Sabtu, 09 Januari 2016

PERKEMBANGAN MASA DEWASA DAN TUA



PERKEMBANGAN MASA DEWASA DAN TUA

MAKALAH

Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Psikologi Perkembangan
Dosen Pengampu : Farida Ulyani, M.Pd



  
                      





Disusun oleh :
1.      Siti Fauzul Muna                   (1310110042)
2.      Zulfa Rahmawati                   (1310110057)
3.      Zaky Wildani                         (1310110073)

                                                                                            

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
JURUSAN TARBIYAH/ PAI
TAHUN 2015
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Manusia adalah makhluk istimewa yang diciptakan Tuhan karena memiliki akal budi. Melalui akal budi manusia dapat hidup sesuai dengan apa yang ada tempat dimana dia hidup. Perkembangan yang dialami manusia menjadikan dia lebih matang dalam menjalani kehidupan ini. manusia adalah makhluk sosial yang eksploratif dan potensial. Manusia dikatakan makhluk yang eksploratif karena manusia memiliki kemampuan untuk mengembangkan diri baik secara fisik maupun psikis. Manusia sebagai makhluk potensial karena pada diri manusia tersimpan sejumlah kemampuan bawaan yang dapat dikembangkan secara nyata.  Selanjutnya manusia disebut sebagai makhluk yang memiliki prinsip tanpa daya karena untuk tumbuh dan berkembang secara normal memerlukan bantuan dari luar dirinya.
Sebagai akhir dari masa remaja adalah masa dewasa, atau biasa disebut dengan masa adolesen. Ketika manusia mnginjak masa dewasanya sudah terlihat adanya kematangan dalam dirinya. Kematangan jiwa tersebut menggambarkan bahwa manusia tersebut sudah menyadari makna hidupya. Sebagai akhir dari masa dewasa ini manusia akan menginjak masa tua atau masa lansia, dimana masa tua itu adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang, yaitu suatu periode dimana seseorang telah “beranjak jauh” dari periode terdahulu yang lebih menyenangkan, atau beranjak dari waktu yang penuh dengan manfaat.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana pembagian masa dewasa?
2.      Bagaimana karakteristik masa dewasa?
3.      Bagaimana perkembangan masa dewasa dan tua?


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pembagian Masa Dewasa
Menurut Hurlock bahwa pembagian masa dewasa terdiri dari tiga tahapan:
1.      Masa Dewasa Dini
Masa dewasa dini dimulai pada umur 18 tahun sampai kira-kira umur 40 tahun, saat perubahan-perubahan fisik dan psikologis yang menyertai berkurangngya kemampuan reproduktif.
2.      Masa Dewasa Madya
Masa dewasa madya dimulai pada umur 40 tahun sampai pada umur 60 tahun, yakni saat menurunya kemampuan fisik dan psikologis yang jelas nampak pada setiap orang.
3.      Masa Dewasa Lanjut (Usia Lanjut)
Masa dewasa lanjut atau usia lanjut dimulai pada umur 60 tahun sampai kematian. Pada waktu ini baik kemampuan fisik maupun psikologis cepat menurun, tetapi teknik pengobatan modern, serta upaya dalam hal berpakaian dan dandanan, memungkinkan pria dan wanita berpenampilan, bertindak, dan berperasaan  seperti kala mereka masih muda.
Dari tahapan usia yang dikemukakan oleh Hurlock di atas, terlihat bahwa seseorang dikatakan telah dewasa adalah ketika usianya sudah mencapai 18 tahun. Pada usia itu, mereka mulai dihadapkan pada tugas perkembangan yang harus dijalaninya, antara lain: (1) mulai bekerja, (2) memilih pasangan, (3) mulai membina keluarga, (4) mengasuh anak, (5) mengelola rumah tangga, (6) mengambil tanggung jawab sebagai warganegara, (7) mencari kelompok sosial yang menyenangkan. Tugas perkembangan diatas mengindikasikan adanya tanggung jawab yang besar dan mengacu pada aturan dan hukum yang berlaku atau disepakati bersama. Tugas perkembangan itu memiliki dampak secara langsung pada orang lain, sehingga tidak dijalankan dengan baik dapat merugikan orang lain, selain diri sendiri. [1]

