Sabtu, 09 Januari 2016

PERKEMBANGAN MASA BAYI



BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang Masalah
Proses perkembangan jasmani dan perkembangan rohani sudah dimulai sejak anak di dalam kandungan, biasanya Sembilan bulan lamanya. Jadi perkembangan bukan dimulai saat lahirnya. Pada waktu lahir kemampuan otak telah terbentuk 50% dan kemampuan itu akan terus bertambah sampai dengan umur 5 tahun. Perkemngan rohani tak dapat diselidiki terlepas dari perkembangan jasmani. Sungguhpun ada perbedaan antara keduanya, perbedaan itu tidak selalu perlu apalagi pada seorang bayi. Pada saat lahir yang dapat dilakukan bayi ialah menggerakkan bibir dan lidahnya berupa gerakan menghisap dan meludah.
Pada saat lahirnya, bayi yang satu menunjukkan perbedaan-perbedaan dengan bayi lainnya, perbedaan keadaan tubuh dan perbedaan kesanggupan. Dalam hal keadaan tubuh umpamanya berbeda beratnya, panjangnya, rambutnya, dan sebagainya. Dalam hal kesanggupan umpamanya dapat menentang cahaya, dapat menggenggam, menangis untuk menyatakan pesan tak senang, dan sebagainya. Sedangkan bayi lain baru memperhatikan kesanggupan semacam itu setelah ia berumur beberapa hari.
Bayi merupakan makhluk yang perlu dilindungi. Semua kebutuhannya harus dipenuhi seperti yang diinginkan, tetapi ia belum pandai menyatakan keinginan itu. Ia hanya pandai menangis. Bila ibu mendengar bayinya menangis, ibu yang pertama kali mempunyai bayi tentu merasa bingung, tidak mengerti apa yang harus diperbuatnya.

B.  Rumusan Masalah
1.    Bagaimana perkembangan pada masa bayi?
2.    Apa saja aspek-aspek yang berkembang pada masa bayi?
3.    Bagaimana peran lingungan terhadap perkembangan bayi?


BAB II
PEMBAHASAN

A.  Pengertian Masa Bayi
Masa bayi dianggap sebagai masa dasar, karena merupakan dasar periode kehidupan yang sesungguhnya karena pada saat ini banyak pola perilaku, sikap, dan pola ekspresi emosi terbentuk. Masa bayi berlangsung dua tahun pertama setelah periode bayi baru lahir.[1]
Pada masa ini bayi mengalami kemajuan dalam hal ketergantunggan total pada orang lain menuju ke otonomi yang relative dari determinasi diri. Pertumbuhan, perkembangan, kematangan dan belajar menghasilkan perubahan perilaku yang besar sekali pada masa bayi. Pada masa akhir ini ia masih bisa berdiri dan berjalan.
Anak juga mulai belajar berbicara dari satu kata sampai beberapa kata yang membentuk kalimat. belajar berbicara dilakukan dengan mendengarkan dan kemudian meniru (imitasi) orang lain berbicara. Perkembangan bicara banyak dipengaruhi oleh perasangan sosial, imitasi, belajar dari anak yang lebih besar dan orang dewasa di lingkungannya. Perkembangan kepribadian juga dimulai sejak anak masih kecil. Anak harus dididik sesuai dengan cara-cara perilakunya kelak, agar sudah terbiasa dengan kebiasaan tertentu. Pembentukan perilaku yang di mulai sejak dini akan menjadi dasar bagi anak dalam menghadapi masalah di kemudian hari. Pembentukan kebiasaan, perilaku disiplin, kejujuran, singkatnya perilaku yang baik akan mengurangi ketegangan dalam menghadapi konflik.
Perilaku bayi pada mulanya berkaitan dengan perilaku menyusu dan perilaku pembuangan (elimination behavior). Dalam perkembangan bayi oleh beberapa pakar, dikemukakan bahwa perilaku tersebut dikaitkan dengan kepribadian oral dan anal pada kepribadian dewasa. Motif akan muncul dari kebutuhan-kebutuhan melalui proses belajar. Kebutuhan-kebutuhan menjadi terperinci dan cara memenuhi kebutuhan akan mengarah ke pola pribadi dalam usaha memuaskannya menjadi corak perilaku dan ciri-ciri khasnya.
Kegiatan anak sendiri dan hubungan dengan orang dewasa akan memunculkan motivasi positif dan negative yang lain. Karena itu dalam perkembangan kepribadian anak, adanya orang dewasa, merupakan faktor penting dalam peran gandanya baik sebagai pribadi teladan untuk ditiru maupun sebagai pribadi yang mengarahkan. Pada masa bayi, banyak perubahan diperoleh melalui kematangan dan belajar. Dalam respons belajar ini antara lain terjadi melalui respons bersyarat, respons dialihkan ke situasi perangsangan yang baru, contoh : Bayi menangis karena lapar. Oleh ibunya diberi susu sambil ditimang-timang, lalu bayi menjadi tenang. Selanjutnya bayi menangis apabila merasa kesepian, ibu menimang-nimangnya lalu bayi menjadi tenang. Bayi menjadi tenang sebagai respons terhadap perlakuan ibu yang menimangnnya.
Sikap emosional banyak dipelajari dengan cara ini yakni anak belajar dari interaksinya dengann lingkungannya. Sesudah perkembangan fisik tertentu tercapai, perkembangan bicara, motorik, ciri kepribadian menghasilkan seorang anak yang sudah kehilangan penampilan sebagai seorang bayi, siap memasuki masa balita.[2]

B.  Aspek-Aspek dalam Perkembangan Masa Bayi
1.    Perkembangan Fisik
Pada masa bayi, perkembangan fisik secara jelas dapat diamati pada enam bulan. Pertumbuhannya terus bertambah dengan pesat. Tahun pertama peningkatan lebih kepada berat dan tinggi badan. Selama tahu kedua terjadi penurunan, selain itu yang berkembang ialah proporsi, tulang, otot dan lemak, bangun tubuh, gigi, susunan saraf, dan organ perasa. Rata-rata bayi memiliki empat hingga enam gigi susu. Gigi pertama adalah gigi depan, dan yang terakhira adalah gigi geraham.[3]
2.    Perkembangan Psikologis
Secara psikologis, pada masa bayi terjadi pembentukan pola-pola fundamentalis dan kebiasaan mengenali wajah orang-orang tertentu. Menurut Piaget, anak hingga umur kurang lebih 2 tahun belum tampak adanya mediasi dalam arti “aktivitas pikir yang intern”. Semua tingkah laku anak harus dipikir sebagai hal yang diterima sensori dan suatu reaksi yang motorik saja. Ahli Psikologi membedakan dua tahap perkembangan intelegensi pada manusia yaitu sensori motordan tahap konseptual.
3.    Perkembangan Motorik
Perkembangan motorik adalah perkembangan pengendalian gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf, dan otot yang terkoordinasi. Perkembangan pada masa bayi pada aspek motorik ini dapat diamati dan terlihat reaksi-reaksi spontan yang berulang dilakukan dan tidak terkoordinasi. Namun lama-kelamaan terjadi secara efektif. Hal ini terlihat dari merangkak, berjalan, dan memainkan benda-benda.
Anak-anak yang usianya 4 bulan, jika ditelungkupkan, mencoba-coba mengangkat kepalanya walaupun hanya beberapa detik. Selanjutnya ia menguasai lengan, tangan, tungkai, dan kakinya. Kemudian anak yang usia 5 bulan dapat menggerakkan lengannya ke arah tertentu, kesalahsatu benda yang dilihatnya. Selanjutnya ia menguasai jari-jarinya untuk memungut benda-benda yang kecil, dan akhirnya ia dapat memegang sesuatu.
Ciri-ciri dari gerakan motorik, yaitu:
a.    Gerak dilakukan dengan tidak sengaja, tidak ditujukan untuk maksud-maksud tertentu.
b.    Grak yang dilakukan tidak sesuai den gan mengangkat benda.
c.    Gerak serta. Sepertia anak yang bermain dengan botol susunya, kelihatan bahwa mulut, leher dan kepalanya turut bergerak semuanya.

Macam-macam gerakan:
a.    Gerakan Instinktif
b.    Gerakan Refleks
c.    Gerakan spontan (impulsif)
4.    Belajar Berjalan
Masa bayi merupakan masa yang penuh dengan latihan-latihan, dan kemajuan yang dapat dicapainya. Kemajuan-kemajuan yang dicapai dalam belajar berjalan adalah sebagai berikut:
a.    Umur 1 bulan. Bayi hanya bisa mengenal gerak. Setelah umurnya bertambah, ia mulai melatih menggerak-gerakkan tubuhnya.
b.    Umur 2 bulan. Ia menggerakkan dan memutarkan kepalanya dengan susah payah.
c.    Umur 3 bulan. Ia belajar membalikkan badannya, tetapi setelah tertelungkup, seluruh badan dan mukanya terbenam di atas pembaringannya.
d.   Umur 4 bulan. Pada waktu tertelungkap, ia mencoba mendongakkan kepalanya sedikit walaupun dalam waktu yang singkat sekali.
e.    Umur 5 bulan. Setelah mmapu menegakkan kepalanya, ia mencoba mengangkat dadanya dengan menopangkan kedua kaki dan tangannya.
f.     Umur 6 bulan. Sudah ada keinginan untuk merangkak. Jika ia sedang menelungkup, dan ibu meletakkan mainan di depannya, ia menggerakkan kaki dan tangannya seolah-olah berenang, tetapi hasilnya belum tercapai karena otot-ototnya belum terlalu kuat. Dengan bantuan sedikit diangkat badannya, ia dapat bergerak maju sedikit.
g.    Umur 7 bulan. Ia dapat duduk sendiri dan berbaring berbalik-balik.
h.    Umur 8 bulan. Ia dibantu belajar berdiri.
i.      Umur 9 bulan. Ia dapat berdiri sendiri sambil berpegangan pada sisi meja dan kursi.
j.      Umur 10 bulan. Jika otot-ototnya sudah cukup kuat serta srafnya cukup matang, ia memulai melatih merangkak.
k.    Umur 11 bulan. Ia belajar merambat dengan berpegangan pada perabot rumah tangga.
l.      Umur 12 bulan. Ia mencoba berdiri sendiri. Selanjutnya ia dapat berjalan sendiri.[4]
5.    Perkembangan Emosi
Emosi yaitu respon yang timbul dari stimulus yang menyebabkan perubahan-perubahan fisiologis disertai dengan perasaan kuat. Bayi mengekspresikan sebagian emosi jauh lebih awal dibandingakan dengan beberapa emosi lain, lalu mengekspresikan dengan rinci dus perilaku ekspresif emosional yang penting. Pada emosional yang lazim pada bayi meliputi kemarahan, ketakutan, rasa ingin tahu, dan kegembiraan.[5] Tahap perkembangan emosi bayi meliputi:
a.    Usia 0,0-8 minggu
Kehidupan bayi sangat dikuasai oleh emosi (impulsif). Emosi anak sangat bertalian dengan perasaan kualitas perasaan: senang (like) dan tidak senang (dislike) jasmaniyah.
b.    Usia 8 minggu – 1 tahun
Pada usia ini perasaan psikis sudah mulai berkembang. Anak merasa senang (tersenyum) apabila melihat mainan yang digantungkan di depan matanya, atau melihat orang yang telah dikenalnya. Tidak merasa senang (menangis) terhadap benda, situasi ataau orang asing (menangis apabila dipangku oleh orang yang tidak dikenalnya). Pada fase ini, perasaan anak mengalami diferensiasi (penguraian).
c.    Usia 1,0 tahun – 3,0 tahun
Pada usia ini, perkembangan emosinya yaitu,
1)   Emosinya sudah mulai terarah padasesuatu (orang, benda atau makhluk lain).
2)   Sejajar dengan perkembangan bahasa yang sudah dimulai pada usia 2 tahun maka anak dapat menyatakan perasaannya dengan menggunakan bahasa.
3)   Sifat-sifat perasaan anak pada fase ini:
a)    Labil, artinya mudah kembali berubah.
b)   Mudah tersulut tetapi tidak bertahan lama dan sifatnya dangkal.
Pada usia ini perkembanga rasa sosial lebih jelas lagi karena dapat dinyatakan dengan bahasa, seperti mengajak, menyatakan simpati atau antipati, rasa tidak setuju, menolak atau menentang, dan sebagainya. Karena emosi anak memungkinkan dapat dipengaruhi maka anak dapat turut menyayangi, mengasihi ataupun membenci sesuatu. Hal ini merupakan benih untuk timbulnya rasa sayang, benci, atau simpati terhadap sesuatu (seseorang).[6]
6.    Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif adalah salah satu aspek perkembangan manusia yang berkaitan dengan pengertian (pengetahuan), yaitu semua proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari dan memikirkan lingkungannya. Piaget menanamkan tahap perkembangan ini tahap “sensomotorik”. Selama masa bayi, kapasitas intelektual atau kognitif seseorang telah mengalami perkembangan. Tahap sensomotorik berlang sung dari kelahiran hingga kira-kira 2 tahun. Selama tahap ini, perkembangan mental ditandai dengan kemajuan pesat dalam kemampuan bayi untuk mengorganisasikan dan mengkoordinasikan sensasi melalui gerakan-gerakan dan tindakan-tindakan fisik. Dalam hal ini, bayi yang baru lahir bukan saja menerima secara pasif rangsangan-rangsangan terhadap alat-alat indranya, melainkan juga aktif memberikan respons terhadap rangsangan tersebut, yakni melalui gerak-gerak refleks.
Dengan berfungsinya alat-alat indra serta kemampuan melakukan gerakan-gerakan motorik dalam bentuk refleks-refleks, bayi berada dalam keadaan siap untuk mengadakan hubungan dengan dunia sekitarnya. Jadi, pada permulaan tahap sensorimotorik, bayi memiliki lebih dari sekadar refleks yang digunakan untuk mengkoordinasikan pikiran dengan tindakan. Pada akhir tahap ini, ketika anak berusia 2 tahun, poal-pola sensorimtoriknya semakin kompleks dan mulai mengadopsi suatu sistem simbol yang primitif.[7]
7.    Perkembangan Bahasa
Ada tiga bentuk prabahasa yang normal muncul dalam pola perkembangan bahasa, yakni menangis, mengoceh, dan isyarat. Menangis adalah lebih penting karena merupakan dasar bagi perkembangan bahasa yang sebenarnya. Isyarat dipakai bayi sebagai pengganti bahasa, sedangkan pada anak yang lebih tua atau orang dewasa, isyarat dipakai sebagai pelengkap bahasa. Karena bahasa dipelajari melalui proses meniru maka bayi perlu memperoleh model atau contoh yang baik supaya dapat meniru kata-kata yang baik.
Bayi memilki bahasa yang berbeda dengan bahasa orang dewasa. Sebelum mencapai kemampuan berbicara seperti orang dewasa, ada beberapa tahap yang harus dilalui. Tahap-tahap yang dilalui adalah:
a.    Cooing (menggumam)
b.    Babbling
c.    One-word utterance
d.   Two word-utterance dan telegraphic speechi
e.    Basic adult setence structure.[8]
8.    Perkembangan Bermain
Bemain atau setiap kegiatan yang menimbulkan kesenangan, dimulai dalam bentuk sederhana pada masa bayi. Bermain pada masa ini terutama terdiri dari gejala-gejala gerakan motorik yang tidak menentu dan perangsangan organ-organ keindraan. Permainan pada masa bayi bersifat bebas dan spontan yang ditandai dengan tidak adanya aturan-aturan dan lebih bersifat bermain sendiri daripada orang lain.
Pada masa anak pada usia tiga bulan, penguasaan tangan–tangan telah sedemikian berkembang sehingga memungkinkan dia dapat bermain dengan boneka, atau mainan-mainan lainnya. Pada masa ini juga, anak merasakan kegembiaannya atau kesenangannyadenagn membalikan badannya dari satu sisi ke sisi lainnya, menendang-nendang, dan memperhatikan gerakan-gerakan tangannya. Pada usia tahun kedua, permainannya sudah mulai teratur dan boneka dipakai untuk berbagai macam kegiatan permainan. Ciri khas pada usia ini adalah permainannya banyak melibatkan kegiatan-kegiatan berjalan, melemparkan dan memungut kembali benda-benda (seperti bola), dan memasukkan atau mengeluarkan benda-benda dari tempatnya.
9.    Perkembangan Kepribadian
Pada masa ini masih berkembang sikap egosentir. Ini berarti bahwa anak memandang segala sesuatu dilihat dari sudut pandang sendiri, dan ditujukan untuk kepentingan dirinya sendiri. Dia hanya mementingkan dirinya sendiri, tidak menghiraukan kepentingan orang lain. Ia adalah raja atau ratu kecil yang hanya memerintah dunia akhirat.
Sikap egosentris ini mempengaruhi sikap sosialnya, seperti:
a.    Semua orang harus melayani dirinya.
b.    Semua orang harus tundukpada kehendaknya.
c.    Segala sesuatu yang dikehendakinya harus ada dan harus dipenuhinya.
Sikap-sikap yang tampaknya tidak baik ini merupakan keadaan yang normal atau wajar bagi perkembangan usia bayi karena masa ini masih sangatdikuasai nalurinya (bersifat impulsif), dan kemampuan berpikirnya belum cukup berkembang.
10.    Perkembangan Moral
Seorang anak yang dilahirkan belum memiliki pengertian tentang apa yang baik atau tidak baik. Pada masa ini (bayi) tingkah laku anak hampir semuanya didominasi oleh dorongan naluriyah belaka (impulsif). Oleh karena itu, tingkah laku anak belum bisa dinilai sebagai tingkah laku bermoral atau tidak moral.
Pada masa ini, anak cenderung suka mengulangi perbuatan yang menyenangkan, dan tidak mengulangi perbuatan yang menyakitkan (tidak menyenangkan). Dengan melihat kecenderungan perilaku anak tersebut maka untuk menanamkan konsep-konsep moral pada anak, sebaiknya dilakukan hal-hal sebagai berikut.
a.    Berilah pujian, ganjaran atau sesuatu yang menyenangkan anak (seperti dicium, dipeluk, dan diberi kata-kata pujian),
b.    Berilah hukuman, atau sesuatu yang mendatangkan perasaan tidak senang, apabila dia melakukan perbuatan yang tidak baik.
Apabila perlakuan kepada anak itu dilakukan secara teratur, maka akan tertanam pada diri anak tentang suatu perbuatan yang mendapat pujian atau diperbolehkan itu adalah sebagai perbuatan yang baik, sedangkan yang mendatangkan hukuman atau tidak diperbolehkan itu merupakan perbuatan yang tidak baik.

C.  Peran Lingkungan Terhadap Perkembangan Bayi
Seorang bayi dilahirkan dalam keadaan tidak berdaya, tidak mempunyai pengertian tentang apa yang ada dilingkungannya, belum dapat makan, baru punya reflek menghisap dan menelan. Sebagaimana terlihat pada aspek-aspek perkembangan, tampak bahwa peranan lingkungan sangat penting. Keluarga adalah lingkungan yang pertama dan utama yang diharapkan dapat:
1.    Memberikan ranngsangan agar sensomotornya dapat bereaksi.
2.    Memperhatikan kesehatan dan gizi karena bayi belum dapat menolong dirinya sendiri.
3.    Menciptakan lingkungan yang kondusif untuk berkembangnya kemampuan berbicara.
4.    Memberikan model tentang konsep moral dan nilai yang benar dan salah.
5.    Memberikan pujian atas kemajuan yang mereka capai.
6.    Memberikan kebiasaan bermain yang konstruktif.[9]
Kita mengetahui dari berbagai sumber bahwa pengaruh menipulasi lingkungan memperbesar visual manusia. Secara alami, manusia telah mengalami perkembangan lingkungan visual yang berbeda, baik melalui penyakit atau perbedaan budaya.  Pada awal tahun pertama. Tingkah laku bayi menunjukkan bahwa ia menafsirkan hal-hal yang baru berdasarlkan yang lama. Setelah mencapai usia dua tahun, ia telah mampu membuat kesimpulan sederhana berdasarkan pengalaman-pengalaman serupa yang dilihat ada hubungannya. Pengertian pertama pada bayi tentang objek yang diperolah melalui penjelasan sensoriknya seperti melihat, meraba, mencium, dan mengecap.[10]


















BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Masa bayi dianggap sebagai masa dasar, karena merupakan dasar periode kehidupan yang sesungguhnya karena pada saat ini banyak pola perilaku, sikap, dan pola ekspresi emosi terbentuk. Masa bayi berlangsung dua tahun pertama setelah periode bayi baru lahir. Perilaku bayi pada mulanya berkaitan dengan perilaku menyusu dan perilaku pembuangan (elimination behavior). Dalam perkembangan bayi oleh beberapa pakar, dikemukakan bahwa perilaku tersebut dikaitkan dengan kepribadian oral dan anal pada kepribadian dewasa. Motif akan muncul dari kebutuhan-kebutuhan melalui proses belajar.
Aspek-aspek yang berkembang pada masa bayi yaitu: fisik, psikologis, motorik, belajar berjalan, perkembangan bahasa, emosi, kognitif dan moral.
Lingkungan sangat berperan sekali dalam perkembangan bayi. Oleh karena itu, orang tua sebagai lingkungan pertama harus bisa memberikan kasih saying yang tulus dan mengurus bayi dengan sebaik mungkin supaya perkembangan bayi tidak terganggu dan bisa sempurna karena bayi sangat tidak berdaya dan lemah.

B.  Penutup
Demikianlah makalah ini disampaikan, penulis tahu masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini. Untuk itu penulis memohon kritik dan saran yang membangun demi penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembacanya.







[1] Yudrik Jahja, Psikologi Perkembangan, Kencana Prenada Media Group, Jakarta; 2011, hlm 160-164.
[2] Samsunuwati, Psikologi Perkembangan, PT Rosdakarya, Bandung, 2005, hlm 95.
[3] Wiji Hidayati, Psikologi Perkembangan, Yogyakarta, Teras, 2008, hlm. 106
[4] Zulkifli, Psikologi Perkembangan, Bandung, Rosda Karya, 2006, hlm. 23-28
[5] Desmita, Psikologi Perkembangan, Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2015, hlm. 115-116
[6] Syamsu Yusuf,  Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2000, hlm. 156-157
[7] Ibid., Desmita, hlm. 104-105
[8] Ibid., Wiji Hidayati, hlm. 108-109
[9]  Ibid, Yudrik Jahja, Psikologi Perkembangan,  hlm 173-174.
[10] Ibid, Syamsu Yusuf, hlm 159.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar