Sabtu, 09 Januari 2016

HIJRAH KE YASRIB DAN PEMBENTUKAN



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Nabi Muhammad adalah pembawa risalah, pembangun umat, dan pendiri sebuah kedaulatan Negara. Sampai hari ini risalahnya telah diikuti oleh sepertujuh penduduk dunia, yang terdiri dari berbagai ras. Bahkan pemerintahan kecil yang didirikan di Madinah telah menyebar keseluruh Jazirah Arab sebelum Rasulullah SAW wafat. Tantangan, ancaman dan hambatan yang dihadapi Nabi Muhammad SAW dalam mengemban misi sanagatlah banyak, mulai dari penghinaan, pemboikotan sampai ancaman pembunuhan. Hari-hari perjalanan hidup Rasulullah SAW yang tidak pernah luput dari tantangan membuat beliau dan pengikutnya selalu mencari alternatif agar bisa keluar dari lingkungan yang tidak menunjang ke lingkungan yang bisa memberi peluang  dalam melestarikan risalah tauhid.
Dengan dasar ini, sehingga Nabi Muhammad SAW harus meninggalkan kampung kelahirannya untuk mencari tempat yang strategis dalam menyusun kekuatan demi mempertahankan ajaran tauhid. Setelah terjadinya peristiwa baiat Aqabah kedua, maka Rasulullah SAW dan orang-orang Muslim memilih untuk ke kota Yasrib sebagai tempat untuk berlabuh. Dan disinilah Islam berhasil memancangkan tonggak Negara di tengah padang pasir yang bergelombang kekufuran dan kebodohan. Selain itu, hal ini merupakan hasil paling besar yang diperoleh Islam semenjak dakwah dimulai. Sehingga pada makalah ini akan dibahas lebih dalam mengenai hijrah Nabi Muhammad ke Yasrib dan pembentukan masyarakat Islam.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana latar belakang Nabi Muhammad hijrah ke Yasrib?
2.      Bagaimana perjalanan hijrah  Nabi Muhammad ke Yasrib?
3.      Bagaimana pembentukan masyarakat Islam di Yasrib?

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Latar Belakang Nabi Muhammad Hijrah ke Yasrib
Hijrah menurut bahasa berasal dari bahasa latin yaitu “hegira” dan dikenal dalam bahasa arab هجر – يهجر – هجرة yang berarti memutuskan hubungan dengan orang lain. Dari pengertian tersebut, maka dapat dipahami bahwa hijrah pada dasarnya dimaksudkan untuk menyingkirkan diri dari tindakan – tindakan dan teror yang bersifat fisik yang dapat mencelakakan diri sendiri. Sementara itu Philip K. Hitti mengemukakan bahwa hijrah menurut istilah adalah akhir periode Makkah dan awal dimulainya periode madinah yang merupakan kebalikan dari hidup Muhammad SAW. Beliau meninggalkan kota kelahirannya dan dibesarkan, ini karena beliau sangat diremehkan dan kemudian beliau masuk kota besar yang mengangkatnya sebagai seoarang pemimpin yang terhormat.[1]
Sedangkan hijrah menurut Nurcholis Madjid adalah tekad dalam meninggalkan kepalsuan, pindah sepenuhnya kepada kebenaran dengan kesediaan untuk berkorban dan menderita, karena keyakina kemenangan terakhir akan dianugrakan Allah kepada pejuang kebenaran itu. Jadi pengertian hijrah dalam hal ini menyangkut aspek spiritual dan kejiwaan, yakni suatu tekad yang tidak mengenal kalah dalam menegakkan kebenaran.
Selama 13 tahun hidup di kota Makkah, rasulullah bersama para pengikutnya sering mengalami cobaan besar dan siksaan yang sangat pedih, disamping itu hak kemerdekaan mereka dirampas, dan mereka juga diusir serta harta mereka disita. Siksaan pedih berupa dera campuk sangat meresahkan para sahabat dan kaum muslimin pada umumnya. Badan mereka dipanggang, kabel sejenis serabut diikatkan pada tubuh, karena mereka tidak mau tunduk kepada selain pada Allah. Seperti Bilal bin Rabah orang yang kuat imannya dan bersih hatinya, ia disiksa oleh Umay bin Khalaf untuk meninggalkan agama tauhid, namun ia tetap teguh mempertahankan keimanannya. Itulah tekanan sangat dahsyat yang dialami oleh Rasulullah beserta pengikutnya selama menyampaikan dakwah demi tersebarnya risalah tauhid di tengah- tengah kaum kafir Quraisy.
Namun ancaman dan tindakan kekerasan yang dialami Rasulullah SAW tersebut masih bisa dilalui dengan penuh kesabaran dan keteguhan iman. Tekanan itu baru dirasakan sangat meresahkan bagi Rasulullah SAW setelah Khadijah istri Rasulullah meninggal dunia. Rasulullah telah kehilangan istri tercinta tempat curahan kasih sayangnya. Kesedihan itu kembali bertambah setelah tidak lama berselang paman Rasulullah SAW yaitu Abu Thalib juga pulang ke rahmatullah. Meninggalnya Abu Thalib ini menyebabkan Rasulullah SAW telah kehilangan pelindung setia yang senantiasa melindunginya dari berbagai macam ancaman. Kepergian Abu Thalib untuk selama- lamanya ini telah memberi peluang kepada kaum kafir Quraisy untuk tidak segan- segan melakukan tindakan kekerasan kepada Rasulullah SAW beserta para pengikutnya. Dan menjadikan kaum muslimin semakin gila melancarkan intimidasi terhadap kaum muslimin.
 Keadaan tersebut telah membuat kehidupan umat Islam di Makkah sudah tidak kondusif lagi. Sehingga setelah terjadinya baiat aqobah II, Rasulullah menyuruh umat Islam berhijrah ke Yatsrib secara sembunyi-sembunyi agar tidak diketahui oleh orang kafir. Menurut al- Faruqi bahwa yang melatar belakangi hijrah Rasulullah SAW ke Yasrib adalah gerkan untuk mencari keselamatan, dan ini merupakan upaya untuk mencari tempat yang dapat dijadikan sebagai titik tolak bagi perkembangan keimanan baru sekaligus untuk menata ulang masyarakat muslim, baik sebagai tatanan soaial maupun negara.[2]
 Hal tersebut dipertegas oleh Abdullah al-Hatib, bahwa hijrah selain penghindaran dari fitrah dan cobaan, juga untuk menjalin ikatan yang kuat, menghimpun kekuatan, memperoleh daerah strategis untuk membentuk suatu kekuatan politik.  Sedangakan menurut Ali Syariati bahwa hal lain yang mendorong hijrahnya nabi SAW yaitu kaum muslimin ke Madinah, Pertama, mengembangkan dan menyebarluaskan pemikiran dan aqidah ke wilayah – wilayah lain dalam rangka menunaikan tugas risalah kemanusiaan yang universal, serta melaksanakan tanggung jawab dalam rangka menyadarkan, membebaskan dan menyelamatkan umat manusia dari kehancuran aqidah. Kedua, mengharapkan tercapainya kemungkinan – kemungkinan baru dan ditemukannya lingkungan yang mendukung perjuangan di luar wilayah sosial – politik yang zalim, guna melakukan perjuangan menentang kezaliman tersebut.

B.     Perjalanan Hijrah Nabi Muhammah ke Yasrib
Dalam perjalanan hijrah Nabi Muhammad ke Yasrib ini ditemani oleh Abu Bakar, yang mana Abu Bakar ini dikenal sebagai seorang yang pemurah, setia, dan jujur. Sebelum melakukan perjalanan yang bersejarah ini Abu Bakar menyiapkan persediaan yang diperlukan untuk perjalanan. Diantaranya dua ekor unta yang akan mereka kendarai untuk perjalanan yang jauh itu.
Adapun cara perjalanan yang dilakukan Nabi itu,  telah digambarkan oleh Ibnu Hisyam, bahwa Rasulullah datang dengan sembunyi-sembunyi kerumah Abu Bakar, kemudian mereka berdua keluar dari pintu kecil dibelakang rumah, menuju sebuah gua dibukit Tsur sebelah selatan kota Mekkah, lalu mereka masuklah kedalam gua itu. Dan dijelaskan bahwa Nabi keluar dari kota Makkah dan menaiki untanya, beliau berhenti sejenak lalu menoleh ke kota Makkah seraya berkata “Demi Allah, engkaulah bumi Allah yang paling baik. Dan paling aku cintai, andaikata aku tidak diusir aku tidak akan meninggalkanmu”. Dengan begitu kaum Quraisy dengan cepat mengetahui muslihat Muhammad, mereka tahu bahwa Muhammad telah lari Mekkah. Dan mereka juga tahu bahwa Muhammad lari ke Yatsrib. Kemudian kaum Quraisy mengumumkan barang siapa yang dapat menangkap Muhammad biar pun mati atau hidup akan diberi hadiah seratus ekor unta. Maka bertambah terang siapa yang musuh dan siapa yang kawan. Banyak pemuda - pemuda Quraisy bertebaran di jalan yang menghubungkan antara Makkah dan Madinah. Mereka berusaha untuk menemukan kehormatan membekuk musuh besar mereka.[3]
Diantara yang mengikuti jejak – jejak Rasulullah dan Abu Bakar ada yang sampai ke gua tempat keduanya bersembunyi. Beruntung mereka tidak melihat ke bawah kaki mereka, sehingga Rasulullah dan Abu Bakar tidak ketahuan oleh mereka. Pada waktu itu Abu Bakar merasa khawatir, ia khawatir terhadap keselamatan dirinya, Rasulullah serta keselamatan umat Islam.
Setelah gerak kaum Quraisy mulai tenang, karena mengira bahwa Rasulullah telah sampai ke Madinah, maka keluarlah Rasulullah dan Abu Bakar dari gua. Dan tepat pada waktunya Abdullah ibnu Uraiqath tiba dengan membawa dua ekor unta. Maka Rasulullah dan Abu Bakar pun naiklah ke atas unta, lalu berjalan dengan diiringi Abdullah.
Adapun penduduk Yasrib, setelah mengetahui bahwa Rasulullah telah berangkat menuju negeri mereka, maka penduduk Yasrib menunggu – nunggu kedatangan beliau. Mereka tidak mengetahui bahwa Rasulullah singgah ke gua lebih dahulu. Karena menurut waktu yang biasa terpakai dalam perjalanan dari Makkah ke Yasrib Rasulullah belum juga sampai, maka kaum muslimin di Yasrib mulai gelisah dan khawatir. Mereka naik ke tempat – tempat yang tertinggi di sekitar kota Yasrib itu, supaya dapat melihat kendaraan Rasulullah. Tidak lama kemudian Rasulullah pun tiba, lalu disambut oleh kaum Muslimin Yasrib dengan perasaan rindu dan kasih sayang yang amat mesra. Rasulullah sampai di Yasrib pada tanggal 12 Rabi’ul Awwal. Baik juga diterangkan di bab ini, bahwa Rasulullah sebelum memasuki Yasrib, terlebih dahulu beliau singgah di Quba’. Beliau tinggal di Quba’ selama 4 hari lamanya. Dan pada waktu itulah beliau mendirikan masjid Quba’ yang terkenal, dan di Quba’ inilah Ali ibnu Abi Thalib bertemu dengan  Rasulullah. Kemudian Ali ibnu Abi Thalib memasuki Yasrib bersama dengan Rasulullah.[4]

C.    Pembentukan Masyarakat Islam di Yasrib
Dalam rangka memperkokoh masyarakat dan Negara baru, nabi segera meletakkan dasar-dasar kehidupan bermasyarakat di kota Yasrib, yaitu:
1.      Mendirikan Masjid
Setelah agama Islam datang, Rasulullah bermaksud hendak mempersatukan suku – suku bangsa ini, dengan jalan menyediakan suatu tempat pertemuan. Di tempat ini semua penduduk dapat bertemu untuk mengerjakan ibadah dan pekerjaan – pekerjakan atau upacara – upacara lain. Maka nabi mendirikan masjid, dan diberi nama “Baitullah”. Di masjid ini kaum muslimin dapat mengerjakan ibadah, belajar mengadili perkara-perkara, jual beli, upacara-upacara lain.
Tujuan Rasulullah mendirikan masjid adalah untuk mempersatukan umat manusia dalam satu majlis, sehingga majlis ini umat islam bisa bersama-sama melaksanakan shalat jama’ah secara teratur, mengadili perkara-perkara dan bermusyawarah. Masjid ini memegang peranan penting untuk mempersatukan kaum muslimin dan mempererat tali ukhuwah islamiyah.[5]
2.      Mempersatukan dan mempersaudarakan antara kaum Anshar dan kaum Muhajirin
Rasulullah telah mempertalikan keluarga-keluarga Islam yang terdiri dari Muhajirin dan Ashar. Masing-masing keluarga hendaknya mempunyai pertalian yang erat dengan keluarga-keluarga yang lain, yang mana Rasulullah menamai dengan istilah ikatan persaudaraan. Salah satu perilaku yang menunjukkan persaudaraan yaitu hal pustaka, hal tolong-menolong dan lain sebagainya. Dengan mengadakan persaudaraaan seperti ini, maka Rasulullah menciptakan suatu persatuan yang berdasarkan agama pengganti persudaraan yang berdasar kesukaran seperti yang banyak terjadi sebelumnya.
3.      Menjalin Hubungan Persahabatan antara Kaum Muslim dengan Non Muslim
Nabi Muhammad SAW hendak menciptakan toleransi antar golongan yang ada di madinah, oleh karena itu nabi membantu menyusun piagam antara kaum muslim dengan non muslim. Piagam Madinah tersebut memuat prinsip – prinsip yang menjadi landasan awal konsep negara dalam Islam.[6]
4.      Meletakkan dasar-dasar politik, ekonomi dan sosial untuk masyarakat baru
Islam adalah agama dan negara, maka sudah sepantasnya jika diletakkan dasar-dasar Islam. Maka turunlah ayat-ayat Al-Qur’an pada periode ini  untuk membangun legalitas terutama dalam pembinaan hukum. Lalu dari ayat-ayat yang belum jelas dan belum terperinci dijelaskan oleh Rasulullah dengan perbuatan-perbuatan beliau. Maka timbullah satu buah sumber yang menjadi pokok hukum ini (Al-Qur’an dan Al-Hadits). Satu sistem yang amat indah untuk bidang politik, yaitu sistem bermusyawarah. Pada bidang ekonomi timbul satu sistem yang dapat menjamin keadilan sosial. Selain itu dibidang sosial juga diletakkan pula dasar-dasar yang penting seperti persamaan antara manusia.
Sehingga dengan adanya peletakan dasar-dasar Islam ini menjadikan kota Yasrib hidup dalam sebuah kehidupan yang mulia dan penuh dengan nilai-nilai utama. Yaitu terjadi sebuah persaudaraan yang jujur dan kokoh, ada solidaritas yang erat di antara anggota masyarakatnya. Dengan demikian, inilah masyarakat Islam pertama yang dibangun oleh Rasulullah dengan asas-asas yang abadi.[7]






BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Dari pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan:
Yang melatarbelakangi Rasulullah Hijrah ke Yasrib yaitu untuk penghindaran dari fitrah dan cobaan, juga untuk menjalin ikatan yang kuat, menghimpun kekuatan, memperoleh daerah strategis untuk membentuk suatu kekuatan politik.  Sedangakan menurut Ali Syariati bahwa hal lain yang mendorong hijrahnya nabi SAW yaitu kaum muslimin ke Madinah, Pertama, mengembangkan dan menyebarluaskan pemikiran dan aqidah ke wilayah – wilayah lain dalam rangka menunaikan tugas risalah kemanusiaan yang universal, serta melaksanakan tanggung jawab dalam rangka menyadarkan, membebaskan dan menyelamatkan umat manusia dari kehancuran aqidah. Kedua, mengharapkan tercapainya kemungkinan – kemungkinan baru dan ditemukannya lingkungan yang mendukung perjuangan di luar wilayah sosial – politik yang zalim, guna melakukan perjuangan menentang kezaliman tersebut.
Dalam perjalanan hijrah Nabi Muhammad ke Yasrib ini ditemani oleh Abu Bakar, yang mana Abu Bakar ini dikenal sebagai seorang yang pemurah, setia, dan jujur. Sebelum melakukan perjalanan yang bersejarah ini Abu Bakar menyiapkan persediaan yang diperlukan untuk perjalanan. Diantaranya dua ekor unta yang akan mereka kendarai untuk perjalanan yang jauh.
Pembentukan masyarakat Islam di Yasrib didasarkan atas beberapa dasar-dasar Islam yaitu mendirikan masjid, mempersatukan antara Anshar dan Muhajirin, menjalin hubungan persahabatan antara kaum Muslim dengan Non Muslim dan peletakkan dasar-dasar politik, ekonomi dan sosial untuk masyarakat baru.



B.     Penutup
Demikianlah makalah yang dapat kami paparkan. Untuk menyempurnakan makalah ini kami memohon kritik dan saran yang membangun dari para pembaca guna melengkapi kekurangan-kekurangan tersebut. Dan semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.


[1] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam “Dirasah Islamiyah”, PT. Raja Grapindo Persada, Jakarta, 2007, hlm 94
[2] Amin, Samsul Munir, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: AMZAH, 2009, hlm 85
[3] Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam 1, PT Pustaka Al Husna Baru, Jakarta, 2003, hlm  97
[4] Syalabi, ibid  hlm 99
[5] Syalabi, ibid  hlm 102
[6] Musthafa As – Siba’i, Sirah Nabawiyah Pelajaran dari Kehidupan Nabi SAW, Era Intermedia, Solo, 2005; hlm 51
[7] Ahmad al-Usairy, Sejarah Islam Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX, PT AKBAR, Jakarta,TT, hlm 106

1 komentar:

  1. Gabung sekarang di Situs Anapoker, Dan dapatkan bonus Chips Untuk setiap New member baru yang mendaftarkan Diri anda..

    FREEBET DAN FREECHIP DARI Anapoker KHUSUS MEMBER BARU BONUS DEPOSIT SEBESAR 10%

    Contact Anapoker Sekarang juga
    Whatsapp : 0852 2255 5128
    Line ID : agenS1288
    Telegram : agenS128

    Promo Bonus Untuk Member Baru AgenS128, Casino IDNLive :
    Freebet Casino Online

    sbobet alternatif

    Freebet Casino Online Terbaru IDN Live

    link sbobet

    sabung ayam online

    adu ayam

    casino online

    sabung ayam bangkok

    ayam laga birma

    poker deposit pulsa

    deposit pulsa poker

    deposit pulsa

    deposit pulsa

    deposit pulsa

    BalasHapus