A. Pendahuluan
Aktivitas manusia
tidak dapat lepas dari lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun sosial. Sejak individu dilahirkan, sejak itu pula ia
secara langsung berhubungan dengan sekitarnya dan sejak itu pula ia mulai
menerima stimulus (rangsang) dari luar
dirinya. Namun tidak berarti bahwa stimulus hanya datang dari luar individu
tersebut, akan tetapi stimulus juga dapat berasal dari individu itu sendiri.
Stimulus
(rangsang-rangsang) akan diterima oleh indra, kemudian dikelompokkan,
digolong-golongan, diartikan dan dikaitan dengan beberapa rangsang yang lain.
Rangsang-rangsang yang telah diterima dan dikelompokkan kemudian
diinterpretasikan sedemikian rupa menjadi sebuah arti yang subjektif
individual. Proses yang demikian disebut dengan persepsi.
Istilah persepsi
biasanya digunakan untuk mengungkapkan tentang pengalaman terhadap suatu benda
ataupun suatu kejadian yang dialami. Persepsi didefinisikan sebagai proses yang
menggabungkan dan mengorganisir data-data indra kita (pengindraan) untuk
dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari di sekeliling kita,
termsuk sadar akan diri kita sendiri. Untuk memahami apa itu persepsi dan
bagaimana proses terjadinya, pada makalah ini akan dibahas “Persepsi Indrawi
(dalam Perspektif Islam)”.
B.
Permasalahan
Dari uraian di
atas, kami merumuskan permasalahan-permasalahan sebagai berikut:
1.
Bagaimana Persepsi dalam pandangan Islam?
2.
Bagaimana peran Islam dalam proses
terjadinya persepsi?
3.
Mengapa persepsi dapat berubah-ubah?
C.
Pembahasan
1.
Persepsi Indrawi
dalam Pandangan Islam
Islam
dalam melihat
konsep ilmu berbedadengan
para pemikirbarat. Tidakseperti para pemikirbarat yang
menjadikanduniasebagaisumberilmu, tetapi dalam islam, ilmu adalahbersumberdari Allah. Dikarenakanilmubersumberdari Allah, maka persepsiindrawimerupakansalahsatu
channel yang menyalurkanilmutersebutdari-Nya.
Persepsi adalah fungsi
psikis yang penting yang menjadi jendela pemahaman bagi peristiwa dan realitas
kehidupan yang dihadapi manusia. Manusia sebagai makhluk yang diberikan amanah
kekhalifahan diberikan berbagai keistimewaan yang salah satunya adalah proses
dan fungsi persepsi yang lebih rumit dan lebih kompleks dibandingkan dengan
makhluk Allah lainnya. Dalam bahasa al-Qur’an beberapa proses dan fungsi
persepsi dimulai dari proses penciptaanmanusia.[1]
Firman Allah surat al-Insan ayat 2:
إِنَّا خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ مِنْ نُطْفَةٍ أَمْشَاجٍ
نَبْتَلِيهِ فَجَعَلْنَاهُ سَمِيعًا بَصِيرًا
Artinya; Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia
dari setetes mani yang bercampur (nuthfah amsyaj) yang kami hendak mengujinya
(dengan perintah dan larangan) karena itu kami jadikan dia mendengar dan
melihat.
Ayat di atas
menyebutkan tentang proses penciptaan manusia dilengkapi dengan penciptaan
fungsi pendengaran dan penglihatan. Dalam ayat tersebut tidak disebutkan
telinga dan mata, tetapi sebuah fungsi. Kedua fungsi ini merupakan fungsi vital
bagi manusia dan disebutkan selalu dalam keadaan berpasangan.
Selain itu, persepsiindrawi jugamemilikitujuan yang jelas,sebagaimanafirman Allah (Q.S. an-Nahl ; 78):
وَاللَّهُ
أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لَا تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ
لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Artinya :Dan
Allah mengeluarkankamudariperutibumudalamKeadaantidakmengetahuisesuatupun,
danDiamemberikamupendengaran, penglihatandanhati, agar kamubersyukur.
Dalam ayat tersebut
dijelaskan bahwa manusia diciptakan dalam bentuk
yang sebaik-baiknya yang seindah-indahnyasertadilengkapidenganberbagai organ psikofisik yang
istimewasepertipancaindradanhati,agar manusiaberyukurkepadaTuhan yang telahmenganugrahkankeistimewaan-keistimewaanitu.[2]
Persepsi bagi seorang muslim bukanlah hanya sekedar
proses atau konsep dimana panca indra hanya sekedar mencerna fenomena dunia
yang fana, tapi justru untuk menyingkap hakikat didalam setiap peristiwa.
Persepsi bagi seorang muslim bukan hanya sekedar tentang ketajaman indra yang
bersifat fisikal yang rentan terhadap gangguan ilusi, tapi ketajaman indra yang
dituntun oleh kepekaan jiwa yang rindu akan Rabbnya.
2.
Peran Islam dalam Proses Terjadinya Persepsi
Proses terjadinya
persepsi bergantung pada sistem sensori dan otak. Sistem sensori akan
mendeteksi informasi dari stimulus yang didapat dari objek, mengubahnya menjadi
impuls saraf, mengolah beberapa di antaranya dan mengirimkannya ke otak melalui
benang-benang saraf. Otak memainkan peranan yang luar biasa dalam mengelola
data sensorik. Kemudian terjadilah proses di otak sebagai pusat kesadaran sehingga individu
menyadari apa yang dilihat, atau apa yang didengar, atau apa yang diraba.
Proses yang terjadi dalam otak atau dalam pusat kesadaran inilah yang disebut
sebagai proses psikologis. Karena itu, dikatakan bahwa persepsi tergantung pada
empat cara kerja: deteksi, (pengenalan), transaksi (pengubahan
diri suatu energi ke bentuk energi yang lain), transmisi (penerusan), pengolahan
informasi.
Dalam pengelolaan
informasi islam mempunyai peran yang sangat penting. Sebagai orang muslim
tentunya kita harus menta’ati peraturan dan ajaran islam. Begitu juga dalam
mempersepsikan suatu hal, kita tidak boleh melenceng dari kaedah-kaedah islam.
Dari uraian tersebut, maka islam berperan sebagai sistem kontrol persepsi agar
sesuai dengan konsep islam.
Tubuh kita sejak
dilahirkan sudah dilengkapi dengan peralatan yang dirancang dengan sangat
khusus untuk mengumpulkan informasi. Sistem inilah yang disebut dengan indra
atau sistem sensori. Dengan perlengkapan itu kita dapat menangkap informasi
sehingga kita bisa membuat rencana dan mengendalikan perilaku serta gerakan
tubuh.[3]
Manusia secara garis besar memiliki lima alat indra. Alat-alatIndraadalahbagian-bagiantubuh
yang berfungsiuntukmenerimarangsangansesuaidenganmodalitasmasing-masing.
1)
Penglihatan
Alatindrauntukpenglihatan adalahmata.Dalamalatiniterdapatsarafreseptorrangsang
yang disebutconus (berbenrtukkrucut) danbacillus (berbentukbatang).Keduasarafiniterletakdalam
retina. Objek yang ditangkap dalam indra penglihatan adalah
visual.
2)
Pendengaran
Alatindrauntukpendengaranadalahtelingadengansegalaperlengkapandidalamnya,terutamagendangtelinga
(membrane timpani)dengansaraf-sarafreseptorgetaran di telingabagiandalam(cochlea).Rangsangan
yang
sesuaiindrainiadalahgetaran-getaranudara,perubahan-perubahandalamtekananudara.
Indra pendengaran adalah indra pertama yang menunjukkan fungsi. Begitu lahir,
pada sang bayi diperintahkan untuk membunyikan kalimat adzan dan iqomat yang
berfungsi untuk meneguhkan persepsi dan persaksiannya terhadap Allah.[4]
3)
Penciuman
Alatindrauntukpenciumanadalahhidung
dansaraf-sarafreseptornya.Rangsang yang sesuaiindrainiadalahzat-zatkimiawi yang
berbentuk gas.
4)
Pengecap
Alat
indra untuk pengecap adalah lidah dengan saraf-saraf reseptor pada
papila-papila rasa di atas dan di sekeliling lidah. Rangsang yang sesuai dengan
indra ini adalah cairan kimiawi.
5)
Peraba
Alat
indra peraba tidak terbatas pada permukaan kulit dengan reseptor-reseptornya,
tetapi juga menyangkut alat-alat yang peka terhadap orientasi dan keseimbangan.
Oleh karan itu, rangsang yang sesuai untuk indra ini juga bermacam-macam yaitu
tekanan, suhu, rasa sakit, dan gerakan. Berapa pengarang bahkan membedakan
antara indra kulit, persentuhan, kinestesis, dan lain-lain. Kulitberfungsimemberikaninformasitentangkualitaslingkunganolehkarenaitu,kulitmempunyaibebagaireseptor
yang terdapatpadatitik-titikpermukaankulit,yaitutitiktekanan,nyeri,panas, dan dingin.[5]
3.
Perubahan Persepsi
Salah satu hal yang
kita ketahui tentang persepsi kita adalah bahwa persepsi itu berubah. Persepsi
bukanlah sesuatu yang statis. Mengapa dan bagaimana persepsi itu bisa berubah
perlu diketahui agar kita bisa meramalkan dan jika perlu memengaruhi persepsi.
Proses perubahan
pertama faal (psikologis) dari sistem saraf pada indra-indra manusia. Jika
suatu stimulus tidak mengalami perubahan, misalnya, maka akan terjadi adaptasi
dan habituasi, yaitu respons terhadap stimulus itu makin lama makin lemah.
Habituasi menunjukkan kecenderungan faal dari reseptor yang menjadi kurang peka
setelah banyakmenerima stimulus. Di pihak lain, stimulus adalah berkurangnya
perhatian jika stimulus muncul berkali-kali. Stimulus yang muncul secara
teratur lebih mudah diadaptasi daripada stimulus yang munculnya tidak teratur.
Proses perubahan
kedua adalah proses psikologis. Proses perubahan persepsi secara psikologi
antara lain dijumpai dalam pembentukan dan perubahan sikap. Pembentukan dan perubahan sikap itu dalam psikologi
biasanya diterangkan sebagai proses belajar atau sebagai proses kesadaran
(kognisi). Dalam proses belajar yang menjadi fokus adalah adanya rangsang dari
luar (stimulus), sedangkan dalam proses kognisi yang utama adalah adanya
dorongan atau kehendak dari dalam individu sendiri.[6]
Persepsi juga dapat berubah apabila seseorang lebih banyak mengetahui tentang
sesuatu. Persepsi itu berubah seiring dengan pengalaman yang telah didapatkan.[7]
D.
Analisa
Mempersepsikan
sesuatu tidaklah mudah. Misalnya jika kita ingin mempersepsi orang lain, maka
kita akan menghadapi kenyataan bahwa kita hanya dapat melihat dhohir-nya
(tampilan luar) saja, sedangkan sisi batiniyah-nya sulit untuk
diketahui. Olehkarenaitumempersepsi
orang jauhlebihsulitdaripadamempersepsiobjek (benda). Sebagai contoh
bila diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, terkadang kita dihadapkan pada
fenomena di mana seseorang sengaja membuka kesempatan agar dipersepsi oleh
orang lain, misalnya perempuan berusia 60 tahun ke atas menyemir rambutnya dan
memasang benang di pipi untuk mengencangkan pipi yang sudah kendor maka
persepsi akan tergiring dengan simpulan bahwa perempuan itu terlihat lebih muda
(berumur kurang dari 60 tahun).
Ketikamelakukanpersepsiterhadap
orang lain, yang kitaperlukanadalahkecermatan. Agar
tercapainyaresensipersepsi yang sempurna stimulus yang didapatharuslah diprosesmelaluiakaldanhati.Kalaupersepsikitabenar, makahalinimenjadi modal yang
pentinguntukkeberhasilankomunikasi interpersonal.
Dalam sisi
lain, persepsi inderawi pun juga harus digunakan seoptimal mungkin sejak kecil,
sebagai contoh yaitu dalam fungsi pendengaran, bila dioptimalkan akan dapat
mengembangkan potensi-potensi intelektual, emosi dan spiritual anak. Orang tua
yang banyak memperdengarkan suara-suara tertentu akan mencondongkan anaknya
untuk menyukai dan mengkonsumsi substansi dari suara tersebut. Begitu juga
dalam pengoptimalan fungsi penglihatan. Ahli psikologi Sydis menunjukkan kepada
kita bahwa kalau anak menerima stimulasi yang kaya melalui penglihatannya, maka
kecerdasannya akan bertumbuh kembang secara pesat. Maka, anaknya William Sydis
yang baru bisa melihat diberinya stimulasi yang beragam: mainan yang ada diatas
kepalanya selalu diganti, di tembok dipasang berbagai macam rasa fisik: kain
kasar seperti paku hingga lembut layaknya sutra. William James Sydis ternyata
tumbuh luar biasa. Di usia muda ia sudah menjadi doktor dan menulis buku
standar. Ini menunjukan bahwa fungsi indra akan optimal bila diberikan banyak stimulan.[8]
E. Kesimpulan
1.
Persepsi bagi seorang muslim bukanlah
sekedar proses atau konsep di mana panca indra hanya sekedar mencerna fenomena
dunia yang fana, tapi justru untuk menyingkap hakikat didalam setiap peristiwa.
Persepsi bagi seorang muslim bukan hanya sekedar tentang ketajaman indra yang
bersifat fisikal yang rentan terhadap gangguan ilusi, tapi ketajaman indra yang
dituntun oleh kepekaan jiwa yang rindu akan Rabbnya.
2.
Peran Islam dalam persepsi adalah sebagai sistem kontrol persepsi agar
mengarah pada nilai posititif dan sesuai dengan konsep islam.
3.
Perubahan pada persepsi dipengaruhi oleh dua faktor. Pertama, faal
(psikologis) dari sistem saraf pada indra-indra manusia. Kedua, proses
psikologis yaitu dalam pembentukan dan perubahan sikap sebagai proses belajar
atau proses kesadaran (kognisi).
F.
Penutup
Demikianlah makalah
yang dapat kami susun. Kami sadar bahwa dalam penyusunanya masih sangat jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangatlah
kami harapkan. Semoga makalah ini dapat brermanfa’at bagi pemakalah pada
khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul
Rahman Shaleh,PsikologiSuatuPengantardalamPersepektif Islam,KencanaPrenada
Group,Jakarta;2004
David
Matsumoto,PengantarPsikologiLintasBudaya,PustakaBelajar,Yogyakarta;2004
Departemen
Agama, Al-Qur’an danTerjemahnya, CV PenerbitDiponegoro, Bandung; 2009
FuadNashori,Potensi-PotensiManusia,PustakaBelajar,Yogyakarta;2005
Hanna DjumhanaBastaman.IntegasiPsikologidalam
Islam.YayasanInsanKamil.Yogyakarta;2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar