Rabu, 03 Juni 2015

MAKALAH TIPOLOGI



BAB II
PEMBAHASAN
1.      Pengertian Tipologi
Dalam bab ini akan dipaparkan bahwa usaha-usaha untuk memahami dan menyingkap perilaku dan kepribadian manusia antara lain menghasilkan pengetahuan yang disebut tipologi. Tipologi adalah pengetahuan yang berusaha menggolongkan manusia menjadi tipe-tipe tertentu atas dasar faktor-faktor tertentu, misalnya karakteristik fisik, psikis, pengaruh dominan, nilai-nilai budaya, dan seterusnya.
Menurut Gordon Allport (1897-1967) tipe adalah konstitusi ideal pengamat . [1]
Tipologi adalah ilmu mengenai tipe. Tipe adalah pola sifat suatu individu, kelompok, dan lain sebagainya. Tipe digunakan karena mereka menyediakan sarana klasifikasi dari pribadi-pribadi atau kelompok-kelompok yang berguna untuk tujuan analisis. Suatu tipe ideal adalh gagasan mental yangterbentuk dari susunan unsure-unsur karakteristik sejumlah fenomena yang digunakan dalam analisis. Unsur-unsur yang diabstraksikan didasarkan pada pengamatan terhadap situasi-situasi yang kongret dari fenomena  yang dipelajari, namun gagasan yang dihasilkan tidak perlu harus berkaitan  persis dengan setiap pengamatan empiris. Tipe ideal merupakan teknik metodologis yang penting, suatu cara heuristic,  digunakan untuk melukis, memperbandingkan dan menguji hipotesis-hipotesis yang berhubungan kenyataan empiris. Tipe-tipe yang tersusun demikian ini terbentuk dari kriteria (unsure-unsur, cirri-ciri, aspek dan lain-lain) yang mempunyai referen-referen yang bias ditemukan dalam dunia empiris atau dapat disimpulkan secara sah dari evidasi empiris atau keduanya. Tipe yang tersusun ini bukan saja menyediakan cara untuk pengaturan data, tetapi juga berguna untuk membantu generalisasi.[2]

2.      Jenis-jenis Tipologi
Tipologi, berarti suatu cara mengolong-golongkan sejumlah orang yang dipandang memiliki tipe yang hampir bersamaan bersamaan. Dibawah ini akan diketengahkan beberapa jenis  tipologi, yang dibedakan berdasarkan pangkal peninjauannya. Beberapa jenis tipologi adalah sebagai berikut:
1.      Tipologi Konstitusi
Tipologi konstitusi merupakan tipologi yang dikembangkan atas dasar aspek jasmaniah. Dasar pemikiran yang dipakai para tokoh tipologi konstitusi adalah bahwa keadaan tubuh, baik yang tampak berupa bentuk penampilan fisik maupun yang tidak tampak, misalnya susunan saraf, otak, darah, dan lain sebagainya dalam penentuan ciri-ciri seseorang.
Beberapa pendapat tokoh dalam tipologi konstitusional:
1)      Tipologi Hypocrates-Galenus
Tipologi ini dikembangkan oleh Gallenus berdasarkan pemikiran Hippocates. Hippocrates (460-370 SM) adalah dikenal sebagai bapak ilmu kedokteran, karena itu tidak mengherankan kalau ia membahas kepribadian manusia berdasar kontitusional, yang terpengaruh oleh kosmologi empedukles, yang menganggap bahwa alam semesta beserta isinya tersusun dari empat inti dasar, yaitu tanah, air, udara dan api.[3] Didalam tipologinya, Galenus menggunakan empat cairan yang terdapat didalam tubuh manusia yaitu:
a.       Darah (Sangui)
b.      Lympha (flegma)
c.       Empedu kuning (choleri)
d.      Empedu hitam (melanchole)
Dengan empat macam cairan ini Galenus menggolongkan manusia atas empat tipe yaitu:
a)      Orang yang terlalu banyak sangui (darah) di dalam tubuhnya, disebut orang sanguinisi, sifatnya disebut sanguinis, dengan karakteristiknya : ekspansif, lincah, selalu riang, optimis, mudah tersenyum, dan tidak mudah putus asa.
b)      Orang yang terlalu banyak flegma (limpa) di dalam tubuhnya disebut orang flegmatisi, sedangkan sifatnya disebut flegmatis, dengan karakteristik : plastis, tenang, dingin, sabar, dan tidak mudah terpengaruh.
c)      Orang yang terlalu banyak choleri (empedu kuning) di dalam tubuhnya disebut orang cholerisi, sedangkan sifatnya disebut choleris, dengan karakteristik : garang, lekas marah, mudah tersinggung, pendendam, dan serius.
d)     Orang yang terlalu banyak melanchole (empedu hitam) di dalam tubuhnya disebut orang melancholerisi, sifatnya disebut melancholis. Dengan karakteristik : kaku, muram, penakut, dan pesimis.
Sebenarnya tipologi ini lebih terkenal dengan nama tipologi Hypocrates-Galenus, sebenarnya Galenus meneruskan pendapat seorang filosof di zaman Yunani kuno, yang bernama Hypocrates, yang berpendapat bahwa di dalam tubuh manusia terdapat empat zat cair denga sifat-sifat yang berlainan. Yaitu :
a.       Darah, yang bersifat panas.
b.      Lendir, yang bersifat dingin.
c.       Empedu kuning, yang bersifat kering.
d.      Empedu hitam, yang bersifat basah.
2)      Tipologi Sigaud
Sigaud menyusun tipologinya atas dasar empat macam fungsi tubuh yaitu:
a.       Motorik
b.      Pernafasan
c.       Pencernaan
d.      Susunanan syaraf sentral
Sigaud juga menggolongkan manusia atas empat golongan yaitu:
a.       Orang yang kuat fungssi motoriknya, termasuk tipe muskuler, dengan ciri-cirinya, anggota badannya serba panjang berspir, dan serba bersudut.
b.      Orang yang kuat pernafasannya, termasuk tipe respiratoris, dengan ciri-cirinya, bentuk dadanya membusung, wajahnya lebar.
c.       Orang yang kuat pencernakannya, termasuk tipe digestif, dengan ciri-cirinya perutnya besar, pinggangnya lebar.
d.      Orang yang kuat susunan syaraf sentralnya, termasuk tipe serebral, dengan ciri-ciri, langsing, tulang tengkoraknya bagian atas besar sekali.[4]
2.      Tipologi Temperamen
Temperamen adalah konstitusi psikis, yang berhubungan dengan konstitusi jasmani. Jadi di sini keturunan atau dasar memainkan peranan penting, sedang pengaruh pendidikan dan lingkungan boleh dikata tidak ada. Selanjutnya Ewald berpendapat bahwa temperamen itu sangat erat hubungannya dengan biotonus (tegangan hidup, kekuatan hidup dan tegangan energi), yaitu intensitas serat irama hidup. Temperamen adalah konstitusi psikis, yang berhubungan dengan konstitusi jasmani. Jadi di sini keturunan atau dasar memainkan peranan penting, sedang pengaruh pendidikan dan lingkungan boleh dikata tidak ada. Selanjutnya Ewald berpendapat bahwa temperamen itu sangat erat hubungannya dengan biotonus (tegangan hidup, kekuatan hidup dan tegangan energi), yaitu intensitas serat irama hidup.[5]
Tipologi temperamen adalah sifat-sifat dasar tertentu dari kelakuan, prinsip-prinsip elementer yang dapat ditemui kembali dalam semua perbuatan dan mentipe kelangsungan jalannya kelakuan manusia.
Beberapa pendapat para tokoh dalam tipologi temperamen:
1)      Tipologi Heymans
Dalam teorinya, ia menggolongkan tiga prinsip dasar yaitu:
a.       Emosionalitas, artinya banyak sedikitnya seseorang dipengaruhi oleh kehidupan perasaanya. Orang yang memiliki emosionalitas yang kuat memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a)      Lekas memihak
b)      Fantasinya kuat
c)      Tulisan dan bicaranya aneh
d)     Kurang mencintai kebenaran
e)      Mudah marah
f)       Senang sensasi, dll
b.      Aktivitas, yaitu banyak sedikitnya seseorang menyatakan isi jiwanya dalam bentuk perbuatan. Orang yang aktivitasnya kuat memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a)      Suka bekerja
b)      Mudah bertindak
c)      Berhobi banyak
d)     Mudah mengatasi kesulitan
e)      Tidak mudah putus asa
c.       Fungsi sekonder, artinya kuat atau tidaknya seseorang menyimpan kesan-kesan di dalam jiwanya. Sebagai lawan fungsi sekonder adalah fungsi primer yaitu bila seseorang hanya sebentar saja menyimpan kesan itu di dalam jiwanya.
Orang yang berfungsi sekonder memiliki cii-ciri sebagai berikut:
a)      Betah dirumah
b)      Taat kepada adat
c)      Setia dalam persahabatan
d)     Besar rasa terima kasihnya
e)      Sukar menyesuaikan diri
f)       Konsekuen
2)      Tipologi Ewald
Ia mengasumsikan bahwa “ bila kita menerima rangsangan dari luar, maka rangsangan tersebut di dalam diri kita lalu diolah kemudian direaksikan keluar dalam bentuk perbuatan atau kelakuan”.  Dasar pembagian tipologi menurut Ewald adalah:
a.       Penerimaan rangsang
Ewald membedakan antara kepekaan bagi gejala jiwa yang rendah (instink, refleks, nafsu,dll)dan kepekaan bagi gejala jiwa yang tinggi (fikiran, kemauan, perasaan, dll)
b.      Penyimpanan kesan
Adanya bekas-bekas yang ditinggalkan oleh kesan. Bekas itu berpengaruh kepada perbuatan orang di waktu kemudian. Orang yang satu lebih lama dari pada yang lain.
c.       Pengolahan rangsang
Dalam hal ini Ewald membedakan pengolahan rangsang oleh kesadaran dan pengolahan rangsang oleh pengaruh. Ini masih dibedakan lagi atas cepat dan lambatnya rangsang hilang kembali.
d.      Reaksi balik dari pada rangsang
Kemampuan mengadakan reaksi balik terhadap rangsangan ini, akan nampak dalam perbuatan atau kelakuan seseorang.
3)      Tipologi George Kerschensteiner
Ia menyusun tipologinya berdasar empat prinsip, yaitu:
a.       Kekuatan kemauan
b.      Ketajaman pendapat
c.       Kepekaan yang halus dalam perasaan
d.      Lama dan mendalamnya getaran jiwa[6]
3.      Tipologi kebudayaan
Dalam tipologi ini dijelaskan bahwa kehidupan manusia dipengaruhi oleh kebudayaan, karena kebudayaanitu sendiri berada disekitar kita, di lingkungan kita sehari-hari.
Kebudayaan menurut K H Dewantara, adalah hasil budi daya manusia yang dapat dipergunakan untuk memudahkan hidup manusia. Bebeapa tokoh tipolog yang  menggunakan dasar tipologi kebudayaan :
1)      Tipologi Reisman
Dalam teorinya, Reisman mengolongkan manusia atas tiga golongan, yaitu:
a.       Orang-orang yang pribadinya ditentukan oleh tradisi
b.      Orang-orang yang membiarkan dirinya dipimpin oleh rohaninya
c.       Orang-orang yang mendasarkan dirinya pada norma-norma yang dikemukakan oleh orang lain kepadanya.
Reisman menganggap dapat memperlihatkan bahwa periode kebudayaan yang lama saling menyusul satu sama lain dimana pada pokoknya terdapat orang-orang yang selalu termasuk satu diantara ketiganya.
2)      Tipologi E.Spranger
Menurut Spranger, kehidupan manusia ini dipengaruhi oleh dua macam kehidupan jiwanya, yaitu jiwa subyektif (jiwa setiap orang) dan jiwa obyektif (nilai-nilai kebudayaan yang besar sekali pengaruhnya terhadap jiwa subyektif).
Menurut Spranger, manusia ini dapat dibedakan atas enam nilai kebudayaan berdasarkan besar pengaruhnya terhadap jiwa subyektif, yaitu:
a.       Manusia Ekonomi
Manusia ekonomi ini memiliki beberapa sifat, diantranya yaitu:
a)      Senang bekerja
b)      Senang mengumpulkan harta
c)      Agak kikir
d)     Bangga dengan hartanya
b.      Manusia Politik
Manusia politik memiliki sifat sebagai berikut:
a)      Ingin berkuasa
b)      Tidak ingin kaya
c)      Berusaha menguasai orang lain
d)     Kurang mencintai kebenaran
c.       Manusia Social
Manusia social memiliki sifat-sifat:
a)      Senag berkorban
b)      Senag mengabdi kepada tuhan
c)      Pandai bergaul
d.      Manusia berilmu pengetahuan
Memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
a)      Senag membaca
b)      Gemar berfikir dan belajar
c)      Tidak ingin kaya
d)     Ingin serba tahu
e.       Manusia berkesenian
Memiliki sifat-sifat diantaranya yaitu:
a)      Hidup bersahaja
b)      Senang menikmati keindahan
c)      Gemar mencipta
d)     Mudah bergaul dengan siapa saja
f.       Manusia Agama
Diantara sifat-sifat manusia agama adalah:
a)      Hidupya hanya untuk Tuhan dan akhirat
b)      Senang memuja
c)      Kurang senang harta
d)     Senang menolong orang lain
3)      Tipologi W dan E. Yaensch
Tipologi ini agak lain dasar penggolongannya. Karena didasarkan pada unsur geologi dan unsur tubuh.
a.       Unsur Geologis
Keadaan tanah tertentu mempengaruhi pula kehidupan seseorang, lewat air tanah, yang menghidupi penghuni-penghuninya.
b.      Unsur Tubuh
Kehidupan seseorang juga dipebgaruhi oleh kelenjar-kelenjar tubuhnya, misalnya kelenjar gondok, anak kelenjar gondok, dan kelenjar-kelenjar lainnya.[7]




BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
1.      Pengertian Tipologi
Tipologi adalah pengetahuan yang berusaha menggolongkan manusia menjadi tipe-tipe tertentu atas dasar faktor-faktor tertentu, misalnya karakteristik fisik, psikis, pengaruh dominan, nilai-nilai budaya, dan seterusnya.
Jadi tipologi dalam kaitannya kepribadian merupakan ilmu pengetahuan yang membedakan manusia satu dengan manusia yang lain berdasarkan tipe-tipe tertentu. Seperti, karakteristik, sifat, kepribadian, prinsip dan lain sebagainya.
2.      Jenis-jenis Tipologi
Diantara jenis-jenis tipologi adalah;
1.      Tipologi konstitusi
Tipologi konstitusi merupakan tipologi yang dikembangkan atas dasar aspek jasmaniah. Dasar pemikiran yang dipakai para tokoh tipologi konstitusi adalah bahwa keadaan tubuh, baik yang tampak berupa bentuk penampilan fisik maupun yang tidak tampak, misalnya susunan saraf, otak, darah, dan lain sebagainya dalam penentuan ciri-ciri seseorang.
2.      Tipologi Temperamen
Temperamen adalah konstitusi psikis, yang berhubungan dengan konstitusi jasmani. Jadi di sini keturunan atau dasar memainkan peranan penting, sedang pengaruh pendidikan dan lingkungan boleh dikata tidak ada. Selanjutnya Ewald berpendapat bahwa temperamen itu sangat erat hubungannya dengan biotonus (tegangan hidup, kekuatan hidup dan tegangan energi), yaitu intensitas serat irama hidup.



3.      Tipologi Kebudayaan
Tipologi kebudayaan adalah penggolongan tipe berdasarkan budaya masyarakat setempat, diamana manusia itu tinggal (lingkungan hidup manusia).
SARAN
Demikian makalah yang dapat kami susun. kami menyadari bahwa masih terdpat banyak kekuranagan, oleh sebab itu ktitik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat kami harapkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.




















DAFTAR PUSTAKA

Abdul Mujib,Kepribadian Dalam Psikologi Islam, PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta: 2006

Agus Sujanto, Psikologi Kepribadian, PT. Bumi Aksara, Jakarta ; 2009
Mariasusai Dhavamony, Fenomenologi Agama, Kanisius, Yogyakarta ;1995

Sumadi Suryabrata, Psikologi Kepribadian, Jakarta : PT. Raja Grafindo. 2003



















[1] Abdul Mujib,Kepribadian Dalam Psikologi Islam, PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta: 2006,hal.171
[2] Mariasusai Dhavamony, Fenomenologi Agama, Kanisius, Yogyakarta ;1995, hal.29
[3] Sumadi Suryabrata, Psikologi Kepribadian, Jakarta : PT. Raja Grafindo. 2003, hal.10

[4] Agus Sujanto, Psikologi Kepribadian, PT. Bumi Aksara, Jakarta ; 2009, hal. 22-24
[6] Op.Cit, hal. 33-38
[7] Op.Cit, hal. 43-45

Tidak ada komentar:

Posting Komentar