Sabtu, 20 Juni 2015

PERADABAN ISLAM DI ASIA TENGGARA DAN KEHIDUPAN UMAT MASA KINI



BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
Umat Islam merupakan penduduk mayoritas Asia Tenggara, menurut para ahli, islamisasi di kawasan ini berlangsung secara damai dan melalui proses panjang yang masih terus berlangsung sampai sekarang. Tidak banyak terjadi penaklukan secara militer, pergolakan politik, atau pemaksaan struktur kekuasaan dan norma-norma masyarakat dari luar negeri. Karena itu, tidaklah mudah untuk menjawab pertanyaan “bilamana”, “mengapa”, “darimana” dan “dalam bentuk apa” Islam mulai menimbulkan dampak pada masyarakat-masyarakat Asia Tenggara untuk pertama kalinya. Sesungguhnya, kini kita mulai menyadari bahwa proses Islamisasi ini mungkin tidak mempunyai awal yang pasti, juga tidak berakhir. Islamisasi kawasan ini lebih merupakan suatu proses sinambung yang selain mempengaruhi masa kini, juga masa depan kita.
Selanjutnya kita dapat memperluas kompleksitas agama di kawasan ini melalui pengamatan bahwa Islam bukanlah agama besar pertama yang tumbuh subur di lahan subur Asia Tenggara. Sejarah agama di kawasan ini sendiri kompleks. Pertama Hindu, kemudian Budha, Islam dan belakangan Kristen, menawarkan model-model yang telah membentuk matriks budaya-agama pribumi selama ribuan tahun.

B.     Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka dapat diajukankan beberapa rumusan masalah sebagai berikut :
1.      Bagaimana teori masuknya islam di Asia Tenggara?
2.       Bagaimana Cara Masuknya Islam di Asia Tenggara?
3.      Bagaimana proses masuknya Islam di Asia Tenggara?
4.       Bagaimana perkembangan dan peradaban umat Islam masa kini di Asia Tenggara?


BAB II
PEMBAHASAN

A.     Teori Masuknya Islam di Asia Tenggara
Mengenai tempat asal datangnya islam ke Asia Tenggara, ada tiga teori besar, yaitu:
1)   Teori yang menyatakan bahwa islam datang langsung dari Arab (Hadramaut)
Teori ini dikemukakan oleh Crawfurd (1820), Keyzer (1859), Nieman (1861), De Hollander (1861), dan Veth (1878). Crawfurd menyatakan bahwa islam datang lansung dari Arab. Keyzer menyatakan bahwa islam datang dari Mesir yang bermadzhab Syafi’I, sama yang dianut muslim Nusantara umumnya. Teori ini juga dipegang oleh Nieman dan De Hollander, tetapi dengan menyebut Hadramaut, bukan Mesir sebagai sumber datangnya Islam. Sedangkan Veth hanya menyebut orang-orang Arab.
2)   Teori yang menyatakan bahwa islam datang dari India, yakni Gujarat dan Malabar
Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Pijnapel tahun 1872. Berdasarkan terjemahan Prancis tentang catatan perjalanan Sulaiman, Marcopollo, dan Ibnu Batuta, ia menyimpulkan bahwa orang-orang Arab yang bermadzhab Syafi’I dari Gujarat dan Malabar di India yang membawa Islam ke Asia Tenggara. Melalui perdagangan, amat memungkinkan terselenggaranya hubungan antara kedua wilayah ini, ditambah lagi dengan umumnya istilah-istilah Persia yang dibawa dari India digunakan oleh masyarakat kota-kota pelabuhan di Asia Tenggara. Teori inilebih lanjut dikembangkan oleh Snouch Hurgronye yang melihat para pedagang kota pelabuhan Dekka di India Selatan sebagai pembawa Islam ke wilayah Islam baru ini.
3)   Teori yang menyatakan bahwa islam datang dari Benggali (Bangladesh)
Teori ini dikembangkan oleh Fatimi yang mengutip keterangan  Tome Pures yang mengungkapkan bahwa kebanyakan orang terkemuka di Pasai adalah orang Benggali atau keturunan mereka. Dan Islam muncul pertama kali di Semenanjung Malaya, dari arah Pantai Timur, bukan dari barat (Malaka), pada abad ke-11 melalui Kanton Phanrang, Leran, dan Trengganu.[1]

B.     Cara Masuknya Islam di Asia Tenggara
Menurut Uka Tjandra Sasmita, prorses masukya Islam ke Asia Tenggara yang berkembang ada enam, yaitu:
1.      Saluran perdagangan
Pada taraf permulaan, proses masuknya Islam adalah melalui perdagangan. Kesibukan lalu-lintas perdagangan pada abad ke-7 hingga ke-16 membuat pedagangpedagang Muslim (Arab, Persia dan India) turut ambil bagian dalam perdagangan dari negeri-negeri bagian Barat, Tenggara dan Timur Benua Asia.Saluran Islamisasi melaui perdagangan ini sangat menguntungkan karena para raja dan bangsawan turut serta dalam kegiatan perdagangan, bahkan mereka menjadi pemilik kapal dan saham.Mereka berhasil mendirikan masjid dan mendatangkan mullah-mullah dari luar sehingga jumlah mereka menjadi banyak, dan karenanya anak-anak Muslim itu menjadi orang Jawa dan kaya-kaya.
2. Saluran perkawinan
Dari sudut ekonomi, para pedagang Muslim memiliki status sosial yang lebih baik daripada kebanyakan pribumi, sehingga penduduk pribumi terutama puteri-puteri bangsawan, tertarik untuk menjadi isteri saudagar-saudagar itu.Sebelum dikawin mereka diislamkan terlebih dahulu.Setelah mereka mempunyai keturunan, lingkungan mereka makin luas, akhirnya timbul kampung-kampung, daerah-daerah dan kerajaan Muslim.
Dalam perkembangan berikutnya, ada pula wanita Muslim yang dikawini oleh keturunan bangsawan; tentu saja setelah mereka masuk Islam terlebih dahulu. Jalur perkawinan ini jauh lebih menguntungkan apabila antara saudagar Muslim dengan anak bangsawan atau anak raja dan anak adipati, karena raja dan adipati atau bangsawan itu kemudian turut mempercepat proses Islamisasi. Demikianlah yang terjadi antara Raden Rahmat atau sunan Ampel dengan Nyai Manila, Sunan Gunung Jati dengan puteri Kawunganten, Brawijaya dengan puteri Campa yang mempunyai keturunan Raden Patah (Raja pertama Demak) dan lain-lain.
3. Saluran Tasawuf
Pengajar-pengajar tasawuf atau para sufi mengajarkan teosofi yang bercampur dengana jaran yang sudah dikenal luas oleh masyarakat Indonesia. Mereka mahir dalam soal magis dan mempunyai kekuatan-kekuatan menyembuhkan. Diantara mereka juga ada yang mengawini puteri-puteri bangsawab setempat. Dengan tasawuf, “bentuk” Islam yang diajarkan kepada penduduk pribumi mempunyai persamaan dengan alam pikiran mereka yang sebelumnya menganut agama Hindu, sehingga agama baru itu mudah dimengerti dan diterima. Diantara ahli-ahli tasawuf yang memberikan ajaran yang mengandung persamaan dengan alam pikiran Indonesia pra-Islam itu adalah Hamzah Fansuri di Aceh, Syekh Lemah Abang, dan Sunan Panggung di Jawa. Ajaran mistik seperti ini masih dikembangkan di abad ke-19 M bahkan di abad ke-20 M ini.
4. Saluran pendidikan
Islamisasi juga dilakukan melalui pendidikan, baik pesantren maupun pondok yang diselenggarakan oleh guru-guru agama, kiai-kiai dan ulama.Di pesantren atau pondok itu, calon ulama, guru agama dan kiai mendapat pendidikan agama.Setelah keluar dari pesantren, mereka pulang ke kampung masing-masing atau berdakwak ketempat tertentu mengajarkan Islam.Misalnya, pesantren yang didirikan oleh Raden rahmat di Ampel Denta Surabaya, dan Sunan Giri di Giri.Kleuaran pesantren ini banyak yang diundang ke Maluku untuk mengajarkan Agama Islam.
5. Saluran kesenian
Saluran Islamisasi melaui kesenian yang paling terkenal adalah pertunjukan wayang.Dikatakan, Sunan Kalijaga adalah tokoh yang paling mahir dalam mementaskan wayang. Dia tidak pernah meminta upah pertunjukan, tetapi ia meminta para penonton untuk mengikutinya mengucapkan kalimat syahadat. Sebagian besar cerita wayang masih dipetik dari cerita Mahabarata dan Ramayana, tetapi dalam serita itu di sisipkan ajaran nama-nama pahlawan Islam.Kesenian-kesenian lainnya juga dijadikan alat Islamisasi, seperti sastra (hikayat, babad dan sebagainya), seni bangunan dan seni ukir.

6. Saluran politik
Di Maluku dan Sulawesi selatan, kebanyakan rakyat masuk Islam setelah rajanya memeluk Islam terlebih dahulu.Pengaruh politik raja sangat membantu tersebarnya Islam di daerah ini.Di samping itu, baik di Sumatera dan Jawa maupun di Indonesia Bagian Timur, demi kepentingan politik, kerajaan-kerajaan Islam memerangi kerajaan-kerajaan non Islam.Kemenangan kerajaan Islam secara politis banyak menarik penduduk kerajaan bukan Islam itu masuk Islam.[2]

C.     Proses Masuknya Islam di Asia Tenggara
Islam masuk ke Asia Tenggara disebarluaskan melalui kegiatan kaum pedagang dan para sufi. Hal ini berbeda dengan daerah Islam di Dunia lainnya yang disebarluaskan melalui penaklukan Arab dan Turki.Islam masuk di Asia Tenggara dengan jalan damai, terbuka dan tanpa pemaksaan sehingga Islam sangat mudah diterima masyarakat Asia Tenggara.Mengenai kedatangan Islam di negara-negara yang ada di Asia Tenggara
Hampir semuanya didahului oleh interaksi antara masyarakat di wilayah kepulauan dengan para pedagang Arab, India, Bengal, Cina, Gujarat, Iran, Yaman dan Arabia Selatan. Pada abad ke-5 sebelum Masehi Kepulauan Melayu telah menjadi tempat persinggahan para pedagang yang berlayar ke Cina dan mereka telah menjalin hubungan dengan masyarakat sekitar Pesisir.Kondisi semacam inilah yang dimanfaatkan para pedagang Muslim yang singgah untuk menyebarkan Islam pada warga sekitar pesisir.
Asia Tenggara dipilah dalam dua kelompok: Asia Tenggara Daratan yaitu: Kamboja, Laos, Myanmar, Thailand, Vietnam.  Dan Asia Tenggara Maritim yaitu: Brunei Darussalam, Filipina, Indonesia, Malaysia, Singapura, Timor Leste.
Sejak abad pertama, kawasan laut Asia Tenggara, khususnya Selat Malaka sudah mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam kegiatan pelayaran dan perdagangan internasional yang dapat menghubungkan negeri-negeri di Asia Timur Jauh, Asia Tenggara dan Asia Barat. Perkembangan pelayaran dan perdagangan internasional yang terbentang jauh dari Teluk Persia sampai China melalui Selat Malaka itu kelihatan sejalan pula dengan muncul dan berkembangnya kekuasaan besar, yaitu China dibawah Dinasti Tang (618-907), kerajaan Sriwijaya (abad ke-7-14), dan Dinasti Umayyah (660-749).
Sejak abad ke-7 dan abad selanjutnya Islam telah datang di daerah bagian Timur Asia dan Asia Tenggara.Sebagaimana dikemukakan diatas Selat Malaka sejak abad tersebut sudah mempunyai kedudukan penting.Karena itu, para pedagang dan mubaligh Arab dan Persia yang sampai di China Selatan juga menempuh pelayaran melalui Selat Malaka. Kedatangan Islam di Asia Tenggara dapat dihubungkan dengan pemberitaan dari I-Cing, seorang musafir Budha, yang mengadakan perjalanan dengan kapal yang di sebutnya kapal Po-Sse di Canton pada tahun 671. Ia kemudian berlayar menuju arah selatan ke Bhoga (di sekitar daerah Palembang di Sumatera Selatan). Selain pemberitaan tersebut, dalam Hsin-Ting-Shu dari masa Dinasti yang terdapat laporan yang menceritakan orang Ta-Shih mempunyai niat untuk menyerang kerajaan Ho-Ling di bawah pemerintahan Ratu Sima (674).Dari sumber tersebut, ada dua sebutan yaitu Po-Sse dan Ta-Shih.Menurut beberapa ahli, yang dimaksud dengan Po-Sse adalah Persia dan yang dimaksud dengan Ta-Shih adalah Arab.Jadi jelaslah bahwa orang Persia dan Arab sudah hadir di Asia Tenggara sejak abad-7 dengan membawa ajaran Islam.[3]

D.    Perkembangan dan Peradaban Umat Masa Kini islam di Asia Tenggara
1.      Indonesia
Proses masuknya islam di Indonesia dimulai sejak abad ke 7 M, yang dibawa oleh para pedagang dan muballigh dari negara Arab. Islam masuk ke Indonesia secara damai, sehingga masyarakat menerima kedatangan islam. Daerah pertama kali dimasuki agama Islam adalah pantai barat pulau Sumatera yaitu daerah Baros.  Berkembangnya Islam di Indonsesia ditandai adanya kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara ini, kerajaan pertama kali adalah kerajaan Perlak, yang telah berdiri pada abad ke 3 Hijriyyah atau abad ke 9 Masehi. Selanjutnya kerajaan Samudra Pasai dibawah kekuasaan Al-Malik As-Salih sebagai sultan pertama, kerajaan Demak (di Jawa), kerajaan Tanjung Pura (kerajaan pertama di Kalimantan), kerajaan Gowa di Sulawesi selatan, kerajaan Bacan di Maluku yang menjadi sultan pertama kali adalah Kaitjil Buka, dan lain-lain.
Saat ini, dengan perkiraan jumlah penduduknya sekitar 165 juta dengan 90% darinya beragama islam, Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk Muslim terbesar di dunia.Sebagian besar penduduk Indonesia adalah Muslim. Selain Islam, agama-agama Budha, Hindu, Katolik, dan Protestan merupakan agama yang diakui negara. Kemajuan dan perkembangan Islam di Indonesia tidak lepas dari peran kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia dan juga peran perjuangan dakwah para wali songo dalam menyebarkan agama Islam.
Indonesia memang bukan negara agama (teokrasi), dan bukan negara Islam, tetapi juga bukan negara sekuler. Indonesia adalah negara beragama yang mendukung kehidupan beragama warganya. Hal ini ditegaskan dengan dibentuknya Departemen Agama, Pengadilan Agama, pembinaan masyarakat beragama, waqaf, dan zakat. Selain itu, di Indonesia tumbuh dan berkembang banyak organisasi keagamaan, seperti MUI, ICMI, Muhammadiyah, NU dan lain-lain. Di Indonesia juga telah tumbuh sejak lama dan berkembang pendidikan agama Islam dari tingkat rendah sampai Perguruan Tinggi, dari pondok pesantren tradisional sampai yang modern.
Sebagai kesimpulan, kita dapat melihat betapa ajaran Islam telah meresap ke dalam lubuk hati sebagian besar bangsa Indonesia, telah berakulturasi sedemikian rupa, dan telah mewarnai berbagai aspek kehidupan masyarakatnya.
Peninggalan peradaban Islam di Indonesia antara lain:
a)    Masjid
Masjid-masjid di Nusantara dirancang bangunan bersifat local tradisional, seperti berdiri diatas batu tebal dan berdenah bujur sangkar, berundak-undak, memiliki pagar keliling, berarsitektur rumah joglo, dan bahkan banyak diantaranya yang beratap tumpang dua tingkat (masjid agung Cirebon), lima tingkat (Masjid Agung Banten), tujuh tingkat (Masjid Agung lama Ternate), dan lain-lain.
b)   Bangunan sekuler
Salah satu produk budaya Islam di Nusantara adalah Istana atau keraton, yang termasuk kelompok bangunan sekuler.Pola arsitek keraton di jawa seringkali mengacu pada tradisi rancang bangun dimasa sebelumnya, yang dipengaruhi oleh unsur-unsur budaya hinduistik.
c)    kaligrafi Islam
pengaruh seni Islam ini melimpah kedalam seni rupa, seperti seni kaligrafi dan dekoratif, sebagaimana tampak pada halaman-halaman, rak-rak buku, sajadah, mimbar masjid, dinding, lampu, serta perabotan lain.[4]
2.      Malaysia
Sekitar abad ke-14 agama Islam masuk ke Malaysia dibawa oleh pedagang dari Arab, Persia, Gujarat dan Malabar.Disamping itu, ada seorang ulama bernama Sidi Abdul Aziz dari Jeddah yang mengislamkan pejabat pemerintah Malaka dan kemudian terbentuklah kerjaan Islam di Malaka dengan rajanya yang pertama Sultan Permaisura.Setelah beliau wafat diganti oleh Sultan Iskandar Syah dan penyiaran Islam bertambah maju, pada masa Sultan Mansyur Syah (1414-1477 M). Sultan suka menyambung tali persahabatan dengan kerajaan lain seperti Syam, Majapahit, dan Tiongkok. Kejayaan Malaka dapat dibina lagi sedikit demi sedikit oleh Sultan Aludin Syah I, sebagai pengganti Muhammad Syah.Kemudian pusat pemerintahannya dari Kampar ke Johor (Semenanjung Malaka).Sultan Alaudin Syah I dikenal sebagai Sultan Johor yang pertama dan negeri Johor makin nertambah ramai dengan datangnya para pedagang dan pendatang.Dalam sejarah negeri Kedah Islam masuk di Malaysia dikatakan tahun 1501 M. pada suatu hari datanglah seorang alim bangsa Arab Kedah yang bernama Syekh Abdullah Yamani Syekh Abdullah ini mengislamkan raja dan pembesar serta anak negeri Kedah.[5]
Cara pertama masuknya islam di Malaysia melalui  jalur perdagangan dan ekonomi yang melibatkan orang dari berbagai etnik dan ras yang berbeda-beda bertemu dan berinteraksi, serta bertukar pikiran tentang masalah perdagangan, politik, sosial dan keagamaan. Di tengah komunitas yang majemuk ini tentu saja terdapat  tempat mereka berkumpul dan menghadiri kegiatan perdagangan termasuk dirancang strategi penyebaran agama Islam mengikuti jaringan-jaringan emporium yang telah mereka bina sejak lama. Seiring itu pola kedua mulai menyebar melalui pihak penguasa dimana istana sebagai pusat kekuasaan berperan di bidang politik dan penataan kehidupan sosial, dengan dukungan ulama yang terlibat langsung dalam birokrasi pemerintahan, hukum Islam dirumuskan dan diterapkan,  kitab sejarah ditulis sebagai landasan legitimasi bagi penguasa Muslim.
Sisa-sisa peninggalan sejarah yang juga membuktikan perkembangan Islam di Malaysia dapat dilihat sesudah abad ke sepuluh, pada abad ke-15 misalnya dan ketika itu Brunei masih bergabung dengan malaysia, Salah satu sumber dari cina menyebutkan ada enam masjid di Malaysia dan ditemukan batu nisan silsilah keturunan raja-raja Brunei. Sultan Brunei ketika itu adalah Abdul Djalil Jabar tahun 1660, isterinya adalah putri sultan Sukadana dari Sambas. Kemudian pada tahun 1852 ada masjid jami dibangun di daerah Kucing, pada tahun 1917 dibangun madrasah di Malaysia yang disebut Madrasah Al-Mursyidah. Fakta-fakta sejarah ini mengindikasikan bahwa Islam di Malaysia terus mengalami perkembangan yang ditandai dengan perkembangan ilmu pengetauan dan pendidikan Islam semakin mengalami kemajuan.
Dengan adanya proses islamisasi di Malaysia yang memainkan peranan penting dalam mengembangkan ajaran Islam adalah ulama atau pedagang dari jazirah Arab yang pada tahun 1980-an Islam di Malaysia mengalami perkembangan dan kebangkitan yang ditandai dengan semaraknya kegiaan dakwah dan kajian Islam oleh kaum itelektual dan menyelenggarakan kegiatan intenasional yaitu Musabaqah ilawatil Al-Qur’an yang selalu diikuti qari qariah Indonesia. Selain tersebut perkembangan Islam di Malaysia makin bertambah maju dan pesat, dengan bukti banyaknya masjid-masjid yang dibangun, juga terlihat dalam penyelenggaraan jamaah haji yang begitu baik. Sehingga dapat dikatakan bahwa perkemabangan Islam di Malaysia, tidak banyak mengalami hambatan. Bahkan, ditegaskan dalam konstitusi negaranya bahwa Islam merupakan agama resmi negara. Di kelantan, hukum hudud (pidana Islam) telah diberlakukan sejak 1992.
Namun demikian Malaysia yang menganut agama resmi Islam tetap menjamin agama-agama lain dan oleh pemerintah diupayakan menciptakan ketentraman, kedamaian bagi masyarakat walaupun pemegang jabatan adalah pemimpin-pemimpin muslim, tidak berarti Islam dapat dipaksakan oleh semua pihak, sebagai konsekwensi semua masyarakat termasuk non muslim harus menghargai dan menjunjung tingi konstitusi negara kebangsaan Malaysia.
Masyarakat  Muslim  di  Malaysia  sebagian  besar  berlatarbelakang  pedesaan  dan mayoritas mereka bekerja sebagai petani. Mereka cenderung dalam kehidupan komunitas masyarakat  kampung.  Warga  perkampungan  Malaysia  menjalankan  praktek-praktek keagamaan, meyakini terhadap roh-roh suci, tempat suci, dan meyakini para wali yang dikeramatkan baik di kalangan Muslim maupun non Muslim. Diantara warga Muslim dan non Muslim dapat hidup rukun tanpa ada permusuhan sehingga masyarakat di sana tentram dan damai.
Perkembangan Islam di Malaysia telah membawa peradaban-peradaban baru yang diakui Dunia Islam. Sampai saat ini Muslim Malaysia dikenal sebagai Muslim yang taat ibadahnya, kuat memegang hukum Islam dan juga kehidupan beragamanya yang damai serta  mencerminkan  keIslaman    agamanya    baik  di  perkampungan  maupun  dalam pemerintahan. Peranan seorang ulama di sana sangat penting baik dalam segi dakwah dan dalam pengelolaan sekolah-sekolah. Mengenai hasil peradaban Islam di Malaysia ini juga tidak kalah dengan negaranegara Islam yang lain, seperti:
a.    Adanya bangunan-bangunan masjid yang megah seperti Masjid Ubaidiyah di Kuala Kancong.
b.    Banyaknya bangunan-bangunan  sekolah Islam.
c.    Berlakunya hukum Islam pada pemerintahan Malaysia (hukum Islam di sana mendapat kedudukan khusus karena dijadikan hukum negara).[6]
3.      Singapura
Perkembangan Islam di singapura boleh dikatakan tidak ada hambatan, baik dari segi politik maupun birokratis.Muslim di Singapura ± 15 % dari jumlah penduduk, yaitu ± 476.000 orang Islam.Sebagai temapt pusat kegiatan Islam ada ± 80 masjid yang ada di sana. Pada tanggal 1 Juli 1968, dibentuklah MUIS (majelis Ulama Islam Singapura) yang mempunyai tanggung jawab atas aktivitas keagamaan, kesehatan, pendidikan, perekonomian, kemasyarakatan dan kebudayaan Islam. Singapura menjadi satu diantara pusat Islam paling penting di Asia Tenggara.Hal tersebut diebabkan oleh keunggulannya sebagai pintu masuk perdagangna Internasional. Posisinya yang strategis juga telah memungkinkannya menjadi pusat informasi dan komunikasi dakwah islam, baik pada kesultanan Malaka, masa colonial sampai awal abad ke 20.[7]
4.      Brunai Darussalam
Agama Islam di Brunei dapat berkembang dengan baik tanpa ada hambatan-hambatan.Bahkan, agama Islam di Brunei merupakan agama resmi negara.Untuk pengembangan agama Islam lebih lanjut telah didatangkan ulama-ulama dari luar negeri, termasuk dari Indonesia.Masjid-masjid banyak didirikan.Umat Islam di Brunei menikmati kehidupan yang benar-benar sejahtrera sesuai dengan namanya Darussalam (negeri yang damai).Pendapatan perkapita negara ini termasuk tertinggi di dunia.Pendidikan dan perawatan kesehatan diberikan secara cuma-cuma oleh pemerintah.Penduduk Brunei Darussalam mayoritas beragama Islam.
Upaya mencapai kemerdekaan Brunei semakin menggelora setelah pada tahun 1952.Azahari kembali dari Indonesia dan kemudian aktif menjadi pemimpin dalam memperjuangkan hasrat bangsa Brunei.Berbekal dukungan kuat masyarakat Brunei, pada januari 1955 Azahari secara resmi mengumumkan pendirian Partai Rakyat Brunei (PRB).
Brunei baru mengumumkan kemerdekaannya pada 1 Januari 1984 (merupakan negara termuda di Asia Tenggara), dengan menempuh perjuangan melalui jalur diplomasi pihak kerajaan.Setelah Brunei merdeka, kerajaan berusaha menjadikan Islam sebagai landasan undang- undangnya dalam falsafah Negara, yang disebut Melayu Islam Beraja (MIB).Jika ditelusuri lebih lanjut, asas MIB telah digagas sejak sebelum lahirnya Pelembagaan Brunei 1959, yang mewadahi semangat dan aspirasi Sultan Haji Omar Ali Saifuddin dan Jawatan Kuasa Penasehat Pelembagaan 1954.Pelembagaan Brunei 1959 memuat pasal-pasal yang dapat dipahami sebagai identitas terpenting Negara itu, yaitu MIB.[8]
Di masa sekarang ini, Kerajaan Brunei menggunakan asas syariat Islam dalam penerapan hukum perundang-undangannya yang disebut sebagai hukum syarak.Hukum syarak tersebut mencakup undang-undang jenayah Islam (hukum Islam), muammalah, undang-undang keluarga, serta undang-undang keterangan acara. Penerapan hukum Islam ini tak lain karena pengaruh kuat dari Sultan Sharif Ali yang kukuh ingin menjadikan penduduk Brunei sebagai muslim sejati. Hal ini kemudian berimplikasi terhadap perilaku penduduk Brunei yang senantiasa mendasarkan perilakunya sesuai dengan syariat Islam. Hal yang paling menonjol terlihat dari busana wanita-wanita Brunei yang dikenal dengan sebutan ”baju kurung” yang tak lain merupakan pengejawantahan syariat Islam dalam kehidupan sehari-hari.
Cara pengamalan Islam di Brunei didasarkan pada mazhab Syafi‘i dalam bidang fikih dan ahlusunnah waljamaah di bidang akidah.Semenjak diproklamirkan sebagai negara merdeka, Brunei menerapkan konsep "Melayu Islam Beraja" sebagai falsafah negara yang kemudian menjadi pedoman hidup penduduk Brunei hingga kini.
Penduduk Brunei hanya berjumlah 370 ribu orang dengan pendapatan berkapita sekitar 23,600 dollar Amerika atau sekitar 225 juta rupiah, Penduduknya 67% beragama Islam, Budha 13%, Kristen 10% dan kepercayaan lainnya sekitar 10%. Islam adalah agama resmi kerajaan Brunei Darusalam yang dipimpin oleh Haji Hassanal Bolkiah Mu’izzaddin Waddaulah (1967-kini).
5.      Philiphina
Berdasarkan catatan Kapten Tomas Forst tahun 1775 M, ada orang Arab yang mula-mula masuk pulau Mindanau (Filiphina) adalah Mubalig yang bernama Kebungsuan pada abad ke-15 M. Sedangkan yang menyebarkan agama Islam di pulau sulu ialah Sayid Abdul Aziz (Sidi Abdul Aziz) dari Jeddah. Ulama ini juga mengislamkan raja Malaka pertama yang semula beragama Hindu, yakni Permaisura diganti dengan Muhammad Syah.Kemudian yang disusun dengan mubalig Abu Bakar yang menyebarkan Islam ke Pulau Sulu, Pulau Luzon dan sebagainya.Muslim di Filipina adalah minoritas dan nasib mereka sekarang sangat memprihatinkan. Seperti nasib muslim di Thailand, Kamboja, Vietnam, Myanmar, di situ umat Islam mendapat gangguan, tekanan bahkan pembasmian dari pihak-pihak yang memusuhinya. Hingga kini muslim Moro terus berjuang untuk memperoleh otonomi karena mereka selalu ditindas dan diperlakukan sebagai warga kelas dua oleh pemerintah Manila. Oleh karena itu, muslim Moro terus berjuang mempertahankan diri, agama dan identitas sebagai muslim.
Kaum muslimin Philipina tetap memegang teguh tradisi , karena bagi mereka agama merupakan hal yang sangat penting. Dalam hal pendidikan umum kaum muslim Filipina ada yang mau menerima dan ada yang menolaknya.Mereka yang menerima pendidikan sekuler biasanya mudah menyatu dengan Negara Filipina, sebaliknya mereka yang hanya mendapatkan pendidikan agama secara tradisional tidak menghendaki integrasi  dengan pemerintah.[9]
Muslim tersebar ke seluruh Filipina, ditandai dengan sebuah masjid kecil yang sekarang dapat ditemui di setiap provinsi dan kota. Walaupun belum pernah dilakukan sensus, diperkirakan lebih dari satu juta warga Muslim tinggal di luar Mindanao.Kelompok terbesar berada di wilayah Metro Manila. Di sana para pedagang Muslim terlihat menonjol dalam perdagangan mutiara dan DVD. Menyedihkannya, masyarakat ini menghadapi prasangka anti-Muslim yang meningkat, dipicu oleh sikap pasca 11/9 yang mengaitkan terorisme dengan Islam.
Kedua, sebagian warga Muslim yang cinta damai dan konservatif kembali ke agama dan bergabung dengan kelompok-kelompok fundamentalis seperti Tabligh.Kegagalan modernisasi dan globalisasi memperbaiki kehidupan membuat mereka berpaling ke ajaran-ajaran dasar Islam sebagai bentuk pertahanan terhadap kekosongan moral yang dibopong dunia modern dan prasangka anti-Muslim.
Kaum muda Muslim Filipina berlari kembali ke agama ketika menghadapi masa depan yang semakin dipersulit oleh prasangka anti-Muslim dan ketidakadilan. Faktor-faktor ini, digenapi oleh ketidakbecusan pemerintah menyediakan berbagai layanan masyarakat dan peluang ekonomi (setelah satu dekade setelah penandatanganan perjanjian perdamaian yang menjanjikan kehidupan yang lebih baik), telah mendorong banyak kaum muda Muslim bergabung dengan elemen-elemen radikal.
6.      Thailand
Agama Islam masuk ke Thailand dengan melalui Kerajaan Pasai (Aceh).Ketika Kerajaan Pasai ditaklukan Thailand, raja Zainal Abidin dan orang-orang Islam banyak yang ditawan.Setelah mereka membayar tebusan mereka dikeluarkan dari tawanan, dan para tawanan tersebut ada yang pulang dan ada juga yang menetapa di Thailand, sehingga mereka menyebarkan agama Islam. Ketika raja Thailand menekan Sultan Muzaffar Syah (1424-1444) dari Malak agar tetap tuduk kepada Thailand dengan membayar upeti sebanyak 40 tahil emas per tahun ditolaknya, kemudian Raja Pra Chan Wadi menyerang Malaka, tetapi penyerangan tersebut gagal. Pada masa pemerintahan Sultan Mansyur Syah (1444-1477) tentara Thailand di Pahang dapat dibersihkan.Wakil Raja Thailand yang bernama Dewa Sure dapat ditahan, tetapi beliau diperlakukan dengan baik.Bahkan, puterinya diambil istri oleh Mansyur Syah untuk menghilangkan permusuhan antara Thailand dengan Malaka. Pada akhir-akhir ini, muslim Pattani cukup lama mendapat tekanan dan penindasan dari rezim Bangkok yang memeluk Budha.[10]
Dalam tatanan sosial, muslimin Thailand mendapatkan julukan yang kurang enak untuk didengar.Yaitu Kheik atau khaek yang berarti orang luar, yang secara harfiah berarti pendatang atau orang yang datang menumpang. Dalam bahasa Thai, istilah ini juga selama berabad-abad sudah dikenal untuk menyebut kaum pendatang berkulit hitam dari daerah Melayu dan Asia Selatan, orang-orang Thai-Islam menolak sebutan ini dan menyatakan bahwa kedatangan mereka (khususnya di kawasan Thailand Selatan), jauh lebih awal daripada kedatangan orang-orang Budha Thailand. Hingga istilah Thai-Islam dibuat pada 1940-an.
7.      Myanmar
Islam sampai ke Myanmar melalui banyak jalan.yaitu, para pedagang arab muslim menetap di garis pantai selama abad pertama hijriyah (ke 7 M) atau sesudahnya, mula mula di atas pantai Arakan, dan kemudian ke selatan. Kemudian disusul oleh komunitas india dan malaysia (melayu) yang telah efektif dalam menyebarkan agama islam. Akhirnya para pengungsi dari Yunnan di abad sembilan belas menetap di bagian utara negeri itu. Suatu negara muslim pada saat itu didirikan di Arakan ketika sultan bengal yang Muslim Nasiruddin Mahmud Shah (1442-1459 M) membantu raja Sulaiman Naramitha membangun negara  yang muslim.
Pemerintahan muslim berlangsung beberapa abad di Arakan dan meluas ke selatan sejauh Moulmein selama pemerintahan Sultan salim Shah Razagri 91593-1612 M). Pada saat itu bahasa Persia merupakan bahasa negara bagu negara muslim Arakan. Ibukotanya Myohaung. Pada 1784 myanmar yang pengikut budha menaklukan negara muslim, diikuti antara 1824 dan 1826 oleh Inggris. Maka pada saat Myanmar merdeka pada 1948, Arakan dimasukkan kedalam wilayah kekuasaan negara Myamnar.
Tantangan Muslim kedepan yang dihadapinnya dapat dilihat dari konflik-konflik yang telah terjadi, yaitu diantaranya usaha untuk  menuntut mendapatkan otonomi dari pemerintah. Terfokus pada Muslim Rohingya di Myanmar yang paling mendapatkan siksa dari orang Budhha/pemerintahan di Myanmar. Sehingga masalah perekonomian atau perdagangan Muslim India  yang mungkin masih dikuasai Pemerintah Myanmar dimasa yang akan datang dapat diselesaikan. Selain itu di bidang pendidikan, yaitu harapan akan adanya materi pendidikan agama Islam di sekolah-sekolah negeri/ pemerintahan/ kerajaan. Jadi dapat disimpulkan bahwa dengan adanya organisasi seperti RNLF, KMNLF dan KNLA diharapkan mampu mengatasi problem Muslim masa yang akan datang di Myanmar.
8.      Kamboja
Kamboja pernah mengalami suatu kejadian yang mengguncang panggung sejarah umat Islam, baik menyangkut politik maupun ekonomi. Dominasi kaum muslim dalam perdagangan dan upaya penyiaran islam yang amat gencar dilakukan didaerah ini membantu mengfasilitasi naiknya pamor kelompok muslim di kerajaan Kamboja. Di kamboja, peranan dan pengaruh kaum muslim lebih besar karena beberapa abad sebelumnya di Champayang kemudian bergabung dengan kerajaan kamboja, pernah terdapat kesultanan muslim.
Penduduk muslim Kamboja, sebagai mana kaum musim lain, bersifat kosmopolitan. Mungkin karena faktor inilah yang kemudian menjadikan penguasa Kamboja masuk Islam di awal abad ke 17.
Masuk islamnya penguasa kamboja ini lebih memperkuat posisi dominasi masyarakat muslim di Kamboja, namun seperti pengalaman Ayutthaya, ketidak stabilan hubungan internasional di wilayah ini mempengaruhi posisi masyarakat muslim di Kamboja. Mereka tidak mampu mencapai posisi sebelumnya, dan islam tidak bisa memasuki elit penguasa sebagaimana di kerajaan lain di Asia Tenggara. Konspirasi dikalangan istana negara mengakhiri kekuasaan islam yang singkat di Kamboja. Nasib kaum muslim yang berubah dengan cepat itu merupakan akibat dari serangan gencar yang dilakukan Eropa yang kemudian mengakhiri dominasi kaum muslim di Asia Tenggara.[11]
9.      Vietnam
Masuknya Islam ke Vietnam, sejarahwan sepakat bahwa Islam telah sampai ke Vietnam ini pada adab ke 10 dan 11 Masehi melalui jamaah dari India, Persia dan pedagang Arab, dan menyebar antara jamaah cham sejak adanya perkembangan kerajaan mereka di daerah tengah Vietnam dan dikenal dengan nama kerajaan Champa.
Islam masuk ke vitnam melalui beberapa rute:
a)      melalui perdagangan – perdagangan arab digaris pantai awal abad ke- 1 H atauabad ke-7 M. Kemudian kelaut arakan dan keselatan.
b)      pedagang melayu dan india yang aktif dalam penyebaran islam
c)      melalui pedagang yunan pada abad ke- 19 yang menduduki bagian utara vitnam.
Islam telah disebarkan ke benua kecil india dan himalaya. Sehingga sampai ke gobidan seterusnya kenegara bagian cina oleh pedagang arab. Semua ini berlaku dalam beberapa tahun semasa kebangkitan khalifah islam dinegara arab.
Walau bagaimana pun, hanya kurun ke -13 masehi, barulah pedagang arab dan india berlayar ketimur dimana mereka telah menyebarkan agama islam kepada orang melayu. Dan pada kurun ke- 14 masehi, pasai dan beberapa kerajaan islam disumatra menjadi menjadi pusat penyebaran islam sehingga Melaka menjadi pusat islam yang terbesar dalam kurun ke- 15 sebelum jatuh ketangan pihak Portugis pada tahun 1511.
10.     Laos
Agama Islam pertama kali masuk ke Laos melalui para pedagang Cina dari Yunnan.Para saudagar Cina ini bukan hanya membawa dagangannya ke Laos, namun juga ke negara tetangganya seperti Thailand dan Birma. Oleh masyarakat Laos dan Thailand,  para pedagang asal Cina ini dikenal dengan nama Chin Haw. Peninggalan kaum Chin Haw yang ada hingga hari ini adalah:  beberapa kelompok kecil komunitas Muslim yang tingal di dataran tinggi dan perbukitan. Mereka menyuplai kebutuhan pokok masyarakat perkotaan.Di sini, mereka memiliki masjid besar kebanggaan.Letaknya di ruas jalan yang terletak di belakang pusat air mancur Nam Phui. Masjid ini dibangun dengan gaya neo-Moghul dengan ciri khas berupa menara gaya Oriental. Masjid ini juga dilengkapi pengeras suara untuk adzan. Ornamen lain adalah tulisan-tulisan di dalam masjid ini ditulis dalam lima bahasa, yaitu Arab, Tamil, Lao, Urdu, dan Inggris. Selain kelompok Muslim Chin Haw, ada lagi kehadiran kelompok Muslim lainnya di Laos yaitu komunitas Tamil dari selatan India. Muslim Tamil dikenal dengan nama Labai di Madras dan sebagai Chulia di Malaysia dan Phuket. Mereka masuk Vientiane melalui Saigon yang masjidnya memiliki kemiripan dengan masjid mereka di Tamil.Para jamaah Muslim India Selatan inilah yang mendominasi masjid di Vientiane.Meski demikian, masjid ini juga banyak dikunjungi jamaah Muslim dari berbagai negara.Jamaah tetap di masjid ini termasuk para diplomat dari negara Muslim di Vientiane, termasuk dari Malaysia, Indonesia, dan Palestina.Laos merupakan salah satu negara yang kaya dengan keberagaman etnis. Setengah populasinya yang mencapai empat setengah juta orang berasal dari etnis Laos atau yang dikenal masyarakat lokalnya sebagai Lao Lum. Selain mendominasi dari segi jumlah penduduk, mereka juga mendominasi pemerintahan dan komunitas masyarakatnya.Mereka yang berasal dari etnis ini memiliki kedekatan kekerabatan dengan penduduk kawasan timur laut Thailand.Mereka berasal dari dataran rendah Mekong yang hidup mendominasi di Vientiane dan Luang Prabang.Secara tradisional, mereka juga mendominasi pemerintahan dan masyarakat Laos.
11.   Timor Leste
Timor Leste dahulu adalah salah satu Provinsi di Indonesia, Timor Leste secara resmi merdeka pada tanggal 20 Mei 2002. Sebelumnya, negara ini bernama Timor Timur dan setelah menjadi anggota PBB, mereka memutuskan untuk memakai nama Portugis yaitu Timor Leste sebagai nama resmi negara mereka. Meski dari dulu di daerah ini umat Islam menjadi minoritas, saat masih menjadi bagian Indonesia, banyak perhatian dan peningkatan aktivitas dakwah di sana. Timor Leste, yang dahulunya bernama Timor Timur, juga sebagian daerah Nusa Tenggara Timur lainnya mayoritas penduduknya adalah Nasrani. Hal ini disebabkan karena daerah ini lama dikuasai Portugis.Padahal, kedatangan Islam di daerah ini lebih dulu tiba.Namun sayangnya Islam banyak terkikis oleh agama Nasrani yang dibawa Portugis dengan semboyan Gospelnya, yaitu menyebarkan agama Nasrani di wilayah kolonialnya. Islam masuk kewilayah Asia Tenggara melalui berbagai macam cara, terutama melalui jalur perdagangan. Dimana islam masuk melalui pesisir sebagai basis dari para niagawan untuk singgah dan melakukan transaksi disana. Tak ada literatur ataupun sumber hidup yang pasti yang menyebutkan kapan Islam masuk ke negara yang pernah menjadi bagian dari Indonesia ini. Akan tetapi, setidaknya ada lima pendapat ahli yang menyatakan proses masuknya Islam ke Timor Leste, diantaranya:
a.  Pertama, dikatakan bahwa Islam memasuki Timor Leste bersamaan dengan masuknya Islam di Indonesia. Pendapat ini didukung oleh alur masuknya Islam dari kerajaan Samudra Pasai hingga ke Timur Indonesia dan kemudian ke Timor Leste.
b. Kedua, penduduk asli Timor Leste mengatakan bahwa Islam masuk lebih awal di bandingkan dengan bangsa Eropa dan agama lain. Maksudnya adalah Islam masuk sebagai agama pertama di Timor Leste dan dibawa oleh pendatang yang kedatangannya jauh lebih awal daripada kedatangan bangsa Eropa ataupun penjajah Portugis.
c. Ketiga, pendapat lain mengatakan Islam masuk ke Timor Leste bertepatan dengan masuknya Islam di Indonesia yang dibawa para pedagang Hadramaut. Namun, para pedagang dari Hadramaut saat itu belum menetap, mereka mulai menetap di Dili sejak awal abad ke-17 M. Sejumlah sumber memercayai bahwa pedagang dari Hadramaut yang pertama kali menetap di Dili bernama Habib Umar Muhdhar.
d.  Keempat, sebagian orang mengatakan bahwa Islam masuk di Timor Leste bersamaan dengan datangnya para pedagang Eropa, seperti Portugal, Spanyol, dan Belanda. Ketika melakukan pelayaran ke Indonesia dan Asia Pasifik, para pedagang Arab senantiasa berhubungan dengan pedagang-pedagang Eropa.Mereka berlayar ke Timor Leste melaui Pulau Sumatra, Jawa, Nusa Tenggara, dan Kepulauan Maluku.
e.  Kelima, keturunan Arab di Timor Leste pernah mengatakan dari leluhur mereka bahwa para pedagang Arab itu datang di tanah Timor Dili sejak awal abad permulaan Islam Jazirah Arab. Pada dasarnya umat Islam di daerah Dili adalah bagian dari beberapa tokoh sejarah yang berkembang persebaran Islam di daerah tersebut. Menurut informasi-informasi masyarakat setempat dan juga kalangan keturunan Arab Hadramaut, sebelum bangsa Portugis, Belanda, Jepang, Australia, dan Cina.
Dalam masa Integrasi dengan Indonesia, Keberadaan Umat Islam Di Timor Leste amat naik secara signifikan, dikarenakan banyak berdatangan dari wilayah Indonesia. Tercatat berdasarkan Statistik Umat islam di Timor Leste yang di Keluarkan Cencistil (Centro de Comunidade Islamica de Timor Leste). Keadaan jumlah penduduk muslim di Timor Leste mengalami perkembangan yang signifikan, dikatakan bahwa jumlah Muslim pada tahun 1990-an mencapai 31579 jiwa, dimana terdapat 13 Mesjid, 30 Mushala, 21 Madrasah, 20 Lembaga Islam dan 116 Ustazd. Namun perbedaan terjadi disaat Timor Leste berpisah dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia, jumlah Muslim Mengalami penurunan yang amat drastis, dianataranya 5.011 Muslim, 3 Mesjid, 5 Mushala, 5 Madrasah, 7 Lembaga Islam dan 21 Ustadz.[3] Perkembangan umat Islam di Timor Leste saat bergabungnya dengan Indonesia dapat di lihat dari pembangunan istitusi Islam, Madrasah, maupun Mesjid yang ada di Timor Leste. Salah satu Mesjid yang dibangun dan menjadi Icon dari Islam Timor Leste adalah Masjid An'nur yang sempat hancur disaat terjadi serangan Jepang pada Perang Dunia II dan di bangun kembali setelahnya. Sejak tahun 1977 sampai 1979, Madrasah Diniyah An-Nur mulai menunjukan perkembangan karena hanya Madrasah An-Nurlah satu-satunya Madrasah tempat menggodok generasi muda di timor Leste, dengan demikian fasilitas dari umat Islam Dili selalu mengalir, anak didik sering mendapatkan bantuan alat-alat tulis dari beberapa pihak, dalam tahap perkembangan selanjutnya dari awal berdirinya madrasah ini pada tahun 1976, kebanyakan pengurus-pengurus madrasah An-Nur ini adalah orang-orang dari Sulawesi Utara, hal ini ada sedikit informasi mengenai beberapa tokoh dari Sulawesi Utara yang pernah menjadi pejabat di madrasah ini, diantaranya: · Usman Huwole ( Kepala Madrasah An-nur) · Salman Maspeke ( Kepala Madrasah An-Nur 1979) · Muhsin Kanon ( pernah menjadi Kepala Madrasah An-Nur) · Rustam Timole ( Guru Madrasah An-Nur) · Piris Iko (Guru Madrasah An-Nur) · Gafar Kioana (pernah menjadi Kepala Madrasah An-Nur) Semangat Keislaman tetap tumbuh di Timor Leste, walaupun sudah tidak bergabung kedalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, Muslim Timor Leste tetap berusaha meraih hak-hak warga negara di tengah kehidupan negara yang baru pada masa sebelum masa campur tangan PBB. Melalui UNTAET Muslim Timor Leste telah mempersiapakan diri dengan membentuk Lembaga Islam Timor Leste dengan nama CENCISTIL. CENCISTIL adalah singkatan dari Centro da Comunidade Islâmica de Timor-Leste.Dalam bahasa Indonesianya adalah Pusat Komunitas Islam Timor-Leste.[12]

















BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
A.  Teori Masuknya Islam di Asia Tenggara
ada tiga teori besar, yaitu:
1. Teori yang menyatakan bahwa islam datang langsung dari Arab (Hadramaut)
2. Teori yang menyatakan bahwa islam datang dari India, yakni Gujarat dan 
    Malabar
3. Teori yang menyatakan bahwa islam datang dari Benggali (Bangladesh)
B.   Cara Masuknya Islam di Asia Tenggara
Menurut Uka Tjandra Sasmita, prorses masukya Islam ke Asia Tenggara yang berkembang ada enam, yaitu: Saluran Perdagangan, Saluran Perkawinan, Saluran Tasawuf, Saluran Pendidikan, Saluran Kesenian, dan Saluran Politik.
C.  Proses Masuknya Islam di Asia Tenggara
Islam masuk ke Asia Tenggara disebarluaskan melalui kegiatan kaum pedagang dan para sufi. Hal ini berbeda dengan daerah Islam di Dunia lainnya yang disebarluaskan melalui penaklukan Arab dan Turki.Islam masuk di Asia Tenggara dengan jalan damai, terbuka dan tanpa pemaksaan sehingga Islam sangat mudah diterima masyarakat Asia Tenggara.
D. Perkembangan dan Peradaban Umat Islam Masa kKini di Asia Tenggara
Perkembangan dan peradaban Islam di Asia Tenggara di setiap Negara ternyata berbeda, hal itu dikarenakan perbedaaan kountur budaya, adat, pola pikir dan perekonomian masing-masing Negara.Kehidupan Umat beragama di berbagai negara di Asia Tenggara berjalan secara toleransi dan antar sesama umat islam saling hidup rukun.




[1] Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta: 2004, Hal 260
[2]Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, PT Raja Grafindo, Jakarta: 2008, Hal 201-204
[3] Subaguk, Sejarah Peradan di Asia Tenggara, Gelora Aksara Pratama, Jakarta: 2000, Hal 32
[4] Hasan Muarif Ambary, Penemuan Peradaban, PT Logos Wacana Ilmu, Jakarta : 1998, Hal 35-44
[5] Muhammad Syamsu, Ulama’ Pembawa Islam di Indonesia dan sekitarnya, PT Lentera Basri Tama, Jakarta : 1996, Hal 136
[6]https://muhdahlan.wordpress.com/2010/11/20/perkembangan-islam-di-malaysia/
[7]Loc.Cit, Ajid Thohir, Hal 270
[8]Muhammad Syamsu, Ulama’ Pembawa Islam di Indonesia dan sekitarnya, Hal 144
[9]Ibid, Muhammad Syamsu, Hal 150
[10]Loc.Cit, Ajid Thohir, Hal 270
[11]Loc.Cit, Ajid Thohir, Hal 280-281
[12]http://wartasejarah.blogspot.com/2014/07/sejarah-islam-di-timor-leste.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar