Kenapa islam dijadikan sebagai alternatif ? ketika mungkin timbul
pertanyaan tersebut maka yang kemudian menjadi jawaban atau setidaknya alasan
mengapa islam dikatakan sebagai alternatif paradigma pendidikan islam, adalah karna islam
sendiri adalah agama yang sempurna. Yang kita sadari atau tidak telah menguasai
seluruh aspek kehidupan kita sebagai pemeluknya. Tak terkecuali dalam masalah
pendidikan. Dalam islam sendiri pendidikan diarahkan untuk dapat memanusiakan
manusia, yaitu untuk mengembalikan manusia kepada fitrahnya yaitu menjadi
manusia yang ta’at, tunduk, patuh kepada aturan, dan selalu condong kepada
kebenaran. Dengan melibatkan islam dalam masalah pendidikan maka hal yang
kemudian diharapkan adalah dihasilkannya produk-produk pendidikan yang sesuai
dengan nilai-nilai yang islami.
Ketika islam kemudian diikut sertakan dalam masalah pendidikan maka
tentu itu mungkin hanya bisa terjadi di negara-negara yang berlatar belakang
islam. Lalu bagaimana dengan negara-negara yang tidak mengatas namakan islam ??
Ada banyak negara-negara yang tidak berlatar belakang islam yang pada akhirnya
menjadikan islam sebagai alternatif dalam memandang pendidikan itu sendiri.
Seperti yang akan saya uraikan tentang pandangan islam menurut dunia barat, sebagai
berikut :
sebut saja seperti dinegara eropa, Eropa merupakan suatu negara dengan mayoritas
penduduk yang memeluk agama kristen, disana islam menjadi
agama yang sangat minoritas atau bisa katakan sangat sedikit penduduk yang
memeluk islam. Dari awal kemunculan islam di eropa, islam dianggap sebagai
sebuah problem bagi eropa-kristen. Orang-orang yang beragama islam disana
dianggap sebagai musuh. Namun ketika abad ke-7 dan ke-8 pasukan yang berperang
dan mengatas namakan penguasa islam dan khalifah berhasil meluas dan dapat
memasuki jantung negara eropa. Islam menaklukkan provinsi-provinsi kerajaan
Bizantium. Penaklukan wilayah-wilayah di eropa ini semata-mata tidak hanya
bersifat militer tetapi dalam skala yang lebih luas, penaklukan-penaklukan itu
juga diikuti oleh konversi agama islam. Namun antara abad ke-11 dan ke-13
kristen cukup sukses memasuki tanah suci, dimana pada waktu itu kerajaan latin
yerussalem dibangun.
Terpecah karena adanya konflik, tetapi kemudian disatukan dengan
banyak jenis ikatan, umat islam dan kristen-eropa memperlihatkan tantangan
agama dan intelektual antara satu sama lain. Diantaranya yaitu tentang
pemahaman mereka tentang ajaran Nabi Muhammad dan kepercayaan tentang penyaliban
yesus. Bagi para pemikir muslim sendiri menganggap bahwa pada dasarnya ajaran
yesus adalah sama dengan ajaran Nabi Muhammad. Namun tidak demikian dengan
kepercayaan kristen, mereka salah faham dengan kepercayaan mereka. Mereka
mengira yesus sebagai nabi dan tuhannya yang kemudian ia disalib. Menurut
pandangan islam permasalahan ini hanyalah sebuah kesalahfahaman memaknai kitab
suci mereka. Karena dalam Al-Qur’an telah dijelaskan bahwa sebenarnya yesus
atau dalam islam dikenal nabi isa tersebut bukanlah tuhan dan bukan juga
disalib sebagaimana kepercayaan mereka, tetapi nabi isa diangkat kelangit oleh
Tuhan.
Sekitar abad ke-12 umat kristen di eropa mulai tertarik dan
mengkaji islam. Al-Qur’an pun mulai diterjemahkan oleh mereka. Yang pertama
kali dilakukan dengan pengarahan Peter yang mulia, yaitu seorang kepala
Biara Cluny. Dan banyak juga karya-karya filsafat yang berbahsa arab yang
kemudian mulai diterjemahkan oleh mereka.
Kemudian pada sekitar abad ke-13, orang-orang kristen di eropa
banyak yang tinggal di negeri-negeri muslim,khususnya di spayol, mesir, dan
syiria. Mereka tidak hanya tinggal tetapi banyak diantara mereka yang
menggunakan bahasa arab sebagai media dalam berinteraksi.
Ini menjadi langkah yang baik ketika islam kemudian mulai
dilibatkan dalam masalah pendidikan. Hal ini menandakan bahwa sebenarnya
keberadaan islam sangat berpengaruh terhadap kehidupan barat pada waktu itu.
Dibuktikan dengan banyaknya tradisi-tradisi keislaman yang mulai dilakukan oleh
mereka. Walau mungkin pada awalnya hanya sebatas ketertarikan semata tapi itu
bisa dianggap sebagai sebuah awal ketertarikan yang baik.
Akhirnya pandangan barat tentang islam pun mulai berubah sedikit
demi sedikit. Mereka tidak bisa mengingkari
bahwa sebenarnya islam merupakan faktor penting dalam sejarah manusia
yang sangat berpengaruh. Ditunjukkan oleh salah seorang pemikir eropa yang
pernah mengkaji islam pada sekitar abad ke-19 yang menyatakan dua jenis
sikapnya terhadap islam. Di satu sisi ia memandang islam sebagai musuh, namun
disisi lain ia melihat islam sebagai salah satu bentuk agama dimana akal dan
jiwa manusia mencoba memahami dan mendefinisikan sifat-sifat Tuhan dan alam
semesta dengan baik. Dengan adanya pengakuan tersebut secara tidak langsung
dunia barat telah meyakini dan mengakui bahwa Nabi Muhammad Saw dan para
pengikutnya telah memainkan peran yang sangat penting dalam sejarah dunia.
Sebenarnya kalau masih saling mengakui sebagai manusia yang
diciptakan Tuhan, maka harusnya barat tidaklah memandang islam sebagai musuh.
Sebab di dunia kecerdasan dan pengembangan peradaban (civilization),
mereka adalah bersaudara.
Saat kejayaan dan keemasan islam umat islam, dengan dimotori
kaum-kaum intelektual dan akademisi banyak melakukan transfer ilmu dan
filsafat. Seperti pada masa Harun al-Rasyid dan Al-Makmun mengadakan penggalian filsafat yunani dan
persia. Sebenarnya ada banyak catatan yang mengabadikan persahabatan
intelektual dan peradaban antara islam dan barat.
Sedemikian pentingnya Barat bagi islam atau islam bagi Barat,
hingga kemudian pendidikan islam melahirkan intelektualitas di eropa. Begitupun
sebaliknya, pendidikan Barat telah memunculkan kelompok-kelompok cendekiawan
bagi perubahan sosial di dunia islam.
Demikianlah sekilas tentang islam dalam pandangan negara-negara
yang tidak berlatar belakang islam. Yang pada awalnya kurang begitu bersahabat
dengan islam namun pada akhirnya mengakui bahwa agama islam memang sangat
berperan penting terhadap keberangsungan hidup didunia ini.
Maksud disini kenapa islam dijadikan sebagai sebuah alternatif
paradigma pendidikan adalah ketika memahami sebuah proses pendidikan tersebut
yang terjadi dalam suatu daerah yang tidak berlatar belakang islam, sehingga
islam dijadikan alternatif oleh mereka untuk menggali wacana-wacana pendidikan
yang baru.
Jadi sangat mungkin ketika islam dijadikan alternatif paradigma
ilmu pendidikan. Karena setidaknya islam mempunyai alasan-alasan sebagai
berikut :
1.
Ilmu
pendidikan sendiri adalah tergolong ilmu Humoniora,yang tergolong kedalam ilmu
normatif, karena terkait dengan norma-norma tertentu. Dan ketika islam
dilibatkan dalam pendidikan maka nilai-nilai yang terdapat dalam islam sangat
berkompeten untuk dapat dijadikan norma dalam pendidikan.
2.
Dan
dengan menjadikan islam sebagai paradigma, maka keberadaan ilmu pendidikan
seolah-olah telah memiliki ruh yang dapat menggerakkan kehidupan spiritual dan
kehidupan yang hakiki. Yang tanpa ruh ini berarti pendidikan telah kehilangan
ideologinya.
Jadi
yang di maksud disini islam dijadikan sebagai aternatif paradigma pendidikan
adalah ketika islam sendiri hadir di tengah-tengah keadaan yang mayoritas
berkeyakinan lain. Sehingga islam menjadi minoritas di tempat tersebut. Dengan keadaan yang seperti itu maka sangat
mungkin jika islam dalam pandangan mereka dijadikan alternatif dalam memahami
wacana-wacana pendidikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar