanamkan jiwa nasionalisme dan menekankan arti penting sebuah kemerdekaan bagi bangsa Indonesia. Dengan semangat proklamasi para guru sepakat menyelenggarakan Kongres Guru Indonesia yang berlangsung tanggal 24-25 November 1945 di Surakarta. Melalui kongres ini didirikan Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) tepatnya pada tanggal 25 November 1945. Ketika angin reformasi berhembus dan kran kebebasan terbuka lebar, para guru lebih berekspesi untuk menyampaikan aspirasinya, terutama menyangkut kesejahteraan. Tuntutan kesejahteraan guru perlahan tapi pasti ternyata direspon pemerintah. Namun, tampaknya pemerintah menempatkan peningkatn kesejahteraan guru dalam konteks kompetensi.
3.      Guru merupakan faktor penentu yang sangat dominan dalam pendidikan pada umumnya, karena guru memegang peranan dalam proses pembelajaran, dimana proses pembelajaran merupakan inti dari provses pendidikan secara keseluruhan.
Peranan guru meliputi banyak hal, guru dapat berperan sebagai pengajar, pemimpin kelas, pembimbing, pengatur lingkungna belajar, perencana pembelajaran, supervisor, motivator, dan sebagai evaluator.
Bila ditelusuri lebih mendalam, proses belajar mengajar yang merupakan inti dari proses pendidikan formal di sekolah di dalamnya terjadi interaksi antara berbagai komponen pengajaran. Komponen-komponen tersebut adalah guru, isi atau materi pelajaran, dan siswa. Peran guru selain pada siswa yang normal, guru juga mempunyai peran yang sangat penting untuk siswa yang kesulitan belajar, diantaranya, pendidikan bagi anak tunanetra, pendidikan bagi anak tunarungu, pendidikan anak tunagrahita, pendidikan anak tunadaksa, pendidikan anak tunalaras, pendidikan anak berkesulitan belajar, dan pendidikan anak berbakat.


DAFTAR PUSTAKA

Kunandar, Guru Profesional, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2011
Muhammad Ali, Guru Dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung, Sinar Baru Algensindo, 2008
Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Jakarta, Rineka Cipta, 1999
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Bandung, PT. Remaja Rosda Karya, 2002
Rusman, Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2013





[1] Muhammad Ali, Guru Dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung, Sinar Baru Algensindo, 2008, hlm 11-13.
[2] Kunandar, Guru Profesional, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2011, hlm 31-36
[3] Rusman, Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru, Jakarta,  PT. Raja Grafindo Persada, 2013, hlm 58-62
[4] Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Bandung, PT. Remaja Rosda Karya, 2002, hlm 9-12
[5] Muhammad Ali , Opcit,  hlm 4-7.
[6] Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Jakarta, Rineka Cipta, 1999, hlm 102-103.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar