BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Proses
perkembangan jasmani dan perkembangan rohani sudah dimulai sejak anak di dalam
kandungan, biasanya Sembilan bulan lamanya. Jadi perkembangan bukan dimulai
saat lahirnya. Pada waktu lahir kemampuan otak telah terbentuk 50% dan
kemampuan itu akan terus bertambah sampai dengan umur 5 tahun. Perkemngan
rohani tak dapat diselidiki terlepas dari perkembangan jasmani. Sungguhpun ada
perbedaan antara keduanya, perbedaan itu tidak selalu perlu apalagi pada
seorang bayi. Pada saat lahir yang dapat dilakukan bayi ialah menggerakkan
bibir dan lidahnya berupa gerakan menghisap dan meludah.
Pada
saat lahirnya, bayi yang satu menunjukkan perbedaan-perbedaan dengan bayi
lainnya, perbedaan keadaan tubuh dan perbedaan kesanggupan. Dalam hal keadaan
tubuh umpamanya berbeda beratnya, panjangnya, rambutnya, dan sebagainya. Dalam
hal kesanggupan umpamanya dapat menentang cahaya, dapat menggenggam, menangis
untuk menyatakan pesan tak senang, dan sebagainya. Sedangkan bayi lain baru memperhatikan
kesanggupan semacam itu setelah ia berumur beberapa hari.
Bayi
merupakan makhluk yang perlu dilindungi. Semua kebutuhannya harus dipenuhi
seperti yang diinginkan, tetapi ia belum pandai menyatakan keinginan itu. Ia
hanya pandai menangis. Bila ibu mendengar bayinya menangis, ibu yang pertama
kali mempunyai bayi tentu merasa bingung, tidak mengerti apa yang harus
diperbuatnya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perkembangan pada masa bayi?
2. Apa saja aspek-aspek yang berkembang
pada masa bayi?
3. Bagaimana peran lingungan terhadap
perkembangan bayi?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Masa Bayi
Masa
bayi dianggap sebagai masa dasar, karena merupakan dasar periode kehidupan yang
sesungguhnya karena pada saat ini banyak pola perilaku, sikap, dan pola
ekspresi emosi terbentuk. Masa bayi berlangsung dua tahun pertama setelah
periode bayi baru lahir.[1]
Pada
masa ini bayi mengalami kemajuan dalam hal ketergantunggan total pada orang
lain menuju ke otonomi yang relative dari determinasi diri. Pertumbuhan,
perkembangan, kematangan dan belajar menghasilkan perubahan perilaku yang besar
sekali pada masa bayi. Pada masa akhir ini ia masih bisa berdiri dan berjalan.
Anak
juga mulai belajar berbicara dari satu kata sampai beberapa kata yang membentuk
kalimat. belajar berbicara dilakukan dengan mendengarkan dan kemudian meniru
(imitasi) orang lain berbicara. Perkembangan bicara banyak dipengaruhi oleh
perasangan sosial, imitasi, belajar dari anak yang lebih besar dan orang dewasa
di lingkungannya. Perkembangan kepribadian juga dimulai sejak anak masih kecil.
Anak harus dididik sesuai dengan cara-cara perilakunya kelak, agar sudah
terbiasa dengan kebiasaan tertentu. Pembentukan perilaku yang di mulai sejak
dini akan menjadi dasar bagi anak dalam menghadapi masalah di kemudian hari.
Pembentukan kebiasaan, perilaku disiplin, kejujuran, singkatnya perilaku yang
baik akan mengurangi ketegangan dalam menghadapi konflik.
Perilaku
bayi pada mulanya berkaitan dengan perilaku menyusu dan perilaku pembuangan (elimination
behavior). Dalam perkembangan bayi oleh beberapa pakar, dikemukakan bahwa
perilaku tersebut dikaitkan dengan kepribadian oral dan anal pada kepribadian
dewasa. Motif akan muncul dari kebutuhan-kebutuhan melalui proses belajar.
Kebutuhan-kebutuhan menjadi terperinci dan cara memenuhi kebutuhan akan
mengarah ke pola pribadi dalam usaha memuaskannya menjadi corak perilaku dan
ciri-ciri khasnya.
Kegiatan
anak sendiri dan hubungan dengan orang dewasa akan memunculkan motivasi positif
dan negative yang lain. Karena itu dalam perkembangan kepribadian anak, adanya
orang dewasa, merupakan faktor penting dalam peran gandanya baik sebagai
pribadi teladan untuk ditiru maupun sebagai pribadi yang mengarahkan. Pada masa
bayi, banyak perubahan diperoleh melalui kematangan dan belajar. Dalam respons
belajar ini antara lain terjadi melalui respons bersyarat, respons dialihkan ke
situasi perangsangan yang baru, contoh : Bayi menangis karena lapar. Oleh
ibunya diberi susu sambil ditimang-timang, lalu bayi menjadi tenang.
Selanjutnya bayi menangis apabila merasa kesepian, ibu menimang-nimangnya lalu
bayi menjadi tenang. Bayi menjadi tenang sebagai respons terhadap perlakuan ibu
yang menimangnnya.
Sikap
emosional banyak dipelajari dengan cara ini yakni anak belajar dari
interaksinya dengann lingkungannya. Sesudah perkembangan fisik tertentu
tercapai, perkembangan bicara, motorik, ciri kepribadian menghasilkan seorang
anak yang sudah kehilangan penampilan sebagai seorang bayi, siap memasuki masa
balita.[2]
B. Aspek-Aspek dalam Perkembangan
Masa Bayi
1.
Perkembangan Fisik
Pada masa bayi, perkembangan fisik secara jelas dapat diamati pada enam
bulan. Pertumbuhannya terus bertambah dengan pesat. Tahun pertama peningkatan
lebih kepada berat dan tinggi badan. Selama tahu kedua terjadi penurunan,
selain itu yang berkembang ialah proporsi, tulang, otot dan lemak, bangun
tubuh, gigi, susunan saraf, dan organ perasa. Rata-rata bayi memiliki empat
hingga enam gigi susu. Gigi pertama adalah gigi depan, dan yang terakhira
adalah gigi geraham.[3]
2.
Perkembangan Psikologis
Secara psikologis, pada masa bayi terjadi pembentukan pola-pola
fundamentalis dan kebiasaan mengenali wajah orang-orang tertentu. Menurut
Piaget, anak hingga umur kurang lebih 2 tahun belum tampak adanya mediasi dalam
arti “aktivitas pikir yang intern”. Semua tingkah laku anak harus dipikir
sebagai hal yang diterima sensori dan suatu reaksi yang motorik saja. Ahli
Psikologi membedakan dua tahap perkembangan intelegensi pada manusia yaitu
sensori motordan tahap konseptual.
3.
Perkembangan Motorik
Perkembangan motorik adalah perkembangan pengendalian gerakan jasmaniah
melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf, dan otot yang terkoordinasi.
Perkembangan pada masa bayi pada aspek motorik ini dapat diamati dan terlihat
reaksi-reaksi spontan yang berulang dilakukan dan tidak terkoordinasi. Namun
lama-kelamaan terjadi secara efektif. Hal ini terlihat dari merangkak,
berjalan, dan memainkan benda-benda.
Anak-anak yang usianya 4 bulan, jika ditelungkupkan, mencoba-coba
mengangkat kepalanya walaupun hanya beberapa detik. Selanjutnya ia menguasai
lengan, tangan, tungkai, dan kakinya. Kemudian anak yang usia 5 bulan dapat
menggerakkan lengannya ke arah tertentu, kesalahsatu benda yang dilihatnya.
Selanjutnya ia menguasai jari-jarinya untuk memungut benda-benda yang kecil, dan
akhirnya ia dapat memegang sesuatu.
Ciri-ciri dari gerakan motorik, yaitu:
a.
Gerak dilakukan dengan tidak sengaja, tidak ditujukan untuk maksud-maksud
tertentu.
b.
Grak yang dilakukan tidak sesuai den gan mengangkat benda.
c.
Gerak serta. Sepertia anak yang bermain dengan botol susunya, kelihatan
bahwa mulut, leher dan kepalanya turut bergerak semuanya.
Macam-macam gerakan:
a.
Gerakan Instinktif
b.
Gerakan Refleks
c.
Gerakan spontan (impulsif)
4.
Belajar Berjalan
Masa bayi merupakan masa yang penuh dengan latihan-latihan, dan kemajuan
yang dapat dicapainya. Kemajuan-kemajuan yang dicapai dalam belajar berjalan
adalah sebagai berikut:
a.
Umur 1 bulan. Bayi hanya bisa mengenal gerak. Setelah umurnya bertambah, ia
mulai melatih menggerak-gerakkan tubuhnya.
b.
Umur 2 bulan. Ia menggerakkan dan memutarkan kepalanya dengan susah payah.
c.
Umur 3 bulan. Ia belajar membalikkan badannya, tetapi setelah tertelungkup,
seluruh badan dan mukanya terbenam di atas pembaringannya.
d.
Umur 4 bulan. Pada waktu tertelungkap, ia mencoba mendongakkan kepalanya
sedikit walaupun dalam waktu yang singkat sekali.
e.
Umur 5 bulan. Setelah mmapu menegakkan kepalanya, ia mencoba mengangkat
dadanya dengan menopangkan kedua kaki dan tangannya.
f. Umur 6 bulan. Sudah ada keinginan untuk merangkak. Jika
ia sedang menelungkup, dan ibu meletakkan mainan di depannya, ia menggerakkan
kaki dan tangannya seolah-olah berenang, tetapi hasilnya belum tercapai karena
otot-ototnya belum terlalu kuat. Dengan bantuan sedikit diangkat badannya, ia
dapat bergerak maju sedikit.
g.
Umur 7 bulan. Ia dapat duduk sendiri dan berbaring berbalik-balik.
h.
Umur 8 bulan. Ia dibantu belajar berdiri.
i. Umur 9 bulan. Ia dapat berdiri sendiri sambil berpegangan
pada sisi meja dan kursi.
j. Umur 10 bulan. Jika otot-ototnya sudah cukup kuat serta
srafnya cukup matang, ia memulai melatih merangkak.
k. Umur 11 bulan. Ia belajar merambat dengan berpegangan
pada perabot rumah tangga.
l. Umur 12 bulan. Ia mencoba berdiri sendiri. Selanjutnya ia
dapat berjalan sendiri.[4]
5.
Perkembangan
Emosi
Emosi yaitu respon yang timbul dari stimulus yang menyebabkan
perubahan-perubahan fisiologis disertai dengan perasaan kuat. Bayi
mengekspresikan sebagian emosi jauh lebih awal dibandingakan dengan beberapa
emosi lain, lalu mengekspresikan dengan rinci dus perilaku ekspresif emosional
yang penting. Pada emosional yang lazim pada bayi meliputi kemarahan,
ketakutan, rasa ingin tahu, dan kegembiraan.[5]
Tahap perkembangan emosi bayi meliputi:
a.
Usia 0,0-8 minggu
Kehidupan bayi
sangat dikuasai oleh emosi (impulsif). Emosi anak sangat bertalian dengan
perasaan kualitas perasaan: senang (like)
dan tidak senang (dislike)
jasmaniyah.
b.
Usia 8 minggu – 1 tahun
Pada usia ini
perasaan psikis sudah mulai berkembang. Anak merasa senang (tersenyum) apabila
melihat mainan yang digantungkan di depan matanya, atau melihat orang yang
telah dikenalnya. Tidak merasa senang (menangis) terhadap benda, situasi ataau
orang asing (menangis apabila dipangku oleh orang yang tidak dikenalnya). Pada
fase ini, perasaan anak mengalami diferensiasi (penguraian).
c.
Usia 1,0 tahun – 3,0 tahun
Pada usia ini,
perkembangan emosinya yaitu,
1) Emosinya sudah mulai terarah padasesuatu (orang, benda
atau makhluk lain).
2) Sejajar dengan perkembangan bahasa yang sudah dimulai
pada usia 2 tahun maka anak dapat menyatakan perasaannya dengan menggunakan
bahasa.
3) Sifat-sifat perasaan anak pada fase ini:
a)
Labil, artinya mudah kembali berubah.
b)
Mudah tersulut tetapi tidak bertahan lama dan sifatnya dangkal.
Pada usia ini
perkembanga rasa sosial lebih jelas lagi karena dapat dinyatakan dengan bahasa,
seperti mengajak, menyatakan simpati atau antipati, rasa tidak setuju, menolak
atau menentang, dan sebagainya. Karena emosi anak memungkinkan dapat
dipengaruhi maka anak dapat turut menyayangi, mengasihi ataupun membenci
sesuatu. Hal ini merupakan benih untuk timbulnya rasa sayang, benci, atau
simpati terhadap sesuatu (seseorang).[6]
6.
Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif adalah salah satu aspek perkembangan manusia yang
berkaitan dengan pengertian (pengetahuan), yaitu semua proses psikologis yang
berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari dan memikirkan lingkungannya.
Piaget menanamkan tahap perkembangan ini tahap “sensomotorik”. Selama masa
bayi, kapasitas intelektual atau kognitif seseorang telah mengalami
perkembangan. Tahap sensomotorik berlang sung dari kelahiran hingga kira-kira 2
tahun. Selama tahap ini, perkembangan mental ditandai dengan kemajuan pesat
dalam kemampuan bayi untuk mengorganisasikan dan mengkoordinasikan sensasi
melalui gerakan-gerakan dan tindakan-tindakan fisik. Dalam hal ini, bayi yang
baru lahir bukan saja menerima secara pasif rangsangan-rangsangan terhadap
alat-alat indranya, melainkan juga aktif memberikan respons terhadap rangsangan
tersebut, yakni melalui gerak-gerak refleks.
Dengan berfungsinya alat-alat indra serta kemampuan melakukan gerakan-gerakan
motorik dalam bentuk refleks-refleks, bayi berada dalam keadaan siap untuk
mengadakan hubungan dengan dunia sekitarnya. Jadi, pada permulaan tahap
sensorimotorik, bayi memiliki lebih dari sekadar refleks yang digunakan untuk
mengkoordinasikan pikiran dengan tindakan. Pada akhir tahap ini, ketika anak
berusia 2 tahun, poal-pola sensorimtoriknya semakin kompleks dan mulai
mengadopsi suatu sistem simbol yang primitif.[7]
7.
Perkembangan Bahasa
Ada
tiga bentuk prabahasa yang normal muncul dalam pola perkembangan bahasa, yakni
menangis, mengoceh, dan isyarat. Menangis
adalah lebih penting
karena merupakan dasar bagi perkembangan bahasa yang sebenarnya. Isyarat
dipakai bayi sebagai pengganti bahasa, sedangkan pada anak yang lebih tua atau
orang dewasa, isyarat dipakai sebagai pelengkap bahasa. Karena bahasa
dipelajari melalui proses meniru maka bayi perlu memperoleh model atau contoh
yang baik supaya dapat meniru
kata-kata yang baik.
Bayi memilki bahasa yang berbeda dengan bahasa orang dewasa. Sebelum mencapai
kemampuan berbicara seperti orang dewasa, ada beberapa tahap yang harus
dilalui. Tahap-tahap yang dilalui adalah:
a.
Cooing
(menggumam)
b.
Babbling
c.
One-word utterance
d.
Two word-utterance dan telegraphic speechi
8.
Perkembangan Bermain
Bemain
atau setiap kegiatan yang menimbulkan kesenangan, dimulai dalam bentuk
sederhana pada masa bayi. Bermain pada masa ini terutama terdiri dari
gejala-gejala gerakan motorik yang tidak menentu dan perangsangan organ-organ
keindraan. Permainan
pada masa bayi bersifat bebas dan spontan yang ditandai dengan tidak adanya
aturan-aturan dan lebih bersifat bermain sendiri daripada orang lain.
Pada
masa anak pada usia tiga bulan, penguasaan tangan–tangan telah sedemikian
berkembang sehingga memungkinkan dia dapat bermain dengan boneka, atau
mainan-mainan lainnya. Pada masa ini juga, anak merasakan kegembiaannya atau
kesenangannyadenagn membalikan badannya dari satu sisi ke sisi lainnya,
menendang-nendang, dan memperhatikan gerakan-gerakan tangannya. Pada usia tahun
kedua, permainannya sudah mulai teratur dan boneka dipakai untuk berbagai macam
kegiatan permainan. Ciri khas pada usia ini adalah permainannya banyak
melibatkan kegiatan-kegiatan berjalan, melemparkan dan memungut kembali
benda-benda (seperti bola), dan memasukkan atau mengeluarkan benda-benda dari
tempatnya.
9.
Perkembangan Kepribadian
Pada masa ini masih berkembang sikap egosentir. Ini berarti bahwa anak
memandang segala sesuatu dilihat dari sudut pandang sendiri, dan ditujukan
untuk kepentingan dirinya sendiri. Dia hanya mementingkan dirinya sendiri, tidak menghiraukan kepentingan orang lain. Ia adalah
raja atau ratu kecil yang hanya memerintah dunia akhirat.
Sikap egosentris ini mempengaruhi sikap sosialnya, seperti:
a.
Semua orang harus melayani dirinya.
b.
Semua orang harus tundukpada kehendaknya.
c.
Segala sesuatu yang dikehendakinya harus ada dan harus dipenuhinya.
Sikap-sikap yang tampaknya tidak baik ini merupakan keadaan yang normal
atau wajar bagi perkembangan usia bayi karena masa ini masih sangatdikuasai
nalurinya (bersifat impulsif), dan kemampuan berpikirnya belum cukup
berkembang.
10.
Perkembangan Moral
Seorang anak yang dilahirkan belum memiliki pengertian tentang apa yang
baik atau tidak baik. Pada masa ini (bayi) tingkah laku anak hampir semuanya didominasi
oleh dorongan naluriyah belaka (impulsif). Oleh karena itu, tingkah laku anak
belum bisa dinilai sebagai tingkah laku bermoral atau tidak moral.
Pada masa ini, anak cenderung suka mengulangi perbuatan yang menyenangkan,
dan tidak mengulangi perbuatan yang menyakitkan (tidak menyenangkan). Dengan
melihat kecenderungan perilaku anak tersebut maka untuk menanamkan
konsep-konsep moral pada anak, sebaiknya dilakukan hal-hal sebagai berikut.
a.
Berilah pujian, ganjaran atau sesuatu yang menyenangkan anak (seperti
dicium, dipeluk, dan diberi kata-kata pujian),
b.
Berilah hukuman, atau sesuatu yang mendatangkan perasaan tidak senang,
apabila dia melakukan perbuatan yang tidak baik.
Apabila perlakuan kepada anak itu dilakukan secara teratur, maka akan
tertanam pada diri anak tentang suatu perbuatan yang mendapat pujian atau
diperbolehkan itu adalah sebagai perbuatan yang baik, sedangkan yang
mendatangkan hukuman atau tidak diperbolehkan itu merupakan perbuatan yang
tidak baik.
C. Peran Lingkungan Terhadap Perkembangan
Bayi
Seorang
bayi dilahirkan dalam keadaan tidak berdaya, tidak mempunyai pengertian tentang
apa yang ada dilingkungannya, belum dapat makan, baru punya reflek menghisap
dan menelan. Sebagaimana terlihat pada aspek-aspek perkembangan, tampak bahwa
peranan lingkungan sangat penting. Keluarga adalah lingkungan yang pertama dan
utama yang diharapkan dapat:
1. Memberikan ranngsangan agar
sensomotornya dapat bereaksi.
2. Memperhatikan kesehatan dan gizi karena
bayi belum dapat menolong dirinya sendiri.
3. Menciptakan lingkungan yang kondusif
untuk berkembangnya kemampuan berbicara.
4. Memberikan model tentang konsep moral
dan nilai yang benar dan salah.
5. Memberikan pujian atas kemajuan yang
mereka capai.
6. Memberikan kebiasaan bermain yang
konstruktif.[9]
Kita
mengetahui dari berbagai sumber bahwa pengaruh menipulasi lingkungan
memperbesar visual manusia. Secara alami, manusia telah mengalami perkembangan
lingkungan visual yang berbeda, baik melalui penyakit atau perbedaan budaya. Pada awal tahun pertama. Tingkah laku bayi
menunjukkan bahwa ia menafsirkan hal-hal yang baru berdasarlkan yang lama.
Setelah mencapai usia dua tahun, ia telah mampu membuat kesimpulan sederhana
berdasarkan pengalaman-pengalaman serupa yang dilihat ada hubungannya.
Pengertian pertama pada bayi tentang objek yang diperolah melalui penjelasan
sensoriknya seperti melihat, meraba, mencium, dan mengecap.[10]
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Masa
bayi dianggap sebagai masa dasar, karena merupakan dasar periode kehidupan yang
sesungguhnya karena pada saat ini banyak pola perilaku, sikap, dan pola
ekspresi emosi terbentuk. Masa bayi berlangsung dua tahun pertama setelah
periode bayi baru lahir. Perilaku bayi pada mulanya berkaitan dengan perilaku
menyusu dan perilaku pembuangan (elimination behavior). Dalam
perkembangan bayi oleh beberapa pakar, dikemukakan bahwa perilaku tersebut
dikaitkan dengan kepribadian oral dan anal pada kepribadian dewasa. Motif akan
muncul dari kebutuhan-kebutuhan melalui proses belajar.
Aspek-aspek
yang berkembang pada masa bayi yaitu: fisik, psikologis, motorik, belajar
berjalan, perkembangan bahasa, emosi, kognitif dan moral.
Lingkungan
sangat berperan sekali dalam perkembangan bayi. Oleh karena itu, orang tua
sebagai lingkungan pertama harus bisa memberikan kasih saying yang tulus dan
mengurus bayi dengan sebaik mungkin supaya perkembangan bayi tidak terganggu
dan bisa sempurna karena bayi sangat tidak berdaya dan lemah.
B. Penutup
Demikianlah
makalah ini disampaikan, penulis tahu masih banyak kekurangan dalam penulisan
makalah ini. Untuk itu penulis memohon kritik dan saran yang membangun demi
penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembacanya.
[2] Samsunuwati, Psikologi
Perkembangan, PT Rosdakarya, Bandung, 2005, hlm 95.
[5] Desmita, Psikologi Perkembangan, Bandung, PT
Remaja Rosdakarya, 2015, hlm. 115-116
[6] Syamsu
Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja,
Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2000, hlm. 156-157
[9] Ibid, Yudrik Jahja, Psikologi
Perkembangan, hlm 173-174.
[10] Ibid, Syamsu
Yusuf, hlm 159.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar