Sabtu, 09 Januari 2016

SOSIOHISTORIS MASYARAKAT ARAB PRA-ISLAM



SOSIOHISTORIS MASYARAKAT ARAB PRA ISLAM

MAKALAH
Disusun guna memenuhi salah satu tugas
Mata Kuliah : Sirah Nabawiyah
Dosen Pengampu : Ulfah Rahmawati, M. Pd.I

Description: A description...

Disusun:
Kelompok 02
1.    Wulan Miftakhul Jannah                        (1310110050)
2.    Azimmatul Khoiroh                               (1310110054)
3.    Khoirul Anas                                          (1310110055)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGRI KUDUS
JURUSAN TARBIYAH
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
TAHUN AKADEMIK 2015 / 2016

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Masa sebelum islam, khususnya kawasan jazirah arab disebut jahiliyah. Julukan semacam ini terlahir disebabkan oleh terbelakangnya moral msyarakat arab khususnya arab pedalaman (badui) yang hidup menyatu dengan padang pasir dan area tanah yang gersang. Sebelum Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi Rasul, banyak sekali kepercayaan umat manusia yang sangat beragama. Ajaran agama tersebut memiliki keyakinan tentang Tuhan dan ajaran yang dianutnya.
Pada masa sebelum islam di Arab kondisi masyarakat Arab sangat memprihatinkan. Banyak terdapat tradisi-trsdisi yang menyimpang. Maraknya perjudian, peperangan, perzinahan, pembunuhan dan lain sebagainya. Sehingga pada masa ini dikenal dengan sebutan masa jahiliyah (kebodohan). Pada era globalisasi sekarang ini, nilai-nilai system sekuler dapat masuk dengan mudah dan menyingkir nilai-nilai islami sebagaimana yang Rasullah ajarkan. Akibatnya, banyak orang di sebagaian belahan dunia yang pola hidupnya serupa atau telah kembali kepada masa jahiliyah.
Maka perlu untuk kita melihat seperti apa perbedaan kehidupan bangsa Arab dari zaman sebelum masuknya islam, ketika dimasuki agama islam, dan pasca agama islam mengakar di bangsa Arab tersebut. Patut kita mnegetahuinya yang mengingat itu adalah sejarah agama kita dan kita sebagai penganut agama tersebut.
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana historiografi masyarakat arab pra islam?
2.      Bagaimana kondisi geografis Jazirah Arab?
3.      Bagaimana sosiohistoris masyarakat Arab pra islam?


BAB II
PEMBAHASAN

A.  Kondisi Masyarakat Arab Pra Islam
Bangsa Arab sebelum datangnya Islam, biasa disebut dengan Arab Jahiliyah, bangsa yang belum meliki peradaban dan bodoh. Akan tetapi, bangsa Arab bagian Utara terkenal dengan orang-orang yang memiliki kemampuan tinggi dalam mengubah syair, dan syair-syair itu diikut sertakan dalam perlombaan dan yang menang digantung di Ka’bah. Melalui tradisi sastra tersebut dapat diketahui dapat diketahui bahwa peristiwa-peristiwa besar dan penting secara faktual ikut memberikan pengaruh pada perjalanan sejarah mereka.[1]
B.  Keadaan Geografis Jazirah Arab
Jazirah secara etimologi berasal dari bahasa Arab yang memiliki arti kepulauan, sedangkan Arab secara etimologi berasal dari kata arabia yang artinya gurun pasir atau sahara. Menurut Nuldeke, berpendapat bahwa sebagian besar wilayah Arab terdiri dari gurun pasir. Akan tetapi menurut Muhammad Hasyim Athiyah, kata Arab berasal dari kata abar yang artinya rahlah atau kembara, sebab bangsa Arab adalah bangsa yang suka berpindah.
Daris segi geografis, Arab bukanlah sebuah kepulauan sebab dari empat penjuru perbatasan masih ada satu yang tidak berbatasan dengan laut, yaitu sebelah Utara Jazirah Arab berbatasan denfan gurun Iran dan Gurun Syiria, di sebelah Sdelatan berbatasan dengan Laut Indonesia, sebelah Barat berbatasan dengan Laut Merah, di sebelah Timur berbatasan dengan Teluk Persia. Jazirah Arab terletak di sebelah Barat daya Asia, yai6tu bagian tengah dan bagian tepi.


Sebagian besar daerah Arab adalah padang pasir sahara yang terletak di Tengah dan memiliki keadaan dan sifat yang berbeda-beda, karena itu terbagi menjadi tiga bagian:
1.    Sahara Langit, memanjang 140 mil dari Utara ke Selatan dan 180 mil dari Timur ke Barat, yang disebut dengan sahara Nufud, Oase dan mata air sangat jarang.
2.    Sahara Selatan, yang membentang dan menyambung Sahara Langit ke Timur sampai ke Selatan Persia. Hampir seluruhnya merupakan daratan yang keras, tandus dan pasir yang bergelombang.
3.    Sahara Harrat, merupakan suatu daerah yang terdiri dari tanah liat yang berdebu hitam bagaikan terbakar gugusan batu-batu hitam.[2]
Bila dilihat dari asal usul keturunan, penduduk Jazirah Arab dapat dibagi menjadi dua golongan besar yaitu Qahthaniyun dan Adnaniyun. Pada awalnya wilayah utara diduduki golongan ‘adaniyun, dan wilayah selatan didiami golongan qathaniyun. Akan tetapi, lama kelamaan kedua golongan itu membaur karena perpindahan-perpindahan dari utara keselatan atau sebaliknya.
C.  Sosiohistoris Masyarakat Arab Pra Islam
1.    Agama Masyarakat Arab Pra Islam
Penduduk Arab menganut berbagai macam agama yang berbeda-beda antara lain sangat terkenal dengan penyembahan terhadap berhala atau paganisme. Mereka mensucikan batu dan menyembahnya di mana mereka berada. Lama-lama mereka membuat patung untuk disembah dan mereka berkeliling untuk mengitarinya. Di samping itu patung-patung yang yang besar diberinya nama Manah yang terletak di dekat Yasrib atau Madinah, al-Latta yang berada di Taif dan al-Uzza yang diletakkan di Hijaz. Hubal adalah patung yang terbesar yang dibuat dari batu akik yang berbentuk seperti manusia yang diletakkan di dalam Ka’bah.

Demikianlah keadaaan bangsa Arab yang menjelang lahirnya Muhammad SAW yang membawa agama Islam di tengah-tengah mereka. Masa itu bias disebut dengan zaman Jahiliyah, masa kegelapan, dan kebodohan dalam hal agama. Sastra pada saat itu memiliki arti penting dalam kehidupan bangsa Arab. Mereka mengabadikan peristiwa-peristiwa dalam syair yang diperlombakan satiap tahun di pasar Ukaz, Majinnah dan Zu Majaz. Bagi yang memiliki syair bagus, maka ia akan diberi hadiah dan mendapat kehormatan bagi suku atau kabilahnya serta kyairnya digantungkan di Ka’bah yang dinamakan al-mu’allaq as-sab’ah.[3]
Bangsa arab disekitar jazirah arab pada masa dahulu sudah mengenal keesaan Allah, sudah mengenal tuhan Allah. Karena mereka pada umumnya sejak beberapa ratus tahun yang lampau, sebelum Nabi Muhammad diutus kerap kali kedatangan dakwah dari para Nabi utusan Allah. Yang menyapaikan seruan kepada mereka supaya menyembah kepada Tuhan Yang Maha Esa semata-mata, jangan sampai mempersekutukan sesuatu dengan-Nya.
Akan tetapi setelah beberapa puluh tahun kemudian, agam nabi ibrahim dan nabi Isma’il yang suci diputar balikkan, dirubah, ditambah dan dikurangi pleh para pengikut agama itu sendiri. Adapu jelasnya, keagamaan bangsa arab pada masa itu dapat disingkat sebagai berikut:
1.    Menyembah malaikat
Sebagian diantara mereka ada yang menyembah dan menuhankan malaikat. Mereka menganggapbahwa para malaikat itu sebagai wakil tuhan untuk memberikan segala sesuatu yang diminta atau di hajatkan oleh manusia dan untuk mencabut kembali pemberian itu. Maka dari itu mereka selai menyembah tuhan juga menyembah malaikat. Bahkan ada juga diantara mereka yang menuhankan malaikat dan menganggap bahwa para malaikat itu putri-putri Allah.



2.    Menyembah jin, ruh dan hantu
Diantara mereka ada yang menganggap bahwa jin-jin dan ruh para leluhur yang telah meninggal dunia memiliki hubungan langsung atau hubungan keturunan dengan para malaikat, sehingga dengan sendirinya mereka menganggap memiliki hubungan keturunan dengan tuhan. Kaitannya dengan itu ada diantara mereka yang menghormati atau memuliakan beberapa tempat yang mereka pandang tempat jin, diantaranya ada satu tempat jin yang terkenal dengan nama darahim. Mereka selalu mengadakan kurban, menyembelih binatang ditempat itu agar terhindar dari bencana.
3.    Menyembah bintang-bintang
Sebagian bangsa arab ada yng menyembah bintang-bintang. Yang dimaksud dengan bintang-bintang adalah matahari, bulan, dan bintang-bintang yang gemerlapan cahayanya. Mereka menganggap bintang-bintang itu diberi kekuasaan penuh oleh tuhan untuk mengatur alam ini.
4.    Menyembah berhala
Penyebab diantara mereka sampai menyembah berhala karena sebagian besar dari mereka terlau memuliakan ka’bah. Setiap kali mereka ziarah kedaerah suci tersebut mereka kembali denga membawa batu-batu yang ada disana kenegri mereka masing-masing. Mereka mengerjakan demikian itu untuk mngambil berkah, akibat sangat cinta menghormati ka’bah. Kemudian lama kelamaan mereka tertarik untuk menyembah batu-batu dan berhala[4].

2.    Kehidupan Sosial di Jazirah Arab
Pada masa sebelum islam di Arab kondisi sosial masyarakatnya sangat memprihatinkan. Banyak terdapat tradisi-tradisi yang menyimpang. Maraknya perjudian, peperangan, perzinaan, pembunuhan, dll. Sehingga pada masa ini dikenal dengan sebutan zaman jahiliyah (kebodohan). Pada era globalisasi sekarang ini, nilai-nilai dan sistem sekuler dapat masuk dengan mudah dan menyingkirkan nilai-nilai islami sebagaimana yang Rasulullah ajarkan. Akibatnya, banyak orang di sebagian belahan dunia yang pola hidupnya serupa atau telah kembali kepada masa Jahiliyah.
Negeri Arab pada umumnya adalah padang pasir, tetapi bukan berarti semua Jazirah Arab adalah padang pasir. Tanah arab di diami oleh dua kelompok bangsa Arab, yaitu : Bangsa Arab Badawi (kampong) dan Bangsa Arab kota. Bangsa Arab Badawi adalah Bangsa yang tinggal di padang pasir. Sedangkan Bangsa Arab kota adalah penduduk Arab yang tinggal di kota-kota yang aktif dengan pertanian dan perdagangan.
Di antara perilaku buruk masyarakat Arab Jahiliyah adalah menanam bayi perempuan hidup-hidup (wa’dul banat) karena takut hinaan atau noda. Hanya saja tradisi ini tidak memasyarakat di seluruh bangsa Arab. Motif lain dari penanaman bayi perempuan hidup-hidup di kalangan masyarakat kelas bawah adalah karena takut jatuh miskin, terutama di lingkungan masyarakat Bani Asad dan Tamim. Perlakuan terhadap anak laki-laki adalah penuh kasih sayang, kecuali sebagian kecil di lingkungan masyarakat miskin anak laki-laki juga di bunuh.
Fase kehidupan bangsa Arab tanpa bimbingan wahyu Ilahi dan hidayah sangatlah panjang. Oleh sebab itu, di antara mereka banyak ditemukan tradisi yang sangat buruk. Berikut ini adalah contoh beberapa tradisi buruk masyarakat Arab Jahiliyah.
a.    Perjudian atau maisir. Ini merupakan kebiasaan penduduk di daerah perkotaan di Jazirah Arab, seperti Mekkah, Thaif, Shan’a, Hijr, Yatsrib, dan Dumat al Jandal.
b.     Minum arak (khamr) dan berfoya-foya. Meminum arak ini menjadi tradisi di kalangan saudagar, orang-orang kaya, para pembesar, penyair, dan sastrawan di daerah perkotaan.
c.    Nikah Istibdha’, yaitu jika istri telah suci dari haidnya, sang suami mencarikan untuknya lelaki dari kalangan terkemuka, keturunan baik, dan berkedudukan tinggi untuk menggaulinya.
d.   Mengubur anak perempuan hidup-hidup jika seorang suami mengetahui bahwa anak yang lahir adalah perempuan. Karena mereka takut terkena aib karena memiliki anak perempuan.
e.    Membunuh anak-anak, jika kemiskinan dan kelaparan mendera mereka, atau bahkan sekedar prasangka bahwa kemiskinan akan mereka alami.
f.     Lelaki yang mengambil wanita sebagai gundik, atau sebaliknya, lalu melakukan hubungan seksual secara terselubung.
g.    Prostitusi. Memasang tanda atau bendera merah di pintu rumah seorang wanita menandakan bahwa wanita itu adalah pelacur.
h.    Fanatisme kabilah atau kaum.
i.      Berperang dan saling bermusuhan untuk merampas dan menjarah harta benda dari kaum lainnya. Kabilah yang kuat akan menguasai kabilah yang lemah untuk merampas harta benda mereka.
j.      Orang-orang yang merdeka lebih memilih berdagang, menunggang kuda, berperang, bersyair, dan saling menyombongkan keturunan dan harta. Sedang budak-budak mereka diperintah untuk bekerja yang lebih keras dan sulit.

3.    Kehidupan Politik Jazirah Arab
Bangsa arab sebelum islam, hidup bersuku – suku ( kabilah – kabilah dan berdiri sendiri – sendiri), satu sama lain kadang – kadang saling bermusuhan. Mereka tidak mengenal rasa ikatan nasional yang ada pada mereka hanyalah ikaran kabilah. Dasar perhubungan dalam kabilah itu ialah pertalian darah.
Rasa ashabiyah ( kesukuan ) amat kuat dan mendalam pada mereka, sehingga bilamana terjadi salah seorang di antara. Mereka treaniaya maka seluruh anggota – anggota kabilah itu akan bangkit membelanya. Semboyan mereka’’ tolong saudara baik dia menganiaya atau teraniaya.’’
Pada hakikatnya kabilah – kabilah ini mempunyai pemuka – pemuka yang memimpin kabilah masing – masing. Kabilah adalah sebuah pemerintahan kecil yang asas eksistensi politiknya adalah di satuan fanatisme, adanya memfaat secara timbal balik untuk menjaga daerah dan menghadang musuh dari luar kabilah. Kedudukan pemimpin kabilah ditengah kaumnya, seperti halnya seorang raja. Anggota kabilah harus mentaati pendapat atau keputusan pemimpin kabilah. Baik itu seruan damai ataupun perang. Dia mempunyai kewenangan hukum dan otoritas pendapat, seperti layaknya pemimpin dictator yang perkasa. Sehingga adakalanya jika seorang pemimpin murka, sekian ribu mara pedang ikut bicara, tanpa perlu bertanya apa yang membuat pemimpin kabilah itu murka.
Kekuasaan yang berlaku saat itu adalah sistem diktator. Banyak hak yang terabaikan rakayat bisa diumpamakan sebagai ladang yang harus mendatangkan hasil dan memberikan pendapatan bagi pemerintah. Lalu para pemimpin menggunakan kekayaan itu untuk foya – foya mangumbar syahwat, bersenang – senang, memenuhi kesenangan dan kesewenangannya. Sedangkan rakyat dengan kebutaan semakin terpuruk dan dilingkupi kezjhaliman dari segala sisi.rakyat hanya bisa merintih dan mengeluh, ditekan dan mendapatkan penyiksaan dengan sikap harus diam, tanpa mengadakan perlawanan sedikitpun.
Kadang persaingan untuk mendapatkan kursi pemimpin yang memakai sistem keturunan paman kerap membuat mereka bersikap lemah lembut, manis dihadapan orang banyak, seperti bermurah hati, menjamu tamu, menjaga kehormatan, memperlihatkan keberanian, membela diri dari serangan orang lain, hingga tak jarang mereka mencari – cari orang yang siap memberikan sanjungan dan pujaan tatkala berada dihadapan orang banyak, terlebih lagi para penyair yang memang menjadi penyambung lidah setiap kabilah pada masa itu, hingga kedudukan para penyair itu sama dengan kedudukan orang – orang yang sedang bersaing mencari simpati.

4.    Kehidupan Ekonomi Jazirah Arab
Kehidupan ekonomi dijazirah arab dapt diketahui dari perniagaan yang dilakukan oleh orang-orang Quraisy. Ada beberapa faktor yang menolong orang mekahdapat memegang peranan dalam pernigaan. Terutama orang-orang Yaman yang telah berpindah ke mekah, sedang mereka memiliki pengalaman dalam bidang pernigaan. Dalam masa itu kota mekah, dari hari kehari bertambah mashur, keberadaan bangunan ka’bah dan jamaahh haji bedatangan setiap tahunnya.
Peduduk arab suka berniaga sebagai usaha dan sumber yang terpenting bagi kehidupan mereka . pengaruh dari perdagangan bagi pengembangan dakwah adalah tersebar luasnya agama-agama yang dibawa oleh para pedagang.Mereka berdakwah sambil berdagang. Mereka berdakwah dengan persuasif dan memberi tauladan yang baik dalam berdagang. Dengan sikap seperti itu, mereka banyak menaruh simpatik dan akhirnya mengikuti ajakan msuk islam[5].















BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Jazirah secara etimologi berasal dari bahasa Arab yang memiliki arti kepulauan, sedangkan Arab secara etimologi berasal dari kata arabia yang artinya gurun pasir atau sahara. Menurut Nuldeke, berpendapat bahwa sebagian besar wilayah Arab terdiri dari gurun pasir. Akan tetapi menurut Muhammad Hasyim Athiyah, kata Arab berasal dari kata abar yang artinya rahlah atau kembara, sebab bangsa Arab adalah bangsa yang suka berpindah.
Kehidupan bangsa Arab Pra Islam sangat memprihatinkan, hal itu ditunjukkan penduduk Arab berbagai macam agama yang berbeda-beda antara lain sangat dikenal dengan penyembahan berhala atau paganism. Mereka mensucikan batu dan menyembahnya di mana mereka berada. Lama-lama mereka membuat patung untuk disembah dan mereka berkeliling untuk mengitarinya.
Kondisi sosial bangsa Arab sebelum islam banyak tradisi yang menyimpang seperti perjudian, pezinaan, peperangan, pembunuhan dan lain sebagainya. Sehingga pada masa ini dikenal dengan sebtan jahiliyah (kebodohan).
Kehidpan bangsa arab sebelum islam bersuku-suku atau kabilah-kabilah yang berdiri sendiri dan satu sama lain saling bermusuhan. Mereka tidak menganal rasa ikatan nasional yang ada pada mereka hanyalah ikatan kabilah.
Mengenai kehidupan ekonomi yang dilakukan bangsa Arab sebelum islam suka dengan yang namanya berniaga. Mereka berniaga karena tanah arab yang tandus sehingga menuntut mereka untuk berniaga.
B.     Saran
Demikianlah makalah yang kelompok kami persembahkan. Kritik dan saran yang membangun sangat kami butuhkan demi kesempurnaan yang lebih baik lagi. Dan semoga makalah ini dapat dijadikan sebagai acuan untuk pemakalah selanjutnya, kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT dan kesalahan adalah murni dari kami sebagai manusia. Semoga bermanfaat.

DAFTAR PUSTAKA

Ali Mufrodi, Islam Di Kawasan Kebudayaan Arab, PT Logos Wacana Ilmu: 1997.
Badri Yatim, Historiografi Islam, PT Logos Wacana Ilmu, Ciputat: 1997.
Fatah Syukur, Sejarah Peradaban Islam, PT Pustaka Rizki Putra, Semarang: 2009.
Moenawar Cholil, Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad Jilid 1, Gema Insani Perss, Jakarta: 2001.




[1] Badri Yatim, Historiografi Islam, PT Logos Wacana Ilmu, Ciputat: 1997, hlm 27
[2] Fatah Syukur, Sejarah Peradaban Islam, PT Pustaka Rizki Putra, Semarang: 2009, hlm 13- 15
[3] Ali Mufrodi, Islam Di Kawasan Kebudayaan Arab, PT Logos Wacana Ilmu: 1997, hlm 8
[4] Moenawar Cholil, Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad Jilid 1, Gema Insani Perss, Jakarta: 2001, hlm 20-22
[5] Fatah Syukur, Sejarah Peradaban Islam, hlm 22-25

Tidak ada komentar:

Posting Komentar