Rabu, 03 Juni 2015

sejarah dan ruang lingkup psikologi pendidikan



PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Sebelum laboratorium psikologi didirikan oleh Wilhelm Wundt, psikologi masih dianggap sebagai bagian dari filsafat atau ilmu faal (perbuatan). Pada era itu banyak filosof Yunani, seperti Thales, Anaximander, Anaximenes, Empedocles, Hipocrates, dan Democritus, yang memikirkan gejala-gejala kejiwaan melalui mitologi dan dengan pendekatan naturalistik. Mereka menganggap jiwa bersatu dengan badan. Jiwa dan badan berasal dari unsur-unsur yang sama dan tunduk pada hukum-hukum yang sama : monoisme.
            Di Indonesia sendiri, psikologi, sebagai disiplin keilmuan, diperkenalkan pertama kali pada tahu 1952. Namun, saat itu psikologi masih dikenal sebagai bagian dari ilmu kedokteran dan psikotes. Dan seiring perkembangan zaman, psikologi kemudian berkembang dan merambat hingga menjadi hajat masyarakat banyak dalam berbagai sektor, mulai dari politik, industri, agama, olahraga, ekonomi, sosial, hingga pendidikan.
            Pesatnya perkembangan psikologi tersebut tidak lain disebabkan oleh keniscayaan psikologi yang menempatkan manusia pada dua posisi sekaligus : sebagai subjek dan objek. Sebagai subjek, manusia menjadi pelaku aktif pembelajaran. Sementara sebagai objek, manusia dan segala aspek yang meliputinya menjadi objek yang dipelajari oleh manusia itu sendiri dalam rangka menguak misteri yang dilingkupi kehidupan manusia, baik fisik maupun psikis, sepanjang kehidupan manusia. 


B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan psikologi pendidikan?
2.      Bagaimana sejarah psikologi pendidikan di Indonesia?
3.      Bagaimana ruang lingkup psikologi pendidikan?
4.      Apa manfaat yang diperoleh dari mempelajari psikologi pendidikan?



PEMBAHASAN
1.      Pengertian Psikologi
Secara etimologis, kata psikologi terdiri dari dua kata, yaitu psyche, yang berarti jiwa atau ruh, dan logos yang berarti ilmu atau ilmu pengetahuan, dengan demikian, psikologi berarti ilmu pengetahuan tentang jiwa. Atau dalam bahasa sederhana disebut dengan ilmu jiwa. Psikologi secara umum diartikan sbagai ilmu jiwa atau ilmu tentang jiwa. Namun, dalam pemaknaan psikologi secara terminologis (ta’rifiyah) terdapat perbedaan. Hal ini disebabkan oleh perbedaan orientasi dan latar belakang masing-masing pakar. Karena itu tidak heran jika banyak pakar yang memberikan definisi psikologi dengan berbagai sudut pandangnya yang khusus.[1]
a.       Al Ghazali, MA menurutnya, psikologi adalah olmu pengetahuan yang mempelajari penghayatan dan tingkah laku manusia (Al Ghazali, 1970:6).
b.      Drs. Bimo Walgito. Menurutnya pskologi merupakan suatu ilmu yang menyelidiki dan mempelajari tingkah laku dan aktivitas manusia yang menjadi manifestasi hidup kejiwaannya (Bimo Walgito, 1983:13).
c.       Verbeek. Menurut Verbeek, psikologi adalah lmu yang menyelidiki penghayatan dan perbuatan manusia ditinjau fungsinya bagi subjek (Dakir, 1973:2).
Dari beberapa ungkapan para ahli psikologi di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan pokok dalam psikologi adalah memahami seluk-beluk kehidupan ruhaniah manusia yang merupakan kekuatan penggerak bagi segala kegiatan hidup lahiriah dalam lingkungan alam sekitar. Dengan demkian, psikologi adalah ilmu pengetahuan yang membahas dan mempelajari secara ilmiah segala aktivitas kejiwaan manusia dalam hubungannya dengan alam sekitar dan proses adaptasi terhadapnya.[2]
2.      Pengertian Pendidikan
Pendidikan berasal dari kata “didik”, lalu kata ini mendapat awalan me- sehingga “mendidik”, artinya memelihara dan memberi latihan. Dalam memelihara dan memberi latihan diperlukan adanya ajaran, tuntunan, dan pimpinan, mengenai akhlaq dan kecerdasan pikiran. Selanjutnya, pengertian “pendidikan” menurut KBBI (kamus besar bahasa indonesia) ialah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan penelitian.
Dalam pengertian yang agak luas, pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah-laku yang sesuai dengan kebutuhan. Dalam pengertian yang luas dan representatif (mewakili atau mencerminkan segala segi), pendidikan ialah the total process of developing human ability and behaviour, drawing on almost all life’s experiences (Tardif, 1987 dalam Muhibbin Syah, 1999).
Dari bebrapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah suatu proses perbuatan memperoleh pengetahuan dan ketrampilan sehingga tercapai kedewasaan dan mampu bertangggung jawab dalam kehidupannya.
3.      Pengertian Psikologi Pendidikan
Menurut seorang guru besar psikologi pada Brooklyn College, University of New York City, University of British Columbia Canada, dan juga pada University of Innsbruck Austria. Dalam pandangannya, pskologi pendidikan adalah sebuah subdisiplin ilmu psikologi yang berkaitan dengan teori dan masalah kependidikan yang berguana dala hal-hal sebagai berikut :
a.       Penerapan prinsip-prinsip belajar dalam kelas.
b.      Pengembangan dan pembaruan kurikulum.
c.       Ujian dan evaluasi bakat dan kemampuan.
d.      Sosialisasi proses-proses dan interaksi proses-proses tersebut dengan pendayagunaan ranah kognitif.
e.       Penyelenggaraan pendidikan keguruan.
Secara lebih sederhana dan praktis, Barlow 1985 (Muhibbin Syah, 1999) mendefinisikan psikologi pendidikan sebagai . . . a body of knowledge grounded in psychological research which provides a repertoire of resources to aid you in functioning more effectively in teaching learning process. . . psikologi pendidkan adalah sebuah pengetahuan berdasarkan riset psikologis yang menyediakan serangkaian sumber-sumber untuk membantu anda melaksanakan tugas sebagai seorang guru dalam proses belajar mengajar secara lebih efektif. Tekanan definisi ini secara lahiriah hanya berkisar sekitar proses interaksi antarguru-siswa dalam kelas.
Selanjutnya, menurut Muhibbinsyah (1999) bahwa disiplin psikologi penddikan pada dasarnya mencurahkan perhatiannya pada perbuatannya atau tindak-tanduk orang-orang yang belajar dan mengajar. Oleh karenanya, psikologi pendidikan mempunyai dua objek riset dan kajian :
1.      Siswa, yaitu orang-orang yang sedang belajar, termasuk pendekatan, strategi, faktor yang mempengaruhi, dan prestasi yang dicapai.
2.      Guru, yaitu orang-orang yang berkewajiban atau bertugas menajar, termasuk metode, model, strategi dan lain-lain yang berhubungan dengan aktivitas penyajian materi pelajaran.

4.      Sejarah Psikologi Pendidkan
Sejarah khusus yang mengungkapkan secara cermat dan luas tentang psikologi pendidikan, hingga kini sesungguhnya masih perlu dicari. Hal ini terbukti karena kebanyakan karya tulis yang mengungkapkan “riwayat hidup” psikologi pendidikan masih sangat langka. Karya tulis yang membahas riwayat psikologi yang dicampur aduk menjadi satu, sehingga menyulitkan identifikasi terhadap jenis psikologi tertentu yang ingin kita ketahui secara spesifik. Sebenarnya sejarah psikologi pendidikan sudah berlangsung sejak lama, dan ini pernah dilakukan secara alakadarnya oleh beberapa orang ahli seperti Boring & Murphy pada tahun 1929 dan Burt pada tahun 1957, akantetapi terbatas untuk psikologi pendidikan yang berkembang di wilayah Inggris.
Kenyataan yang tidak dapat dipungkiri bahwa penggunaan psikologi dalam dunia pendidikan sudah berlangsung sejak zaman dahulu meskipun istilah psikologi pendidikan sendiri pada masa awal pemanfaatannya belum dikenal orang. Namun, seiring dengan perkembangan sains dan teknologi, akhirnya lahir dan berkembanglah secara resmi sebuah cabang khusus psikologi yang disebut psikologi pendidikan itu. Kemudian pada umumnya para ahli memandang bahwa Johan Friedrich Herbart adalah bapak psikologi pendidikan yang konon menurut sebagian ahli masih merupakan disiplin sempalan psikologi lainnya itu.
Herbart adalah seorang filofof dan pengarang kenamaan yang lahir di Oldenburg, Jerman, pada tanggal 4 Mei 1776. Pada usia 29 tahun ia menjadi seorang dosen filsafat di Gottingen dan mencapai puncak kariernya pada tahun 1809 ketika dia diangkat menjadi ketua jurusan filsafat di Konisberg sampai tahun 1833. Ia meninggal di Gottingen pada tanggal 14 Agustus 1841. Nama Herbart kemudian diabadikan sebagai nama sebuah aliran psikologi yang disebut Herbartianisme pada tahun 1820-an. Konsep utama pemikiran Herbartianisme ialah apperceptive mass, sebuah istilah yang khusus diperuntukkan bagi pengetahuan yang telah dimiliki oleh individu. Dalam pandangan Herbart, proses belajar atau memahami sesuatu bergantung pada pengenalan individu terhadap hubungan-hubungan antara ide-ide baru dengan pengetahuan yang telah dia miliki. Konsep ini sampai sekarang masih digunakan secara luas dalam dunia pengajaran, yakni apa yang kita kenal dengan istilah apersepsi sebagai salah satu dalam kegiatan belajar-mengajar.
Sebagai catatan pelengkap mengenai ilmuwan besar yang berpengaruh tersebut, penyusun kutipkan sebagian pandangannya yang berhubungan dengan pendidikan yaitu,: . . . regards history the most potent to study in developing child character, next to it the classes nature studies, and lastly he places formal studies such as reading, writing, aritmetic. David 1972 (Muhibbin syah, 1999), Dalam pandangan Herbart, mata pelajaran yang paling jitu untuk mrngrmbangkan watak anak adalah sejarah. Kemudian untuk pengajaran selanjutnya adalah ilmu-ilmu alam, dan sebagai pelajaran akhir yang perlu diberikan kepada anak adalah bidang-bidang sturi formal seperti membaca, menulis, dan berhitung.
Sekarang, semakin dewasa usia psikologi pendidikan semakin banyak pakar psikologi dan pakar pendidikan yang berminat mengembangkannya. Hal ini terbukti dengan semakin banyaknya fakultas psikologi dan fakultas pendidikan di berbagai perguruan tinggi terkenal di dunia yang membuka jurusan atau spesialisasi keahlian psikologi pendidikan dengan fasilitas belajar yang lengkap dan modern. Di negara kitapun jurusan psikoloi pendidikan yang biasanya digabung dengan bimbingan dan penyuluhan (BP) masih diselenggarakan pada banyak fakultas keguruan baik negeri maupun swasta.
