BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Menjelang
kerasulan Nabi Muhammad SAW di seluruh penjuru dunia telah ada bermacam-macam
kepercayaan agama yang dianut oleh manusia. Yang mana agama tersebut mempunyai
keyakinan tentang tuhan dan ajaran agama yang berbeda. Banyaknya jumlah agama
dan aliran ini merupakan latar belakang dan alasan yang tepat mengapa Allah SWT
mengutus Nabi Muhammad SAW sebagi utusannya.
Ketika Nabi Muhammad SAW lahir (570 M), Makkah adalah kota yang sangat
penting dan terkenal diantara kota-kota di negeri Arab. Baik karena
tradisinya maupun karena letaknya. Kota ini dilalui jalur
perdagangan yang ramai menghubungkan Yaman di Selatan dan Siria di Utara.
Dengan adanya ka’bah ditengah kota. Makkah menjadi pusat keagamaan Arab. Ka’bah
adalah tempat mereka berziarah. Makkah kelihatan makmur dan kuat. Agama dan
masyarakat Arab ketika itu mencerminkan realitas kesukuan masyarakat jazirah
Arab dengan luas satu juta mil persegi.
Dunia Arab ketika itu merupakan kancah peperangan terus menerus. Pada sisi
yang lain meskipun masyarakat Badui mempunyai pemimpin namun mereka hanya
tunduk kepada Syeikh atau Amir (ketua kabilah) itu dalam hal yang berkaitan
dengan peperangan, pembagian harta rampasan dan pertempuran tertentu. Diluar
itu, Syeikh atau Amir tidak kuasa mengatur anggota kabilahnya. Akibat
peperangan yang terus menerus, kebudayaan mereka tidak berkembang.
B. Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
peradaban bangsa Arab pra kenabian?
2. Bagaimana
peradaban bangsa Arab masa kenabian Rasulullah SAW?
3. Bagaimana
peradaban bangsa
Arab setelah wafat Rasulullah SAW?
BAB II
PEMBAHASAN
1. Peradaban
Bangsa Arab Pra Kenabian
a.
Asal-Usul
Bangsa Arab
Sebagaimana yang telah ditetapkan para ulama’ ahli tarikh, bangsa
Arab itu terbagi tiga bangsa bagian yaitu: pertama,
bangsa Arab al-Arabaa itu disebutkan juga Arab al-Baaidah. Mereka adalah bangsa
Arab yang mula-mula sekali atau yang asli. Mereka adalah keturunan Iram bin Sam
Bin Nuh, yang banyaknya ada sembilan bangsa: Aad, Tsamud, Amim, Amil, Thasam, Jadis,
Imliq, Jurhum, Ula,dan Waabar. Kedua,
Bangsa Arab Al-aaribah disebut pula Arab al-Muta’aaribah. Mereka adalah bangsa
arab yang kedua, keturunan Jurhum bin qatham, putra Aabir atau aibar. Bangsa
Arab al-Muta’aaribah itu merupakan keturunan Saba’. Nama sebenarnya dari Saba’
adalah Abdu Syamsin bin Syasjub bin Ya’arib bin Qathan. Dia dinamakan Saba’
karena sering berperang serta memperoleh kemenangan dan harta rampasan perang
dari musuhnya. Ketiga, bangsa arab
al-Musta’arabah yaitu bangsa Arab yang datang atau orang yang dijadikan atau
ditetapkan sebagai bangsa Arab Islamiliyah yang menurunkan Adnan. Adnan itulah
yang menurunkan Nabi Muhammad SAW.[1]
b.
Moral
Bangsa Arab Sebelum Islam
1)
Meminum
Arak
Minum tuak atau arak
adalah salah satu dari adat kebiasaan bangsa Arab pada masa itu. Hampir
rata-rata di antara mereka itu adalah peminum, keculai hanya beberapa orang
yang dapat dihitung dan nama-namanya tecatat dalam tarikh hingga sekarang ini. Karena
kegemaran mereka kepada minuman yang memabukkan itu, tidak sedikitlah jenis
minuman yang di buat oleh mereka.
2)
Perjudian
Judi atau bermain judi
termasuk salah satu permainan yang sangat disukai oleh umumnya bangsa Arab pada
masa sebelum Islam. Cara berjudi yang biasa di lakukan mereka itu
bermacam-macam, diantaranya adalah berjudi dengan bertaruh seperti yang biasa
dilakukan oleh sekarang.
3)
Pelacuran
Pelacuran atau penzinaan
diantara lelaki dan perempuan oleh bangsa Arab di Jazirah Arab pada masa
sebelum Islam merupakan perbuatan biasa, tidak menjadikan rendahnya derajat
orang yang mengerjakan. Pelacuran dengan terang-terangan membuka kedai
pelacuran dan untuk tandanya mereka memasang bendera di muka rumah
masing-masing.
4)
Pencurian dan
Perampokan
Soal
mencuri dan merampok bagi bangsa Arab di tanah Arab pada masa jahiliyah
merupakan perbuatan yang biasa dan bukan dari seorang atau orang-orang dari
satu kabilah saja, melainkan telah umum di kerjakan orang.
5)
Kekejaman
Kekejaman
yang dilakukan bangsa Arab pada masa itu dapatlah dikatakan sampai melewati
batas perikemanusiaan. Kejam dan ganas, baik
kepada sesama manusia maupun keapada binatang.
6)
Kekotoran
dalam Urusan Makan dan Minum
Dalam
urusan makan dan minum bagi bangsa Arab pada masa itu dapatlah dikatakan tidak
ada yang di larang karena tidak ada yang dianggap kotor dan jijik.
7)
Tidak
Mempunyai Kesopanan
Pada masa itu bangsa
Arab pada umumnya sudah tidak mempunyai kesopanan. Misalnya
mengerjakan thawaf, saat
mengelilingi ka’bah pada musim haji, lelaki ataupun
perempuan dengan telanjang.
8)
Pertengkaran
dan Perkelahiaan
Pertengkaran
mulut diantara seorang dan orang lain yang akhirnya menimbulkan perkelahiaan misal, bagi
bangsa Arab pada masa itu, sudah menjadi
kebiasaan.
Nabi
Muhammad SAW diutus ke dunia
ketika dunia dalam keadaan kacau-balau, segalanya
jungkir balik, berantakan tidak
beraturan bagi dilanda gempa yang dahsyat. Muhammad
pandangan seorang Nabi menyaksikan telah kehilangan kemanusiaannya, tinggal
sosok tubuh yang bahkan tidak berarti apa-apa
bagi dirinya sendiri. Seluruh manusia, baik individu maupun
kelompok, tidak ubahnya bagaikan bahan mentah yang belum tersentuh tangan
tukang yang terampil yang bisa mengubah menjadi peradaban yang maju untuk
mengantarkan umat manusia mengarungi kehidupan. Bangsa-bangsa bagaikan kawanan
domba tak bergembala, sedangkan dunia politik adalah dunia liar seperti unta
lair lepas kendali, dan kekuasaan ibarat pedang di tangan pemabuk, menjadi
sumber bencana bagi diri sendiri dan bagi orang lain.[2]
c.
Keagamaan
Bangsa Arab
Jika dilihat dari kitab Tarikh, kita akan
mengetahui bahwa bangsa Arab di sekitar Jazirah Arab pada masa dahulu sebelum
Nabi Muhammad diutus, sudah memahami
keesaan Allah SWT, karena
sudah mengenal Tuhan, karena sebelum Nabi
Muhammad sudah ada para utusan Allah untuk berdakwah untuk menyampaikan ibadah
kepada Allah SWT dan jangan sampai mepersekutukan Allah SWT. Hal ini banyak
masyarakat yang menyimpang karena ajarannya banyak di tambah-tambah dalam
ajaran agama Islam yang benar. Hal ini masyarakat ada yang menyembah Malaikat, menyembah
jin, ruh dan hantu, menyembah bintang-bintang, menyembah
berhala, dan agama ahli kitab (Yahudi
dan Nasroni). Dan selain diatas
tadi masyarakat Arab juga percaya takhayul dan adat kebiasaan bangsa Arab
diantaranya:
a.
Mereka
melarang keras orang membunuh ular karena apabila ular itu mati, nanti hantu
ular itu akan datang membalas.
b.
Apabila
seseorang telah mati, rohnya itu menjadi seekor burung
yang disebut hammah.
c.
Kalau ada
orang sesat di jalan kain yang dipakainya
dibalikkan memakainya, agar tidak tersesat.
d.
Mereka
biasa memakai cincin dari besi atau tembaga denagn kepercayaan akan menambah
kekuatan.
e. Kalau mereka berjalan, lebih
dahulu mereka menengok arah burung terbang. Apabila burung terbang kekanan sewaktu
dipandangnya, itu langkah yang baik dan kalu terbang ke kiri, itu menunjukkan
kesialan.
Oleh
karena itu, pada saat percaya tentang takhayul diatas tadi bangsa Arab bangsa
arab merasakan pahit getir kehidupan, berbagai macam penderitaan dan
kesengsaraan, kerendahaan dan kehinaan, lalu meraka sadar dan akhirnya bergerak
ke depan untuk mencapi kemajuan. Tentang kemajuan
bangsa Arab pada masa itu, masa sebelum Islam
yaitu perniagaan, pertukangan dan
perdagangan. Saat mulai kemajuan
bangsa Arab sudah ada kerajaan yang besar tiga bagian yaitu Yaman, Munazirah
dan Ghassaniyah[3].
Pada saat itu, penduduk
mekkah lemah pemikirannya tetapi
rangsangan nafsunya begitu besar. Memang, tidak ada kaitannya antara kematangan
fisik dan kematangan berfikir, juga tidak ada pautan antara keterbelakangan
ambisi dan birahi. Allah mengutus manusia untuk menjadi khalifah di bumi,
justru menjadi budak yang menyembah benda-benda yang derajatnya sangat rendah
baik di surga maupun di dunia. sikap paganismelah yang mewarnai pearadaban arab
pada masa itu. Paganism muncul dari dalam jiwa manusia itu sendiri, bukan dari
luar kehidupannya. Bila pikiran yang sempit telah berkembang dan menyadari
nilai-nilai kemanusiaannya yang tinggi, maka paganism akan lenyap dengan
sendirinya.[4]
Sejak zaman Nabi
Nuh A.S, kehidupan sudah dipenuhi dengan kebodohan dan perilaku buruk. Karena itu
ketika Nuh A.S menyeru kaumnya supaya berimam kepada Allah, mereka tidak
menanggapi seruan itu. Yang mereka pedulikan adalah si penyeru dan kedudukannya
yang tinggi. Mengenai hal itu Allah berfirman dalam surat Al-Mu’minun ayat 24
tA$s)sù (#àsn=yJø9$# tûïÏ%©!$# (#rãxÿx. `ÏB ¾ÏmÏBöqs% $tB !#x»yd wÎ) ×|³o0 ö/ä3è=÷WÏiB ßÌã br& @ÒxÿtGt öNà6øn=tæ öqs9ur uä!$x© ª!$# tAtRV{ Zps3ͳ¯»n=tB $¨B $uZ÷èÏJy #x»pkÍ5 þÎû $uZͬ!$t/#uä tû,Î!¨rF{$# ÇËÍÈ
24. Maka
pemuka-pemuka orang yang kafir di antara kaumnya menjawab: "Orang ini
tidak lain hanyalah manusia seperti kamu, yang bermaksud hendak menjadi seorang
yang lebih Tinggi dari kamu. dan kalau Allah menghendaki, tentu Dia mengutus
beberapa orang malaikat. belum pernah Kami mendengar (seruan yang seperti) ini
pada masa nenek moyang Kami yang dahulu.
Ketidakpercayaan kepada Allah dan hari akhir, pemenuhan
nafsu duniawi, gila hormat, haus akan kekuasaan, sikap plin plan yang
mengupayakan perdamaian atau perang demi memenuhi ambisi, merupakan tradisi turun
temurun yang mengarahkan kegiatan material dan moral dalam lingkup yang sempit.
Tidaklah
benar bahwa Mekkah saat itu merupakan perkampungan yang belum berperadaban,
tersolor di tengah gurun, atau tidak memiliki selera duniawi sealin dari mengisi
perut. Sebaliknya, wilayah ini memiliki kehidupan yang kompleks yang dipenuhi
oleh manusia-manusia congkak dan mengingkari keberadaan Tuhan. Orang-orangnya
buta akan kebenaran, bahkan mengingkarinya. Dalam masyarakat yang tidak
memiliki peradaban intelektual ini, kecongkaan individu sudah demikian parahnya
sampai-sampai menyaingi Fir’aun dengan tirani dan arogansinya.
Di
kalangan ahlul kitab pada masa itu, tersebar desas-desus mengenai akan segera
datangnya seorang Nabi. Pada zaman-zaman sebelumnya manusia terbiasa mengalami
pergantian nabi dalam waktu yang tidak terlampau panjang, sampai-sampai para
nabi itu hidup pada zaman dan dalam wilayah yang berbatasan.
Pada
masa Nabi Isa A.S sikap paganism menjadi bencana terbesar bagi agama yang
dibawa Nabi Isa. Agama itu diliputi kegelapan, keEsaan-Nya menjadi trinitas.
Paganisme mengubah ajaran Nabi Isa menjadi mitos dan legenda yang menyesatkan.
Mitos penebusan dosa menguat setelah paganism berhasil memasukkannya ke dalam
konsep kekrstenan baru. Dengan cara ini paganisme memperoleh dua kemenangan;
pertama, ia kian menguat, dan kedua, ia menyesatkan agama Nasrani. Setelah
wafatnya Nabi Isa A.S, situasinya banyak berubah setelah hampir enam abad
kematiannya belum ada Nabi baru.
Setelah
bumi dilanda bermacam keonaran, kian banyak manusia yang mengharapkan hadirnya
sang pembaharu. Ada beberapa orang yang muak melihat kebodohan yang merajalela.
Mereka memimpikan kedudukan sebagai Nabi dan berupaya mencapainya. Diantara
mereka adalah Umayyah in as-Shalt.[5]
d. Peradaban bangsa arab di berbagai bidang
1) Bidang ekonomi
Bangsa arab
yang tinggal di jazirah arab terdiri dari dua golongan yaitu golongan penduduk
kota dan penduduk desa. Penduduk yang besar berada di desayang dinamakan
golongan Badui. Bangsa Arab badui itulah yang memelihara binatang ternak, terutama unta. Unta
digunakan untuk keperluan mengembara atau kendaraan di padang pasir untuk
mencari penghidupan dan pencaharian. Sedangkan penduduk kota bermata
pencaharian perniagaan ke luar negeri. Perniagaan atau perdagangan mereka tidak
seberapa majaunya dan tidak dapat pula digunakan untuk memenuhi kebutuhan
mereka.[6]
2) Bidang hukum
Masyarakat pra Islam pada saat itu
memiliki beberapa hukum yang berlaku. Diantaranya adalah sistem pewarisan,
perkawinan dan perceraian. Untuk masalah perkawinan terdapat beberapa bentuk
diantaranya yaitu:
a)
Perkawinan Mut’ah (kesenangan)
b)
Perkawinan Zawwaq (cicipan)
c)
Perkawinan Istibda’ (menjadian barang dagangan)
d)
Perkawinan Khadn (teman intim)
e)
Perkawinan Mutadaamidah (saling membalut)
f)
Perkawinan Badal (tukar menukar)
g)
Perkawinan Syghar (liar)
h)
Perkawinan Maqt (kutukan)
i)
Perkawinan Saby (tawanan)
j)
Perkawinan Hamba Sahaya
k)
Perkawinan antara saudara lelaki dan saudara perempuan atau ayah
dengan putrinya
l)
Perkawinan dengan beberapa istri
m)
Perkawinan Bu’ulah (monogami)[7]
3) Bidang ilmu pengetahuan
Bangsa arab
juga maju dalam bidang kesustraan. Kesustraan mereka dalam hal karang
mengarang, syair-syair, dan sajak-sajak yang indah sangat menarik bagi yang
mendengarnya, dan pidato-pidato, sehingga pada masa itu bangsa arab terutama
yang tinggal di negeri Hijaz mendirikan sebuah gedung yang hanya dikhususkan
bagi perlombaan tentang kepandaian hal bahasa, syair-syair, dan pidato-pidato.
Selain itu, mereka juga memiliki kemampuan dalam bidang pengetahuan
bintang-bintang (astronot), meramu obat-obatan, pengetahuan hitung-menghitung,
pengetahuan untuk mengetahui rahasia rupa orang, dan lain-lain.[8]
4) Bidang seni dan budaya
Ulama ahli
tarikh menyatakan bahwa jika diselidiki lebih lanjut dengan sungguh kota di
negeri Yaman terdapat beberapa peninggalan yang sangat berharga, dan disana
terdapat pula bermacam-macam bukti dan bekas-bekas kemajuan yang sngat
mengagumkan bangsa diseluruh dunia. Pada masa itu bangsa arab di Yaman dapatlah
dikataan jauh mendahului bangsa atau umat lainnya. Mereka dapat mendirikan
gedung-gedung yang besar, membuat kebun-kebun yang luas dan teratur, mendirikan
bangunan yang indah, memperbaiki kota-kota dan sebagainya.[9]
2. Peradaban
Bangsa Arab Masa Kenabian Muhammad SAW
Nabi
Muhammad mulai menyebarkan agama barunya di Makkah. Oleh karena itu, kita perlu
memahami situasi di Makkah pada saat nabi memulai dakwahnya. Makkah, pada saat
munculnya Islam berkembnag pesat dan menjadi pusat perdagangan yang paling
penting. Disamping itu, kota ini tumbuh menjadi pelopor intelektual dan politik
kawasan Arab Barat.
Mengenai
struktur pemerintahan di Makkah tidak ada lembaga negara seperti eksekutif,
yudikatif dan legislatif disana. Dan tentu saja masalah birokrasi dan keamanan
tidak muncul. Karena perdagangan internasional terus berlangsung meskipun
terdapat berbagai hambatan dan kesulitan dalam mengangkut barang-barang maka
bisa dikatakan bahwa perdagangan ini membawa keuntungan besar. Namun, tidak
diketahui jumlah pendapatan yang bisa diperoleh karena tidak ada sistem pajak
(yang disebabkan tidak adanya mekanisme pengaturan negara). Meskipun mereka
mempunyai pendapatan dari hasil perdagangan, masyarakat Makkah tidak mempunyai
badan-badan Negara dan perangkat yang mengaturnya. Namun, demikian hal ini
tidak berarti bahwa institusi negara tidak diperlukan masyarakat Makkah.
Untuk
memahami asal usul Islam, kita mesti pula memahami masalah mendasar dari
masyarakat Makkah. Dengan tidak adaya mekanisme pemerintahan satu-satunya cara
mempertahankan hukum dan peraturan dalam masyarakat adalah mengandalkan
kerjasama suku untuk memuat keputusan bulat. Naun demikian, masalahnya adalah
sistem kesukuan mulai runtuh yang disebabkan oleh transformasi ekonomi, dari
ekonomi pedesaan menjadi ekonomi perdagangan.
Ketika
Nabi Muhammad mulai menyebarkan Islam, individualisme sebagai sikap yang
bertentangan dengan kolektifisme suku telah muncul dan menimbulkan pertentangan
dalam masyarakat. Dalam surat-surat Makiyyah awal Al-quran dengan jelas
mengungkapkan bahwa setiap orang mempunyai tanggung jawab atas apa yang
dilakukan dan tidak ada orang lain meskipun kaum kerabatnya yang bisa
mennggantikannya. Bentuk tanggung jawab pribadi ini sepenuhnya berbeda dengan
konsep kolektif suku. Al-quran tidak bermaksud menghapus moralitas suku namun hanya
menekankan bahwa apa yang sudah muncul sebagai fenomena sosial trsebut tidak
akan kembali kebentuk semula kerana kalau hal ini terjadi berarti sama dengan
memutar kembali roda sejarah. Dalam arti inilah maka Islam memberi respon
positif terhadap kecenderungan progresif dalam masyarakat Makkah. Hal itu
mengakibatkan terjadinya ketegangan yang tercipta akibat runtuhnya moralitas
suku menghadapi masalah atau konflik yng terjadi dalam masyarakat nabi
mengambil nilai-nilai masyarakat suku yang tidak bertentangan dengan perubahan
sejarah sehingga terciptalah keseimbangan antara individualisme dan
kolektifisme. Dalam ayat-ayat Makkiyah yang umumnya pendek dan tegas beliau
menghimbau pedagang-pedagang kaya Makkah untuk memperhatikan nasib kaum fakir
dan miskin, orang yang membutuhkan, yatim piatu dan para janda.[10]
Nabi Muhammad SAW bukanlah seorang
pembaharu seperti kebanyakan pembaharu lainnya yang biasa mengobati penyakit
masyarakat secara sebagian demi sebagian, yang diantaranya ada yang berhasil
secara sementara di sebagian daerah,dan ada pula yang tidak berhasil sama sekali sepanjang hidupnya, namun
Nabi Muhammad SAW melaksanakan dakwah reformasinya secara tuntas, tepat pada
sasarannya, yakni tabi’at umat manusia. Beliau pun
menyeru manusia agar beriman kepada risalah beliau dan kepada Hari Kiamat. Pendidikan
keagamaan. Rasulullah SAW
memberikan antara rohani pada mereka dengan Al-qur’an, mendidik
jiwa mereka dengan iman, mengajak mereka
merendahkan diri di depan Tuhan Rabbul-Alamin lima kali sehari dengan segala
kesucian raga dan kerendahan hati, dengan menuduk dan
pikiran yang lapang. Itulah kunci pembaharuan Islam yang dilakuakan oleh
Rasulullah SAW.
Pada
masa kepemimpinan umat Islam, kaum muslim lahir memimpin dunia dan memajukan
kepemimpinan bangsa-bangsa yang lemah terhadap masyarakat manusia yang menjadi
korban keganasan dan mereka saja.Kaum Muslimin tampil dengan kepemimpinan yang
baru yang berdasarkan keadilan, keseimbangan dan dinamika, serta sifat-sifat
kepimpinan yang utama lainnya yang menjadikan mereka layak memimpin
bangsa-bangsa di dunia,sifat-sifat itu ialah:
Pertama, mereka mempunyai pedoman kitab
suci dan hukum-hukum dari Allah SWT, sehingga mereka tidak mengada-adakan hukum
sesuka hati, karena hal itu adalah sumber ke jahilan, kesalahan dan
penganiaayaan.Hal ini sudah jelas diterangkan di dalam Al-Qur’an surat
Al-An’am:122
`tBurr& tb%x. $\GøtB çm»oY÷uômr'sù $oYù=yèy_ur ¼çms9 #YqçR ÓÅ´ôJt ¾ÏmÎ/ Îû Ĩ$¨Y9$# `yJx. ¼ã&é#sW¨B Îû ÏM»yJè=à9$# }§øs9 8lÍ$s¿2 $pk÷]ÏiB 4 Ï9ºxx. z`Îiã tûïÌÏÿ»s3ù=Ï9 $tB (#qçR%x. cqè=yJ÷èt ÇÊËËÈ
122. dan Apakah orang yang sudah mati kemudian Dia Kami hidupkan dan Kami berikan
kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu Dia dapat berjalan di
tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada
dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar dari padanya?
Demikianlah Kami jadikan orang yang kafir itu memandang baik apa yang telah
mereka kerjakan.
Kedua, meraka
menegakkan kekuasaan dan kepemimpinannya bukannya tanpa pendidikan moral dan
pendidikan mental sebagaimana tokoh-tokoh pemeri tahan di zaman lampau maupun
zaman sekarang, tetapi mereka telah menjalani.
Ketiga, masa panjang di bawah Nabi Muhammad SAW. Mereka tidak berjuang
untuk menegakkan kekuasaan kesejahteraan suatu ras, bangsa atau Negara tentru
saja seraya mengagungkan keunggulan ras, bangsa atau Negara itu diatas lainnya.
Keempat, bahwa
manusia itu terdiri dari tubuh dan jiwa, yang meliputi hati, akal budi, perasaan
dan badan jasmani. Semuanya tak mungkin mencapai kebahagiaan yang
berkesinambungan jika semua potensi itu tidak berkembang sewajarnya dan
memperoleh pemeliharaan yang baik[11].
3.
Peradaban Bangsa Arab Setelah Wafatnya
Rasulullah SAW
Tidak
lama setelah Rasulullah wafat, islam terlibat dalam pertarungan sengit dengan
paganisme yang mendadak muncul lagi. Sedangkan agama nasrani yang masih
bertinggal di semenanjung arab abagian utara, melarang penduduk masuk islam dan
menghambat penyebarluasannya dengan jalan kekerasan. Semasa Rasulullah masih
hidup, di negeri itu belum pernah terjadi pertempuaran sehebat itu. Karena
medan perangnya lebih luas, korbannya tentu lebih berat.
Beruntunglah, karena orang-orang
terkemuka dikalangan muslimin hasil didikan Raslullah SAW dapat mengenal
kebenaran dengan baik, sanggup mengorbankan jiwa raga untuk menegakkannya,
penuh dengan tawakal kepada Allah dalam melakukan segala pekerjaan, dan dengan
semangat perjuangan, mereka sanggup memikul beban berat di atas pundaknya.
Mereka berjuang memberantas paganisme di Semenanjung Arabia sampai ke
akar-akarnya, memadamkan semangat dan jiwanya, serta mengikis habis untuk
selama-lamanya. Mereka mengusir orang-orang romawi yang selam ini bertindak
semena-mena. Setelah itu mereka pulang kembali ke Madinah, bukan untuk terus
berkumpul, melainkan untuk menyebar ke seluruh pelosok bumi Allah dengan
cara-cara yang teratur dan rapi serta berlandaskan pada petunjuk hukum-hukum
syari’at.[12]
Setelah wafat Rasul terjadilah perselisihan dalam kalangan Arab muslim,
yang berpangkal pada dua masalah besar yaitu:
a. Masalah pengganti Rasul sebagai kepala Negara
Tidak semua orang dan golongan menyetujui
pengangkatan Abu Bakar menjadi khalifah. Pada umumnya mereka terpecah menjadi
dua kelompok yaitu:
1. Jama’iyah yaitu golongan terbanyak yang menyetujui
pengangkatan Abu Bakar dan selanjutnya golongan ini nanti juga menyetujui
pengangktan Umar, Utsman, Ali, dan bahkan para khalifah dari daulah Amawiyah
dan daulah Abbasiyah.
2. Syi’ah yaitu golongan kecil yang berpendirian bahwa
khalifah harus berada dalam rumpun turunan Nabi.
Pada akhir
masa permulaan Islam ini muncullah kelompok ketiga yaitu
3. Khawarij yang lahir karena tidak menyetujui perang
saudara yang terjadi antara pengikut Ali dengan pengikut Utsman.
Ketiga
gerakan ini berkembang terus dalam daulah islamiyyah dari satu dinasti ke
dinasti yang lain terutama Syi’ah dan khawarij.
b. Masalah apakah Islam masih ada setelah Muhammad wafat
Terjadilah pembangkangan terhadap Islam
oleh beberapa kabilah bangsa Arab yang juga berpangkal pada dua hal yang pokok
yaitu:
1. Setelah Muhammad waafat dianggapnya Islam tak ada lagi
karena itu mereka menolak semua rukun Islam dan menentang segala
ajaran-ajarannya.
2. Setelah Muhammad wafat, ada yang berpendapat harus ada
nabi penggantinya karena itu banyaklah pemuka kabilah Arab yang memproklamirkan
dirinya menjadi nabi diantaranya yaitu Musailamah Al-Kazzab, Al-Aswad Al-Ansy,
Thulaihah bin Khuwailid.
Semua
gerakan pembangkangan ini telah dapat ditindas habis oleh khalifah Abu Bakar.[13]
Diantara empat khalifah, ternyata
Umar Bin Khatab mempunyai kedudukan istimewa. Keistiimewaan Umar terletak pada
kemampuannya berfikir kreatif. Kebriliant beliau dalam memahami syari’at Islam
dalam memahami syari’at diakui sendiri oleh nabi. Kreatifitas Umar mulai nampak
ketika ia mengkhawatirkan keutuhan Al-quran karena banyaknya khuffadz yang mati
syahid. Umar ketika sudah menjadi kepala Negara telah merubah nama kepala
Negara yang semula bergelah Khalifah Ar-Rasul menjadi Amir Al-Mu’minin. Untuk
menghadapi masalah baru yang belum pernah ada pada masa Rasulullah dan masa Abu
Bakar, maka Umar berijtihad untuk:
1. Menetapkan hukum tentang masalah-masalah baru
Masalah baru
yang dihadapi Umar yang kemudian dipecahkan adalah masalah potong tangan
pencuri, mengawini ahli al kitab, cerai tiga kali yang diucapkan sekaligus,
muallaf Quluubuhum dan lain-lain.
2. Memperbaharui organisasi Negara
a. Organisasi politik terdiri dari al-khilafat (Kepala Negara), al-wizarat(mentri),
al-kitabat(sekertaris negara),
b. Administrasi Negara
1) Dewan-dewan (departemen-departemen)
2) Al-Imarah
‘Ala Al-Buldan (Administrasi Pemerintahan Dalam Negri)
3) Mengembangkan Ilmu[14]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Peradaban pada masa Bangsa Arab Nabi Muhammmad SAW
kebanyakan melakukan penyimpangan
seperti yang sudah dijelaskan pada Nabi-Nabi sebelum Nabi Muhmmad SAW,Agama
pada saat itu banyak dikesampingankan karena moral bangsa Arab suka
berfoya-foya,di antaranya;
1)
Meminum Arak
2)
Perjudian
3)
Pelacuran
4)
Pencurian
dan perampokan
5)
Kekajaman
6)
Kekotoran
dalam urusan makan dan minum
7)
Tidak
mempunyai kesopanan
8)
Pertengkaran
dan perkelahiran
Beruntunglah,
karena orang-orang terkemuka dikalangan muslimin hasil didikan Raslullah SAW
dapat mengenal kebenaran dengan baik, sanggup mengorbankan jiwa raga untuk
menegakkannya, penuh dengan tawakal kepada Allah dalam melakukan segala
pekerjaan, dan dengan semangat perjuangan, mereka sanggup memikul beban berat
di atas pundaknya. Mereka berjuang memberantas paganisme di Semenanjung Arabia
sampai ke akar-akarnya, memadamkan semangat dan jiwanya, serta mengikis habis
untuk selama-lamanya. Mereka mengusir orang-orang romawi yang selam ini
bertindak semena-mena. Setelah itu mereka pulang kembali ke Madinah, bukan
untuk terus berkumpul, melainkan untuk menyebar ke seluruh pelosok bumi Allah
dengan cara-cara yang teratur dan rapi serta berlandaskan pada petunjuk
hukum-hukum syari’at. Beruntunglah, karena orang-orang terkemuka dikalangan
muslimin hasil didikan Raslullah SAW
dapat mengenal kebenaran dengan baik, sanggup mengorbankan jiwa raga untuk
menegakkannya, penuh dengan tawakal kepada Allah dalam melakukan segala
pekerjaan, dan dengan semangat perjuangan, mereka sanggup memikul beban berat
di atas pundaknya. Mereka berjuang memberantas paganisme di Semenanjung Arabia
sampai ke akar-akarnya, memadamkan semangat dan jiwanya, serta mengikis habis
untuk selama-lamanya. Mereka mengusir orang-orang romawi yang selam ini
bertindak semena-mena. Setelah itu mereka pulang kembali ke Madinah, bukan
untuk terus berkumpul, melainkan untuk menyebar ke seluruh pelosok bumi Allah
dengan cara-cara yang teratur dan rapi serta berlandaskan pada petunjuk
hukum-hukum syari’at
B.
Kritik
Inilah yang bisa kami bahas
dari kelompok meskipun masih banyak kesalahan dari penulisan makalah ini,oleh
karena itu kami juga butuh saran/ kritikan agar bisa menjadi motivasi untuk
masa depan yang lebih baik daripada masa sebelumnya.Kami juga mengucapkan
terima kasih atas dosen mata kuliah Sejarah Peradaban Islam,yang telah
memberikan tugas untuk kelompok kami
[1] Moenawar Chalil, Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad SAW, Gema Insani Press, Jakarta; 2001, hal.17-18
[4] Muhammad
al-Ghazali, Sejarah Perjalanan Hidup
Muhammad, Mitra Pustaka, Yogyakarta; 2003, hal 2-3
[5] ibid, hal 10-14
[10] Asghar
Ali Engineer, Asal Usul dan Perkembangan
Islam, Pustaka Pelajar, Yogyakarta; 1999 hal 59-80
[11] Abu’l-Hasan Ali Al-Nadwi,Ruslan Shiddiq,Islam
Membangun Peradaban Dunia,PT Pustaka Jaya dan PT Djambatan,Jakarta:1988,hal
121-169
[13] Hasjmy,
Sejarah Kebudayaan Islam, PT. Bulan
Bintang, Jakarta: 1986, hal 67-68
[14] Musyrifah
Sunanto, sejarah Islam
Klasik:Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam, Kencana,Jakarta: 2007
hal. 23-29
Tidak ada komentar:
Posting Komentar