B.     Karakteristik Masa Dewasa
Masa dewasa adalah masa awal seseorang dalam menyesuaikan diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru. Pada masa ini, seseorang dituntut untuk memulai kehidupannya memerankan peran ganda seperti peran sebagai suami atau istri dan peran dalam dunia kerja (berkarier).
Masa dewasa dikatakan sebagai masa sulit bagi individu karena pada masa ini seseorang dituntut untuk melepaskan ketergantungannya terhadap orang tua dan berusaha untuk dapat mandiri.
Karakter masa dewasa dini yaitu:
1.      Masa Pengaturan
Pada masa ini, seseorang akan “mencoba-coba” sebelum ia menentukan makna yang sesuai, cocok, dan memberi kepuasan permanen. Ketika ia telah menemukan pola hidup yang diyakini dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, ia akan mengembangkan pola-pola perilaku, sikap, dan nilai-nilai yang cenderung akan menjadi kekhasannya selama sisa hidupnya.
2.      Masa Usia Produktif
Dinamakan sebagai masa produktif karena pada rentang usia ini merupakan masa-masa yang cocok untuk menentukan pasangan hidup, menikah, dan berproduksi atau menghasilkan anak.
3.      Masa Bermasalah
Masa dewasa dikatakan sebagai masa yang sulit dan bermasalah. Hal ini dikarenakan seseorang harus mengadakan penyesuaian dengan peran barunya (perkawinan vs pekerjaan). Jika ia tidak dapat mengatasinya maka akan menimbulkan masalah.

4.      Masa Ketegangan Emosional
Ketika seseorang berumur 20-an (sebelum 30-an), kondisi emosionalna tidak terkendali. Ia cenderung labil, resah, dan mudah memberontak. Pada masa ini juga emosi seseorang sangat bergelora dan mudah tegang. Ia juga khawatir dengan status dalam pekerjaan yang belum tinggi dan posisinya yang baru sebagai orang tua. Namun ketika telah berumur 30-an, seseorang akan cenderung stabil dan tenang dalam emosi.
5.      Masa Keterasingan Sosial
Masa dewana dini adalah masa dimana seseorang mengalami krisis isolasi, ia terisolasi dari kelompok sosial. Kegiatan sosial dibatasi karena berbagai tekanan pekerjaan dan keluarga. Hubungan dengan teman-teman sebaya juga menjadi renggang. Keterasingan diintensifkan dengan adanya semangat bersaing dan hasrat untuk maju dalam berkarier.
6.      Masa Komitmen
Pada masa ini juga setiap individu mulai sadar akan pentingnya sebuah komitmen. Ia mulai membentuk pola hidup, tanggung jawab, dan komitmen baru.
7.      Masa Ketergantungan
Pada masa awal dewasa dini sampai akhir usia 20-an, seseorang masih punya ketergantungan pada orang tua atau organisasi yang mengikatnya.
8.      Masa Perubahan Nilai
Nilai yang dimiliki seseorang ketika ia berada pada masa dewasa dini berubah karena pengalaman dan hubungan sosialnya semakin meluas. Nili-nilai yang berubah ini dapat meningkatkan kesadaran positif. Pada masa ini juga seseorang akan lebih menerima atau berpedoman pada nilai konvensional dalam hal keyakinan. Egosentrisme akan berubah menjadi sosial ketika ia telah menikah.
9.      Masa Penyesuaian Diri dengan Hidup Baru
Ketika seseorang telah mencapai masa dewasa, berarti ia harus lebih bertanggung jawab karena pada masa ini ia sudah mempunyai peran ganda yaitu peran sebagi orang tua dan pekerja.
10.  Masa Kreatif
Dinamakan sebagi masa kreatif karena pada masa ini seseorang bebas untuk berbuat apa yang diinginkan. Namun kreatifitas tergantung pada minat, potensi, dan kesempatan.[2]
Sedangkan karakter masa dewasa madya diantaranya:
1.      Usia Madya Merupakan Periode yang Sangat Ditakuti
Ciri pertama dari usia madya ialah masa tersebut merupakan periode yang sangat menakutkan. Diakui bahwa semakin mendekati usia tua, periode usia madya semakin terasa lebih menakutkan dilihat dari seluruh kehidupan manusia. Oleh karena itu, orang-orang dewasa tidak akan mau mengakui bahwa mereka telah mencapai usia ini, sampai kalender dan cermin memaksa mereka untuk mengakui hal ini.
2.      Usia Madya Merupakan Masa Transisi
Seperti halnya masa puber, yang merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa remaja kemudian dewasa. Demikian pula usia madya merupakan masa dimana pria dan wanita meninggalkan ciri-ciri jasmani dan perilaku masa dewasanya dan memasuki masa suatu periode dalam kehidupan yang akan diliputi oleh ciri-ciri jasmani dan perilaku baru. 
3.      Usia Madya Merupakan Masa Stres
Ciri ketiga dari usia madya ialah usia masa stres. Penyesuaian secara radikal terhadap peran dan pola hidup yang berubah, khususnya bila disertai dengan berbagai perubahan fisik, selalu cenderung merusak homeostatis fisik dan psikologis seseorang dan membawa ke masa stres, suatu masa bila sejumlah penyesuaian yang pokok harus dilakukan di rumah, bisnis, dan aspek sosial kehidupan mereka.
4.      Usia Madya Merupakan “ Usia yang Berbahaya”
Ciri keempat bahwa umumnya usia ini dianggap atau dipandang sebagai usia yang berbahaya dalam rentang kehidupan. Cara biasa menginterpretasi “usia berbahaya” ini berasal dari kalangan pria yang ingin melakukan pelampiasan untuk kekerasan yang berakhir sebelum memasuki usia lanjut. Terhadap apa saja di sekelilingnya, kelihatannya bahwa orang yang berusia madya berusaha mencari percontohan kegiatan dan pengalaman baru. Periode ini dapat di dramatisasi dengan lolosnya episodik ke dalam hubngan ekstramarital, atau dengan bentuk alkoholisme. Bagi beberapa orang krisis usia madya dapat berakhir dengan kesusahan yang permanen dan semakn permanen dan semakin pendeknya usia mereka.
5.      Usia madya Merupakan “Usia Canggung”
Ciri kelima dari usia madya dikenal dengan istilah “usia serba canggung”. Sama seperti remaja, bukan anak-anak dan bukan juga dewasa, demikian juga pria dan wanita berusia madya bukan “muda” lagi tetapi bukan juga tua. Orang yang berusia madya seolah-olah berdiri diantara generasi pemberontak yang lebih muda dan generasi warga senior. Mereka secara terus-menerus menjadi sorotan dan menderita karena hal-hal yang tidak menyenangkan dan memalukan yang disebabkan oleh kedua generasi terseebut.
6.      Usia Madya Merupakan Masa Berprestasi
Ciri keenam merupakan masa berprestasi. Menurut Erikson, usia madya merupakan masa krisis dimana baik “generasivitas”-kecenderungan untuk menghasilkan-maupun stagnasi-kecenderungan untuk tetap berhenti-akan dominan. Menurutnya selama usia madya, orang akan menjadi lebih sukses atau sebaliknya mereka akan berhenti dan tidak mengerjakan sesuatu apapun lagi. Apalagi usia madya mempunyai kemauan kuat untuk berhasil dan menunggu dari masa-masa persiapan dan kerja keras yang dilakukan sebelumnya.
7.      Usia Madya Merupakan Masa Evaluasi
Ciri ketujuh dari usia madya ialah usia ini merupakan masa evaluasi diri. Karena usia madya pada umumnya merupakan saat pria dan wanita mencapai puncak prestasinya, maka logislah apabila masa ini juga merupakan saat mengevaluasi prestasi ini berdasarkan aspirasi mereka semula dan harapan-harapan orang lain, khususnya anggota keluarga dan teman. Acher, menyatakan: “Pada usia 20 kita akan mengikat diri pada pekerjaan atau perkawinan. Selama akhir 30-an dan awal 40-an adalah umum bagi pria untuk melihat kembali keterikatan-keterikatan masa awal ini.
8.      Usia Madya Dievaluasi dengan Standar Ganda
Ciri kedelapan dari usia madya ialah masa ini dievaluasi dengan standar ganda, satu standar bagi pria dan satu lagi bagi wanita. Walaupun perkembangannya cenderung mengarah ke persamaan peran antara pria dan wanita, baik di rumah, perusahaan, perindustrian. profesi, maupun kehidupan sosial, namun masih terdapat standar ganda dalam usia. Meskipun standar ganda ini banyak mempengaruhi banyak aspek terhadap kehidupan pria dan wanita usia madya, tetapi ada dua aspek khusus yang perlu diperhatikan.
9.      Usia Madya Merupakan masa Sepi
Ciri kesembilan dari usia mada ialah masa sepi (emptynest), masa ketika anak-anak tidak lagi tinggal bersama orang tua. Kecuali dalam beberapa kasus dimana pria dan wanita menikah lebih lambat dibandingkan dengan usia rata-rata, atau menunda kelahiran anak hingga mereka lebih mapan dalam karier, atau mempunyai keluarga besar sepanjang masa, usia madya merupakan masa sepi dalam kehidupan perkawinan.
10.  Usia madya Merupakan Masa Jenuh
Ciri ke-10 ini merupakan masa yang penuh dengan kejenuhan pada akhir usia 30-an atau 40-an. Para pria menjadi jenuh dengan kegiatan rutin sehari-hari dan kehidupan bersama keluarga yang hanya memberikan sedikit hiburan. Wanita, yang menghabiskan waktunya untuk memelihara rumah dan membesarkan anak-anaknya, bertanya-tanya apa yang akan mereka lakukan pada usia setelah 20 atau 30 tahun kemudian. Wanita, yang tidak menikah yang mengabdikan hidupnya untuk bekerja atau karier, menjadi bosan dengan alasan yang sama bagi pria. [3]

C.    Perkembangan Masa Dewasa dan Tua
1.      Perkembangan Fisik
a.       Kesehatan Badan
Bagi kebanyakan orang, awal masa dewasa ditandai dengan memuncaknya kemampuan dan kesehatan fisik. Mulai dari sekitar usia 18 hingga 25 tahun, individu memiliki kekuatan yang terbesar, gerak-gerak reflek mereka sangat cepat. Lebih dari itu kemampuan reproduktif mereka berada di tingkat yang paling tinggi. Meskipun pada awal masa dewasa kondisi kesehatan fisik mencapai puncaknya, namun selama periode ini penurunan keadaan fisik juga terjadi. Sejak usia sekitar 25 tahun, perubahan-perubahan fisik mulai terlihat. Perubahan-perubahan ini sebagian besar lebih bersifat kuantitatif daripada kualitatif. Secara berangsung-angsur, kekuatan fisik mengalami kemunduran, sehingga lebih mudah terserang penyakit. Akan tetapi, bagaimanapun juga seseorang masih tetap cukup mampu untuk melakukan aktivitas normal. Bahkan bagi orang-orang yang selalu menjaga kesehatan dan melakukan olah raga secara rutin masih terlihat bugar.
Pada masa tua, sejumlah perubahan fisik semakin terlihat sebagai akibat dari proses penuaan. Diantara perubahan-perubahan fisik yang paling kentara pada masa tua ini terlihat pada perubahan seperti rambut menjadi jarang dan beruban, kulit mongering dan mengerut, gigi hilang dan gusi menyusut, tulang belakang menjadi bungkuk. Kekuatan dan ketangkasan fisik berkurang, tulang-tulang menjadi rapuh, mudah patah dan lambat untuk diperbaiki kembali. Sistem kekebalan tubuh melemah, sehingga orang tua rentan terhadap berbagai penyakit, seperti kanker dan radang paru-paru.
b.      Perkembangan Sensori
       Pada awal masa dewasa, penuruna fungsi penglihatan dan pendengaran mungkin belum begitu terlihat. Akan tetapi, pada masa dewasa tengah perubahan-perubahan dalam penglihatan dan pendengaran merupakan dua perubahan fisk yang paling menonjol.pada usia antara 40 dan 59 tahun, daya akomodasi mata mengalami penurunan paling tajam. Karena itu, banyak orang pada usia setengah baya mengalami kesulitan dalam melihat objek-objek yang dekat. Sementara itu, pendengaran juga menalami penurunan pada usia sekitar 40 tahun. Penurunan dalam hal pndengaran ini lebih terlihat pada sensitifitas terhadap nada tinggi.
       Selanjutnya pada masa dewasa akhir, perubahan-perubahan sensori fisik melibatkan indra penglihatan, indra pendengaran, indra perasa, indra pencium, dan indra peraba. Perubahan dalam indra penglihatan pada masa dewasa akhir. Misalnya tampak pada berkurangnya ketajaman penglihatan  dan melambatnya adaptasi terhadap perubahan cahaya. Sementara itu, juga terlihat dalam kepekaan terhadap  rasa dan bau. Dalam hal ini, kepekaan terhadap rasa pahit dan masam bertahan lebih lama dibandingkan kepekaan terhadap rasa manis dan juga asin.
c.       Perkembangan Otak
       Mulai masa dewasa awal, sel-sel otak juga berangsur-angsur berkurang. Tetapi, perkembangbiakan koneksi neural, khususnya bagi orang-orang yang tetap aktif membantu mengganti sel-sel yang hilang. Hal ini membantu menjelaskan pendapat umum bahwa orang dewasa yang tetap aktif, baik secara fisik, seksual, maupun secara mental, menyimpan lebih banyak kapasitas mereka untuk melakukan aktifitas-aktifitas demikian pada tahun-tahun selanjutnya.
       Pada usia tua, sejumlah neuron, unit-unit sel dasar dari sistem syaraf menghilang. Menurut hasil sejumlah penelitian, kehilangan neuron itu diperkirakan mencapai 50% selama tahun-tahun masa dewasa. Menurut Santrock, diperkirakan bahwa 5 hingga 10% dari neuron kita berhenti tumbuh sampai kita mencapai usia 70 tahun. Setelah itu, hilangnya neuron akan semakin cepat. [4]

2.      Perkembangan Kognitif
a.       Perkembangan Pemikiran Postformal
Sesuai dengan tahap perkembangan kognitif Piaget, pemikiran remaja berada pada tahap operasional formal (kemampuan berfikir secara abstrak dan hipotesis). Tipe pemikiran ini dimulai sekitar usia 11 tahun, tetapi tidak berkembang secara penuh sampai berakhirnya masa remaja. Karena itu, Piaget percaya bahwa seorang remaja dan seorang dewasa memiliki cara berpikir yang sama. Akan tetapi, para pengkritik Piaget menunjukkan bahwa kesimpulan Piaget tersebut tidak dapat diterapkan pada kebudayaan-kebudayaan lain. Bahkan sejumlah ahli perkembangan percaya bahwa baru pada masa dewasalah individu menata pemikiran operasional formal mereka.
b.      Perkembangan Memori
Salah satu karakteristik yang paling sering dihubungkan dengan orang dewasa dan usia tua adalah penurunan dalam daya ingat. Ketika orang tua memperlihatkan kemunduran memori, kemunduran tersebut pun cenderung sebatas pada keterbatasan tipe-tipe memori tertentu. Misalnya kemunduran cenderung terjadi pada keterbatasan memori episodik ( memori yang berhubungan dengan pengalaman tertentu di sekitar kehidupan kita).
Kemerosotan dalam memori episodik, sering menimbulksn perubahan-perubahan dalam kehidupan orang tua. Misalnya, seseorang yang memasuki masa pensiun, yang mungkin tidak lagi menghadapi bermacam-macam tantangan penyesuaian intelektual sehubungan dengan pekerjaan dan mungkin lebih sedikit menggunakan memori atau bahkan kurang termotivasi untuk mengingat berbagai hal, jelas akan mngalami kemunduran dalam memorinya.
c.       Perkembangan Intelegensi
Mitos yang bertahan hingga sekarang adalah bahwa menjadi tua berarti mengalami kemunduran intelektual. Mitos ini diperkuat oleh sejumlah peneliti awal yang berpendapat bahwa seiring dengan proses penuaan selama masa dewasa terjadi kemunduran dalam intelegensi umum.
3.      Perkembangan Psikososial
a.       Perkembangan Keintiman
Menurut Erikson, pembentukan hubungan intim ini merupakan tantangan utama yang dihadapi oleh orang yang memasuki masa dewasa. Pada masa dewasa awal ini, orang-orang telah siap dan ingin menyatukan identitasnya dengan orang lain. Mereka mendambakan hubungan-hubungan yang intim-akrab, dilandasi rasa persaudaraan, serta siap mengembangkan daya-daya yang dibutuhkan untuk memenuhi komitmen-komitmen ini sekalipun mereka mungkin harus berkorban untuk itu.
b.      Perkembangan Generativitas
Ciri utama tahap generativitas adalah perhatian terhadap apa yang dihasilkan (keturunan, produk-produk, ide-ide, dan sebagainya), serta pembentukan dan penetapan garis-garis pedoman untuk generasi mendatang. Apabila generativitas lemah, atau tidak diungkapkan, maka kepribadian akan mundur, mengalami kemiskinan dan staknasi. 
c.       Perkembangan Integritas
Integritas paling tepat dilukiskan sebagai suatu keadaan yang dicapai seseorang setelah memelihara benda, orang-orang, produk-produk dan ide-ide, serta setelah berhasil melakukan penyesuaian diri dengan berbagai keberhasilan dan kegagalan dalam kehidupannya.[5] Orang yang mencapai integritas adalah mereka yang dengan salah satu cara telah mengasuh generasi muda, yang tetap tegar menghadapi keberhasilan maupun kegagalan yang dialami sebagai orang tua, begitu juga mereka yang telah menghasilkan sesuatu dan memperjuangkan idenya.[6]

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
1.      Menurut Hurlock bahwa pembagian masa dewasa terdiri dari tiga tahapan:
1)      Masa Dewasa Dini
2)      Masa Dewasa Madya
3)      Masa Dewasa Lanjut (Usia Lanjut)
2.      Karakter masa dewasa dini yaitu masa pengaturan, masa usia produktif, masa bermasalah, masa ketegangan emosional, masa keterasingan sosial, masa komitmen, masa ketergantungan, masa perubahan nilai, masa penyesuaian diri dengan hidup baru, dan masa kreatif.
Sedangkan karakter masa dewasa madya yaitu usia madya merupakan periode yang sangat ditakuti, masa transisi, masa stres, usia yang berbahaya, usia canggung, masa berprestasi, masa evaluasi, evaluasi dengan standar ganda, masa sepi, dan masa jenuh.
3.      Perkembangan masa dewasa dan tua meliputi perkembangan fisik, perkembangan kognitif, dan perkembangan psikososial.

B.     Saran
Demikian makalah yang dapat kami susun, kami menyadari banyak kekurangan yang terdapat pada makalah ini, maka kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan. Makalah ini dapat digunakan sebagaimana mestinya lebih-lebih dapat dijadikan sebagai acuan untuk kesempurnaan makalah selanjutnya.



  
DAFTAR PUSTAKA

Desmita, Psikologi Perkembangan, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2015
F.J Monks dan A.M.P Knoers, Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam berbagai bagiannya, Gajah Mada University Press, Yogyakarta, 2004
Muzdalifah M Rahman, Psikologi Perkembangan,Nora Media Enterprise, Kudus, 2011
Yudrik Jahja, Psikologi Perkembangan, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2012




[1] Muzdalifah M Rahman, Psikologi Perkembangan,Nora Media Enterprise, Kudus, 2011, hlm. 109-110.
[2] Yudrik Jahja, Psikologi Perkembangan, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2012, hlm. 246-249.
[3]Ibid, hlm. 254-262
[4] Desmita, Psikologi Perkembangan, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2015, hlm. 234-237
[5] Ibid., hlm. 283-253
[6] F.J Monks dan A.M.P Knoers, Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam berbagai bagiannya, Gajah Mada University Press, Yogyakarta, 2004, hlm. 327

Tidak ada komentar:

Posting Komentar