Sabtu, 09 Januari 2016

PERKEMBANGAN MASA PERTENGAHAN DAN AKHIR MASA KANAK-KANAK



PERKEMBANGAN MASA PERTENGAHAN
DAN AKHIR MASA ANAK-ANAK
MAKALAH
Disusun guna memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Psikologi Perkembangan
Dosen Pengampu : Farida Ulyani, M.Pd
STAIN KUDUS
Disusun oleh :
 kelompok 9
1.     Intan Wakhidah             1310110040
2.     Fahimatul khoiriyah      1310110062
3.     Iyanatul masbakhah      1310110077

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
TARBIYAH PAI
TAHUN AJARAN
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Permulaan masa pertengahan dan akhir anak-anak ini ditandai dengan masuknya anak ke kelas satu dasar. Bagi sebagian besar anak, hal ini merupakan perubahan besar dalam pola kehidupannya. Sebab, masuk ke kelas satu merupakan peristiwa penting bagi anak yang dapat mengakibatkan terjadinya perubahan dalam sikap, nilai, dan perilaku.  
Masa akhir anak-anak sering disebut sebagai masa tamyiz masa sekolah atau masa sekolah dasar. Masa ini dialami anak usia 6 tahun sampai masuk masa pubertas dan masa remaja awal yang berkisar pada usia 12-13 tahun. Pada masa ini, anak sudah matang bersekolah dan sudah siap masuk sekolah dasar.
Bagi sebagian besar anak, hal ini merupakan perubahan besar dalam pola kehidupannya. Sebab, masuk kelas satu merupakan peristiwa penting bagi anak yang dapat mengakibatkan terjadinya perubahan dalam sikap, nilai, dan perilaku.
B.     Rumusan masalah
1.      Bagaimana Perkembangan Masa Pertengahan dan Akhir Masa Anak-Anak?
2.      Bagaimana Tugas Masa Pertengahan dan Akhir Masa Anak-Anak?









BAB II
PEMBAHASAN
A.    Perkembangan Masa Pertengahan Dan Akhir Masa Anak-Anak
Periode ini berlangsung dari usia 6 tahun hingga tiba saatnya individu menjadi matang secara seksual. Permulaan masa pertengahan dan akhir masa anak-anak ini ditandai dengan masuknya anak ke kelas satu sekolah dasar. Bagi sebagian besar anak, hal ini merupakan bagian besar dalam pola kehidupannya. Sebab, masuk kelas satu merupakan peristiwa penting bagi anak yang mengakibatkan terjadinya perubahan dalam sikap, nilai, dan perilaku.
1.      Perkembangan Fisik
a)      Keadaan Berat dan Tinggi Badan
Dalam perkembangan fisik, masa pertengahan dan akhir anak-anak merupakan periode pertumbuhan fisik yang lambat yang relative seragam sampai mulai terjadi perubahan-perubahan pubertas. Pertumbuhan fisik cenderung lebih stabil atau tenang sebelum memasuki masa remaja yang pertumbuhannya begitu cepat. Masa yang tenang ini diperlukan oleh anak untuk belajar berbagai kemampuan akademik. Anak menjadi lebih tinggi, lebih berat, lebih kuat, serta belajar berbagai keterampilan. Selama masa akhir anak-anak, tumbuh tinggi sekitar 5-6% dan berat sekitar 10% setiap tahun. Pada usia 6 tahun tinggi rata-rata anak adalah 46 inci dengan berat 22,5 kg. Kemudian pada usia 12 tahun tinggi anak mencapai 60 inci 42,4 kg. Kenaikan tinggi dan berat badan bervariasi antara anak satu dengan anak yang lain. Peran kesehatan dan gizi sangat penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak.
b)      Perkembangan Motorik
Selama masa pertengahan dan akhir anak-anak, perkembangan motorik anak-anak menjadi lebih halus dan lebih terkoordinasi dibandingkan dengan awal masa anak-anak. Untuk memperhalus keterampilan-keterampilan motorik mereka, anak-anak terus melakukan berbagai aktifitas fisik. Aktifitas fisik ini dilakukan dalam bentuk permainan yang kadang-kadang bersifat informal, permainan yang diatur sendiri oleh anak. Disamping itu, anak-anak juga melibatkan diri dalam aktivitas permainan olahraga yang bersifat formal. Bila dikuasai, keterampilan-keterampilan fisik ini merupakan sumber kenikmatan dan prestasi yang besar bagi anak-anak.
Ketika anak-anak memasuki tahun-tahun sekolah dasar mereka memperoleh kendali yang lebih besar atas tubuh mereka dan dapat duduk serta berdiri dalam waktu yang lebih lama. Tetapi anak-anak sekolah dasar jauh dari kedewasaan fisik, dan mereka harus lebih aktif. Mereka menjadi lebih jenuh karena duduk terlalu lama daripada berlari, melompat, atau bersepeda. Tindakan fisik adalah penting bagi anak-anak untuk memperhalus keterampilan-keteranpilan mereka yang sedang berkembang. Oleh karena itu, pada prinsipnya anak-anak sekolah dasar harus terlibat secara aktif daripada pasif di dalam kegiatan-kegiatan.[1]
2.      Perkembangan Kognitif
Kognitif adalah pengetahuan yang luas mengenai berpikir dan mengamati, kognitif adalah tingkah laku yang mengakibatkan orang memperoleh pengetahuan atau yang dibutuhkan untuk menggunakan pengetahuan tersebut.[2]
a)      Perkembangan Kognitif Menurut Piaget
Menurut Piaget, operasi adalah hubungan-hubungan logis diantara konsep-konsep atau skema-skema. Sedangkan operasi kongkrit adalah aktifitas mental yang difokuskan pada objek-objek dan peristiwa-peristiwa nyata atau konkrit yang dapat diukur.
Anak akan melalui tiga macam proses yang disebut operasi-operasi, yaitu : Negasi (negation). Pada masa pra-operasional anak hanya melihat keadaan permulaan dan akhiran dari deretan suatu benda. Hubungan timbal balik (resiprokasi). Ketika anak melihat bagaimana deretan benda itu diubah, anak mengetahui bahwa deratan benda itu berubah dan posisinya tidak sama dengan yang semula, tetapi anak mengetahui bahwa jumlah benda itu sama. Identitas, anak pada masa konkrit operasional sudah bisa mengenal satu persatu benda yang ada pada deretan itu. Anak bisa menghitung, sehingga meskipun benda dipindahkan anak dapat mengatahui bahwa jumlahnya akan tetap sama.[3]
b)      Perkembangan Memori
Pada usia 7 tahun, seorang anak memasuki tahap  operasional konkret. Dinamakan demikian karena pada saat ini anak dapat menggunakan operasi mental untuk memecahkan masalah konkret (actual). Anak dapat berpikir logis ketimbang sebelumnya karena pada saat ini mereka dapat mengambil berbagai aspek dari situasi tersebut kedalam pertimbangan. Walaupun demikian, mereka masih dibatasi untuk berpikir tentang situasi yang sebenarnya pada saat itu saja.[4]
Seiring dengan masuknya anak ke sekolah dasar, maka kemampuan kognitifnya turut mengalami perkembangan yang pesat. Karena dengan masuk sekolah, berarti dunia dan minat anak bertambah luas, dan dengan meluasnya minat maka bertambah pula pengertian tentang manusia dan obyek-obyek yang sebelumnya kurang berarti bagi anak. Dalam keadaan normal, pikiran anak usia sekolah berkembang secara berangsur-angsur. Kalau pada masa sebelumnya daya pikir anak masih bersifat imajinatif dan egosentris, maka pada usia sekolah dasar ini daya pikir anak berkembang kearah berpikir konkrit, rasional dan objektif. Daya ingatnya menjadi sangat kuat, sehingga anak benar-benar berada dalam suatu stadium belajar.[5]
Selama tahun-tahun pertengahan dan akhir, anak-anak menunjukkan perubahan-perubahan penting sebagai mereka mengorganisasi dan mengingat informasi. Setelah anak berusia 7 tahun tidak terlihat peningkatan yang berarti. Cara mereka memproses informasi berbeda dengan orang dewasa. Memori jangka panjang pada anak terlihat peningkatan seiring dengan penambahan usia selama masa pertengahan dan masa akhir anak-anak. Hal ini karena memori jangka panjang sangat tergantung pada kegiatan belajar individu ketika mempelajari dan mengingat informasi.
Meskipun pada masa pertengahan dan akhir masa anak-anak tidak terjadi peningkatan yang berarti dalam memori jangka panjang, malah menunjukkan keterbatasan, namun selama periode ini mereka berusaha mengurangi kererbatasan tersebut menggunakan strategi memori (memory strategy), yaitu perilaku yang disengaja yang digunakan untuk meningkatkan memori.
Menurut Marlin, ada empat strategi memori, yaitu rehearsal, organization, imagery, dan retrieval. Rehearsal (pengulangan) adalah salah satu strategi meningkatkan memori dengan cara mengulangi berkali-kali informasi setelah informasi tersebut disajikan. Organization (organisasi) seperti pengkategorian dan pengelompokan, merupakan strategi memori yang sering digunakan orang dewasa. Imagery (perbandingan) adalah tipe dari karakteristik pembayangan dari seseorang. Memori anak kelas satu sekolah dasar meningkat setelah mereka dilatih membentuk perbandingan interaktif.  Retrieval (pemunculan kembali) adalah proses mengeluarkan atau memunculkan informasi dari memori.
Di samping strategi-strategi di atas, juga terdapat hal lain yang mempengaruhi memori anak, seperti usia, sikap, motivasi, dan lain-lain.
c)      Perkembangan Pemikiran Kritis
Pemikiran kritis adalah pemahaman atau refleksi terhadap permasalahan secara mendalam, mempertahankan pemikiran memikiran dengan pendekatan dan perspektif yang berbeda, tidak mempercayai begitu saja informasi-informasi yang datang dari berbagai sumber. Untuk mengembangan pemikiran anak yang kritis  dengan cara mengajarkan anak menggunakan proses-proses berpikir yang benar, mengembangan strategi-strategi pemecahan masalah, meningkatkan mental mereka, memotivasi anak untuk menggunakan keterampilan berpikir yang baru saja mereka pelajari.
d)     Perkembangan Intelegensi (IQ)
Intelegensi Quotions telah dianggap sebagai suatu norma yang menentukan perkembangan kemampuan dan ppencapaian optimal hasil belajar anak di sekolah. Dengan mengetahui intelegensinya, seorang anak dapat dikategorikan sebagai anak yang pandai/cerdas (jenius), sedang, atau bodoh (idiot). Intelegensi dapat diartikan sebagai kemampuan berpikir secara abstrak, memecahkan masalah menggunakan simbol-simbol verbal, dan kemampuan untuk belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan.
e)      Perkembangan Kecerdasan Emosional (EQ)
Menurut Goleman Emotional Quotions (kecerdasan emosional) mempunyai lima komponen yang penting, yaitu: mengenali emosi, mengelola emosi, motivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, dan membina hubungan.
Ketika usia anak bertambah, mereka menjadi lebih peka terhadap perasaannya sendiri dan perasaan orang lain. Mereka dapat lebih baik mengatur ekspresi emosional mereka dalam situasi sosial, dan mereka dapat merespon tekanan emosional orang lain. Pada usia 7 atau 8 tahun, raasa malu dan rasa bangga akan diimplikasi pada tindakan mereka dan jenis sosialisasi yang pernah mereka terima.
Mengenali emosi diri atau kesadaran diri adalah mengetahui apa yang dirasakan dan menggunakannya untuk mengambil keputusan, memiliki tolok ukur yang realistis atas kemampuan diri dan kepercayaan diri yang kuat. Mengelola emosi yaitu menangani emosi diri agar berdamapak positif bagi diri sendiri, orang yang memiliki keerdasan emosional adalah orang yang mampu menguasai, mengelola dan mengarahkan emosinya dengan baik. Motivasi diri yaitu menggerakkan hasrat yang paling dalam  untuk menggerakkan dan menuntun manusia menuju sasaran, membantu mengambil keputusan dalam bertindak, dan mampu bertahan dalam kegagalan. Mengenali emosi orangg lain (empati) yaitu kemampuan untuk merasakaan apa yang orang lain rasakan , mampu memahami pendapat mereka, menumbuhkan hubungan saling percaya yang menyelaraskan diri dengan orang banyak.  Membina hubungan yaitu kemampuan mengendalikan dan menangani emosi secara baik ketika berhubungan dengan orang lain.
f)       Perkembangan Kecerdasan Spiritual (SQ)
Spiritual Quotions atau kecerdasan emosional adalah kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain.
Aspek di dalam SQ adalah kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan masalah makna dan nilai, SQ adalah kecerdasan untuk menetapkan perilaku dan hidup manusia dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, SQ adalah kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna disbanding dengan yang lain, SQ adalah keerdasan yang tidak hanya untuk mengetahui nilai-nilai yang ada, tetapi juga untuk secara kreatif menemukan nilai-nilai baru.
Anak-anak memiliki kemampuan SQ yang dibawanya sejak lahir, dan pendidikan agama harus dipertahankan sebagai bagian penting dari progam-progam yang diberikan di sekolah.
g)      Perkembangan Bahasa
Selama masa akhir anak-anak, perkembangan bahasa terus berlanjut. Perbendaharaan kosa kata anak meningkat dan cara anak menggunakan kata dan kalimat bertambah kompleks serta lebih menyerupai bahasa orang dewasa. Dari berbagai pelajaran yang diberikan di sekolah, bacaan, pembicaraan dengan anak lain, serta melalui radio dan televisi, anak-anak menambah kosa kata yang ia gunakan dalam ucapan atau  tulisan. Ketika anak masuk ke kelas satu dasar, kosa katanya mencapai 20.000 samapi 24.000 kata. Pada saat anak duduk di kelas 6, kosa kata mencapai 50.000 kata.
Seiring dengan meningkatnya kosa kata pada tahun-tahun bersekolah, penggunaan kata kerja yang tepat untuk sebuah aksi semakin meningkat. Mereka belajar bukan hanya menggunakan banyak kata tetapi juga memilah kata yang benar untuk penggunaan tertentu.[6]
Anak juga mengalami kemajuan dalam berbicara, pengucapan, pembentukan kalimat, yaitu dari usia 6-10 tahun, panjang kalimat akan bertambah, kalimat panjang biasanya tidak teratur dan terpotong-potong, berangsur-angsur setelah dan kemajuan dalam pengertian.[7]
3.      Perkembangan psikososial
Dunia psikologi anak menjadi lebih kompleks dan berbeda dengan masa awal anak. Hubungan dengan keluarga dan teman sebaya memainkan peranan yang penting. Sekolah dan hubungan para guru menjadikan aspek kehidupan anak menjadi terstruktur. Pemahaman anak terhadap diri “self” berkembang.[8]
a)     Perkembangan Pemahaman Diri
Pada usia sekolah dasar, pemahaman diri atau konsep diri anak mengalami perubahan yang sangat pesat. Menurut Santrock, perubahan ini meliputi : Karakteristik Internal, anak-anak pada masa pertengahan dan akhir lebih cenderung mendefinisikan dirinya melalui keadaan-keadaan dalam yang subjektif daripada melalui kadaaan luar. Karakteristik aspek-aspek sosial, selama tahun-tahun sekolah dasar, aspek-aspek sosial dari pemahaman diri juga menimgkat. Anak sekolah dasar seringkali menjadikan kelompok-kelompok sosial sebagai acuan dalam menjelasakan diri mereka. Karakteristik Perbandingan Sosial, pada tahap ini nak usia sekolah cenderung membedakan diri mereka dengan orang lain. 
b)   Perkembangan dengan Teman Sebaya
Menurut Barker dan Wright anak usia 2 tahun menghabiskan 10% dari waktu siangnya untuk berinteraksi dengan teman sebaya. Pada usia 4 tahun, waktu yang dihabiskan untuk teman sebaya adalah 20%. Sedangkan anak usia 7-11 tahun meluangkan waktu lebih dari 40% untuk teman sebaya.
c)    Pembentukan Kelompok.
Pembentukan kelompok teman, anak usia sekolah dasar lebih menekankan pentingnya aktivitas bersama, seperti berbicara, mendengarkan musik, bermain game, dan lain-lain, merupakan dasar bagi terbentuknya kelompok teman sebaya.[9]
B.     Tugas Perkembangan Pada Masa Pertengahan dan Akhir Anak-Anak
Dalam rentang kehidupannya, manusia melewati tahap-tahap perkembangan dimana setiap tahap memiliki tugas-tugas perkembangan yang harus dikuasai dan diselesaikan. Sebagian besar dari kita ingin berusaha menguasai dan menyelesaikannya pada waktu yang tepat. Beberapa orang dapat berhasil, sedangkan yang lain kemungkinan tidak berhasil atau terlalu cepat dari tahap yang seharusnya. Menurut Havighurst tugas perkembangan pada masa usia pertengahan dan masa akhir anak-anak.
1.      Masa Usia Pertengahan :
a)      Mencapai tanggung jawab sosial dan dewasa sebagai warga Negara.
b)      Membantu anak-anak remaja belajar untuk menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab dan bahagia.
c)      Mengembangkan kegiatan-kegiatan pengisi waktu senggang untuk orang dewasa.
d)     Menghubungkan diri sendiri dengan pasangan hidup sebagai suatu individu.
e)      Menerima dan menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahanfisiologis yang terjadi pada tahap ini
f)       Mencapai dan mempertahankan prestasi yang memuaskan dalam karier pekerjaan
g)      Menyesuaikan diri dengan orang tua yang semakin tua.
2.      Akhir masa kanak-kanak mempunyai tugas, yaitu:
a)    Mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan untuk permainan-permainan yang umum.
b)   Membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri sebagai makhluk yang sedang tumbuh.
c)    Belajar menyesuaikan diri dengan teman-teman seusianya.
d)   Mulai mengembangkan peran sosial pria atau wanita yang tepat.
e)    Mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar untuk membaca, menulis, dan berhitung.
f)    Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan untuk kehidupan sehari-hari.
g)   Mengembangkan hati nurani, pengertian, pengertian moral dan tata dan  tingkatan nilai.
h)   Mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok sosial dan lembaga atau mencapai kebebasan pribadi.[10]
Sedangkan menurut Syamsu Yusuf, tugas perkembangan pada masa akhir anak-anak meliputi:
a)      Belajar memperoleh keterampilan fisik untuk melakukan permainan.
b)   Belajar membentuk sikap yang sehat terhadap dirinya sendiri sebagai makhluk biologis.
c)    Belajar bergaul dengan teman sebaya.
d)   Belajar memainkan peranan sesuai jenis kelaminnya.
e)        Belajar keterampilan dasar dalam membaca, menulis, dan berhitung.
f)         Belajar mengembangkan konsep sehari-hari.
g)        Mengembangkan kata hati.
h)        Belajar memperoleh kebebasan yang bersifat pribadi.
i)          Mengembangkan sikap yang positif terhadap kelompok sosial dan lembaga-lembaga.[11]















BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
1.    Pada Masa Pertengahan dan Akhir Masa Anak-anak, terjadi pada usia 6 sampai 12 tahun, yang mana pada masa tersebut keadaan fisik dan psikis pada anak juga akan berubah. Perubahan tersebut meliputi :
a)    Perkembangan Fisik, meliputi : Keadaan Berat dan Tinggi Badan, dan Perkembangan Motorik
b)   Perkembangan Kognitif, meliputi : Perkembangan Kognitif Menurut Teori Piaget, Perkembangan Memori, Perkembangan Pemikiran Kritis, Perkembangan Intelegensi, Perkembnagan Kecerdasaan Emosional, Perkembangan Kecerdasaan Spiritual, Perkembangan Kreativitas, Perkembnagan Bahasa.
c)    Perkembangan Psikososial, meliputi : Perkembangan Pemahaman Diri, Perkembangan Hubungan dengan Teman Sebaya, dan Pembentukan Kelompok.
2.    Tugas yang diemban pada Masa Pertengahan dan Akhir Masa Anak-anak yaitu :
Masa Usia Pertengahan :
a)      Mencapai tanggung jawab sosial dan dewasa sebagai warga Negara.
b)      Membantu anak-anak remaja belajar untuk menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab dan bahagia.
c)      Mengembangkan kegiatan-kegiatan pengisi waktu senggang untuk orang dewasa.
d)     Menghubungkan diri sendiri dengan pasangan hidup sebagai suatu individu.
e)    Menerima dan menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahanfisiologis yang terjadi pada tahap ini
f)    Mencapai dan mempertahankan prestasi yang memuaskan dalam karier pekerjaan
g)   Menyesuaikan diri dengan orang tua yang semakin tua.
Akhir masa kanak-kanak mempunyai tugas, yaitu:
a)      Mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan untuk permainan-permainan yang umum.
b)      Membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri sebagai makhluk yang sedang tumbuh.
c)        Belajar menyesuaikan diri dengan teman-teman seusianya.
d)       Mulai mengembangkan peran sosial pria atau wanita yang tepat.
e)        Mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar untuk membaca, menulis, dan berhitung.
f)         Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan untuk kehidupan sehari-hari.
g)        Mengembangkan hati nurani, pengertian, pengertian moral dan tata dan  tingkatan nilai.
h)        Mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok sosial dan lembaga atau mencapai kebebasan pribadi.
B.     Penutup
Demikianlah makalah Psikologi Perkembangan yang kami sajikan, semoga  dapat beemanfaat bagi pembaca. Kritik dan saran tetap kami harapkan demi kesempurnaan makalah.

DAFTAR PUSTAKA
Desmita, Psikologi Perkembangan, PT REMAJA ROSDAKARYA, Bandung, 2005.
Diani E. Papalia, dkk., Human Development (Psikologi Perkembangan), Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2010.
F.J. Monks dan A. M. P Knoers, Psikologi Perkembangan : Pengantar dalam berbagai bagiannya, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 2004.
John W. Santrock, Life-Span Development: Perkembangan Masa Hidup I, Jakarta, Erlangga, 2002.
M. Nur Ghufron, Psikologi, Kudus, Nora Media Enterprise, 2011.
Wiji Hidayati dan Sri Purnami, Psikologi Perkembangan, Teras, Yogyakarta, 2008.
Yudrik Jahja, Psikologi Perkembangan, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2011.






[1] John W. Santrock, Life-Span Development: Perkembangan Masa Hidup I, Jakarta, Erlangga, 2002, Hlm. 299-300
[2] F.J. Monks dan A. M. P Knoers, Psikologi Perkembangan : Pengantar dalam berbagai bagiannya, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 2004, Hlm. 208
[3] Desmita, Psikologi Perkembangan, PT REMAJA ROSDAKARYA, Bandung, 2005, hlm. 156-157
[4] Diani E. Papalia, dkk., Human Development (Psikologi Perkembangan), Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2010, Hlm. 435
[5] Desmita, Psikologi Perkembangan, hlm. 156
[6] Diani E. Papalia, dkk., Human Development (Psikologi Perkembangan), Hlm. 453
[7] Yudrik Jahja, Psikologi Perkembangan, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2011, hlm. 206-207
[8] Desmita, Psikologi Perkembangan, hlm. 179
[9] Ibid., hlm. 186
[10]M. Nur Ghufron, Psikologi, Kudus, Nora Media Enterprise, 2011, hlm 44-46
[11]Wiji Hidayati & Sri Purnami, Psikologi Perkembangan, Teras, Yogyakarta, 2008, hlm. 135-136

Tidak ada komentar:

Posting Komentar