Metode merupakan suatu
prosedur yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Jika dikaitkan
dengan pendidikan, maka metode adalah tekhnik tertentu yang digunakan oleh
seorang pendidik dalam menyampaikan materi kepada peserta didik guna mencapai
keberhasilan dalam proses pendidikan. Metode merupakan salah satu faktor yang
mempunyai peran cukup signifikan dalam menentukan berhasil atau tidaknya suatu
kegiatan pembelajaran. Metode yang tepat akan berdampak pada keberhasilan yang
diinginkan, begitu pula sebaliknya metode yang tidak tepat akan berimbas pada
kegagalan mencapai tujuan yang diharapkan. Banyak sekali metode yang dapat
digunakan oleh seorang pendidik dalam proses KBM (kegiatan belajar mengajar),
diantaranya adalah metode ceramah, metode diskusi, metode tanya jawab, metode
pembelajaran lingkungan dan lain sebagainya. Namun dalam tulisan ini penulis
hanya akan menyoroti dan mengupas metode pembelajaran dengan lingkungan. Metode
lingkungan adalah suatu strategi pembelajaran yang memanfaatkan lingkungan
sebagai sasaran belajar, sarana belajar dan sumber belajar. Pembelajaran dengan
metode ini akan menghapuskan kejenuhan dibenak peserta didik karena terciptanya
suasana baru dan sumber belajar tidak hanya berpaku pada buku saja. Peserta
didik bukan miniatur orang dewasa dan tidak dapat dituntut untuk selalu belajar
dengan serius, membaca dan menghafal terus menerus. Sehingga dengan metode
pembelajaran tersebut akan mengubah persepsi peserta didik bahwa belajar tidak
harus selalu monoton, menegangkan dan membosankan. Tapi belajar adalah proses
mengkonstruksi pengetahuan melalui pengalaman, sehingga belajar dapat dirasakan
sebagai suatu kegiatan menyenangkan dan penuh ide-ide baru. Proses
pembelajarandengan metode lingkungan jika dilihat dari pelaksanaannya dibagi
menjadi dua cara, yaitu : pembelajaran yang melibatkan lingkungan secara langsung
dan metode meminimalisir ruang kelas dengan mendesain sesuai lingkungan riil.
Proses kegiatan belajar mengajar yang melibatkan
lingkungan langsung merupakan proses pembelajaran yang dilakukan diluar ruang
kelas, misalnya dihalaman atau taman sekolah. Taman sebagai sumber belajar
memiliki berbagai dimensi dayaguna. Seorang pendidik dapat melakukan proses
pembelajaran dengan mengenalkan secara langung aspek-aspek yang ada pada
lingkungan terkait dengan materi yang akan disampaikan. Jadi sebelum pelaksanaan
pembelajaran hendaknya seorang pendidik menyusun rancangan kegiatan yang akan
dilakukan dan menyiapkan materi yang akan disampaikan terlebih dahulu, sehingga
pembelajaran dapat berjalan sesuai target dan meminimalisir kegagalan
penggunaan metode pembelajaran. Pada dasarnya belajar dengan objek lingkungan
hanya dipandang sebagai sarana yang tepat untuk menyampaikan materi ajar ilmu
pengetahuan alam karena lingkungan dianggap sebagai objek nyata yang dapat
diobservasi langsung. Padahal pembelajaran dengan lingkungan tidak hanya
terbatas pada mapel tersebut, misalnya : Al Qur’aan Hadits, Bahasa Asing
(arab/inggris), ilmu sosial, dan ilmu eksak (fisika, matematika dan lain-lain).
Pengenalan alam atau lingkungan kaitannya dengan ilmu SAINS dengan metode lingkungan
dirasa paling efektif, karena dengan sumber belajar yang riil akan memberikan
pembelajaran yang bermakna bagi peserta didik. Di lingkungan peserta didik akan
mampu berinteraksi, mengamati dan melakukan observasi sehingga mereka dapat
menemukan jawaban atas persoalan-persoalan yang ditemukan dalam materi yang
diajarkan. Semuanya tergantung bagaimana seorang pendidik cerdas dalam
menjelaskan, memberikan arahan dan menuntut peserta didik untuk menyerap materi
yang diajarkan tanpa memposisikannya sebagai anak yang pasif. Metode semacam
ini dirasaefektif diterapkan untuk anak didik SD sederajat. Selain ilmu SAINS,
pembelajaran dengan metode lingkungan juga dapat diterapkan dalam ilmu agama
seperti mapel Qur’an Hadits, misalnya materi yang akan diajarkan tentang
penciptaan alam dan kewajiban menjaga lingkungan serta larangan membuat
kerusakan di bumi. Dalam menerapkannya, hendaknya pendidik memposisikan diri
sebagai seorang motivator yang memacu peserta didik untuk bertafakkur, menggali
lebih dalam tentang ilmu-ilmu Allah dalam proses penciptaan alam. Dengan begitu
peserta didik akan mampu menyerap materi lebih dalam materi Qur’an Hadits
tersebut dan pembelajaran seperti ini akan membekas dibenak peserta didik,
setelah itu diharapkan mereka dapat mengaplikasikan materi yang diperoleh
dengan menjaga lingkungan dan tidak membuat kerusakan dimuka bumi. Selain di
lingkungan sekolah, seorang pendidik juga dapat menggunakan berbagai alternatif
seperti mengajak peserta didik untuk karya wisata atau rihlah ilmiyah ke suatu
tempat yang berkaitan dan mendukung dengan materi yang akan diajarkan. Dalam
penyampaian materi bahasa asing pun dapat memanfaatkan lingkungan. Misalnya
bagi anak MI sederajat, penguasaan kosakata dalam bahasa arab atau mufrodat
seorang pendidik dapat mengajak peserta didik belajar di lingkungan caranya,
pendidik menunjuk benda yang ada pada lingkungan, misalnya pohon kemudian
meminta siswa secara bergantian dan acak untuk menyebutkan benda tersebut ke
dalam bahasa arab. Pengajaran semacam ini akan membuat peserta didik lebih
mudah dalam mengingat-ingat dan menghafal kosakata tersebut.
Penggunaan metode lingkungan yang kedua yaitu dengan
meminimalisir ruang kelas dan mendesain sesuai lingkungan asli yang
menyenangkan. Hal semacam ini dapat dilakukan dengan berbagai cara. Diantaranya
seorang pendidik mendesain ruangan sebagus dan senyaman mungkin sehingga anak
dapat belajar dengan nyaman dan tidak merasa bosan. Anak yang masih dalam tahap
aktif-aktifnya (usia PAUD, TK, SD sederajat) tentu tidak dapat diajak serius
terus menerus. untuk mengantisipasi anak yang tidak mau memperhatikan guru,
dapat dilakukan dengan beberapa cara, misalnya untuk anak TPQ. Seorang pendidik
hendaknya membuat strategi-strategi baru
dengan cara mendesain ruangan kelas dengan aneka ruang untuk bermain. Saat
menyampaikan materi pengajaran usahakan agar si anak tidak fokus dalam
permainan. Model pembelajaran dilakukan dengan maju satu-satu, sehingga anak
yang lain dapat bermain dahulu sebelum maju. Sehingga mereka tidak bosan dengan
menunggui temannya yang maju dengan tidak melakukan apa-apa. Sebenarnya semua
hal tersebut tergantung bagaimana seorang pendidik mampu mengaplikasikan segala
model pembelajaran yang seefektif dan seefisien mungkin. Yang perlu diingat
bahwa anak didik bukan miniatur orang
dewasa dan tidak dapat dituntut untuk selalu serius belajar. Peran pendidik dan
penggunaan metode yang tepat sangat
berpengaruh terhadap hal yang demikian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar