PERKEMBANGAN MASA PERTENGAHAN
DAN AKHIR MASA ANAK-ANAK
MAKALAH
Disusun guna memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Psikologi Perkembangan
Dosen Pengampu : Farida Ulyani, M.Pd
Disusun oleh :
kelompok 9
1.
Intan Wakhidah 1310110040
2.
Fahimatul khoiriyah 1310110062
3.
Iyanatul
masbakhah 1310110077
SEKOLAH TINGGI
AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
TARBIYAH PAI
TAHUN AJARAN
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Permulaan masa pertengahan dan akhir anak-anak
ini ditandai dengan masuknya anak ke kelas satu dasar. Bagi sebagian besar
anak, hal ini merupakan perubahan besar dalam pola kehidupannya. Sebab, masuk
ke kelas satu merupakan peristiwa penting bagi anak yang dapat mengakibatkan
terjadinya perubahan dalam sikap, nilai, dan perilaku.
Masa akhir anak-anak sering disebut sebagai masa tamyiz masa
sekolah atau masa sekolah dasar. Masa ini dialami anak usia 6 tahun sampai
masuk masa pubertas dan masa remaja awal yang berkisar pada usia 12-13 tahun.
Pada masa ini, anak sudah matang bersekolah dan sudah siap masuk sekolah dasar.
Bagi sebagian besar anak, hal ini merupakan perubahan besar dalam
pola kehidupannya. Sebab, masuk kelas satu merupakan peristiwa penting bagi
anak yang dapat mengakibatkan terjadinya perubahan dalam sikap, nilai, dan
perilaku.
B.
Rumusan masalah
1.
Bagaimana Perkembangan Masa Pertengahan dan Akhir Masa Anak-Anak?
2.
Bagaimana Tugas Masa Pertengahan dan Akhir Masa Anak-Anak?
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Perkembangan Masa Pertengahan Dan Akhir Masa Anak-Anak
Periode ini berlangsung dari usia 6 tahun hingga tiba
saatnya individu menjadi matang secara seksual. Permulaan masa pertengahan dan
akhir masa anak-anak ini ditandai dengan masuknya anak ke kelas satu sekolah
dasar. Bagi sebagian besar anak, hal ini merupakan bagian besar dalam pola kehidupannya.
Sebab, masuk kelas satu merupakan peristiwa penting bagi anak yang
mengakibatkan terjadinya perubahan dalam sikap, nilai, dan perilaku.
1.
Perkembangan Fisik
a)
Keadaan Berat dan Tinggi Badan
Dalam
perkembangan fisik, masa pertengahan dan akhir anak-anak merupakan periode
pertumbuhan fisik yang lambat yang relative seragam sampai mulai terjadi
perubahan-perubahan pubertas. Pertumbuhan fisik cenderung lebih stabil atau
tenang sebelum memasuki masa remaja yang pertumbuhannya begitu cepat. Masa yang
tenang ini diperlukan oleh anak untuk belajar berbagai kemampuan akademik. Anak
menjadi lebih tinggi, lebih berat, lebih kuat, serta belajar berbagai
keterampilan. Selama masa akhir anak-anak, tumbuh tinggi sekitar 5-6% dan berat
sekitar 10% setiap tahun. Pada usia 6 tahun tinggi rata-rata anak adalah 46
inci dengan berat 22,5 kg. Kemudian pada usia 12 tahun tinggi anak mencapai 60
inci 42,4 kg. Kenaikan tinggi dan berat badan bervariasi antara anak satu
dengan anak yang lain. Peran kesehatan dan gizi sangat penting dalam
pertumbuhan dan perkembangan anak.
b)
Perkembangan Motorik
Selama masa
pertengahan dan akhir anak-anak, perkembangan motorik anak-anak menjadi lebih
halus dan lebih terkoordinasi dibandingkan dengan awal masa anak-anak. Untuk
memperhalus keterampilan-keterampilan motorik mereka, anak-anak terus melakukan
berbagai aktifitas fisik. Aktifitas fisik ini dilakukan dalam bentuk permainan
yang kadang-kadang bersifat informal, permainan yang diatur sendiri oleh anak.
Disamping itu, anak-anak juga melibatkan diri dalam aktivitas permainan
olahraga yang bersifat formal. Bila dikuasai, keterampilan-keterampilan fisik
ini merupakan sumber kenikmatan dan prestasi yang besar bagi anak-anak.
Ketika
anak-anak memasuki tahun-tahun sekolah dasar mereka memperoleh kendali yang
lebih besar atas tubuh mereka dan dapat duduk serta berdiri dalam waktu yang
lebih lama. Tetapi anak-anak sekolah dasar jauh dari kedewasaan fisik, dan
mereka harus lebih aktif. Mereka menjadi lebih jenuh karena duduk terlalu lama
daripada berlari, melompat, atau bersepeda. Tindakan fisik adalah penting bagi
anak-anak untuk memperhalus keterampilan-keteranpilan mereka yang sedang
berkembang. Oleh karena itu, pada prinsipnya anak-anak sekolah dasar harus
terlibat secara aktif daripada pasif di dalam kegiatan-kegiatan.[1]
2.
Perkembangan Kognitif
Kognitif adalah
pengetahuan yang luas mengenai berpikir dan mengamati, kognitif adalah tingkah
laku yang mengakibatkan orang memperoleh pengetahuan atau yang dibutuhkan untuk
menggunakan pengetahuan tersebut.[2]
a)
Perkembangan Kognitif Menurut Piaget
Menurut Piaget, operasi adalah hubungan-hubungan logis diantara
konsep-konsep atau skema-skema. Sedangkan operasi kongkrit adalah aktifitas
mental yang difokuskan pada objek-objek dan peristiwa-peristiwa nyata atau konkrit
yang dapat diukur.
Anak akan melalui tiga macam proses yang disebut operasi-operasi,
yaitu : Negasi (negation). Pada masa pra-operasional anak hanya melihat
keadaan permulaan dan akhiran dari deretan suatu benda. Hubungan timbal balik
(resiprokasi). Ketika anak melihat bagaimana deretan benda itu diubah, anak
mengetahui bahwa deratan benda itu berubah dan posisinya tidak sama dengan yang
semula, tetapi anak mengetahui bahwa jumlah benda itu sama. Identitas, anak
pada masa konkrit operasional sudah bisa mengenal satu persatu benda yang ada
pada deretan itu. Anak bisa menghitung, sehingga meskipun benda dipindahkan
anak dapat mengatahui bahwa jumlahnya akan tetap sama.[3]
b)
Perkembangan Memori
Pada usia 7
tahun, seorang anak memasuki tahap
operasional konkret. Dinamakan demikian karena pada saat ini anak dapat
menggunakan operasi mental untuk memecahkan masalah konkret (actual).
Anak dapat berpikir logis ketimbang sebelumnya karena pada saat ini mereka
dapat mengambil berbagai aspek dari situasi tersebut kedalam pertimbangan.
Walaupun demikian, mereka masih dibatasi untuk berpikir tentang situasi yang
sebenarnya pada saat itu saja.[4]
Seiring dengan
masuknya anak ke sekolah dasar, maka kemampuan kognitifnya turut mengalami perkembangan
yang pesat. Karena dengan masuk sekolah, berarti dunia dan minat anak bertambah
luas, dan dengan meluasnya minat maka bertambah pula pengertian tentang manusia
dan obyek-obyek yang sebelumnya kurang berarti bagi anak. Dalam keadaan normal,
pikiran anak usia sekolah berkembang secara berangsur-angsur. Kalau pada masa
sebelumnya daya pikir anak masih bersifat imajinatif dan egosentris, maka pada
usia sekolah dasar ini daya pikir anak berkembang kearah berpikir konkrit,
rasional dan objektif. Daya ingatnya menjadi sangat kuat, sehingga anak
benar-benar berada dalam suatu stadium belajar.[5]
Selama tahun-tahun pertengahan dan akhir, anak-anak menunjukkan
perubahan-perubahan penting sebagai mereka mengorganisasi dan mengingat
informasi. Setelah anak berusia 7 tahun tidak terlihat peningkatan yang
berarti. Cara mereka memproses informasi berbeda dengan orang dewasa. Memori
jangka panjang pada anak terlihat peningkatan seiring dengan penambahan usia
selama masa pertengahan dan masa akhir anak-anak. Hal ini karena memori jangka
panjang sangat tergantung pada kegiatan belajar individu ketika mempelajari dan
mengingat informasi.
Meskipun pada masa pertengahan dan akhir masa anak-anak tidak
terjadi peningkatan yang berarti dalam memori jangka panjang, malah menunjukkan
keterbatasan, namun selama periode ini mereka berusaha mengurangi kererbatasan
tersebut menggunakan strategi memori (memory strategy), yaitu perilaku
yang disengaja yang digunakan untuk meningkatkan memori.
Menurut Marlin, ada empat strategi memori, yaitu rehearsal,
organization, imagery, dan retrieval. Rehearsal (pengulangan) adalah
salah satu strategi meningkatkan memori dengan cara mengulangi berkali-kali
informasi setelah informasi tersebut disajikan. Organization (organisasi)
seperti pengkategorian dan pengelompokan, merupakan strategi memori yang sering
digunakan orang dewasa. Imagery (perbandingan) adalah tipe dari
karakteristik pembayangan dari seseorang. Memori anak kelas satu sekolah dasar
meningkat setelah mereka dilatih membentuk perbandingan interaktif. Retrieval (pemunculan kembali) adalah
proses mengeluarkan atau memunculkan informasi dari memori.
Di samping strategi-strategi di atas, juga terdapat hal lain yang
mempengaruhi memori anak, seperti usia, sikap, motivasi, dan lain-lain.
c)
Perkembangan Pemikiran Kritis
Pemikiran kritis adalah pemahaman atau refleksi terhadap
permasalahan secara mendalam, mempertahankan pemikiran memikiran dengan
pendekatan dan perspektif yang berbeda, tidak mempercayai begitu saja
informasi-informasi yang datang dari berbagai sumber. Untuk mengembangan
pemikiran anak yang kritis dengan cara
mengajarkan anak menggunakan proses-proses berpikir yang benar, mengembangan
strategi-strategi pemecahan masalah, meningkatkan mental mereka, memotivasi
anak untuk menggunakan keterampilan berpikir yang baru saja mereka pelajari.
d)
Perkembangan Intelegensi (IQ)
Intelegensi Quotions
telah dianggap sebagai suatu norma yang menentukan perkembangan kemampuan dan
ppencapaian optimal hasil belajar anak di sekolah. Dengan mengetahui
intelegensinya, seorang anak dapat dikategorikan sebagai anak yang
pandai/cerdas (jenius), sedang, atau bodoh (idiot). Intelegensi dapat diartikan
sebagai kemampuan berpikir secara abstrak, memecahkan masalah menggunakan
simbol-simbol verbal, dan kemampuan untuk belajar menyesuaikan diri dengan
lingkungan.
e)
Perkembangan Kecerdasan Emosional (EQ)
Menurut Goleman Emotional Quotions (kecerdasan emosional)
mempunyai lima komponen yang penting, yaitu: mengenali emosi, mengelola emosi,
motivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, dan membina hubungan.
Ketika usia anak bertambah, mereka menjadi lebih peka terhadap
perasaannya sendiri dan perasaan orang lain. Mereka dapat lebih baik mengatur
ekspresi emosional mereka dalam situasi sosial, dan mereka dapat merespon
tekanan emosional orang lain. Pada usia 7 atau 8 tahun, raasa malu dan rasa
bangga akan diimplikasi pada tindakan mereka dan jenis sosialisasi yang pernah
mereka terima.
Mengenali emosi diri atau kesadaran diri adalah mengetahui apa yang
dirasakan dan menggunakannya untuk mengambil keputusan, memiliki tolok ukur
yang realistis atas kemampuan diri dan kepercayaan diri yang kuat. Mengelola
emosi yaitu menangani emosi diri agar berdamapak positif bagi diri sendiri,
orang yang memiliki keerdasan emosional adalah orang yang mampu menguasai,
mengelola dan mengarahkan emosinya dengan baik. Motivasi diri yaitu
menggerakkan hasrat yang paling dalam
untuk menggerakkan dan menuntun manusia menuju sasaran, membantu
mengambil keputusan dalam bertindak, dan mampu bertahan dalam kegagalan.
Mengenali emosi orangg lain (empati) yaitu kemampuan untuk merasakaan apa yang
orang lain rasakan , mampu memahami pendapat mereka, menumbuhkan hubungan
saling percaya yang menyelaraskan diri dengan orang banyak. Membina hubungan yaitu kemampuan mengendalikan
dan menangani emosi secara baik ketika berhubungan dengan orang lain.
f)
Perkembangan Kecerdasan Spiritual (SQ)
Spiritual Quotions atau
kecerdasan emosional adalah kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan
makna dan nilai, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita
dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa
tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang
lain.
Aspek di dalam SQ adalah kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan
masalah makna dan nilai, SQ adalah kecerdasan untuk menetapkan perilaku dan
hidup manusia dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, SQ adalah
kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih
bermakna disbanding dengan yang lain, SQ adalah keerdasan yang tidak hanya
untuk mengetahui nilai-nilai yang ada, tetapi juga untuk secara kreatif
menemukan nilai-nilai baru.
Anak-anak memiliki kemampuan SQ yang dibawanya sejak lahir, dan pendidikan
agama harus dipertahankan sebagai bagian penting dari progam-progam yang
diberikan di sekolah.
g)
Perkembangan Bahasa
Selama masa akhir anak-anak, perkembangan bahasa terus berlanjut.
Perbendaharaan kosa kata anak meningkat dan cara anak menggunakan kata dan
kalimat bertambah kompleks serta lebih menyerupai bahasa orang dewasa. Dari
berbagai pelajaran yang diberikan di sekolah, bacaan, pembicaraan dengan anak
lain, serta melalui radio dan televisi, anak-anak menambah kosa kata yang ia
gunakan dalam ucapan atau tulisan. Ketika
anak masuk ke kelas satu dasar, kosa katanya mencapai 20.000 samapi 24.000
kata. Pada saat anak duduk di kelas 6, kosa kata mencapai 50.000 kata.
Seiring dengan meningkatnya kosa kata pada tahun-tahun bersekolah,
penggunaan kata kerja yang tepat untuk sebuah aksi semakin meningkat. Mereka
belajar bukan hanya menggunakan banyak kata tetapi juga memilah kata yang benar
untuk penggunaan tertentu.[6]
Anak juga mengalami kemajuan dalam berbicara, pengucapan,
pembentukan kalimat, yaitu dari usia 6-10 tahun, panjang kalimat akan
bertambah, kalimat panjang biasanya tidak teratur dan terpotong-potong,
berangsur-angsur setelah dan kemajuan dalam pengertian.[7]
3.
Perkembangan psikososial
Dunia psikologi anak menjadi lebih kompleks dan berbeda dengan masa
awal anak. Hubungan dengan keluarga dan teman sebaya memainkan peranan yang
penting. Sekolah dan hubungan para guru menjadikan aspek kehidupan anak menjadi
terstruktur. Pemahaman anak terhadap diri “self” berkembang.[8]
a)
Perkembangan Pemahaman Diri
Pada usia sekolah dasar, pemahaman diri atau konsep diri anak
mengalami perubahan yang sangat pesat. Menurut Santrock, perubahan ini meliputi
: Karakteristik Internal, anak-anak pada masa pertengahan dan akhir lebih
cenderung mendefinisikan dirinya melalui keadaan-keadaan dalam yang subjektif
daripada melalui kadaaan luar. Karakteristik aspek-aspek sosial, selama
tahun-tahun sekolah dasar, aspek-aspek sosial dari pemahaman diri juga
menimgkat. Anak sekolah dasar seringkali menjadikan kelompok-kelompok sosial
sebagai acuan dalam menjelasakan diri mereka. Karakteristik Perbandingan
Sosial, pada tahap ini nak usia sekolah cenderung membedakan diri mereka dengan
orang lain.
b)
Perkembangan dengan Teman Sebaya
Menurut Barker dan Wright anak usia 2 tahun menghabiskan 10% dari
waktu siangnya untuk berinteraksi dengan teman sebaya. Pada usia 4 tahun, waktu
yang dihabiskan untuk teman sebaya adalah 20%. Sedangkan anak usia 7-11 tahun
meluangkan waktu lebih dari 40% untuk teman sebaya.
c)
Pembentukan Kelompok.
Pembentukan
kelompok teman, anak usia sekolah dasar lebih menekankan pentingnya aktivitas
bersama, seperti berbicara, mendengarkan musik, bermain game, dan lain-lain,
merupakan dasar bagi terbentuknya kelompok teman sebaya.[9]
B.
Tugas Perkembangan Pada
Masa Pertengahan dan Akhir Anak-Anak
Dalam rentang kehidupannya, manusia melewati
tahap-tahap perkembangan dimana setiap tahap memiliki tugas-tugas perkembangan
yang harus dikuasai dan diselesaikan. Sebagian besar dari kita ingin berusaha
menguasai dan menyelesaikannya pada waktu yang tepat. Beberapa orang dapat
berhasil, sedangkan yang lain kemungkinan tidak berhasil atau terlalu cepat
dari tahap yang seharusnya. Menurut Havighurst tugas perkembangan pada masa
usia pertengahan dan masa akhir anak-anak.
1. Masa Usia Pertengahan :
a) Mencapai tanggung jawab sosial dan dewasa sebagai warga Negara.
b) Membantu anak-anak remaja belajar untuk menjadi orang dewasa yang bertanggung
jawab dan bahagia.
c) Mengembangkan kegiatan-kegiatan pengisi waktu senggang untuk orang
dewasa.
d) Menghubungkan diri sendiri dengan pasangan hidup sebagai suatu individu.
e) Menerima dan menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahanfisiologis yang terjadi
pada tahap ini
f) Mencapai dan mempertahankan prestasi yang memuaskan dalam karier
pekerjaan
g) Menyesuaikan diri dengan orang tua yang semakin tua.
2. Akhir masa kanak-kanak mempunyai tugas, yaitu:
a) Mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan untuk permainan-permainan
yang umum.
b) Membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri sebagai makhluk yang
sedang tumbuh.
c) Belajar menyesuaikan diri dengan teman-teman seusianya.
d) Mulai mengembangkan peran sosial pria atau wanita yang tepat.
e) Mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar untuk membaca, menulis, dan berhitung.
f) Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan untuk kehidupan sehari-hari.
g) Mengembangkan hati nurani, pengertian, pengertian moral dan tata dan tingkatan nilai.
h) Mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok sosial dan lembaga atau mencapai
kebebasan pribadi.[10]
Sedangkan menurut Syamsu Yusuf,
tugas perkembangan pada masa akhir anak-anak meliputi:
a)
Belajar memperoleh keterampilan fisik untuk melakukan permainan.
b)
Belajar membentuk sikap yang sehat terhadap dirinya sendiri sebagai
makhluk biologis.
c)
Belajar bergaul dengan teman sebaya.
d)
Belajar memainkan peranan sesuai jenis kelaminnya.
e)
Belajar keterampilan dasar dalam membaca, menulis, dan berhitung.
f)
Belajar mengembangkan konsep sehari-hari.
g)
Mengembangkan kata hati.
h)
Belajar memperoleh kebebasan yang bersifat pribadi.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Pada Masa Pertengahan dan Akhir Masa Anak-anak, terjadi pada usia 6
sampai 12 tahun, yang mana pada masa tersebut keadaan fisik dan psikis pada
anak juga akan berubah. Perubahan tersebut meliputi :
a) Perkembangan
Fisik, meliputi : Keadaan Berat dan Tinggi Badan, dan Perkembangan Motorik
b) Perkembangan
Kognitif, meliputi : Perkembangan
Kognitif Menurut Teori Piaget, Perkembangan Memori, Perkembangan Pemikiran
Kritis, Perkembangan Intelegensi, Perkembnagan Kecerdasaan Emosional,
Perkembangan Kecerdasaan Spiritual, Perkembangan Kreativitas, Perkembnagan
Bahasa.
c) Perkembangan
Psikososial, meliputi : Perkembangan Pemahaman Diri, Perkembangan Hubungan
dengan Teman Sebaya, dan Pembentukan Kelompok.
2. Tugas yang
diemban pada Masa Pertengahan dan Akhir Masa Anak-anak yaitu :
Masa Usia Pertengahan :
a) Mencapai tanggung jawab sosial dan dewasa sebagai warga Negara.
b) Membantu anak-anak remaja belajar untuk menjadi orang dewasa yang
bertanggung jawab dan bahagia.
c) Mengembangkan kegiatan-kegiatan pengisi waktu senggang untuk orang
dewasa.
d) Menghubungkan diri sendiri dengan pasangan hidup sebagai suatu individu.
e) Menerima dan menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahanfisiologis yang
terjadi pada tahap ini
f) Mencapai dan mempertahankan prestasi yang memuaskan dalam karier
pekerjaan
g) Menyesuaikan diri dengan orang tua yang semakin tua.
Akhir masa kanak-kanak mempunyai tugas, yaitu:
a) Mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan untuk permainan-permainan
yang umum.
b) Membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri sebagai makhluk yang
sedang tumbuh.
c)
Belajar menyesuaikan diri dengan
teman-teman seusianya.
d) Mulai mengembangkan peran sosial pria atau wanita yang tepat.
e)
Mengembangkan keterampilan-keterampilan
dasar untuk membaca, menulis, dan berhitung.
f)
Mengembangkan pengertian-pengertian yang
diperlukan untuk kehidupan sehari-hari.
g)
Mengembangkan hati nurani, pengertian,
pengertian moral dan tata dan tingkatan
nilai.
h)
Mengembangkan sikap terhadap
kelompok-kelompok sosial dan lembaga atau mencapai kebebasan pribadi.
B.
Penutup
Demikianlah
makalah Psikologi Perkembangan yang kami sajikan, semoga dapat beemanfaat bagi pembaca. Kritik dan
saran tetap kami harapkan demi kesempurnaan makalah.
DAFTAR PUSTAKA
Desmita,
Psikologi Perkembangan, PT REMAJA ROSDAKARYA, Bandung, 2005.
Diani
E. Papalia, dkk., Human Development (Psikologi Perkembangan), Kencana
Prenada Media Group, Jakarta, 2010.
F.J.
Monks dan A. M. P Knoers, Psikologi Perkembangan : Pengantar dalam
berbagai bagiannya, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 2004.
John
W. Santrock, Life-Span Development: Perkembangan Masa Hidup I, Jakarta,
Erlangga, 2002.
M.
Nur Ghufron, Psikologi, Kudus, Nora Media Enterprise, 2011.
Wiji Hidayati dan Sri Purnami, Psikologi Perkembangan, Teras,
Yogyakarta, 2008.
Yudrik
Jahja, Psikologi Perkembangan, Kencana Prenada Media Group, Jakarta,
2011.
[1]
John W. Santrock, Life-Span Development: Perkembangan Masa Hidup I, Jakarta,
Erlangga, 2002, Hlm. 299-300
[2]
F.J. Monks dan A. M. P Knoers, Psikologi Perkembangan : Pengantar
dalam berbagai bagiannya, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 2004,
Hlm. 208
[3]
Desmita, Psikologi Perkembangan, PT REMAJA ROSDAKARYA, Bandung, 2005,
hlm. 156-157
[4]
Diani E. Papalia, dkk., Human Development (Psikologi Perkembangan), Kencana
Prenada Media Group, Jakarta, 2010, Hlm. 435
[5]
Desmita, Psikologi Perkembangan, hlm. 156
[6]
Diani E. Papalia, dkk., Human Development (Psikologi Perkembangan), Hlm.
453
[7]
Yudrik Jahja, Psikologi Perkembangan, Kencana Prenada Media Group,
Jakarta, 2011, hlm. 206-207
[8]
Desmita, Psikologi Perkembangan, hlm. 179
[9] Ibid.,
hlm. 186
[10]M.
Nur Ghufron, Psikologi, Kudus, Nora Media Enterprise, 2011, hlm 44-46
[11]Wiji
Hidayati & Sri Purnami, Psikologi Perkembangan, Teras, Yogyakarta,
2008, hlm. 135-136
Tidak ada komentar:
Posting Komentar