Jumat, 25 Desember 2015

Makalah FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN



FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN
Disusun Guna  Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Psikologi Perkembangan
Dosen Pembimbing : Farida Ulyani, M.Pd
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh7hVYKhk2Yd8OVV9rw4QiTRMb1NSFd0KgPe6fzw23fLY84Dnz0fdHDlBbOU72zxyVROuX2YuXGJle64kSQs6EG6-mnb26Jr7kntMKj1UAMYIJXDveQjTtQMWTpAD3afl3pAOSMdNobP9FV/s1600/logo+stain+kudus.JPG
Disusun Oleh : Kelompok 2
1.    M. David Noor R                          (1310110043)
2.    Amanah Fitria                              (1310110053)
3.    Randi Julianto                              (1310110058)
4.    Sulfiana Mufidah                         (1310110068)


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
JURUSAN  TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
TAHUN 2015/2016
BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Setiap  individu dilahirkan kedunia dengan membawa hereditas (nature) tertentu. Ini berarti bahwa karakteristik individu diperoleh melalui pewarisan dari pihak orangtuanya. Karakteristik tersebut menyangkut fisik  (seperti struktur tubuh, warna kulit dan bentuk rambut) dan psikis dan sifat-sifat mental (seperti emosi, kecerdasan, dan bakat).
Hereditas (nature)  merupakan aspek individu yang bersifat bawaan dan memiliki potensi untuk berkembang. Seberapa jauh perkembangan individu itu terjadi dan bagaimana kualitas perkembangannya, bergantung pada kualitas hereditas (nature) dan lingkungan (nurture) yang mempengaruhinya. Lingkungan merupakan faktor penting disamping hereditas (nature) yang menentukan perkembangan individu. Lingkungan itu meliputi fisik, psikis, sosial, dan religius. Oleh karena itu, dalam makalah ini kami akan membahas mengenai makna hereditas (nature) dan lingkungan (nurture).

B.  Rumusan Masalah
1.         Bagaimana pengaruh faktor nature terhadap perkembangan?
2.         Bagaimana pengaruh faktor nurture terhadap perkembangan?
3.        Bagaimana determinasi faktor nature dan nurture dalam perkembangan serta implikasinya dalam pendidikan?








BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengaruh Faktor Nature Terhadap Perkembangan
Faktor nature adalah faktor bawaan yang diwariskan orang tua kepada anaknya yang disebut juga dengan aliran ‘nativisme’ yaitu perkembangan individu semata-mata tergantung pada faktor dasar atau pembawaan. Tokoh aliran ini yang terkenal adalah schopenhauer. [1]
Aliran filsafat nativisme konon dijuluki sebagai aliran pesimistis yang memandang segala sesuatu dengan kaca mata hitam. Maksudnya penganut ini berkeyakinan bahwa perkembangan manusia itu ditentukan oleh pembawaannya, sedangkan pengalaman dari pendidikan tidak berpengaruh apa-apa. Dalam ilmu pendidikan pandangan ini disebut “pesimisme pedagogis”. Contohnya harimau pun hanya akan melahirkan harimau, tak akan pernah melahirkan domba atau bahkan burung. Jadi pembawaan selalu  berpengaruh terhadap perkembangan kehidupan anak-anaknya.[2]
Faktor nature atau genetika/hereditas merupakan faktor pertama yang mempengaruhi perkembangan individu. Dalam hal ini hereditas diartikan sebagai totalitas karakteristik individu yang diwariskan orang tua kepada anak, atau segala potensi baik fisik maupun psikis yang dimiliki individu sejak masa konsepsi sebagai pewarisan dari pihak orang tua melalui gen-gen.
Setiap individu memulai kehidupannya sebagai organisme yang bersel tunggal yang bentuknya sanagat kecil, garis tengahnya kurang lebih 1/200 inci (1/80 cm). Sel ini merupakan perpaduan antara sel telur (ovum) yang berasal dari ibu dan sperma yang berasal dari ayah. Didalam rahim, sel benih ini terus bertambah besar dengan jalan pembelahan sel menjadi organisme yang bersel dua, empat, delapan, dan seterusnya sehingga setelah kurang lebih 9 bulan menjadi organisme yang sempurna. Setiap sel benih memiliki 48 kromosom yaitu benda seperti benang, yang berpasangan sebanyak 24 pasang. Tiap kromosom mengandung sejumlah gen-gen (unsur-unsur keturunan/ faktor-faktor dasar dalam pembawaan). Gen-gen inilah yang akan menentukan sifat-sifat individu, baik fisik maupun psikisnya.[3]
B.     Pengaruh Faktor Nurture Terhadap Perkembangan
Faktor nurture adalah faktor yang mempengaruhi perkembangan individu itu sepenuhnya ditentukan oleh faktor lingkungan atau pendidikan atau disebut juga dengan aliran ‘empirisme’,  kaum empiris ini berpendirian bahwa perkembangan anak itu sepenuhnya tergantung pada faktor lingkungan. Pendapat ini terkenal dengan nama teori tabularasa. Dengan teori tabularasa ini john locke telah mengungkapkan kekuasaan lingkungan sebab manusia dapat di didik menjadi apa saja (kearah baik maupun buruk) menurut kehendak lingkungan (termasuk juga pendidiknya).
     Lingkungan perkembangan siswa adalah keseluruhan fenomena (peristiwa, situasi dan kondisi) fisik atau sosial yang mempengaruhi perkembangan siswa. Lingkungan perkembangan siswa yang akan dibahas yaitu menyangkut lingkungan keluarga, sekolah, kelompok sebaya (peer group),  dan masyarakat
1.      Lingkungan Keluarga
Keluarga memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya mengembangkan pribadi anak. Perawatan orang tua yang penuh kasih sayang dan pendidikan tentang nilai-nilai kehidupan, baik agama maupun sosial budaya yang diberikan merupakan faktor yang kondusif untuk mempersiapkan anak menjadi pribadi dan anggota masyarakat yang sehat.
           Keluarga juga dipandang sebagai insitusi (lembaga) yang dapat memenuhi kebutuhan insani (manusiawi). Apabila mengaitkan peranan keluarga dengan upaya memenuhi kebutuhan individu dari maslow, maka keluarga merupakan lembaga pertama yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut.melalui perawatan dan perlakuan yang baik dari orang tua, anak dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya, baik fisik-biologis maupun sosio psikologisnya. Apabila anak telah memperoleh rasa aman, penerimaan sosial dan harga dirinya, maka anak dapat memenuhi kebutuhan  tertingginya, yaitu perwujudan diri (self- actualization).
           Keluarga yang bahagia merupakan suatu hal yang sangat penting bagi perkembangan emosi para anggotanya (terutama anak). Kebahagiaan ini diperoleh apabila keluarga dapat memerankan fungsinya secar baik. Fungsi dasar keluarga adalah memberikan rasa memiliki, rasa aman, kasih sayang, dan membangun hubungan yang baik diantara anggota keluarga. hubungan cinta kasih dalam keluarga tidak sebatas perasaan, akan tetapi juga menyangkut pemeliharaan, rasa tanggung jawab, pehatian, pemahaman, respek dan keinginan untuk menumbuh  kembangkan anak yang dicintainya. Keluarga yang hubungan antar anggotanya tidak harmonis, penuh konflik, atau gap communication  dapat mengembangkan masalah-masalah kesehatan mental bagi anak.
           Sedangkan dari sudut pandang sosiologis, fungsi keluarga ini dapat diklasifikasikan kedalam fungsi-fungsi berikut:
a.       Fungsi biologis
Keluarga dipandang sebagai pranata sosial yang memberikan legalitas, kesempatan dan kemudahan bagi para anggotanya untuk memenuhi kebutuhan dasar biologisnya.
b.      Fungsi ekonomis
Keluarga ( dalam hal ini ayah) mempunyai kewajiban untuk menafkahi anggota keluarganya (istri dan anak) dalam Al-Qur’an (QS. Al-Baqarah: 223)
Yang artinya, “dan kewajiban suami memberi makan dan pakaian kepada para istri dengan cara yang baik. Seorang (suami) tidak dibebani (dalam memberi nafkah), melainkan menurut kadar kesanggupannya”.
c.       Fungsi pendidikan
Keluarga merupakan lingkungan pendidikan pertama dan utama bagi anak.
d.      Fungsi Sosialisasi
Keluarga merupakan buaian atau penyampaian bagi masyarakat masa depan dan lingkungan keluarga merupakan faktor penentu yang sangat mempengaruhi kualitas generasi yang akan datang.
e.       Fungsi perlindungan
Keluarga berfungsi sebagai pelindung bagi para anggota keluarganya dari  gangguan, ancaman atau kondisi yan menimbulkan ketidak nyamanan (fisik-psikologis) para anggotanya.
f.       Fungsi rekreatif
Untuk melaksanakan fungsinya ini, keluarga harus diciptakan sebagai lingkungan yang memberikan kenyamanan, keceriaan, kehangatan dan penuh semagat bagi anggotanya.  
g.      Fungsi agama
Keluarga berfungsi sebagai penanam nilai-nilai agama kepada anak agar mereka memiliki pedoman hidup yang benar. Dalam al-Qur’an surat Al-Tahrim: 6
$pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#þqè% ö/ä3|¡àÿRr& ö/ä3Î=÷dr&ur #Y$tR ÇÏÈ..........  
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka”
2.      Lingkungan sekolah
Sekolah merupakan lembaga penddikan formal yang secara sistematis melaksanakan program bimbingan, pengajaran dan latihan  dalam rangka membantu siswa agar mampu mengemankan potensiya, baik menyangkut aspek moral-spiritual, intelektual, emosional maupun sosial.
Mengenai peran sekolah dalam mengembangkan kepribadian anak, Hurlock mengemukakan bahwa sekolah merupakan faktor penentu bagi perkembangan kepribadian anak (siswa), baik dalam cara berfikir, bersikap maupun cara berperilaku. Sekolah berperan sebagai subtitusi keluarga, dan guru subtitusi orang tua.
Menurut Havighurst sekolah mempunyai peranan atau tanggung jawab penting dalam membantu para siswa mencapai tugas perkembangannya. Sehubungan dengan hal ini, sekolah seyogianya berupaya menciptakan iklim yang kondusif, atau kondisi yang dapat memfasilitasi siswa untuk  mencapai tugas perkembangannya
3.      Lingkungan kelompok  teman sebaya
Kelompok teman sebaya  sebagai lingkungan sosial bagi remaja (siswa) memiliki peranan yang cukup penting bagi perkembangan kepribadian. Hans Sebald mengemukakan,bahwa teman sebaya lebih memberikan pengaruh dalam memilih: cara berpakaian, hobi, perkumpulan (club), dan kegiatan-kegiatan sosial lainnya.
Peranan kelompok teman sebaya bagi remaja adalah memberikan untuk belajar tentang: (1) bagaimana berinteraksi dengan orang lain, (2) mengontrol tingkah laku sosial, (3) mengembangkan ketrampilan dan minat yang relevan dengan usianya, (4) saling bertukar perasaan dan masalah. Uraian tersebut, menunjukkan bahwa kelompok teman sebaya  itu mempunyai kontribusi yang sangat positif terhadap perkembangan kepribadian remaja. Namun di sisi lain, tidak sedikit remaja yang berperilaku menyimpang, karena pengaruh teman sebayanya. Keadaan ini seperti terungkap dari hasil-hasil penelitian berikut:
a.    Healy dan Browner menemuan bahwa 67% dari 3.000 anak nakal di Chicago, ternyata karena mendapat pengaruh dari teman sebaya.
b.    Glueck  menemukan bahwa 98,4% dari anak-anak nakal adalah akibat pengaruh anak nakal lainnya..
Pengaruh kelompok teman sebaya terhadap remaja itu ternyata berkaitan dengan iklim keluarga remaja itu sendiri. Remaja yang memiliki hubungan yang baik dengan orangtuanya  (iklim keluarga sehat) cenderung dapat menghindarkan diri pengaruh negatif teman sebayanya, dibandingkan dengan remaja yang hubungan dengan orangtuanya kurang baik. Judith Brook dan kolegnya menemukan, bahwa hubungan orangtua dan remaja yang sehat  dapat melindungi remaja tersebut dari penaruh teman sebaya yang tidak sehat.[4]
4.      Lingkungan Masyarakat
Anak dilahirkan belum bersifat sosial. Dalam arti, dia belum memliki kermampuan untuk bergaul dengan orang lain untuk mencapai kematangan sosial, anak harus belajar tentang cara-cara menyesuaikan diri dengan orang lain. Kemampuan ini diperoleh anak melalui berbagai kesempatan atau pengalaman bergaul dengan orang-orang dilingkungannya baik orang tua, saudara, teman sebaya, atau orang dewasa lainnya.
Perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh proses perlakuan atau bimbingan orang tua terhadap anak dalam mengenalkan berbagai aspek kehidupan sosial, atau norma-norma kehidupan bermasyarakat serta mendorong dan memberikan contoh kepada anaknya bagaimana menerapkan norma-norma tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Melalui pergaulan atau hubungan sosial baik dengan orang tua, anggota keluarga, orang dewasa lainnya maupun teman bermain, anak mulai mengembangkan bentuk-bentuk tingkah laku sosial. Pada usia anak bentuk-bentuk tingkah laku sosial anak sebagai berikut :
a.       Perkembangan (negativisme)
b.      Agresi (agresion)
c.       Berselisih atau bertengkar
d.      Menggoda
e.       Persaingan
f.       Kerja sama
g.      Tingah laku berkuasa
h.      Mementingkan diri sendiri
i.        Simpati
Perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya, baik orang tua, sanak keluarga, orang dewasa lainnya atau teman sebayanya.
Apabila lingkungan sosial tersebut memfasilitasi atau memberikan peluang terhadap perkembangan anak secara positif, maka anak akan dapat mencapai perkembangan sosial secara matang.[5]
C.    Determinasi Faktor Nature dan Nurture dalam Perkembangan serta Implikasinya dalam Pendidikan
Pendidikan keluarga sebagai lembaga pendidikan pertama adalah modal utama bagi perkembangan anak kedepannya. Selanjutnya sekolah sebagai lembaga kedua yang formal berfungsi sebagai pusat pendidikan untuk pembentukan pribadi anak dan mengembangankan potensi yang ada pada anak serta masyarakat sebagai pendidikan ketiga sesudah keluarga dan sekolah mempunyai sifat dan fungsi yang berbeda dengan ruang lingkup dengan batasan yang tidak jelas dan keanekaragaman bentuk kehidupan sosial serta berjenis-jenis budayanya yang tidak dapat dilepaskan dari nilai-nilai sosial budaya yang dijunjung tinggi oleh semua ilmu pendidikan.
Dalam perkembangan individu, faktor nature dan nulture adalah penentu perkembangan aspek-aspek psikofisik individu aspek-aspek individu meliputi fisik, intelektual, sosial, emosi, bahasa, moral, dan agama perkembangan fisik meliputi pertumbuhan sebelum lahir dan pertumbuhan setelah lahir. Intelektual atau daya fikir merupakan kemampuan untuk beradaptasi secara berhasil dengan situasi baru atau lingkungan pada umumnya. Sosial, setiap individu selalu berinteraksi dengan lingkungan dan selalu memerlukan manusia lainnya.
Perkembangan seseorang adalah hasil dari faktor bawaan dan lingkungan (nature vs nulture). Dalam hal ini daat dipengaruhi berbagai faktor lingkungan keluarga terhadap perkembangan awal anak sangat penting karena disinilah awal mula dari pendidikan anak yang mana orang tua sebagai guru, anak akan mencontoh apa yang dilakukan.[6]
Anastasi mengatakan bahwa adanya interaksi saling mempengaruhi antara Nature dan nurture, yang meliputi :
1.      Nature dan nurture keduanya menjadi sumber timbulnya setiap perkembangan tingkah laku.
2.      Nature dan nurture tidak dapat berfungsi secara terpisah satu sama lain, tetapi harus saling berinteraksi dalam memberikan kontribusinya.
3.      Interaksi dapat dikonseptualisasi sebagai suatu bentuk dari interelasi yang majemuk, yaitu suatu hubungan yang terjadi mempengaruhi hubungan-hubungan yang lain akan terjadi.
Demikian juga Hebb meyakini bahwa Nature dan nurture merupakan jalinan yang tidak bisa dipisahkan dan terlibat sepenuhnya dalam setiap proses perkembangan. Bahkan menurut Hebb, perilaku ditentukan 100% oleh faktor keturunan dan 100% oleh faktor lingkungan. Faktor keturunan yang sama memperlihatkan perilaku yang berbeda dalam lingkungan yang berbeda. Demikian juga lingkungan yang sama menunjukkan efek yang berbeda terhadap individu yng mempunyai faktor keturunan yang berbeda.[7]



BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Faktor nature adalah faktor bawaan yang diwariskan orang tua kepada anaknya yang disebut juga dengan aliran ‘nativisme’ yaitu perkembangan individu semata-mata tergantung pada faktor dasar atau pembawaann. Tokoh aliran ini yang terkenal adalah schopenhauer. Faktor nature atau genetika/hereditas merupakan faktor pertama yang mempengaruhi perkembangan individu. Dalam hal ini hereditas diartikan sebagai totalitas karakteristik individu yang diwariskan orang tua kepada anak, atau segala potensi baik fisik maupun psikis yang dimiliki individu sejak masa konsepsi sebagai pewarisan dari pihak orang tua melalui gen-gen.
Faktor nurture adalah faktor yang mempengaruhi perkembangan individu itu sepenuhnya ditentukan oleh faktor lingkungan atau pendidikan atau disebut juga dengan aliran ‘empirisme’,  kaum empiris ini berpendirian bahwa perkembangan anak itu sepenuhnya tergantung pada faktor lingkungan. Pendapat ini terkenal dengan nama teori tabularasa. Dengan teori tabularasa ini john locke telah mengungkapkan kekuasaan lingkungan sebab manusia dapat di didik menjadi apa saja (kearah baik maupun buruk) menurut kehendak lingkungan (termasuk juga pendidiknya).Lingkungan perkembangan siswa adalah keseluruhan fenomena (peristiwa, situasi dan kondisi)fisik atau sosial yang mempengaruhi perkembangan siswa. Lingkungan perkembangan siswa yang akan dibahas yaitu menyangkut lingkungan keluarga, sekolah, kelompok sebaya (peer group),  dan masyarakat
Dalam perkembangan individu, faktor nature dan nulture adalah penentu perkembangan aspek-aspek psikofisik individu aspek-aspek individu meliputi fisik, intelektual, sosial, emosi, bahasa, moral, dan agama perkembangan fisik meliputi pertumbuhan sebelum lahir dan pertumbuhan setelah lahir. Intelektual atau daya fikir merupakan kemampuan untuk beradaptasi secara berhasil dengan situasi baru atau lingkungan pada umumnya. Sosial, setiap individu selalu berinteraksi dengan lingkungan dan selalu memerlukan manusia lainnya. Perkembangan seseorang adalah hasil dari faktor bawaan dan lingkunagn (nature vs nulture). Dalam hal ini dapat dipengaruhi berbagai faktor lingkungan keluarga terhadap perkembangan awal anak sangat penting karena disinilah awal mula dari pendidikan anak yang mana orang tua sebagai guru, anak akan mencontoh apa yang dilakukan.

B. Saran
Demikian makalah yang dapat kami susun. Kami menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan. Untuk itu kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan  demi kesempurnaannya makalah kami. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

DAFTAR PUSTAKA

Abin Syamsuddin Makmun, Psikologi Kependidikan, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009
Baharuddin, Psikologi Pendidikan, Ar-Ruzz Media, Jogjakarta, 2010
Desmita, Psikologi Perkembangan, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2008     
Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, PT Remaja     Rosdakarya, Bandung, 2008
           


[1] Baharuddin,  Psikologi Pendidikan, Ar-Ruzz Media, Jogjakarta, 2010, hal 60
[2] Muhibbin Syah,  Psikologi Pendidikan,  PT remaja Rosdakarya, Bandung,  2008,  hal 43-44
[3] Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, PT Remaja Rosdakarya, Bandung,  2008,  hal 31-32
[4] Ibid, Syamsu Yusuf, hal 35-61
[5] Ibid, Syamsu Yusuf, hal  122-125
[6] Abin Syamsuddin Makmun, Psikologi Kependidikan, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009 hal 85-86
[7] Desmita, Psikologi Perkembangan, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013,  hal 33-34

Tidak ada komentar:

Posting Komentar