BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Nabi
Muhammad adalah pembawa risalah, pembangun umat, dan pendiri sebuah kedaulatan
Negara. Sampai hari ini risalahnya telah diikuti oleh sepertujuh penduduk
dunia, yang terdiri dari berbagai ras. Bahkan pemerintahan kecil yang didirikan
di Madinah telah menyebar keseluruh Jazirah Arab sebelum Rasulullah SAW wafat.
Tantangan, ancaman dan hambatan yang dihadapi Nabi Muhammad SAW dalam mengemban
misi sanagatlah banyak, mulai dari penghinaan, pemboikotan sampai ancaman pembunuhan.
Hari-hari perjalanan hidup Rasulullah SAW yang tidak pernah luput dari
tantangan membuat beliau dan pengikutnya selalu mencari alternatif agar bisa
keluar dari lingkungan yang tidak menunjang ke lingkungan yang bisa memberi
peluang dalam melestarikan risalah
tauhid.
Dengan
dasar ini, sehingga Nabi Muhammad SAW harus meninggalkan kampung kelahirannya
untuk mencari tempat yang strategis dalam menyusun kekuatan demi mempertahankan
ajaran tauhid. Setelah terjadinya peristiwa baiat Aqabah kedua, maka Rasulullah
SAW dan orang-orang Muslim memilih untuk ke kota Yasrib sebagai tempat untuk
berlabuh. Dan disinilah Islam berhasil memancangkan tonggak Negara di tengah
padang pasir yang bergelombang kekufuran dan kebodohan. Selain itu, hal ini
merupakan hasil paling besar yang diperoleh Islam semenjak dakwah dimulai.
Sehingga pada makalah ini akan dibahas lebih dalam mengenai hijrah Nabi
Muhammad ke Yasrib dan pembentukan masyarakat Islam.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
latar belakang Nabi Muhammad hijrah ke Yasrib?
2.
Bagaimana
perjalanan hijrah Nabi Muhammad ke
Yasrib?
3.
Bagaimana
pembentukan masyarakat Islam di Yasrib?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Latar Belakang Nabi Muhammad Hijrah ke Yasrib
Hijrah
menurut bahasa berasal dari bahasa latin yaitu “hegira” dan dikenal
dalam bahasa arab هجر – يهجر – هجرة
yang berarti memutuskan hubungan dengan orang lain. Dari pengertian tersebut,
maka dapat dipahami bahwa hijrah pada dasarnya dimaksudkan untuk menyingkirkan
diri dari tindakan – tindakan dan teror yang bersifat fisik yang dapat
mencelakakan diri sendiri. Sementara itu Philip K. Hitti mengemukakan bahwa
hijrah menurut istilah adalah akhir periode Makkah dan awal dimulainya periode
madinah yang merupakan kebalikan dari hidup Muhammad SAW. Beliau meninggalkan kota
kelahirannya dan dibesarkan, ini karena beliau sangat diremehkan dan kemudian
beliau masuk kota besar yang mengangkatnya sebagai seoarang pemimpin yang
terhormat.[1]
Sedangkan
hijrah menurut Nurcholis Madjid adalah tekad dalam meninggalkan kepalsuan, pindah
sepenuhnya kepada kebenaran dengan kesediaan untuk berkorban dan menderita,
karena keyakina kemenangan terakhir akan dianugrakan Allah kepada pejuang
kebenaran itu. Jadi pengertian hijrah dalam hal ini menyangkut aspek spiritual
dan kejiwaan, yakni suatu tekad yang tidak mengenal kalah dalam menegakkan
kebenaran.
Selama
13 tahun hidup di kota Makkah, rasulullah bersama para pengikutnya sering
mengalami cobaan besar dan siksaan yang sangat pedih, disamping itu hak
kemerdekaan mereka dirampas, dan mereka juga diusir serta harta mereka disita.
Siksaan pedih berupa dera campuk sangat meresahkan para sahabat dan kaum
muslimin pada umumnya. Badan mereka dipanggang, kabel sejenis serabut diikatkan
pada tubuh, karena mereka tidak mau tunduk kepada selain pada Allah. Seperti
Bilal bin Rabah orang yang kuat imannya dan bersih hatinya, ia disiksa oleh
Umay bin Khalaf untuk meninggalkan agama tauhid, namun ia tetap teguh
mempertahankan keimanannya. Itulah tekanan sangat dahsyat yang dialami oleh
Rasulullah beserta pengikutnya selama menyampaikan dakwah demi tersebarnya
risalah tauhid di tengah- tengah kaum kafir Quraisy.
Namun
ancaman dan tindakan kekerasan yang dialami Rasulullah SAW tersebut masih bisa
dilalui dengan penuh kesabaran dan keteguhan iman. Tekanan itu baru dirasakan
sangat meresahkan bagi Rasulullah SAW setelah Khadijah istri Rasulullah
meninggal dunia. Rasulullah telah kehilangan istri tercinta tempat curahan
kasih sayangnya. Kesedihan itu kembali bertambah setelah tidak lama berselang
paman Rasulullah SAW yaitu Abu Thalib juga pulang ke rahmatullah. Meninggalnya
Abu Thalib ini menyebabkan Rasulullah SAW telah kehilangan pelindung setia yang
senantiasa melindunginya dari berbagai macam ancaman. Kepergian Abu Thalib
untuk selama- lamanya ini telah memberi peluang kepada kaum kafir Quraisy untuk
tidak segan- segan melakukan tindakan kekerasan kepada Rasulullah SAW beserta
para pengikutnya. Dan menjadikan kaum muslimin semakin gila melancarkan
intimidasi terhadap kaum muslimin.
Keadaan tersebut telah membuat kehidupan umat
Islam di Makkah sudah tidak kondusif lagi. Sehingga setelah terjadinya baiat
aqobah II, Rasulullah menyuruh umat Islam berhijrah ke Yatsrib secara
sembunyi-sembunyi agar tidak diketahui oleh orang kafir. Menurut al- Faruqi
bahwa yang melatar belakangi hijrah Rasulullah SAW ke Yasrib adalah gerkan
untuk mencari keselamatan, dan ini merupakan upaya untuk mencari tempat yang
dapat dijadikan sebagai titik tolak bagi perkembangan keimanan baru sekaligus
untuk menata ulang masyarakat muslim, baik sebagai tatanan soaial maupun
negara.[2]
Hal tersebut dipertegas oleh Abdullah
al-Hatib, bahwa hijrah selain penghindaran dari fitrah dan cobaan, juga untuk
menjalin ikatan yang kuat, menghimpun kekuatan, memperoleh daerah strategis
untuk membentuk suatu kekuatan politik. Sedangakan menurut Ali Syariati bahwa hal lain
yang mendorong hijrahnya nabi SAW yaitu kaum muslimin ke Madinah, Pertama,
mengembangkan dan menyebarluaskan pemikiran dan aqidah ke wilayah – wilayah
lain dalam rangka menunaikan tugas risalah kemanusiaan yang universal, serta
melaksanakan tanggung jawab dalam rangka menyadarkan, membebaskan dan
menyelamatkan umat manusia dari kehancuran aqidah. Kedua, mengharapkan
tercapainya kemungkinan – kemungkinan baru dan ditemukannya lingkungan yang mendukung
perjuangan di luar wilayah sosial – politik yang zalim, guna melakukan
perjuangan menentang kezaliman tersebut.
B.
Perjalanan Hijrah Nabi Muhammah ke Yasrib
Dalam
perjalanan hijrah Nabi Muhammad ke Yasrib ini ditemani oleh Abu Bakar, yang
mana Abu Bakar ini dikenal sebagai seorang yang pemurah, setia, dan jujur.
Sebelum melakukan perjalanan yang bersejarah ini Abu Bakar menyiapkan
persediaan yang diperlukan untuk perjalanan. Diantaranya dua ekor unta yang
akan mereka kendarai untuk perjalanan yang jauh itu.
Adapun
cara perjalanan yang dilakukan Nabi itu,
telah digambarkan oleh Ibnu Hisyam, bahwa Rasulullah datang dengan
sembunyi-sembunyi kerumah Abu Bakar, kemudian mereka berdua keluar dari pintu
kecil dibelakang rumah, menuju sebuah gua dibukit Tsur sebelah selatan kota
Mekkah, lalu mereka masuklah kedalam gua itu. Dan dijelaskan bahwa Nabi keluar
dari kota Makkah dan menaiki untanya, beliau berhenti sejenak lalu menoleh ke
kota Makkah seraya berkata “Demi Allah, engkaulah bumi Allah yang paling baik.
Dan paling aku cintai, andaikata aku tidak diusir aku tidak akan
meninggalkanmu”. Dengan begitu kaum Quraisy dengan cepat mengetahui
muslihat Muhammad, mereka tahu bahwa Muhammad telah lari Mekkah. Dan mereka
juga tahu bahwa Muhammad lari ke Yatsrib. Kemudian kaum Quraisy mengumumkan
barang siapa yang dapat menangkap Muhammad biar pun mati atau hidup akan diberi
hadiah seratus ekor unta. Maka bertambah terang siapa yang musuh dan siapa yang
kawan. Banyak pemuda - pemuda Quraisy bertebaran di jalan yang menghubungkan
antara Makkah dan Madinah. Mereka berusaha untuk menemukan kehormatan membekuk
musuh besar mereka.[3]
Diantara
yang mengikuti jejak – jejak Rasulullah dan Abu Bakar ada yang sampai ke gua
tempat keduanya bersembunyi. Beruntung mereka tidak melihat ke bawah kaki
mereka, sehingga Rasulullah dan Abu Bakar tidak ketahuan oleh mereka. Pada
waktu itu Abu Bakar merasa khawatir, ia khawatir terhadap keselamatan dirinya,
Rasulullah serta keselamatan umat Islam.
Setelah
gerak kaum Quraisy mulai tenang, karena mengira bahwa Rasulullah telah sampai
ke Madinah, maka keluarlah Rasulullah dan Abu Bakar dari gua. Dan tepat pada
waktunya Abdullah ibnu Uraiqath tiba dengan membawa dua ekor unta. Maka
Rasulullah dan Abu Bakar pun naiklah ke atas unta, lalu berjalan dengan
diiringi Abdullah.
Adapun
penduduk Yasrib, setelah mengetahui bahwa Rasulullah telah berangkat menuju
negeri mereka, maka penduduk Yasrib menunggu – nunggu kedatangan beliau. Mereka
tidak mengetahui bahwa Rasulullah singgah ke gua lebih dahulu. Karena menurut
waktu yang biasa terpakai dalam perjalanan dari Makkah ke Yasrib Rasulullah
belum juga sampai, maka kaum muslimin di Yasrib mulai gelisah dan khawatir.
Mereka naik ke tempat – tempat yang tertinggi di sekitar kota Yasrib itu,
supaya dapat melihat kendaraan Rasulullah. Tidak lama kemudian Rasulullah pun
tiba, lalu disambut oleh kaum Muslimin Yasrib dengan perasaan rindu dan kasih
sayang yang amat mesra. Rasulullah sampai di Yasrib pada tanggal 12 Rabi’ul
Awwal. Baik juga diterangkan di bab ini, bahwa Rasulullah sebelum memasuki
Yasrib, terlebih dahulu beliau singgah di Quba’. Beliau tinggal di Quba’ selama
4 hari lamanya. Dan pada waktu itulah beliau mendirikan masjid Quba’ yang
terkenal, dan di Quba’ inilah Ali ibnu Abi Thalib bertemu dengan Rasulullah. Kemudian Ali ibnu Abi Thalib
memasuki Yasrib bersama dengan Rasulullah.[4]
C.
Pembentukan Masyarakat Islam di Yasrib
Dalam
rangka memperkokoh masyarakat dan Negara baru, nabi segera meletakkan dasar-dasar
kehidupan bermasyarakat di kota Yasrib, yaitu:
1.
Mendirikan
Masjid
Setelah agama Islam datang, Rasulullah bermaksud hendak
mempersatukan suku – suku bangsa ini, dengan jalan menyediakan suatu tempat
pertemuan. Di tempat ini semua penduduk dapat bertemu untuk mengerjakan ibadah
dan pekerjaan – pekerjakan atau upacara – upacara lain. Maka nabi mendirikan
masjid, dan diberi nama “Baitullah”. Di masjid ini kaum muslimin dapat mengerjakan
ibadah, belajar mengadili perkara-perkara, jual beli, upacara-upacara lain.
Tujuan Rasulullah mendirikan masjid adalah untuk mempersatukan umat
manusia dalam satu majlis, sehingga majlis ini umat islam bisa bersama-sama
melaksanakan shalat jama’ah secara teratur, mengadili perkara-perkara dan
bermusyawarah. Masjid ini memegang peranan penting untuk mempersatukan kaum
muslimin dan mempererat tali ukhuwah islamiyah.[5]
2.
Mempersatukan
dan mempersaudarakan antara kaum Anshar dan kaum Muhajirin
Rasulullah telah mempertalikan keluarga-keluarga Islam yang terdiri
dari Muhajirin dan Ashar. Masing-masing keluarga hendaknya mempunyai pertalian
yang erat dengan keluarga-keluarga yang lain, yang mana Rasulullah menamai
dengan istilah ikatan persaudaraan. Salah satu perilaku yang menunjukkan
persaudaraan yaitu hal pustaka, hal tolong-menolong dan lain sebagainya. Dengan
mengadakan persaudaraaan seperti ini, maka Rasulullah menciptakan suatu
persatuan yang berdasarkan agama pengganti persudaraan yang berdasar kesukaran
seperti yang banyak terjadi sebelumnya.
3.
Menjalin
Hubungan Persahabatan antara Kaum Muslim dengan Non Muslim
Nabi Muhammad SAW hendak menciptakan toleransi antar golongan yang
ada di madinah, oleh karena itu nabi membantu menyusun piagam antara kaum muslim
dengan non muslim. Piagam Madinah tersebut memuat prinsip – prinsip yang
menjadi landasan awal konsep negara dalam Islam.[6]
4.
Meletakkan
dasar-dasar politik, ekonomi dan sosial untuk masyarakat baru
Islam adalah
agama dan negara, maka sudah sepantasnya jika diletakkan dasar-dasar Islam.
Maka turunlah ayat-ayat Al-Qur’an pada periode ini untuk membangun legalitas terutama dalam
pembinaan hukum. Lalu dari ayat-ayat yang belum jelas dan belum terperinci
dijelaskan oleh Rasulullah dengan perbuatan-perbuatan beliau. Maka timbullah satu
buah sumber yang menjadi pokok hukum ini (Al-Qur’an dan Al-Hadits). Satu sistem
yang amat indah untuk bidang politik, yaitu sistem bermusyawarah. Pada bidang
ekonomi timbul satu sistem yang dapat menjamin keadilan sosial. Selain itu
dibidang sosial juga diletakkan pula dasar-dasar yang penting seperti persamaan
antara manusia.
Sehingga dengan
adanya peletakan dasar-dasar Islam ini menjadikan kota Yasrib hidup dalam
sebuah kehidupan yang mulia dan penuh dengan nilai-nilai utama. Yaitu terjadi
sebuah persaudaraan yang jujur dan kokoh, ada solidaritas yang erat di antara
anggota masyarakatnya. Dengan demikian, inilah masyarakat Islam pertama yang
dibangun oleh Rasulullah dengan asas-asas yang abadi.[7]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari pembahasan diatas, maka dapat
disimpulkan:
Yang
melatarbelakangi Rasulullah Hijrah ke Yasrib yaitu untuk penghindaran dari
fitrah dan cobaan, juga untuk menjalin ikatan yang kuat, menghimpun kekuatan,
memperoleh daerah strategis untuk membentuk suatu kekuatan politik. Sedangakan menurut Ali Syariati bahwa hal
lain yang mendorong hijrahnya nabi SAW yaitu kaum muslimin ke Madinah, Pertama,
mengembangkan dan menyebarluaskan pemikiran dan aqidah ke wilayah – wilayah
lain dalam rangka menunaikan tugas risalah kemanusiaan yang universal, serta
melaksanakan tanggung jawab dalam rangka menyadarkan, membebaskan dan
menyelamatkan umat manusia dari kehancuran aqidah. Kedua, mengharapkan
tercapainya kemungkinan – kemungkinan baru dan ditemukannya lingkungan yang
mendukung perjuangan di luar wilayah sosial – politik yang zalim, guna
melakukan perjuangan menentang kezaliman tersebut.
Dalam
perjalanan hijrah Nabi Muhammad ke Yasrib ini ditemani oleh Abu Bakar, yang
mana Abu Bakar ini dikenal sebagai seorang yang pemurah, setia, dan jujur.
Sebelum melakukan perjalanan yang bersejarah ini Abu Bakar menyiapkan
persediaan yang diperlukan untuk perjalanan. Diantaranya dua ekor unta yang
akan mereka kendarai untuk perjalanan yang jauh.
Pembentukan
masyarakat Islam di Yasrib didasarkan atas beberapa dasar-dasar Islam yaitu
mendirikan masjid, mempersatukan antara Anshar dan Muhajirin, menjalin hubungan
persahabatan antara kaum Muslim dengan Non Muslim dan peletakkan dasar-dasar
politik, ekonomi dan sosial untuk masyarakat baru.
B.
Penutup
Demikianlah
makalah yang dapat kami paparkan. Untuk menyempurnakan makalah ini kami memohon
kritik dan saran yang membangun dari para pembaca guna melengkapi
kekurangan-kekurangan tersebut. Dan semoga makalah ini bermanfaat bagi kita
semua.
[1] Badri Yatim, Sejarah
Peradaban Islam “Dirasah Islamiyah”, PT. Raja Grapindo Persada, Jakarta,
2007, hlm 94
[2] Amin, Samsul
Munir, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: AMZAH, 2009, hlm 85
[3] Syalabi, Sejarah
dan Kebudayaan Islam 1, PT Pustaka Al Husna Baru, Jakarta, 2003, hlm 97
[4] Syalabi, ibid hlm 99
[5] Syalabi, ibid hlm 102
[6] Musthafa As –
Siba’i, Sirah Nabawiyah Pelajaran dari Kehidupan Nabi SAW, Era
Intermedia, Solo, 2005; hlm 51
[7] Ahmad
al-Usairy, Sejarah Islam Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX, PT AKBAR,
Jakarta,TT, hlm 106
Gabung sekarang di Situs Anapoker, Dan dapatkan bonus Chips Untuk setiap New member baru yang mendaftarkan Diri anda..
BalasHapusFREEBET DAN FREECHIP DARI Anapoker KHUSUS MEMBER BARU BONUS DEPOSIT SEBESAR 10%
Contact Anapoker Sekarang juga
Whatsapp : 0852 2255 5128
Line ID : agenS1288
Telegram : agenS128
Promo Bonus Untuk Member Baru AgenS128, Casino IDNLive :
Freebet Casino Online
sbobet alternatif
Freebet Casino Online Terbaru IDN Live
link sbobet
sabung ayam online
adu ayam
casino online
sabung ayam bangkok
ayam laga birma
poker deposit pulsa
deposit pulsa poker
deposit pulsa
deposit pulsa
deposit pulsa