Sabtu, 09 Januari 2016

PERKEMBANGAN MASA KANAK-KANAK



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Masa anak-anak dimulai setelah melewati masa bayi yang penuh ketergantungan, yakni kira-kira usia 2 tahun sampai saat anak matang secara seksual, yakni kira-kira usia 13 tahun  untuk wanita dan 14 tahun untuk pria. Selama periode ini (kira-kira 11 tahun bagi wanita dan 12 tahun bagi pria) terjadi sejumlah perubahan yang signifikan, baik secara fisik maupun psikologis.
Sejumlah ahli membagi masa anak-anak menjadi dua, yaitu masa anak-anak awal dan masa anak-anak akhir. Masa anak-anak awal berlangsung dari umur 2 tahun sampai 6 tahun, dan masa anak-anak akhir dari usia 6 tahun sampai saat anak matang secara seksual. Pada masa kanak-kanak awal banyak mengalami perkembangan dalam setiap perkembangannya. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai perkembangan apa saja yang terjadi pada masa kanak-kanak awal.
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana aspek-aspek perkembangan pada masa kanak-kanak awal?
2.      Apa saja tugas-tugas perkembangan pada masa kanak-kanak awal?
3.      Bagaimana implikasi aspek-aspek perkembangan pada masa kanak-kanak awal dalam pendidikan?


BAB II
PEMBAHASAN
1.      Aspek-Aspek Perkembangan
a.       Perkembangan Fisik
Perkembangan fisik merupakan dasar bagi kemajuan perkembangan berikutnya. Dengan meningkatnya pertumbuhan tubuh, baik menyangkut ukuran berat dan tinggi, maupun kekuatannya memungkinkan ank untuk dapat lebih lebih mengembangkan ketrampilan fisiknya, dan eksplorasi terhadap lingkungannya dengan tanpa bantuan dri orang tuanya. Perkembangan sistem syaraf pusat memberikan kesiapan kepada anak untuk lebih dapatp meningkatkan pemahaman dan penguasaan terhadap tubuhnya.[1]
Selama masa kanak-kanak awal, pertumbuhan fisik berlangsung lambat dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan selama masa bayi. Pertumbuhan yang lambat ini berlangsung sampai mulai munculnya tanda-tanda pubertas, yakni kira-kira 2 tahun menjelang anak matang secara seksual dan pertumbuhan fisik kembali berkembang pesat. Meskipun selama masa kanak-kanak pertumbuhan fisik mengalami perlambatan, namun ketrampilan-ketrampilan motorik kasar dan motorik halus justru berkembang pesat.
Selama masa anak-anak awal, tinggi rata-rata anak bertumbuh 2,5 hingga 3,5 kg setiap tahunnya. Pada usia 3 tahun, tinggi anak sekitar 38 inci dan beratnya sekitar 16,5 kg. Pada usia 5 tahun, tinggi anak mencapai 43,6 inci dan beratnya 21,5 kg. Perkembangan fisik pada masa anak-anak awal ditandai dengan berkembangan ketrampilan motorik, baik kasar maupun halus. Sekitar usia 3 tahun, anak sudah dapat berjalan dengan baik, dan sekitar usia 4 tahun anak hampir menguasai cara berjalan orang dewasa. Usia 5 tahun anak sudah terampil menggunakan kakinya untuk berjalan dengan berbagai cara, juga dapat melakukan tindakan-tindakan tertentu secara akurat.[2]
b.      Perkembangan Kognitif
Menurut Piaget, perkembangan kognitif pada masa kanak-kanak awal berada pada periode praoperasional, yaitu tahapan dimana anak belum menguasai operasi mental secara logis. Periode ini ditandai dengan berkembangnya representasional, atau symbolic function, yaitu kemampuan menggunakan sesuatu untuk mempresentasikan sesuatu yang lain dengan menggunakan simbol-simbol untuk melambangkan suatu kegiatan, benda yang nyata, atau peristiwa.[3]
 Dalam tahap praoperasional, pemikiran masih kacau dan tidak terorganisir dengan baik. Pemikiran praoperasional mencakup transisi dari penggunaan simbol-simbol primitif kepada yang lebih maju. Secara garis besarnya pemikiran praoperasional dapat dibagi kedalam dua subtahap, yaitu subtahap prakonseptual dan subtahap pemikiran intuitif.[4]
1.      Subtahap prakonseptual
Subtahap prakonseptual disebut juga dengan pemikiran simbolik (symbolic thought), karena karakteristik utama subtahap ini ditandai dengan munculnya sistem-sistem lambing atau symbol, seperti bahasa. Subtahap ini terjadi kira-kira antara usia 2 hingga 4 tahun. Pada subtahap ini anak-anak mengembangkan kemampuan untuk menggambarkan atau membayangkan secara mental suatu objek yang tidak ada  dengan sesuatu yang lain.
Dalam subtahap prakonseptual, kemunculan fungsi simbolis ditunjukan dengan perkembangan bahasa yang cepat, permainan imajinatif, dan peningkatan dalam peniruan. Percepatan perkembangan bahasa dalam fase prakonseptual dianggap sebagai hasil perkembangan simbolisasi. Ketika penggunaan symbol bahasa dimulai, maka terjadi peningkatan dalam kemampuan memecahkan masalah dan belajar dari kata-kata lain.
2.      Subtahap intuitif
Istilah intuitif digunakan untuk menunjukan subtahap kedua dari pemikiran praopersional yang terjadi pada anak dalam periode dari 4 hingga 7 tahun. Dalam subtahap ini, meskipun aktivitas mental terjadi, tetapi anak-anak begitu sadar mengenai prinsip-prinsip yang melandasi terbentuknya aktivitas tersebut. Walaupun simbol-simbol anak meningkat kompleks, namun proses penalaran dan pemikirannya masih mempunyai ciri-ciri keterbatasan tertentu.
Dalam fase prakonseptual, seiring dengan kemunculan pemikiran simbolis, anak-anak mengalami perkembangan bahasa yang pesat. Perkembangan bahasa yang cepat ini dianggap sebagai hasil perkembangan simbolisasi.
Pada mulanya bahasa anak-anak bersift egosentris, yaitu bentuk bahasa yang menonjolkan diri sendiri, berkisar pada minat, keluarga, dan miliknya sendiri. Menjelang masa akhir anak-anak awal, percakapan anak-anak berangsur-angsur berkembang menjadi bahasa social.[5]
Perkembangan bahasa anak usia prasekolah dapat diklasifikasikan ke dalam dua tahap:[6]
                  1)            Masa usia 2 tahun-2 tahun 6 bulan, yang bercirikan:
a)      Anak sudah mulai bisa menyusun kalimat tunggal.
b)      Anak sudah mampu memahami tentang perbandingan.
c)      Anak banyak menanyakan nama dan tempat: apa, dimana, dan dari mana.
d)     Anak sudah banyak menggunakan kata-kata yang berawalan dan yang berakhiran.
                  2)            Masa usia 2 tahun 6 bulan-6 tahun, yang bercirikan:
a)      Anak sudah dapat menggunakan kalimat majemuk beserta anak kalimatnya.
b)      Tingkat berpikir anak sudah lebih maju, anak banyak menanyakan soal waktu, sebab dan akibat.
c.       Perkembangan Psikososial
Masa kanak-kanak awal sering disebut usia pragang. Pada masa ini sejumlah hubungan yang dilakukan anak dengan anak-anak lain meningkat dan ini menentukan bagaimana gerak maju perkembangan social mereka. Sebelum usia 2 tahun anak kecil terlibat dalam permainan seorang diri atau searah. Meskipun dua atau tiga orang anak bermain dalam ruangan yang sama dan dengan jenis mainan yang sama, interaksi social yang terjadi sangat sedikit. Hubungan mereka terutama terdiri atas meniru atau mengamati satu sama lain atau berusaha mengambil mainan anak lain. Sejak umur 3 atau 4 tahun, anak-anak mulai bermain bersama dalam kelompok, berbicara satu sama lain pada saat bermain, dan memilih dari anak-anak yang hadir siapa yang akan dipilih untuk bermain bersama. Perilaku yang paling umum dari kelompok ialah mengamati satu sama lain, melakukan percakapan, dan memberikan saran lisan.[7]
Pada usia prasekolah (terutama mulai usia 4 tahun), perkembangan ank sudah tampak jelas, karena mereka sudah mulai aktif dengan teman sebayanya. Kematangan penyesuaian anak akan sangat terbantu, apabila anak dimasukkan ke Taman Kanak-Kanak. TK sebagai “jembatan bergaul” merupakan tempat yang memberikan peluang kepada anak untuk belajar memperluas pergaulan sosialnya, dan menaati peraturan (kediplinan). TK dipandang mempunyai kontribusi yang baik bagi perkembangan social anak.[8]
Bentuk-bentuk tingkah laku social yang biasa dijumpai pada masa anak-anak adalah:
a.       Negativisme
Negativism pada anak-anak kecil dinyatakan dalam bentuk tindakan fisik, membandel berpura-pura tidak mendengar, menolak makan, dan mengompol.
b.      Agresi
Agresi merupakan tindakan nyata dan mengancam sebagai ungkapan rasa benci. Semua anak kecil dalam batas-batas tertentu bersifat agresif.
c.       Kerja sama
Pada usia tiga atau empat tahun mereka mulai dapat bekerja sama. Makin banyak anak bergaul dengan anak lain, maka makin cepat dia dapat bekerja sama.
d.      Tingkah laku menguasai
Diartikan sebagai tindakan untuk mencapai atau mempertahankan penguasaan situasi social, bila diarahkan dengan tepat akan berkembang menjadi kepemimpinan.
e.       Kemurahan hati
Kecenderungan anak untuk mengesampingkan diri sendiri demi kepentingan kelompok.
f.       Ketergantungan
Keinginan untuk mendapat bantuan dari orang lain untuk melakukan hal-hal yang tidak dapat dilakukannya sendiri.
g.      Persahabatan
Anak-anak mengungkapkan persahabatan dalam bentuk tindakan, seperti: memeluk, mencium dan membelai.
h.      Simpati[9]
Seorang anak menunjukan simpati pada orang lain dengan cara menolong, melindungi, atau mempertahankan orang-orang dari hal-hal yang mengganggu.
Pada masa kanak-kanak awal, anak sudah memiliki dasar tentang sikap moralitas terhadap kelompok sosialnya. Melalui pengalaman berinteraksi dengan orang lain anak belajar memahami tentang kegiatan atau perilaku mana yang baik atau buruk. Berdasarkan pemahamannya itu, maka pada masa ini anak harus dilatih atau dibiasakan  mengenai bagaimana dia harus bertingkah laku. Pada saat mengenalkan konsep-konsep baik-buruk atau menanamkan disiplin pada anak, orang tua atau guru hendaknya memberikan penjelasan tentang alasannya. Apabila penanaman disiplin ini tidak diiringi penjelasan tentang alasannya, atau bersifat doktrinner, biasanya akan melahirkan sikap disiplin buta, apalagi jika disertai dengan perkataan kasar.[10]
2.      Tugas-Tugas Perkembangan
Dalam rangka memfungsikan tahap-tahap perubahan yang menyertai perkembangan manusia, manusia harus belajar melakukan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Belajar melakukan kebiasaan-kebiasaan tertentu pada saat masa perkembangan yang tepat dipandang berkaitan langsung dengan tugas-tugas perkembangan berikutnya.
Tugas-tugas perkembangan tersebut seyogianya selalu diperhitungkan secara cermat oleh para orang tua dan guru sebagai sesuatu yang terjadi secara alamiah dan tepat pada waktunya. Perhatian orang tua dan juga guru amat diperlukan, mengingat keberhasilan tugas perkembangan pada suatu fase akan sangat menunjang keberhasilan tugas perkembangan pada fase-fase berikutnya.
Masa kanak-kanak awal dimulai antara usia setahun hingga usia antara lima atau enam tahun. Perkembangan biologis pada masa ini berjaalan pesat, tetapi secara sosiologis ia masih sangat terikat oleh lingkungan keluarganya. Oleh karena itu, fungsionalisasi lingkungan keluarga pada fase ini penting sekali untuk mempersiapkan anak terjun ke dalam lingkungan yang lebih luas terutam lingkungan sekolah. Tugas-tugas perkembangan pada fase ini meliputi:
a.       Belajar memakan makanan keras.
b.      Belajar berdiri dan berjalan.
c.       Belajar berbicara.
d.      Belajar mengendalikan pengeluaran benda-benda buangan dari tubuhnya.
e.       Belajar membedakan jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan, dan bersopan santun seksual.
f.       Mencapai kematangan untuk belajar membaca dalam arti mulai siap mengenal huruf.
g.      Belajar mengadakan hubungan emosional.
h.      Belajar membedakan antara hal yang baik dengan yang buruk, juga antara hal-hal yang benar dan salah.[11]
3.      Implikasi Dalam Pendidikan
Perkembangan pada masa kanak-kanak awal sangat kritis bagi perkembangan berikutnya. Menurut perspektif psikodinamika, masa kanak-kanak awal sangat menentukan perkembangan kepribadian pada usia dewasa. Stimulasi yang positif daoam bentuk bimbingan, latihan daan pemberian pengalaman akan sangat membantu anak mencapai tahap perkembangan yang optimal pada setiap aspek perkembanganya.[12]
Implikasi perkembangan fisik, di taman kanak-kanak perlu dirancang lingkungan pendidikan yang kondusif bagi perkembangan fisik anak secara optimal. Bagi mereka perlu disediaka halaman yang cukup luas dan permainan, yang memberikan peluang kepada mereka untuk dapat bergerak, dan bermain secara leluasa. Dalam rangka membantu perkembangan fisik anak maka guru hendaknya memberikan bimbingan kepada mereka agar memiliki kesadaran akan kemampuan sensorisnya, dan juga memiliki sikap positif terhadap dirinya.
Untuk membantu perkembangan bahasa anak, atau kemampuan berkomunikasi maka orang tua dan guru Taman Kanak-Kanak seyogyanya memfasiltasi, memberi kemudahan, atau member kemudahan, atau peluang kepada anak dengan sebaik-baiknya. Berbagai peluang  itu diantaranya sebagai berikut:
a)      Bertutur kata yang baik dengan anak.
b)      Mau mendengarkan pembicaraan anak.
c)      Menjawab pertanyaan anak (jangan meremehkannya).
d)     Mengajak berdialog dalam hal-hal sederhana.
e)      Di Taman Kanak-Kanak, anak dibiasakan untuk bertanya, mengekspresikan keinginannya, menghafal dan melantunkan lagu dan puisi.
Dalam rangka membimbing perkembangan moral anak pra sekolah, sebaiknya orang tua dan guru TK, melakukan upaya berikut:
a)      Memberikan contoh atau teladan yang baik.
b)      Menanamkan kedisplinan kepada anak.
c)      Mengembangkan wawasan tentang nilai-nilai moral kepada anak.


BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Selama masa kanak-kanak awal, pertumbuhan fisik berlangsung lambat dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan selama masa bayi. Selama masa anak-anak awal, tinggi rata-rata anak bertumbuh 2,5 hingga 3,5 kg setiap tahunnya. Sekitar usia 3 tahun, anak sudah dapat berjalan dengan baik, dan sekitar usia 4 tahun anak hampir menguasai cara berjalan orang dewasa. Usia 5 tahun anak sudah terampil menggunakan kakinya untuk berjalan dengan berbagai cara, juga dapat melakukan tindakan-tindakan tertentu secara akurat.
Menurut Piaget, perkembangan kognitif pada masa kanak-kanak awal berada pada periode praoperasional, yaitu tahapan dimana anak belum menguasai operasi mental secara logis. Periode ini ditandai dengan berkembangnya representasional, atau symbolic function, yaitu kemampuan menggunakan sesuatu untuk mempresentasikan sesuatu yang lain dengan menggunakan simbol-simbol untuk melambangkan suatu kegiatan, benda yang nyata, atau peristiwa.
Pada masa kanak-kanak awal sejumlah hubungan yang dilakukan anak dengan anak-anak lain meningkat dan ini menentukan bagaimana gerak maju perkembangan social mereka. Sebelum usia 2 tahun anak kecil terlibat dalam permainan seorang diri atau searah. Sejak umur 3 atau 4 tahun, anak-anak mulai bermain bersama dalam kelompok, berbicara satu sama lain pada saat bermain, dan memilih dari anak-anak yang hadir siapa yang akan dipilih untuk bermain bersama. Tugas-tugas perkembangan pada fase ini meliputi:
a.       Belajar memakan makanan keras.
b.      Belajar berdiri dan berjalan.
c.       Belajar berbicara.
d.      Belajar mengendalikan pengeluaran benda-benda buangan dari tubuhnya.
e.       Belajar membedakan jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan, dan bersopan santun seksual.
f.       Mencapai kematangan untuk belajar membaca dalam arti mulai siap mengenal huruf.
g.      Belajar mengadakan hubungan emosional.
h.      Belajar membedakan antara hal yang baik dengan yang buruk, juga antara hal-hal yang benar dan salah.
Implikasi perkembangan fisik, di taman kanak-kanak perlu dirancang lingkungan pendidikan yang kondusif bagi perkembangan fisik anak secara optimal. Untuk membantu perkembangan bahasa anak, atau kemampuan berkomunikasi maka orang tua dan guru Taman Kanak-Kanak seyogyanya memfasiltasi, memberi kemudahan, atau member kemudahan, atau peluang kepada anak dengan sebaik-baiknya.







[1] Syamsu Yusuf LN, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, PT. Remaja Rosda Karya, Bandung, 2009, hlm 163
[2] Desmita, Psikologi Perkembangan, PT. Remaja Rosda Karya, Bandung, 2013, hlm 128-129
[3] Ibid, Syamsu Yusuf LN, hlm 165
[4] Ibid, Desmita, hlm 130-132
[5] Ibid, Desmita, hlm 139-140
[6] Ibid, Syamsu Yusuf LN, hlm 170
[7] Meitasari Tjandrasa dan Muslichah Zarkasih, Perkembangan Anak Jilid 1 Edisi Keenam, Erlangga, Jakarta, 1978, hlm 261-262
[8] Ibid, Syamsu Yusuf LN, hlm 171
[9] Sutjihati Soemantri, Psikologi Anak Luar Biasa, PT. Refika Aditama, Bandung, 2006, hlm 43-45

[10] Ibid, Syamsu Yusuf LN, hlm 175-176
[11] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2008, hlm 49-50
[12] Wiji Hidayati dan Sri Purnami, Psikologi Perkembangan, Teras, Yogyakarta, 2008, hlm 124

Tidak ada komentar:

Posting Komentar