Sabtu, 09 Januari 2016

WAHYU PERTAMA DAN ORANG-ORANG PERTAMA YANG MASUK ISLAM



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Istilah Tarikh berasal dari bahasa Arab yang artinya menurut lughat (bahasa) adalah ketentuan masa. Arti menurut istilah dalam kitab-kitab adalah keterangan yang menerangkan hal ihwal umat dan segala sesuatu yang telah terjadi di kalangannya pada masa yang telah lampau atau pada masa yang masih ada. Selain itu juga dipakai dalam arti perhitungan tahun atau buku sejarah dengan tahunnya.
Adapun ilmu tarikh itu sendiri adalah sesuatu pengetahuan yang bermanfaat untuk mengetahui keadaan-keadaan atau kejadian-kejadian yang telah lampau dalam kehidupan uamt dan keadaan-keadaan atau kejadia-kejadian yang masih ada (sedang terjadi) di dalam kehidupannya.
Dalam makalah kelompok 4, kami akan memaparkan sejarah Nabi yang bertema Wahyu pertama dan orang-orang pertama yang masuk Islam, Tahapan dakwah dan Tantangan dakwah Rasul.
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana wahyu pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW?
2.      Siapa saja orang-orang yang pertama masuk Islam?
3.      Bagaimana tahapan-tahapan dakwah yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW?
4.       Apa saja tantangan yang dihadapi Nabi Muhammad SAW ketika berdakwah?







BAB II
PEMBAHASAN
A.    Wahyu pertama yang ditunkan kepada Nabi Muhammad SAW
Istilah wahyu berasal dari bahasa Arab yang artinya bermacam-macam, yaitu mengabarkan dengan rahasia, berkata-kata dengan perlahan, berpesan, menyuruh, menyeruat, menunjukkan sesuatu dengan segera, firman-firman Tuhan Yang Maha Kuasa kepada nabi-Nya dan para wali-Nya. Menurut Syariat wahyu pemberitahuan dari hadirat Allah kepada seorang Nabi dari Nabi-nabiNya, dalam hal hokum Syariat (agama) dan sebagainya. Syariat juga diartikan untuk firman-firman ketuhanan yang diturunkan kepada Nabi-nabi-Nya  dan wali-wali-Nya.
Lebih tegas lagi, arti  wahyu itu adalah pemberitahuan atau pelajaran yang diberikan dengan segera dan secara rahasia juga khusus kepada seorang Nabi. Di sebuah Gua di Bukit Hira tidak jauh dari ka’bah, beliau melakukan meditasi. Pada usia 40 tahun, di malam ke-27 Ramadhan, saat beliau sedang bermeditasi dalam kegelapan gua tiba-tiba gua ersebut diliputi cahaya yang sangat terang. Kemudia muncul sebuah suara yang memanggil beliau dan berkata “Bacalah!” beliau menjawab “Aku tidak dapat membaca”. Kemudian ada sesuatu yang memeluk tubuh beliau dengan kuat-kuat hingga beliau tidak dapat bernafas. Lalu ia melepaskannya dan berkata pada Nabi “Bacalah!” sekali lagi Nabi menjawab “Aku tidak dapat membaca” dan begitu seterusnya sampai tiga kali. Lalu suara itu berkata pada Nabi,
 ù&tø%$# ÉOó$$Î/ y7În/u Ï%©!$# t,n=y{ ÇÊÈ   t,n=y{ z`»|¡SM}$# ô`ÏB @,n=tã ÇËÈ   ù&tø%$# y7š/uur ãPtø.F{$# ÇÌÈ   Ï%©!$# zO¯=tæ ÉOn=s)ø9$$Î/ ÇÍÈ   zO¯=tæ z`»|¡SM}$# $tB óOs9 ÷Ls>÷ètƒ ÇÎÈ    
1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,
2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam
5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (Q.S. Al-Alaq :1-5).
Lalu cahaya itu hilang, karena merasa ketakutan, Nabi bergegas pulang ke rumah menemui istrinya, Khadijah. Gemetaran dan berkeringat Nabi berkata pada Khadijah “Selimuti aku” setelah tenang beliau menceritakan pada Khadijah apa yang terjadi.
Khadijah membawa Nabi ke tempat Waraqah bin Naufal, saudara sepupu Khadijah, yang mengetahui kiatab-kitab Yahudi dan Kristen. Nabi muhammad menceritakan apa yang terjadi kepada Waraqah. Waraqah tercengang, karena dia tahu Nabi-nabi Israel diberi wahyu Ilahi dengan cara serupa. Tetapi Waraqah tidak yakin bahwa Nabi itu akan berasal dari keturunan Ismail, karena selama itu, setiap nabi dilahirkan dari keturunan Ishak. Dia memberitahu kepada nabi, bahwa yang menemui beliau adalah Ruh Agung (malaikat Jibril), dan memberitahu bahwa dialah Nabi yang yang dikirim kepada umat.[1] Menyuruh Nabi akan segera sadar dan bangun dari “keprihatinan” panjang (selimut). Nabi diberi tugas suci untuk member peringatan kepada umat manusia yang telah lama berkubang dengan akhlak, kebudayaan, dan gaya hidup yang tidak manusiawi dan tidak beradab.[2]
Cara Wahyu diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW:
a)      Berupa impian yang baik waktu beliau tidur
b)      Kadang-kadang wahyu itu dibawa oleh malaikat jibril, dan malaikat itu menyerupai manusia laki-laki, lalu menyampaikan perkataan kepada beliau, kemudian semua perkataan itu dipelihara baik-baik dan dihafal benar oleh beliau.
c)      Kadang wahyu itu merupakan bunyi genta. Menurut beliau, itulah wahyu yang paling berat diterima beliau
d)     Kadang wahyu itu tidak diperantar oleh malaikat, tetapai Nabi mendapatkannya langsung dari hadirat Allah.
e)      Wahyu itu beliau terima di atas langit yang ke tujuh.[3]
B.     Orang-orang Pertama yang Masuk Islam
Yang pertama kali masuk Islam dijuluki sebagai As-shabiqunal Awwalun. Diantara yang petama kali beriman terbagi ke dalam beberapa golongan yang berdasarkan statusnya terhadap Nabi antara lain:
1.      Dari golongan wanita, yang petama kali beriman adalah istri beliau, yaitu Siti Khadijah r.a
2.      Dari golongan sahabat, yang pertama kali beriman adalah Abu Bakar, yang mana setelah Abu Bakar ini masuk Islam beliau giat berdakwah mengislamkan orang-orang kepercayaan yang dicintainya, diantaranya yaitu Utsman Bin Affan, Thalhah Bin Ubaidillah, Sa’ad Bin Abi Waqqash, serta pendeta Waraqah Bin Naufal.
3.      Dari golongan kanak-kanak, yaitu Ali Bin Abi Thalib, dan Zaid Bin Tsabit, yang tidak lain adalah putra asuhan Rasulullah.[4]
4.      Dari golongan budak laki-laki, yaitu Zaid Bin Haritsah.
5.      Dari golongan budak perempuan, yaitu Ummu Aiman. [5]
Sedangkan ditinjau dari  penggolongan secara tempat, terbagi atas dua golongan, yaitu golongan orang-orang yang masuk Islam dari Kota Makkah dan Madinah.
1.      Orang-orang pertama yang masuk Islam di Makkah
Setelah yang dikenal sebai Assabiqunal Awwalun, kemudian disusul oleh Zubair Bin Awwam, Abu Dzar Al-Ghifari, Umar Bin Anbasah dan Sa’id Bin Al-Ash. Islam tersebar di makkah, terutama di kalangan orang-orang yang hatinya telah diterangi sinar hidayah oleh Allah SWT. Padahal pada penyebaran Islam kali ini dilakukan secara diam-diam, tidak secara demonstratif dan tidak pula secara propokatif.[6]
2.      Orang-orang yang Masuk Islam di Madinah
Pada suatu malam, Nabi saw  berada di Bukit Aqabah Mina. Beliau bertemu dengan serombongan orang dari Yastrib (Madinah) yang berjumlah enam orang. Mereka adalah keturunan Khajraz. Mula-mula Beliau mengajukan suatu pertanyaan kepada mereka dan mereka menjawabnya dengan baik. Selanjutnya, beliau dan mereka saling memperkenalkan diri. Nabi saw menanyakan keadaan mereka di kota Yastrib (Madinah) dan beliau mengajak mereka berbincang-bincang. Sesudah saling bertanya, akhirnya beliau mengjak mereka pergi ke tempat yang sunyi. Nabi saw kemudian membacakan ayat-ayat Al-Qur’an dan menyeru kepada mereka tentang Islam. Dengan segera, mereka tertarik dan percaya kepada nabi saw beserta apa yang diserukan dan apa yang dibacakan.
Adapun keenam orang itu adalah As’ad bin Zurarah dari Bani an-Najjar, Rafi bin Malik dari Bani Zuraiq, Auf bin Harits dari Bani an-Najjar, Qthbah bin Amir dari Bani Salamah, Uqbah bin Amir dari Bani Hiram, dan Jabir bin Abdiwah dari Bani Ubaid.
Setelah enam orang tersebut menerima dakwah Islam, Nabi saw mengajak mereka pindah lagi ke tempat yang lebih sunyi, yakni suatu tempat yang terletak di bawah Bukit Aqabah. Di tempat inilah mereka menerima Islam. Peristiwa ini terjadi pada tahun ke-11 dari kenabian.
Setelah berunding, mereka menyatakan percaya dengan sungguh-sungguh terhadap kerasulan Nabi Muhammad saw. Beliau menasihati mereka supaya bersatu dan saling menolong untuk menyiarkan agama Islam.[7]


C.     Tahapan Dakwah Rasulullah SAW
Dakwah yang dimulai oleh Nabi Muhammad SAW dari Makkah betujuan menciptakan suatu negara, tetapi untuk membangun generasi dan umat baru yang hidup menghayati kebenaran dan sanggup menyebarluaskannya keseluruh permukaan bumi, agar di dunia tidak ada cerita lain kecuali cerita tentang kehidupan yang benar. Dakwah Nabi terbagi menjadi dua periode, yaitu dakwah secara diam-diam dan dakwah secara terang-terangan atau terbuka.
1.      Dakwah secara diam-diam
Dakwah Nabi secara diam-diam atau sembunyi-sembunyi ini atas dasar perintah Allah dalam Q.S Al-Hajj ayat 5, yang berbunyi:
Manakala kami turunkan hujan di atasnya, maka hidup dan suburlah tanah itu serta menumbuhkan berbagai macam tetanaman indah”. (Q.S Al-Hajj: 5)
Para pengikut Nabi Muhammad berhimpun di sekitar beliau atas kesadaran masing-masing. Dengan rasa kasih dan kekaguman mereka mendengarkan beliau menjelaskan pokok-pokok ajaran agama Islam. Iman adalah kekuatan yang sangat menakjubkan. Apabila ia telah besemayam di lubuk hati, ia sanggup mengubah sesuatu yang mustahil menjadi sesuatu yang mungkin. Tahap pertama dakwah Rasululullah SAW mengajak para anggota keluarga dan para sahabat terdekatnya supaya memeluk agama Islam. Mereka sama sekali tidak meragukan kebesar beliau, keagungan pribadi dan kebenaran tutur katanya. Karena itu, layaklah kalau mereka menjadi orang-orang yang paling dini dalam mengikuti dan membantu beliau.[8]
Penyiaran Islam secara diam-diam dan rahasia ini membuahkan beberapa sahabat serta kerabat, dan hanya ditujukan kepada orang-orang terdekat Rasulullah saja, yaitu Khadijah, Ali bin Abi Thalib, Zaid bin Haritsah dan sahabat lainnya.

2.      Tahapan dakwah secara tebuka
            Setelah beliau cukup mempunyai kekuatan, kemudian beliau diperintahkan Allah untuk menyiarkan Islam secara terang-terangan, sebagaimana dinyatakan dalam Al-Qur’an:
íyô¹$$sù $yJÎ/ ãtB÷sè? óÚ̍ôãr&ur Ç`tã tûüÏ.ÎŽô³ßJø9$# ÇÒÍÈ  
94. Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik. (Q.S. Al-Hijr : 94)
karena Allah memerintahkan demikian, maka beliau dating di pasar-pasar dan di tempat-tempat orang berkumpul. Di sana beliau membacakan Al-Qur’an dan beliau mengajak penduduk Mekah memeluk Islam. Maka tertarilah penduduk Mekah kepada Islam, dan mereka mau memeluk agama Islam.[9]
            Dalam perjalanan dakwah Nabi bagaimana Islam tersebar dalam batas kesanggupan dan pada batas kemampuan mereka, bukan dengan mantra, dan hal-hal gaib. Nabi bukan duduk-duduk saja kemudian agama Islam tersebar, tetapi beliau mempersiapkan segala sesuatu dan menghayati dakwah Islam sebagai manusia biasa bukan sebagai malaikat.[10]
D.    Tantangan Dakwah Rasulullah SAW
sejak Rasulullah SAW mulai berdakwah secara terbuka dan mengutuk kesesatan agama yang diwarisi oleh kaumnya dari nenek moyang mereka, meledaklah kemarahan penduduk makkah. Sepuluh tahun lamanya kaum muslimin dipandang sebagai kaum pembangkang yang memberontak, semenjak itu kota suci makkah berubah menjadi ajang pertumpahan darah, perampokan, dan pencemaran kehormatan wanita Muslim. Dalam keadaan inilah, Rasulullah beserta kaum Muslimin setiap hari menghadapi bahaya, rintangan, yang menjadi tantangan besar dalam dakwahnya.
Kaum musyrikin Quraiys menghamburkan tuduhan disetai cacian terhadap Rasulullah SAW dan para sahabatnya. Mereka membentuk kelompok-kelompok khusus untuk melancarkan cemooh terhadap Islam dan tokoh-tokohnya. Sama halnya denganyang kini dilakukan oleh pers non-Islam sewaktu melancarkan kecaman pedas atau karikatur untuk mendiskreditkan lawan di mata masyarakat. Dengan serangan yang bertubi-tubi itu, kaum muslimin ketika itu berada di ujung tanduk.
Cacian serta tuduhan-tuduhan yang dilontarkan oleh kaum musyrikin terhadap Nabi telah terabadikan di dalam Al-Qur’an. Diantaranya yaitu:
1.    Nabi disebut kaum Musyrikin sebagai orang gila. Tecatat dalam Al-Qur’an surat Al-Hijr ayat 6
mereka bekata: ‘hai yang menerima wahyu, sesungguhnya engkau adalah gila’”. (QS. Al-Hijr:6)
2.    Kaum musyrikin menuduh Nabi sebagai tukang sihir dan pendusta, terdapat dalam Al-Qur’an dalam surat Shaad ayat 4
Mereka heran karena kedatangan seseorang yang memberi peringatan (Rasul), dan orang-orang kafir itu berkata: ‘orang itu (Muhammad SAW ) adalah tukang sihir dan pendusta.’” (QS.Shaad:4)
3.    Tuduhan-tuduhan tersebut tersebar luas hingga Rasulullah dihadapkan dengan tatapan sinis dan sikap mendendam dari orang-orang kafir Quraisy, terdapat dalam QS. Al-Qalam ayat 51
sungguh bahwa orang-orang kafir itu hampir membinasakan engkau dengan pandangan mata mereka, ketika mereka mendengar Al-Qur’an dan berkata: ‘Dia (Muhammad SAW) itu sungguh gila’”. (QS. Al-Qalam:51)
Menurut riwayat Ibnu Ishaq, Nabi saw pergi ke tempat-tempat musim berkumpul bangsa Arab, yaitu pasar yang diadakan beberapa kali pada setiap tahun dengan cara berganti-berganti dalam waktu yang ditentukan, misalnay Pasar Ukaz diadakan selama bulan Syawal dan pasar Majannah berlangsung sesudah bulan Syawal selama dua puluh hari, pada musim Haji diadakan perayaan pasar il Majaz. Selain pasar, beliau juga mendatangi tempat-tempat suku Kinidah, suki Bani Kalb, dan suku Bani Abir bin Sha’sha’ah.
Jika Beliau mengetahui ada rombongan yang datang dari bangsa Arab yang datang ke Mekah, beliau segera mendatangi mereka. Selain itu Nabi juga sering berjalan dan mengelilingi mereka sambil berakata “hai sekalian manusia, sesungguhnya Allah memerintahkan kamu sekalian supaya menyembah kepada-Nya dan janganlah kamu menyekutukan Dia dengan sesuatu”. Apabila Nabi berkata seperti itu, pasti dibelakang beliau ada seseorang yang mengikuti sambil bicara dengan suara keras “hai sekalian manusia, sesungguhnya orang ini memerintahkan kamu sekalian supaya meninggalkan agama orang tuamu dahulu”. Orang yang suka mengikuti di belakang Nabi saw adalah paman beliau, Abu Lahab. Kadang Nabi saw berkata “hai sekalian manusia, ucapkanlah tidak ada Tuhan melainkan Allah, supaya kamu bahagia”. Kemudia dari belakang Abu Lahab menyahut “hai sekalian manusia, janganlah kamu dengarkan perkataan orang ini karena dia pendusta”. [11]
Selain dari Abu Lahab, ejekan para Pendeta-pendeta kaum Yahudi juga menjadi  tantangan dakwah Rosul lainnya. Pendeta-pendeta tersebut diantaranya:
1.    Rafi’ bin Huraimilah
Rafi’ bin Huraimilah adalah pendeta Yahudi. Suatu hari dia datang menemui Nabi saw lalu berkata “hai Muhammad, katakanlah jika engkau betul-betul pesuruh Allah, sebagaimana pengakuan engkau, maka katakanlah kepada Allah, mengapa Dia tidak bicara sendiri kepada kita sehingga kita mendengar sendiri pembicaraan-Nya atau engkau datangkan bukti dari Allah yang menyatakan bahwa engkau itu sungguh-sungguh pesuuh Allah.
Ketika itu, Nabi diam dan seketika Allah menurunkan wahyu pada Nabi saw yang berbunyi:
tA$s%ur tûïÏ%©!$# Ÿw tbqßJn=ôètƒ Ÿwöqs9 $uZßJÏk=s3ムª!$# ÷rr& !$oYÏ?ù's? ×ptƒ#uä 3 šÏ9ºxx. tA$s% š
úïÏ%©!$# `ÏB NÎgÎ=ö7s% Ÿ@÷WÏiB óOÎgÏ9öqs% ¢ ôMygt7»t±n@ óOßgç/qè=è% 3 ôs% $¨Y¨t/ ÏM»tƒFy$# 5Qöqs)Ï9 šcqãZÏ%qムÇÊÊÑÈ  
118. Dan orang-orang yang tidak mengetahui berkata: "Mengapa Allah tidak (langsung) berbicara dengan Kami atau datang tanda-tanda kekuasaan-Nya kepada kami?" demikian pula orang-orang yang sebelum mereka telah mengatakan seperti Ucapan mereka itu; hati mereka serupa. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan tanda-tanda kekuasaan Kami kepada kaum yang yakin. (Q.S. Al Baqarah: 118)
2. Wahab bin Zaid
Wahab bin Zaid berkata kepada Nabi “Muhammad, kami tidak akan percaya akan terutusnya engkau kecuali jika engkau mendatangkan catatn dari langit  kepada kami dan kami dapat membacanya, atau jika engkau memancarkan beberapa sungai di tanah Arab untuk kami. Maka kalau engkau telah dapat berbuat begitu, barulah nanti kami percaya dan mengikuti saran engkau”.  Kemudian Allah menurunkan wahyu kepada Nabi saw yang berbunyi:
÷Pr& šcr߃̍è? br& (#qè=t«ó¡n@ öNä3s9qßu $yJx. Ÿ@Í´ß 4ÓyqãB `ÏB ã@ö6s% 3 `tBur ÉA£t7oKtƒ tøÿà6ø9$# Ç`»oÿM}$$Î/ ôs)sù ¨@|Ê uä!#uqy È@Î6¡¡9$# ÇÊÉÑÈ    
108. Apakah kamu menghendaki untuk meminta kepada Rasul kamu seperti Bani Israil meminta kepada Musa pada jaman dahulu? dan Barangsiapa yang menukar iman dengan kekafiran, Maka sungguh orang itu telah sesat dari jalan yang lurus.  (Q.S. Al Baqarah : 108)
3. Shaluuba Al-Fathyuni
Shaluuba Al-Fathyuni datang kepada Nabi saw sambil berkata “Muhammad, jika engkau memang pesuruh Allah, mengapa kedatanganmu kepada kami tidak dengan tanda bukti yang kami kenal dan mengapa Allah tidak menurunkan tanda-tanda bukti yang menunjukkan bahwa engkau itu pesuruh Allah?”. Kemudia Allah menurunkan wahyu kepada Nabi saw:
ôs)s9ur !$uZø9tRr& y7øs9Î) ¤M»tƒ#uä ;M»oYÉit/ ( $tBur ãàÿõ3tƒ !$ygÎ/ žwÎ) tbqà)Å¡»xÿø9$# ÇÒÒÈ  
99. Dan Sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu ayat-ayat yang jelas; dan tak ada yang ingkar kepadanya, melainkan orang-orang yang fasik. (Q.S. Al Baqarah : 99)
4. Jabal bin Abu Qusyair
Jabal bin Abu Qusyair bersama dengan Syamsu bin Zaid datang kepada Nabi saw lalu berkata “Muhammad, kalau engkau memang benar nabi dan Rasul, sebagaimana pengakuan engkau, cobalah engkau beritakan kepada kami, kapankah datangnya kiamat itu?”. Nabi saw tidak menjawab, kemudia Allah menurunkan wahyu:
y7tRqè=t«ó¡o Ç`tã Ïptã$¡¡9$# tb$­ƒr& $yg8yóßD ( ö@è% $yJ¯RÎ) $ygãKù=Ïæ yZÏã În1u ( Ÿw $pkŽÏk=pgä !$pkÉJø%uqÏ9 žwÎ) uqèd 4 ôMn=à)rO Îû ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur 4 Ÿw ö/ä3Ï?ù's? žwÎ) ZptGøót/ 3 y7tRqè=t«ó¡o y7¯Rr(x. ;Å"ym $pk÷]tã ( ö@è% $yJ¯RÎ) $ygßJù=Ïæ yZÏã «!$# £`Å3»s9ur uŽsYò2r& Ĩ$¨Z9$# Ÿw tbqßJn=ôètƒ ÇÊÑÐÈ  
187. Mereka menanyakan kepadamu tentang kiamat: "Bilakah terjadinya?" Katakanlah: "Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu adalah pada sisi Tuhanku; tidak seorangpun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. kiamat itu Amat berat (huru haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi. kiamat itu tidak akan datang kepadamu melainkan dengan tiba-tiba". mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. Katakanlah: "Sesungguhnya pengetahuan tentang bari kiamat itu adalah di sisi Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak Mengetahui". (Q.S. Al-A’raaf: 187)
5. Nu’man bin Adha
     Nu’man bin Adha, Bahri bin Amr, dan Syas bin Adi datang pada Nabi saw. Nabi mengajak mereka supaya mengikuti agama Allah dan memperingatkan mereka dengan siksa-Nya. Kemudian, dengan sombong, mereka berkata, “mengapa engkau menakt-nakuti kami, wahai Muhammad? Kami adalah putra-putra Allah dan kecintaan-Nya, bukan?”
     Kemudian Allah menurunkan wahyu kepada Nabi yang berbunyi:
ÏMs9$s%ur ߊqßguø9$# 3t»|Á¨Y9$#ur ß`øtwU (#às¯»oYö/r& «!$# ¼çnàs¯»¬6Ïmr&ur 4 ö@è% zNÎ=sù Nä3ç/ÉjyèムNä3Î/qçRäÎ/ ( ö@t/ OçFRr& ׎|³o0 ô`£JÏiB t,n=y{ 4 ãÏÿøótƒ `yJÏ9 âä!$t±o Ü>Éjyèãƒur `tB âä!$t±o 4 ¬!ur à7ù=ãB ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur $tBur $yJßguZ÷t/ ( Ïmøs9Î)ur 玍ÅÁyJø9$# ÇÊÑÈ  
18. Orang-orang Yahudi dan Nasrani mengatakan: "Kami ini adalah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya". Katakanlah: "Maka mengapa Allah menyiksa kamu karena dosa-dosamu?" (kamu bukanlah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya), tetapi kamu adalah manusia(biasa) diantara orang-orang yang diciptakan-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya. dan kepunyaan Allah-lah kerajaan antara keduanya. dan kepada Allah-lah kembali (segala sesuatu). (Q.S. Al-Maaidah : 18).[12]
Tantangan selanjutnya adalah penganiayaan terhadap oang-orang yang memeluk Islam, segenap upaya dan kerja keras orang-orang kafir dikerahkan dengan tujuan untuk menurunkan mental kaum muslimin. Diantara para sahabat yang mendapatkan penganiayaan dan penyiksaan berat adalah Ammr Bin Yasir, Bilal Bin Rabbah dan Khabbab.[13]
























BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
1.    Cara Wahyu diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW:
a)      Berupa impian yang baik waktu beliau tidur
b)      Kadang-kadang wahyu itu dibawa oleh malaikat jibril, dan malaikat itu menyerupai manusia laki-laki, lalu menyampaikan perkataan kepada beliau, kemudian semua perkataan itu dipelihara baik-baik dan dihafal benar oleh beliau.
c)      Kadang wahyu itu merupakan bunyi genta. Menurut beliau, itulah wahyu yang paling berat diterima beliau
d)     Kadang wahyu itu tidak diperantar oleh malaikat, tetapai Nabi mendapatkannya langsung dari hadirat Allah.
e)      Wahyu itu beliau terima di atas langit yang ke tujuh.
2.    Dari golongan wanita, yang petama kali beriman adalah istri beliau, yaitu Siti Khadijah r.a, Dari golongan sahabat, yang pertama kali beriman adalah Abu Bakar, yang mana setelah Abu Bakar ini masuk Islam beliau giat berdakwah mengislamkan orang-orang kepercayaan yang dicintainya, diantaranya yaitu Utsman Bin Affan, Thalhah Bin Ubaidillah, Sa’ad Bin Abi Waqqash, serta pendeta Waraqah Bin Naufal. Dari golongan kanak-kanak, yaitu Ali Bin Abi Thalib, dan Zaid Bin Tsabit, yang tidak lain adalah putra asuhan Rasulullah. Dari golongan budak laki-laki, yaitu Zaid Bin Haritsah. Dari golongan budak perempuan, yaitu Ummu Aiman.
3.    Tahapan Dakwah Rasulullah SAW, dilakukan secara terang-terangan dan sembunyi-sembunyi.
4.    Tantangan Dakwah Rasulullah SAW: Cacian serta tuduhan-tuduhan yang dilontarkan oleh kaum musyrikin terhadap Nabi telah terabadikan di dalam Al-Qur’an. Diantaranya yaitu:
a)      Nabi disebut kaum Musyrikin sebagai orang gila. Tecatat dalam Al-Qur’an surat Al-Hijr ayat 6
mereka bekata: ‘hai yang menerima wahyu, sesungguhnya engkau adalah gila’”. (QS. Al-Hijr:6)
b)      Kaum musyrikin menuduh Nabi sebagai tukang sihir dan pendusta, terdapat dalam Al-Qur’an dalam surat Shaad ayat 4
Mereka heran karena kedatangan seseorang yang memberi peringatan (Rasul), dan orang-orang kafir itu berkata: ‘orang itu (Muhammad SAW ) adalah tukang sihir dan pendusta.’” (QS.Shaad:4)
c)      Tuduhan-tuduhan tersebut tersebar luas hingga Rasulullah dihadapkan dengan tatapan sinis dan sikap mendendam dari orang-orang kafir Quraisy, terdapat dalam QS. Al-Qalam ayat 51
sungguh bahwa orang-orang kafir itu hampir membinasakan engkau dengan pandangan mata mereka, ketika mereka mendengar Al-Qur’an dan berkata: ‘Dia (Muhammad SAW) itu sungguh gila’”. (QS. Al-Qalam:51)
B.     Saran
Demikianlah makalah yang dapat kami sajikan, semoga bermanfaat untuk kita semua. Kritik dan saran yang membangun tetap kami harapkan untuk kesempurnaan makalah ini.













[1] Hesham A Hassaballa dan Kabir Helsminki, Sejarah Islam, Diglossia, Yogyakarta, 2006, hlm. 67-69
[2] M. Arief hakim, Mutiara Kisah 25 Nabi dan Rosul, Marja’, Bandung , 2004, hlm. 205
[3] K.H. Moenawar Chalil, Kelengkapan Tarikh Nabi SAW Jilid 1, GEMA INSANI PRESS, Jakarta, 2001, hlm. 141-143
[4] Muhammad Al-Ghazali, Sejarah Perjalanan Hidup Muhammad, Mitra Pustaka, Yogyakarta, 2004, hlm. 112
[5] K.H. Moenawar Chalil, Kelengkapan Tarikh Nabi SAW Jilid 1, hlm. 176-177
[6] Muhammad Al-Ghazali, Sejarah Perjalanan Hidup Muhammad, hlm. 118
[7] K.H. Moenawar Chalil, Kelengkapan Tarikh Nabi SAW Jilid 2, Jakarta, GEMA INSANI PRESS, 2001, hlm. 102
[8]Muhammad Al-Ghazali, Sejarah Perjalanan Hidup Muhammad, hlm. 111-112                
[9]Moh. Rifai, Riwayat 25 Nabi dan Rasul, Semarang, CV. TohaPutra, 1999, hlm. 125-126
[10] Faruq Hamadah, Kajian Lengkap Sirah Nabawiyah, Jakarta, GEMA INSANI, 1998, hlm. 26
[11]K.H. Moenawar Chalil, Kelengkapan Tarikh Nabi SAW Jilid 2, hlm. 99-100
[12] Ibid., hlm. 190-207
[13]Muhammad Al-Ghazali, Sejarah Perjalanan Hidup Muhammad, hlm. 122

Tidak ada komentar:

Posting Komentar