Madrasah Diniyah adalah salah satu lembaga
pendidikan keagamaan pada jalur luar sekolah yang diharapkan mampu secara menerus
memberikan pendidikan agama Islam kepada anak didik yang tidak terpenuhi pada
jalur sekolah yang diberikan melalui sistem klasikal serta menerapkan jenjang
pendidikan yaitu: Madrasah Diniyah Awaliyah, dalam menyelenggarakan pendidikan
agama Islam tingkat dasar selama selama 4 (empat) tahun dan jumlah jam belajar
18 jam pelajaran seminggu, Madrasah Diniyah Wustho, dalam menyelenggarakan
pendidikan agama Islam tingkat menengah pertama sebagai pengembangan
pengetahuan yang diperoleh pada Madrasah Diniyah Awaliyah, masa belajar selama
selama 2 (dua) tahun dengan jumlah jam belajar 18 jam pelajaran seminggu dan
Madrasah Diniyah Ulya, dalam menyelenggarakan pendidikan agama Islam tingkat
menengah atas dengan melanjutkan dan mengembangkan pendidikan Madrasah Diniyah
Wustho, masa belajar 2 (dua) tahun dengan jumlah jam belajar 18 jam per minggu.
Madrasah Diniyah merupakan lembaga pendidikan
yang memberikan pendidikan dan pengajaran secara klasikal yang bertujuan untuk
memberi tambahan pengetahuan agama Islam kepada pelajar-pelajar yang merasa
kurang menerima pelajaran agama Islam di sekolahannya. Keberadaan lembaga ini sangat menjamur dimasyarakat karena
merupakan sebuah kebutuhan pendidikan.
Dekat ini, kesadaran masyarakat akan
pentingnya pendidikan di Madrasah diniyyah sangatlah lemah. Kenyataannya,
banyak Madrasah-madrasah diniyyah di kudus yang sepi akan santri. Madrasah
diniyyah Mu’awanatul Muslimin Kauman Menara tiap kelasnya tidak lebih dari lima
santri. Begitu juga di Kelas empat Madrasah Nurussalam Dersalam, muridnya hanya
tiga anak. Lalu, apa sebenarnya penyebab dari kemunduran pendidikan di Madrasah
Diniyyah ini? Apakah pendidikan Madrasah Diniyyah sudah tidak penting lagi?
Sebenarnya, penyebab dari kemunduran
pendidikan Madrasah Diniyyah dipengaruhi oleh beberapa faktor. Pertama,
faktor dari dalam Madrasah tersebut. Sistem pembelajaran yang kurang tepat dan
infra struktur yang kurang memadai sangat berpengaruh dalam lemahnya minat
masyarakat untuk menyekolahkan putra-putrinya di Madrasah Diniyyah tersebut.
Faktanya, Guru atau Ustadz di Madrasah Diniyyah kurang begitu perhatian
terhadap santri. Saat santri tidak berangkat, jarang ada guru yang menanyai
langsung kepada anak tersebut.
Kedua, faktor dali luar Madrasah, meliputi kesadaran orang tua
dan kesibukan anak sendiri. Kurangnya pengetahuan dan pentingnya pendidikan di
Madrasah bagi masyarakat adalah penyebab utama dari minimnya murid di Madrasah
Diniyyah. Maka dari itu, dari pihak Madrasah perlu adanya sosialisasi terhadap
masyarakat akan pentingnya pendidikan di Madrasah. Madrasah Diniyah memiliki peran yang sangat penting dalam menanamkan pengetahuan
keagamaan. Pendidikan ini merupakan evolusi dari sistem belajar yang
dilaksanakan di pesantren salafiyyah.
Dengan berkembangnya zaman sehingga pendidikan Madrasah Diniyah mengalami
perubahan yaitu dengan menggunakan sistem klasikal yang di dalamnya tidak hanya
sekedar membaca al-Qur'an dan ilmu dasar agama, tetapi meliputi ilmu-ilmu
ke-Islaman lainnya. Dalam PP No. 55 Tahun 2007 tentang pendidikan agama dan
keagamaan pada pasal 15 menyebutkan bahwa pendidikan diniyah formal
menyelenggarakan pendidikan ilmu yang bersumber dari ajaran agama Islam pada
jenjang pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah dan
pendidikan tinggi. Pendidikan formal atau informal dapat dihargai sederajat
dengan hasil pendidikan formal keagamaan atau umum atau kejuruan setelah lulus
ujian yang diselenggarakan satuan pendidikan yang terakreditasi yang
ditunjukkan oleh pemerintah.
Kesibukan dari
peserta didik, yaitu adanya kegiatan ekstrakulikuler, pramuka dan les
menjadikan malasnya anak untuk sekolah di Madrasah Diniyyah. Anak didik sering
tidak berangkat dikarenakan adanya kegiatan tersebut.anak didik lebih
mementingkan kegiatan tersebut karena mendapat ancaman dari guru ektrakulikuler
akan mendapatkan nilai yang buruk jika tidak mengikutinya. Hal tersebut membuat
anak menomer duakan Madrasah Diniyyah dan akhirnya pun keluar dari Madrasah
Diniyyah dikarenakan kelelahan dengan keatan kesehariaannya. Faktanya, di awal
pendaftaran banyak anak didik baru yang aktif, dan lama kelamaan berkurang
sedikit demi sedikit. Utuk itu, perlu adanya komunikasi kepada pihak sekolah SD
/ SMP untuk mengurangi kegiatan ekstra kulikuler yang mengganggu berlangsungnya
kegiatan di Madrasah.
Ada beberapa
langkah efektif yang harus dicapai dalam mewujudkan madrasah diniyah yang
berkualitas. Yaitu:
1. Peningkatan kualitas akedemik dengan membekali siswa
terhadap kemampuan Agama dengan baik dan benar.
2. Sumber daya manusia dengan menyeleksi Guru-guru yang
berkualitas serta manajemen yang optimal.
3. Pemaksimalan peran. Selain pengumpulan dana sebagai pengendali mutu
Madrasah diniyah, juga dibutuhkan penyumbang dana atau donatur yang turut serta
membantu dalam hal pendanaan.
4. Meningkatkan peran orang tua, dan masyarakat sekitar sebagai obyek
sekaligus subyek pendidikan.
Demikian sedikit tentang ekspresi saya
berkaitan dengan pendidikan di Madrasah Diniyyah. Karena posisi saya juga
sebagai pengajar di Madrasah Diniyyah, Problema tersebutlah yang selalu
mengganjal dibenak hati saya. Kenapa Madrasah sepi akan peminat? Salah guru,
pemerintah atau masyarakatnya?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar