Rabu, 03 Juni 2015

peradaban bangsa arab sebelum dan sesudah kenabian Rasulullah SAW



BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Menjelang kerasulan Nabi Muhammad SAW di seluruh penjuru dunia telah ada bermacam-macam kepercayaan agama yang dianut oleh manusia. Yang mana agama tersebut mempunyai keyakinan tentang tuhan dan ajaran agama yang berbeda. Banyaknya jumlah agama dan aliran ini merupakan latar belakang dan alasan yang tepat mengapa Allah SWT mengutus Nabi Muhammad SAW sebagi utusannya.
Ketika Nabi Muhammad SAW lahir (570 M), Makkah adalah kota yang sangat penting dan terkenal diantara kota-kota di negeri  Arab. Baik karena tradisinya maupun  karena  letaknya. Kota ini dilalui jalur perdagangan yang ramai menghubungkan Yaman di Selatan dan Siria di Utara. Dengan adanya ka’bah ditengah kota. Makkah menjadi pusat keagamaan Arab. Ka’bah adalah tempat mereka berziarah. Makkah kelihatan makmur dan kuat. Agama dan masyarakat Arab ketika itu mencerminkan realitas kesukuan masyarakat jazirah Arab dengan luas satu juta mil persegi.
Dunia Arab ketika itu merupakan kancah peperangan terus menerus. Pada sisi yang lain meskipun masyarakat Badui mempunyai pemimpin namun mereka hanya tunduk kepada Syeikh atau Amir (ketua kabilah) itu dalam hal yang berkaitan dengan peperangan, pembagian harta rampasan dan pertempuran tertentu. Diluar itu, Syeikh atau Amir tidak kuasa mengatur anggota kabilahnya. Akibat peperangan yang terus menerus, kebudayaan mereka tidak berkembang.
B.  Rumusan Masalah
1.    Bagaimana peradaban bangsa Arab pra kenabian?
2.    Bagaimana peradaban bangsa Arab masa kenabian Rasulullah SAW?
3.    Bagaimana peradaban bangsa Arab setelah wafat Rasulullah SAW?


BAB II
PEMBAHASAN

1.    Peradaban Bangsa Arab Pra Kenabian
a.    Asal-Usul Bangsa Arab
Sebagaimana yang telah ditetapkan para ulama’ ahli tarikh, bangsa Arab itu terbagi tiga bangsa bagian yaitu: pertama, bangsa Arab al-Arabaa itu disebutkan juga Arab al-Baaidah. Mereka adalah bangsa Arab yang mula-mula sekali atau yang asli. Mereka adalah keturunan Iram bin Sam Bin Nuh, yang banyaknya ada sembilan bangsa: Aad, Tsamud, Amim, Amil, Thasam, Jadis, Imliq, Jurhum, Ula,dan Waabar. Kedua, Bangsa Arab Al-aaribah disebut pula Arab al-Muta’aaribah. Mereka adalah bangsa arab yang kedua, keturunan Jurhum bin qatham, putra Aabir atau aibar. Bangsa Arab al-Muta’aaribah itu merupakan keturunan Saba’. Nama sebenarnya dari Saba’ adalah Abdu Syamsin bin Syasjub bin Ya’arib bin Qathan. Dia dinamakan Saba’ karena sering berperang serta memperoleh kemenangan dan harta rampasan perang dari musuhnya. Ketiga, bangsa arab al-Musta’arabah yaitu bangsa Arab yang datang atau orang yang dijadikan atau ditetapkan sebagai bangsa Arab Islamiliyah yang menurunkan Adnan. Adnan itulah yang menurunkan Nabi Muhammad SAW.[1]
b.    Moral Bangsa Arab Sebelum Islam
1)      Meminum Arak
       Minum tuak atau arak adalah salah satu dari adat kebiasaan bangsa Arab pada masa itu. Hampir rata-rata di antara mereka itu adalah peminum, keculai hanya beberapa orang yang dapat dihitung dan nama-namanya tecatat dalam tarikh hingga sekarang ini. Karena kegemaran mereka kepada minuman yang memabukkan itu, tidak sedikitlah jenis minuman yang di buat oleh mereka.
2)      Perjudian
       Judi atau bermain judi termasuk salah satu permainan yang sangat disukai oleh umumnya bangsa Arab pada masa sebelum Islam. Cara berjudi yang biasa di lakukan mereka itu bermacam-macam, diantaranya adalah berjudi dengan bertaruh seperti yang biasa dilakukan oleh sekarang.
3)      Pelacuran
       Pelacuran atau penzinaan diantara lelaki dan perempuan oleh bangsa Arab di Jazirah Arab pada masa sebelum Islam merupakan perbuatan biasa, tidak menjadikan rendahnya derajat orang yang mengerjakan. Pelacuran dengan terang-terangan membuka kedai pelacuran dan untuk tandanya mereka memasang bendera di muka rumah masing-masing.
4)      Pencurian dan Perampokan
       Soal mencuri dan merampok bagi bangsa Arab di tanah Arab pada masa jahiliyah merupakan perbuatan yang biasa dan bukan dari seorang atau orang-orang dari satu kabilah saja, melainkan telah umum di kerjakan orang.
5)      Kekejaman
       Kekejaman yang dilakukan bangsa Arab pada masa itu dapatlah dikatakan sampai melewati batas perikemanusiaan. Kejam dan ganas, baik kepada sesama manusia maupun keapada binatang.
6)      Kekotoran dalam Urusan Makan dan Minum
       Dalam urusan makan dan minum bagi bangsa Arab pada masa itu dapatlah dikatakan tidak ada yang di larang karena tidak ada yang dianggap kotor  dan jijik.
7)      Tidak Mempunyai Kesopanan
       Pada masa itu bangsa Arab pada umumnya sudah tidak mempunyai kesopanan. Misalnya mengerjakan thawaf, saat mengelilingi ka’bah pada musim haji, lelaki ataupun perempuan dengan telanjang.
8)      Pertengkaran dan Perkelahiaan
       Pertengkaran mulut diantara seorang dan orang lain yang akhirnya menimbulkan perkelahiaan misal, bagi bangsa Arab pada masa itu, sudah menjadi kebiasaan.
     Nabi Muhammad SAW diutus ke dunia ketika dunia dalam keadaan kacau-balau, segalanya jungkir balik, berantakan tidak beraturan bagi dilanda gempa yang dahsyat. Muhammad pandangan seorang Nabi menyaksikan telah kehilangan kemanusiaannya, tinggal sosok tubuh yang bahkan tidak berarti apa-apa bagi dirinya sendiri. Seluruh manusia, baik individu maupun kelompok, tidak ubahnya bagaikan bahan mentah yang belum tersentuh tangan tukang yang terampil yang bisa mengubah menjadi peradaban yang maju untuk mengantarkan umat manusia mengarungi kehidupan. Bangsa-bangsa bagaikan kawanan domba tak bergembala, sedangkan dunia politik adalah dunia liar seperti unta lair lepas kendali, dan kekuasaan ibarat pedang di tangan pemabuk, menjadi sumber bencana bagi diri sendiri dan bagi orang lain.[2]
c.    Keagamaan Bangsa Arab
     Jika dilihat dari kitab Tarikh, kita akan mengetahui bahwa bangsa Arab di sekitar Jazirah Arab pada masa dahulu sebelum Nabi Muhammad diutus, sudah memahami keesaan Allah SWT, karena sudah mengenal Tuhan, karena sebelum Nabi Muhammad sudah ada para utusan Allah untuk berdakwah untuk menyampaikan ibadah kepada Allah SWT dan jangan sampai mepersekutukan Allah SWT. Hal ini banyak masyarakat yang menyimpang karena ajarannya banyak di tambah-tambah dalam ajaran agama Islam yang benar. Hal ini masyarakat ada yang menyembah Malaikat, menyembah jin, ruh dan hantu, menyembah bintang-bintang, menyembah berhala, dan agama ahli kitab (Yahudi dan Nasroni). Dan selain diatas tadi masyarakat Arab juga percaya takhayul dan adat kebiasaan bangsa Arab diantaranya:
a.         Mereka melarang keras orang membunuh ular karena apabila ular itu mati, nanti hantu ular itu akan datang membalas.
b.    Apabila seseorang telah mati, rohnya itu menjadi seekor burung yang disebut hammah.
c.    Kalau ada orang sesat di jalan kain yang dipakainya dibalikkan memakainya, agar tidak tersesat.
d.   Mereka biasa memakai cincin dari besi atau tembaga denagn kepercayaan akan menambah kekuatan.
e.    Kalau mereka berjalan, lebih dahulu mereka menengok arah burung terbang. Apabila burung terbang kekanan sewaktu dipandangnya, itu langkah yang baik dan kalu terbang ke kiri, itu menunjukkan kesialan.
             Oleh karena itu, pada saat percaya tentang takhayul diatas tadi bangsa Arab bangsa arab merasakan pahit getir kehidupan, berbagai macam penderitaan dan kesengsaraan, kerendahaan dan kehinaan, lalu meraka sadar dan akhirnya bergerak ke depan untuk mencapi kemajuan. Tentang kemajuan bangsa Arab pada masa itu, masa sebelum Islam yaitu perniagaan, pertukangan dan perdagangan. Saat mulai kemajuan bangsa Arab sudah ada kerajaan yang besar tiga bagian yaitu Yaman, Munazirah dan Ghassaniyah[3].
             Pada saat itu, penduduk mekkah  lemah pemikirannya tetapi rangsangan nafsunya begitu besar. Memang, tidak ada kaitannya antara kematangan fisik dan kematangan berfikir, juga tidak ada pautan antara keterbelakangan ambisi dan birahi. Allah mengutus manusia untuk menjadi khalifah di bumi, justru menjadi budak yang menyembah benda-benda yang derajatnya sangat rendah baik di surga maupun di dunia. sikap paganismelah yang mewarnai pearadaban arab pada masa itu. Paganism muncul dari dalam jiwa manusia itu sendiri, bukan dari luar kehidupannya. Bila pikiran yang sempit telah berkembang dan menyadari nilai-nilai kemanusiaannya yang tinggi, maka paganism akan lenyap dengan sendirinya.[4]
             Sejak zaman Nabi Nuh A.S, kehidupan sudah dipenuhi dengan kebodohan dan perilaku buruk. Karena itu ketika Nuh A.S menyeru kaumnya supaya berimam kepada Allah, mereka tidak menanggapi seruan itu. Yang mereka pedulikan adalah si penyeru dan kedudukannya yang tinggi. Mengenai hal itu Allah berfirman dalam surat Al-Mu’minun ayat 24
tA$s)sù (#àsn=yJø9$# tûïÏ%©!$# (#rãxÿx. `ÏB ¾ÏmÏBöqs% $tB !#x»yd žwÎ) ׎|³o0 ö/ä3è=÷WÏiB ߃̍ムbr& Ÿ@žÒxÿtGtƒ öNà6øn=tæ öqs9ur uä!$x© ª!$# tAtRV{ Zps3ͳ¯»n=tB $¨B $uZ÷èÏJy #x»pkÍ5 þÎû $uZͬ!$t/#uä tû,Î!¨rF{$# ÇËÍÈ  
24. Maka pemuka-pemuka orang yang kafir di antara kaumnya menjawab: "Orang ini tidak lain hanyalah manusia seperti kamu, yang bermaksud hendak menjadi seorang yang lebih Tinggi dari kamu. dan kalau Allah menghendaki, tentu Dia mengutus beberapa orang malaikat. belum pernah Kami mendengar (seruan yang seperti) ini pada masa nenek moyang Kami yang dahulu.
             Ketidakpercayaan kepada Allah dan hari akhir, pemenuhan nafsu duniawi, gila hormat, haus akan kekuasaan, sikap plin plan yang mengupayakan perdamaian atau perang demi memenuhi ambisi, merupakan tradisi turun temurun yang mengarahkan kegiatan material dan moral dalam lingkup yang sempit.
             Tidaklah benar bahwa Mekkah saat itu merupakan perkampungan yang belum berperadaban, tersolor di tengah gurun, atau tidak memiliki selera duniawi sealin dari mengisi perut. Sebaliknya, wilayah ini memiliki kehidupan yang kompleks yang dipenuhi oleh manusia-manusia congkak dan mengingkari keberadaan Tuhan. Orang-orangnya buta akan kebenaran, bahkan mengingkarinya. Dalam masyarakat yang tidak memiliki peradaban intelektual ini, kecongkaan individu sudah demikian parahnya sampai-sampai menyaingi Fir’aun dengan tirani dan arogansinya.
             Di kalangan ahlul kitab pada masa itu, tersebar desas-desus mengenai akan segera datangnya seorang Nabi. Pada zaman-zaman sebelumnya manusia terbiasa mengalami pergantian nabi dalam waktu yang tidak terlampau panjang, sampai-sampai para nabi itu hidup pada zaman dan dalam wilayah yang berbatasan.
             Pada masa Nabi Isa A.S sikap paganism menjadi bencana terbesar bagi agama yang dibawa Nabi Isa. Agama itu diliputi kegelapan, keEsaan-Nya menjadi trinitas. Paganisme mengubah ajaran Nabi Isa menjadi mitos dan legenda yang menyesatkan. Mitos penebusan dosa menguat setelah paganism berhasil memasukkannya ke dalam konsep kekrstenan baru. Dengan cara ini paganisme memperoleh dua kemenangan; pertama, ia kian menguat, dan kedua, ia menyesatkan agama Nasrani. Setelah wafatnya Nabi Isa A.S, situasinya banyak berubah setelah hampir enam abad kematiannya belum ada Nabi baru.
             Setelah bumi dilanda bermacam keonaran, kian banyak manusia yang mengharapkan hadirnya sang pembaharu. Ada beberapa orang yang muak melihat kebodohan yang merajalela. Mereka memimpikan kedudukan sebagai Nabi dan berupaya mencapainya. Diantara mereka adalah Umayyah in as-Shalt.[5]
d.   Peradaban bangsa arab di berbagai bidang
1)      Bidang ekonomi
Bangsa arab yang tinggal di jazirah arab terdiri dari dua golongan yaitu golongan penduduk kota dan penduduk desa. Penduduk yang besar berada di desayang dinamakan golongan Badui. Bangsa Arab badui itulah yang memelihara binatang ternak, terutama unta. Unta digunakan untuk keperluan mengembara atau kendaraan di padang pasir untuk mencari penghidupan dan pencaharian. Sedangkan penduduk kota bermata pencaharian perniagaan ke luar negeri. Perniagaan atau perdagangan mereka tidak seberapa majaunya dan tidak dapat pula digunakan untuk memenuhi kebutuhan mereka.[6]
2)      Bidang hukum
Masyarakat pra Islam pada saat itu memiliki beberapa hukum yang berlaku. Diantaranya adalah sistem pewarisan, perkawinan dan perceraian. Untuk masalah perkawinan terdapat beberapa bentuk diantaranya yaitu:
a)      Perkawinan Mut’ah (kesenangan)
b)      Perkawinan Zawwaq (cicipan)
c)      Perkawinan Istibda’ (menjadian barang dagangan)
d)     Perkawinan Khadn (teman intim)
e)      Perkawinan Mutadaamidah (saling membalut)
f)       Perkawinan Badal (tukar menukar)
g)      Perkawinan Syghar (liar)
h)      Perkawinan Maqt (kutukan)
i)        Perkawinan Saby (tawanan)
j)        Perkawinan Hamba Sahaya
k)      Perkawinan antara saudara lelaki dan saudara perempuan atau ayah dengan putrinya
l)        Perkawinan dengan beberapa istri
m)    Perkawinan Bu’ulah (monogami)[7]
3)      Bidang ilmu pengetahuan
Bangsa arab juga maju dalam bidang kesustraan. Kesustraan mereka dalam hal karang mengarang, syair-syair, dan sajak-sajak yang indah sangat menarik bagi yang mendengarnya, dan pidato-pidato, sehingga pada masa itu bangsa arab terutama yang tinggal di negeri Hijaz mendirikan sebuah gedung yang hanya dikhususkan bagi perlombaan tentang kepandaian hal bahasa, syair-syair, dan pidato-pidato. Selain itu, mereka juga memiliki kemampuan dalam bidang pengetahuan bintang-bintang (astronot), meramu obat-obatan, pengetahuan hitung-menghitung, pengetahuan untuk mengetahui rahasia rupa orang, dan lain-lain.[8]
4)      Bidang seni dan budaya
Ulama ahli tarikh menyatakan bahwa jika diselidiki lebih lanjut dengan sungguh kota di negeri Yaman terdapat beberapa peninggalan yang sangat berharga, dan disana terdapat pula bermacam-macam bukti dan bekas-bekas kemajuan yang sngat mengagumkan bangsa diseluruh dunia. Pada masa itu bangsa arab di Yaman dapatlah dikataan jauh mendahului bangsa atau umat lainnya. Mereka dapat mendirikan gedung-gedung yang besar, membuat kebun-kebun yang luas dan teratur, mendirikan bangunan yang indah, memperbaiki kota-kota dan sebagainya.[9]
2.    Peradaban Bangsa Arab Masa Kenabian Muhammad SAW
   Nabi Muhammad mulai menyebarkan agama barunya di Makkah. Oleh karena itu, kita perlu memahami situasi di Makkah pada saat nabi memulai dakwahnya. Makkah, pada saat munculnya Islam berkembnag pesat dan menjadi pusat perdagangan yang paling penting. Disamping itu, kota ini tumbuh menjadi pelopor intelektual dan politik kawasan Arab Barat.
   Mengenai struktur pemerintahan di Makkah tidak ada lembaga negara seperti eksekutif, yudikatif dan legislatif disana. Dan tentu saja masalah birokrasi dan keamanan tidak muncul. Karena perdagangan internasional terus berlangsung meskipun terdapat berbagai hambatan dan kesulitan dalam mengangkut barang-barang maka bisa dikatakan bahwa perdagangan ini membawa keuntungan besar. Namun, tidak diketahui jumlah pendapatan yang bisa diperoleh karena tidak ada sistem pajak (yang disebabkan tidak adanya mekanisme pengaturan negara). Meskipun mereka mempunyai pendapatan dari hasil perdagangan, masyarakat Makkah tidak mempunyai badan-badan Negara dan perangkat yang mengaturnya. Namun, demikian hal ini tidak berarti bahwa institusi negara tidak diperlukan masyarakat Makkah.
   Untuk memahami asal usul Islam, kita mesti pula memahami masalah mendasar dari masyarakat Makkah. Dengan tidak adaya mekanisme pemerintahan satu-satunya cara mempertahankan hukum dan peraturan dalam masyarakat adalah mengandalkan kerjasama suku untuk memuat keputusan bulat. Naun demikian, masalahnya adalah sistem kesukuan mulai runtuh yang disebabkan oleh transformasi ekonomi, dari ekonomi pedesaan menjadi ekonomi perdagangan.
   Ketika Nabi Muhammad mulai menyebarkan Islam, individualisme sebagai sikap yang bertentangan dengan kolektifisme suku telah muncul dan menimbulkan pertentangan dalam masyarakat. Dalam surat-surat Makiyyah awal Al-quran dengan jelas mengungkapkan bahwa setiap orang mempunyai tanggung jawab atas apa yang dilakukan dan tidak ada orang lain meskipun kaum kerabatnya yang bisa mennggantikannya. Bentuk tanggung jawab pribadi ini sepenuhnya berbeda dengan konsep kolektif suku. Al-quran tidak bermaksud menghapus moralitas suku namun hanya menekankan bahwa apa yang sudah muncul sebagai fenomena sosial trsebut tidak akan kembali kebentuk semula kerana kalau hal ini terjadi berarti sama dengan memutar kembali roda sejarah. Dalam arti inilah maka Islam memberi respon positif terhadap kecenderungan progresif dalam masyarakat Makkah. Hal itu mengakibatkan terjadinya ketegangan yang tercipta akibat runtuhnya moralitas suku menghadapi masalah atau konflik yng terjadi dalam masyarakat nabi mengambil nilai-nilai masyarakat suku yang tidak bertentangan dengan perubahan sejarah sehingga terciptalah keseimbangan antara individualisme dan kolektifisme. Dalam ayat-ayat Makkiyah yang umumnya pendek dan tegas beliau menghimbau pedagang-pedagang kaya Makkah untuk memperhatikan nasib kaum fakir dan miskin, orang yang membutuhkan, yatim piatu dan para janda.[10]
   Nabi Muhammad SAW bukanlah seorang pembaharu seperti kebanyakan pembaharu lainnya yang biasa mengobati penyakit masyarakat secara sebagian demi sebagian, yang diantaranya ada yang berhasil secara sementara di sebagian daerah,dan ada pula yang tidak berhasil sama sekali sepanjang hidupnya, namun Nabi Muhammad SAW melaksanakan dakwah reformasinya secara tuntas, tepat pada sasarannya, yakni tabi’at umat manusia. Beliau pun menyeru manusia agar beriman kepada risalah beliau dan kepada Hari Kiamat. Pendidikan keagamaan. Rasulullah SAW memberikan antara rohani pada mereka dengan Al-qur’an, mendidik jiwa mereka dengan iman, mengajak mereka merendahkan diri di depan Tuhan Rabbul-Alamin lima kali sehari dengan segala kesucian raga dan kerendahan hati, dengan menuduk dan pikiran yang lapang. Itulah kunci pembaharuan Islam yang dilakuakan oleh Rasulullah SAW.
   Pada masa kepemimpinan umat Islam, kaum muslim lahir memimpin dunia dan memajukan kepemimpinan bangsa-bangsa yang lemah terhadap masyarakat manusia yang menjadi korban keganasan dan mereka saja.Kaum Muslimin tampil dengan kepemimpinan yang baru yang berdasarkan keadilan, keseimbangan dan dinamika, serta sifat-sifat kepimpinan yang utama lainnya yang menjadikan mereka layak memimpin bangsa-bangsa di dunia,sifat-sifat itu ialah:
   Pertama, mereka mempunyai pedoman kitab suci dan hukum-hukum dari Allah SWT, sehingga mereka tidak mengada-adakan hukum sesuka hati, karena hal itu adalah sumber ke jahilan, kesalahan dan penganiaayaan.Hal ini sudah jelas diterangkan di dalam Al-Qur’an surat Al-An’am:122
`tBurr& tb%x. $\GøŠtB çm»oY÷uŠômr'sù $oYù=yèy_ur ¼çms9 #YqçR ÓÅ´ôJtƒ ¾ÏmÎ/ Îû Ĩ$¨Y9$# `yJx. ¼ã&é#sW¨B Îû ÏM»yJè=à9$# }§øŠs9 8lÍ$sƒ¿2 $pk÷]ÏiB 4 šÏ9ºxx. z`Îiƒã tûï̍Ïÿ»s3ù=Ï9 $tB (#qçR%x. šcqè=yJ÷ètƒ ÇÊËËÈ  
122. dan Apakah orang yang sudah mati  kemudian Dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu Dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar dari padanya? Demikianlah Kami jadikan orang yang kafir itu memandang baik apa yang telah mereka kerjakan.
   Kedua, meraka menegakkan kekuasaan dan kepemimpinannya bukannya tanpa pendidikan moral dan pendidikan mental sebagaimana tokoh-tokoh pemeri tahan di zaman lampau maupun zaman sekarang, tetapi mereka telah menjalani.
   Ketiga, masa panjang di bawah Nabi Muhammad SAW. Mereka tidak berjuang untuk menegakkan kekuasaan kesejahteraan suatu ras, bangsa atau Negara tentru saja seraya mengagungkan keunggulan ras, bangsa atau Negara itu diatas lainnya.
   Keempat, bahwa manusia itu terdiri dari tubuh dan jiwa, yang meliputi hati, akal budi, perasaan dan badan jasmani. Semuanya tak mungkin mencapai kebahagiaan yang berkesinambungan jika semua potensi itu tidak berkembang sewajarnya dan memperoleh pemeliharaan yang baik[11].
3.      Peradaban Bangsa Arab Setelah Wafatnya Rasulullah SAW
   Tidak lama setelah Rasulullah wafat, islam terlibat dalam pertarungan sengit dengan paganisme yang mendadak muncul lagi. Sedangkan agama nasrani yang masih bertinggal di semenanjung arab abagian utara, melarang penduduk masuk islam dan menghambat penyebarluasannya dengan jalan kekerasan. Semasa Rasulullah masih hidup, di negeri itu belum pernah terjadi pertempuaran sehebat itu. Karena medan perangnya lebih luas, korbannya tentu lebih berat.
Beruntunglah, karena orang-orang terkemuka dikalangan muslimin hasil didikan Raslullah SAW dapat mengenal kebenaran dengan baik, sanggup mengorbankan jiwa raga untuk menegakkannya, penuh dengan tawakal kepada Allah dalam melakukan segala pekerjaan, dan dengan semangat perjuangan, mereka sanggup memikul beban berat di atas pundaknya. Mereka berjuang memberantas paganisme di Semenanjung Arabia sampai ke akar-akarnya, memadamkan semangat dan jiwanya, serta mengikis habis untuk selama-lamanya. Mereka mengusir orang-orang romawi yang selam ini bertindak semena-mena. Setelah itu mereka pulang kembali ke Madinah, bukan untuk terus berkumpul, melainkan untuk menyebar ke seluruh pelosok bumi Allah dengan cara-cara yang teratur dan rapi serta berlandaskan pada petunjuk hukum-hukum syari’at.[12]
   Setelah wafat Rasul terjadilah perselisihan dalam kalangan Arab muslim, yang berpangkal pada dua masalah besar yaitu:
a.       Masalah pengganti Rasul sebagai kepala Negara
     Tidak semua orang dan golongan menyetujui pengangkatan Abu Bakar menjadi khalifah. Pada umumnya mereka terpecah menjadi dua kelompok yaitu:
1.    Jama’iyah yaitu golongan terbanyak yang menyetujui pengangkatan Abu Bakar dan selanjutnya golongan ini nanti juga menyetujui pengangktan Umar, Utsman, Ali, dan bahkan para khalifah dari daulah Amawiyah dan daulah Abbasiyah.
2.    Syi’ah yaitu golongan kecil yang berpendirian bahwa khalifah harus berada dalam rumpun turunan Nabi.
Pada akhir masa permulaan Islam ini muncullah kelompok ketiga yaitu
3.    Khawarij yang lahir karena tidak menyetujui perang saudara yang terjadi antara pengikut Ali dengan pengikut Utsman.
Ketiga gerakan ini berkembang terus dalam daulah islamiyyah dari satu dinasti ke dinasti yang lain terutama Syi’ah dan khawarij.
b.      Masalah apakah Islam masih ada setelah Muhammad wafat
     Terjadilah pembangkangan terhadap Islam oleh beberapa kabilah bangsa Arab yang juga berpangkal pada dua hal yang pokok yaitu:
1.    Setelah Muhammad waafat dianggapnya Islam tak ada lagi karena itu mereka menolak semua rukun Islam dan menentang segala ajaran-ajarannya.
2.    Setelah Muhammad wafat, ada yang berpendapat harus ada nabi penggantinya karena itu banyaklah pemuka kabilah Arab yang memproklamirkan dirinya menjadi nabi diantaranya yaitu Musailamah Al-Kazzab, Al-Aswad Al-Ansy, Thulaihah bin Khuwailid.
Semua gerakan pembangkangan ini telah dapat ditindas habis oleh khalifah Abu Bakar.[13]
            Diantara empat khalifah, ternyata Umar Bin Khatab mempunyai kedudukan istimewa. Keistiimewaan Umar terletak pada kemampuannya berfikir kreatif. Kebriliant beliau dalam memahami syari’at Islam dalam memahami syari’at diakui sendiri oleh nabi. Kreatifitas Umar mulai nampak ketika ia mengkhawatirkan keutuhan Al-quran karena banyaknya khuffadz yang mati syahid. Umar ketika sudah menjadi kepala Negara telah merubah nama kepala Negara yang semula bergelah Khalifah Ar-Rasul menjadi Amir Al-Mu’minin. Untuk menghadapi masalah baru yang belum pernah ada pada masa Rasulullah dan masa Abu Bakar, maka Umar berijtihad untuk:
1.      Menetapkan hukum tentang masalah-masalah baru
Masalah baru yang dihadapi Umar yang kemudian dipecahkan adalah masalah potong tangan pencuri, mengawini ahli al kitab, cerai tiga kali yang diucapkan sekaligus, muallaf Quluubuhum dan lain-lain.
2.      Memperbaharui organisasi Negara
a.       Organisasi politik terdiri dari al-khilafat (Kepala Negara), al-wizarat(mentri), al-kitabat(sekertaris negara),
b.      Administrasi Negara
1)      Dewan-dewan (departemen-departemen)
2)      Al-Imarah ‘Ala Al-Buldan (Administrasi Pemerintahan Dalam Negri)
3)      Mengembangkan Ilmu[14]















                                                            BAB  III
                 PENUTUP
A.    Kesimpulan
Peradaban pada masa Bangsa Arab Nabi Muhammmad SAW kebanyakan  melakukan penyimpangan seperti yang sudah dijelaskan pada Nabi-Nabi sebelum Nabi Muhmmad SAW,Agama pada saat itu banyak dikesampingankan karena moral bangsa Arab suka berfoya-foya,di antaranya;
1)      Meminum Arak
2)      Perjudian
3)      Pelacuran
4)      Pencurian dan perampokan
5)      Kekajaman
6)      Kekotoran dalam urusan makan dan minum
7)      Tidak mempunyai kesopanan
8)      Pertengkaran dan perkelahiran
Beruntunglah, karena orang-orang terkemuka dikalangan muslimin hasil didikan Raslullah SAW dapat mengenal kebenaran dengan baik, sanggup mengorbankan jiwa raga untuk menegakkannya, penuh dengan tawakal kepada Allah dalam melakukan segala pekerjaan, dan dengan semangat perjuangan, mereka sanggup memikul beban berat di atas pundaknya. Mereka berjuang memberantas paganisme di Semenanjung Arabia sampai ke akar-akarnya, memadamkan semangat dan jiwanya, serta mengikis habis untuk selama-lamanya. Mereka mengusir orang-orang romawi yang selam ini bertindak semena-mena. Setelah itu mereka pulang kembali ke Madinah, bukan untuk terus berkumpul, melainkan untuk menyebar ke seluruh pelosok bumi Allah dengan cara-cara yang teratur dan rapi serta berlandaskan pada petunjuk hukum-hukum syari’at. Beruntunglah, karena orang-orang terkemuka dikalangan muslimin hasil  didikan Raslullah SAW dapat mengenal kebenaran dengan baik, sanggup mengorbankan jiwa raga untuk menegakkannya, penuh dengan tawakal kepada Allah dalam melakukan segala pekerjaan, dan dengan semangat perjuangan, mereka sanggup memikul beban berat di atas pundaknya. Mereka berjuang memberantas paganisme di Semenanjung Arabia sampai ke akar-akarnya, memadamkan semangat dan jiwanya, serta mengikis habis untuk selama-lamanya. Mereka mengusir orang-orang romawi yang selam ini bertindak semena-mena. Setelah itu mereka pulang kembali ke Madinah, bukan untuk terus berkumpul, melainkan untuk menyebar ke seluruh pelosok bumi Allah dengan cara-cara yang teratur dan rapi serta berlandaskan pada petunjuk hukum-hukum syari’at
B.     Kritik
Inilah  yang bisa kami bahas dari kelompok meskipun masih banyak kesalahan dari penulisan makalah ini,oleh karena itu kami juga butuh saran/ kritikan agar bisa menjadi motivasi untuk masa depan yang lebih baik daripada masa sebelumnya.Kami juga mengucapkan terima kasih atas dosen mata kuliah Sejarah Peradaban Islam,yang telah memberikan tugas untuk kelompok kami





[1] Moenawar Chalil, Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad SAW, Gema Insani Press, Jakarta; 2001, hal.17-18
[2] ibid,hal.21-26
[3] ibid, hal 29-36
[4] Muhammad al-Ghazali, Sejarah Perjalanan Hidup Muhammad, Mitra Pustaka, Yogyakarta; 2003, hal 2-3
[5] ibid, hal 10-14
[6] Moenawar Chalil, Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad SAW, Gema Insani Press, Jakarta; 2001, hal 19
[7] http://shirotuna.blogspot.com.  Arab Pra Islam, Ahmad Amiin, Oktober, 2014 (23 Mei 2015)
[8] Moenawar Chalil, Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad SAW, Gema Insani Press, Jakarta; 2001, hal 33

[9] Moenawar Chalil, Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad SAW, Gema Insani Press, Jakarta; 2001, hal 34

[10] Asghar Ali Engineer, Asal Usul dan Perkembangan Islam, Pustaka Pelajar, Yogyakarta; 1999 hal 59-80
[11] Abu’l-Hasan Ali Al-Nadwi,Ruslan Shiddiq,Islam Membangun Peradaban Dunia,PT Pustaka Jaya dan PT Djambatan,Jakarta:1988,hal 121-169
[12] Ibid. hal 637-638
[13] Hasjmy, Sejarah Kebudayaan Islam, PT. Bulan Bintang, Jakarta: 1986, hal 67-68
[14] Musyrifah Sunanto, sejarah Islam Klasik:Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam, Kencana,Jakarta: 2007
 hal. 23-29

Tidak ada komentar:

Posting Komentar