Kenyataan lain yang menunjukkan kepesatan perkembangan psikologi pendidikan adalah semakin banyaknya ragam cabang psikologi dan aliran pemikiran psikologi yang turut berkiprah dalam riset-riset psikologi pendidikan cabang dan aliran psikologi yang datang silih berganti menanamkan pengaruhnya terhadap psikologi pendidikan, diantaranya yang paling menonjol adalah :
1.      Aliran humanisme dengan tokoh-tokoh utama J.J Rousseau, Abraham Maslow, C. Rogers.
2.      Aliran behaviorisme dengan tokoh-tokoh utama J.B Watson, E.L. Thorndike, dan B.F. Skinner.
3.      Aliran psikologi kognitif dengan tokoh-tokoh utama J. Piagget, J. Bruner, dan Ausubel.
5.      Ruang Lingkup Psikologi Pendidikan
psikologi pendidikan pada dasarnya adalah sebuh disiplin psikologi yang secara khusus mempelajari , meneliti, dan membahas seluruh perilaku manusia yang terlibat dalam proses pendidikan melalui tingkah laku belajar (oleh siswa), tingkah laku mengajar (oleh guru), dan tingkah laku belaar mengajar (oleh guru dan siswa yang saling berinteraksi).
Sementara itu Samuel Smith yang dikutip oleh Suryabrata 1984 , menetapkan 16 topik bahasan yang rinciannya sebagai berikut :
1)      Pengetahuan tentang psikologi pendidikan (the science of educational psychology)
2)      Hereditas dan karakteristik pembawaan sejak lahir (heredity)
3)      Lingkungan yang bersifat fisik (physical structure)
4)      Perkembangan siswa (growth)
5)      Proses-proses tingkah laku (behavior processes)
6)      Hakikat dan ruang lingkup belajar (nature and scope of learning)
7)      Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar (factors that condition learning)
8)      Hukum-hukum dan teori belajar (law and theories of learning)
9)      Pengukuran, yakni prinsip-psinsip dasar dan batasan-batasan pengukuran atau evaluasi (measurement : basic principles and definitions)
10)  Transfer belajar (transfer of training: subject matter)
11)  Sudut-sudut praktis mengenai pengukuran (practical aspect of measurement)
12)  Ilmu statistika dasar (element of statistics)
13)  Kesehatan rohani (mental hygiens)
14)  Pendidikan membentuk watak (character education)
15)  Pengetahuan psikologi tentang pelajaran sekolah menengah(psychology of secondaryschool subject)
16)  Pengetahuan psikologi tentang pelajaran sekolah dasar(psychology of elementary school subject)[3]
Jadi secara umum, banyak ahli membatasi pokok-pokok bahasan psikologi pendidikan menjadi tiga macam :
1.      Pokok bahasan mengenai “belajar”, yakni meliputi teori-teori, prinsip-prinsip, dan ciri-ciri khas perilaku belajar siswa dan sebagainya.
2.      Pokok bahasan mengenai “proses belajar”, yaitu tahapan perbuatan dan peristiwa yang terjadi dalam kegiatan belajar siswa.
3.      Pokok bahasan mengenai “situasi belajar”, yaitu mengenai suasana dan keadaan lingkungan baik yang bersifat fisik maupun nonfisik yang berhubungan dengan kegiatan belajar siswa.[4]
6.      Manfaat Psikologi Pendidikan
Dahulu, sebelum psikologi memasuki lembaga yang menghasilkan tenaga berpendidikan telah berkembang beberapa anggapan bahwa pengetahuan dan penguasan akan bahan pelajaran (subjek-matter) secara otomatisakan memberikan kemampuan atau kompetisi untuk mengajarkannya. Anggapan lainnya, jika kemampuan dan keterampilan mengajar terpisah dari pengetahuan tentang subjek-matter yang ada, maka kemampuan dan keterampilan tersebut merupakan pembawaannya. Dengan kata lain, anggapan yang terakhir, melahirkan pertanyaan “



[1] Ivan taniputera, psikologi kepribadian, jogjakarta, ar-ruzz media, 2005: hal 17
[2] Baharuddin, psikologi pendidikan, jogjakarta, Arruzmedia, 2010, hal 13
[3]Rachman abror, psikologi pendidikan, yogyakarta, tiara wacana, 1993: hal 11
[4] Muzdalifah, psikologi pendidikan, kudus, STAIN KUDUS, 2008: hal 10-11

Tidak ada komentar:

Posting Komentar