FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN
Disusun
Guna Memenuhi Tugas
Mata
Kuliah: Psikologi Perkembangan
Dosen
Pembimbing : Farida Ulyani, M.Pd
Disusun
Oleh : Kelompok 2
1.
M.
David Noor R (1310110043)
2.
Amanah Fitria (1310110053)
3.
Randi Julianto (1310110058)
4.
Sulfiana Mufidah (1310110068)
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
TAHUN 2015/2016
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap
individu dilahirkan kedunia dengan
membawa hereditas (nature) tertentu. Ini berarti bahwa karakteristik
individu diperoleh melalui pewarisan dari pihak orangtuanya. Karakteristik tersebut
menyangkut fisik (seperti struktur
tubuh, warna kulit dan bentuk rambut) dan psikis dan sifat-sifat mental
(seperti emosi, kecerdasan, dan bakat).
Hereditas
(nature) merupakan aspek individu
yang bersifat bawaan dan memiliki potensi untuk berkembang. Seberapa jauh
perkembangan individu itu terjadi dan bagaimana kualitas perkembangannya,
bergantung pada kualitas hereditas (nature) dan lingkungan (nurture)
yang mempengaruhinya. Lingkungan merupakan faktor penting disamping hereditas (nature)
yang menentukan perkembangan individu. Lingkungan itu meliputi fisik, psikis,
sosial, dan religius. Oleh karena itu, dalam makalah ini kami akan membahas
mengenai makna hereditas (nature) dan lingkungan (nurture).
B. Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
pengaruh faktor nature terhadap perkembangan?
2.
Bagaimana
pengaruh faktor nurture terhadap perkembangan?
3.
Bagaimana
determinasi faktor nature dan nurture dalam perkembangan serta
implikasinya dalam pendidikan?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengaruh Faktor Nature Terhadap Perkembangan
Faktor nature adalah faktor
bawaan yang diwariskan orang tua kepada anaknya yang disebut juga dengan aliran
‘nativisme’ yaitu perkembangan individu semata-mata tergantung pada faktor
dasar atau pembawaan. Tokoh aliran ini yang terkenal adalah schopenhauer. [1]
Aliran filsafat nativisme konon dijuluki
sebagai aliran pesimistis yang memandang segala sesuatu dengan kaca mata hitam.
Maksudnya penganut ini berkeyakinan bahwa perkembangan manusia itu ditentukan
oleh pembawaannya, sedangkan pengalaman dari pendidikan tidak berpengaruh
apa-apa. Dalam ilmu pendidikan pandangan ini disebut “pesimisme pedagogis”.
Contohnya harimau pun hanya akan melahirkan harimau, tak akan pernah melahirkan
domba atau bahkan burung. Jadi pembawaan selalu
berpengaruh terhadap perkembangan kehidupan anak-anaknya.[2]
Faktor nature atau
genetika/hereditas merupakan faktor pertama yang mempengaruhi perkembangan individu.
Dalam hal ini hereditas diartikan sebagai totalitas karakteristik individu yang
diwariskan orang tua kepada anak, atau segala potensi baik fisik maupun psikis
yang dimiliki individu sejak masa konsepsi sebagai pewarisan dari pihak orang
tua melalui gen-gen.
Setiap individu memulai kehidupannya
sebagai organisme yang bersel tunggal yang bentuknya sanagat kecil, garis
tengahnya kurang lebih 1/200 inci (1/80 cm). Sel ini merupakan perpaduan antara
sel telur (ovum) yang berasal dari ibu dan sperma yang berasal dari ayah.
Didalam rahim, sel benih ini terus bertambah besar dengan jalan pembelahan sel
menjadi organisme yang bersel dua, empat, delapan, dan seterusnya sehingga
setelah kurang lebih 9 bulan menjadi organisme yang sempurna. Setiap sel benih
memiliki 48 kromosom yaitu benda seperti benang, yang berpasangan sebanyak 24
pasang. Tiap kromosom mengandung sejumlah gen-gen (unsur-unsur keturunan/
faktor-faktor dasar dalam pembawaan). Gen-gen inilah yang akan menentukan
sifat-sifat individu, baik fisik maupun psikisnya.[3]
B. Pengaruh Faktor Nurture Terhadap Perkembangan
Faktor nurture adalah faktor yang
mempengaruhi perkembangan individu itu sepenuhnya ditentukan oleh faktor
lingkungan atau pendidikan atau disebut juga dengan aliran ‘empirisme’, kaum empiris ini berpendirian bahwa
perkembangan anak itu sepenuhnya tergantung pada faktor lingkungan. Pendapat
ini terkenal dengan nama teori tabularasa. Dengan teori tabularasa ini
john locke telah mengungkapkan kekuasaan lingkungan sebab manusia dapat di
didik menjadi apa saja (kearah baik maupun buruk) menurut kehendak lingkungan
(termasuk juga pendidiknya).
Lingkungan perkembangan siswa adalah
keseluruhan fenomena (peristiwa, situasi dan kondisi) fisik atau sosial yang
mempengaruhi perkembangan siswa. Lingkungan perkembangan siswa yang akan
dibahas yaitu menyangkut lingkungan keluarga, sekolah, kelompok sebaya (peer
group), dan masyarakat
1. Lingkungan
Keluarga
Keluarga
memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya mengembangkan pribadi anak.
Perawatan orang tua yang penuh kasih sayang dan pendidikan tentang nilai-nilai
kehidupan, baik agama maupun sosial budaya yang diberikan merupakan faktor yang
kondusif untuk mempersiapkan anak menjadi pribadi dan anggota masyarakat yang
sehat.
Keluarga
juga dipandang sebagai insitusi (lembaga) yang dapat memenuhi kebutuhan insani
(manusiawi). Apabila mengaitkan peranan keluarga dengan upaya memenuhi
kebutuhan individu dari maslow, maka keluarga merupakan lembaga pertama yang
dapat memenuhi kebutuhan tersebut.melalui perawatan dan perlakuan yang baik
dari orang tua, anak dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya, baik
fisik-biologis maupun sosio psikologisnya. Apabila anak telah memperoleh rasa
aman, penerimaan sosial dan harga dirinya, maka anak dapat memenuhi
kebutuhan tertingginya, yaitu perwujudan
diri (self- actualization).
Keluarga yang bahagia merupakan suatu hal yang sangat
penting bagi perkembangan emosi para anggotanya (terutama anak). Kebahagiaan
ini diperoleh apabila keluarga dapat memerankan fungsinya secar baik. Fungsi
dasar keluarga adalah memberikan rasa memiliki, rasa aman, kasih sayang, dan
membangun hubungan yang baik diantara anggota keluarga. hubungan cinta kasih
dalam keluarga tidak sebatas perasaan, akan tetapi juga menyangkut
pemeliharaan, rasa tanggung jawab, pehatian, pemahaman, respek dan keinginan
untuk menumbuh kembangkan anak yang dicintainya.
Keluarga yang hubungan antar anggotanya tidak harmonis, penuh konflik, atau gap
communication dapat mengembangkan
masalah-masalah kesehatan mental bagi anak.
Sedangkan dari sudut pandang sosiologis, fungsi keluarga
ini dapat diklasifikasikan kedalam fungsi-fungsi berikut:
a. Fungsi
biologis
Keluarga
dipandang sebagai pranata sosial yang memberikan legalitas, kesempatan dan
kemudahan bagi para anggotanya untuk memenuhi kebutuhan dasar biologisnya.
b. Fungsi
ekonomis
Keluarga
( dalam hal ini ayah) mempunyai kewajiban untuk menafkahi anggota keluarganya (istri
dan anak) dalam Al-Qur’an (QS. Al-Baqarah: 223)
Yang artinya, “dan
kewajiban suami memberi makan dan pakaian kepada para istri dengan cara yang baik.
Seorang (suami) tidak dibebani (dalam memberi nafkah), melainkan menurut kadar
kesanggupannya”.
c. Fungsi
pendidikan
Keluarga
merupakan lingkungan pendidikan pertama dan utama bagi anak.
d. Fungsi
Sosialisasi
Keluarga
merupakan buaian atau penyampaian bagi masyarakat masa depan dan lingkungan
keluarga merupakan faktor penentu yang sangat mempengaruhi kualitas generasi
yang akan datang.
e. Fungsi
perlindungan
Keluarga
berfungsi sebagai pelindung bagi para anggota keluarganya dari gangguan, ancaman atau kondisi yan menimbulkan
ketidak nyamanan (fisik-psikologis) para anggotanya.
f. Fungsi
rekreatif
Untuk
melaksanakan fungsinya ini, keluarga harus diciptakan sebagai lingkungan yang
memberikan kenyamanan, keceriaan, kehangatan dan penuh semagat bagi anggotanya.
g. Fungsi
agama
Keluarga
berfungsi sebagai penanam nilai-nilai agama kepada anak agar mereka memiliki
pedoman hidup yang benar. Dalam al-Qur’an surat Al-Tahrim: 6
$pkr'¯»t tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#þqè% ö/ä3|¡àÿRr& ö/ä3Î=÷dr&ur #Y$tR ÇÏÈ..........
Artinya: “Hai
orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka”
2. Lingkungan
sekolah
Sekolah
merupakan lembaga penddikan formal yang secara sistematis melaksanakan program
bimbingan, pengajaran dan latihan dalam
rangka membantu siswa agar mampu mengemankan potensiya, baik menyangkut aspek
moral-spiritual, intelektual, emosional maupun sosial.
Mengenai
peran sekolah dalam mengembangkan kepribadian anak, Hurlock mengemukakan bahwa sekolah
merupakan faktor penentu bagi perkembangan kepribadian anak (siswa), baik dalam
cara berfikir, bersikap maupun cara berperilaku. Sekolah berperan sebagai
subtitusi keluarga, dan guru subtitusi orang tua.
Menurut
Havighurst sekolah mempunyai peranan atau tanggung jawab penting dalam membantu
para siswa mencapai tugas perkembangannya. Sehubungan dengan hal ini, sekolah
seyogianya berupaya menciptakan iklim yang kondusif, atau kondisi yang dapat
memfasilitasi siswa untuk mencapai tugas
perkembangannya
3. Lingkungan
kelompok teman sebaya
Kelompok
teman sebaya sebagai lingkungan sosial
bagi remaja (siswa) memiliki peranan yang cukup penting bagi perkembangan
kepribadian. Hans Sebald mengemukakan,bahwa teman sebaya lebih memberikan
pengaruh dalam memilih: cara berpakaian, hobi, perkumpulan (club), dan
kegiatan-kegiatan sosial lainnya.
Peranan kelompok teman sebaya bagi
remaja adalah memberikan untuk belajar tentang: (1) bagaimana berinteraksi
dengan orang lain, (2) mengontrol tingkah laku sosial, (3) mengembangkan
ketrampilan dan minat yang relevan dengan usianya, (4) saling bertukar perasaan
dan masalah. Uraian tersebut, menunjukkan bahwa kelompok teman sebaya itu mempunyai kontribusi yang sangat positif
terhadap perkembangan kepribadian remaja. Namun di sisi lain, tidak sedikit
remaja yang berperilaku menyimpang, karena pengaruh teman sebayanya. Keadaan
ini seperti terungkap dari hasil-hasil penelitian berikut:
a. Healy
dan Browner menemuan bahwa 67% dari 3.000 anak nakal di Chicago, ternyata
karena mendapat pengaruh dari teman sebaya.
b. Glueck menemukan bahwa 98,4% dari anak-anak nakal
adalah akibat pengaruh anak nakal lainnya..
Pengaruh kelompok teman sebaya terhadap
remaja itu ternyata berkaitan dengan iklim keluarga remaja itu sendiri. Remaja
yang memiliki hubungan yang baik dengan orangtuanya (iklim keluarga sehat) cenderung dapat
menghindarkan diri pengaruh negatif teman sebayanya, dibandingkan dengan remaja
yang hubungan dengan orangtuanya kurang baik. Judith Brook dan kolegnya
menemukan, bahwa hubungan orangtua dan remaja yang sehat dapat melindungi remaja tersebut dari penaruh
teman sebaya yang tidak sehat.[4]
4. Lingkungan
Masyarakat
Anak
dilahirkan belum bersifat sosial. Dalam arti, dia belum memliki kermampuan
untuk bergaul dengan orang lain untuk mencapai kematangan sosial, anak harus
belajar tentang cara-cara menyesuaikan diri dengan orang lain. Kemampuan ini
diperoleh anak melalui berbagai kesempatan atau pengalaman bergaul dengan orang-orang
dilingkungannya baik orang tua, saudara, teman sebaya, atau orang dewasa
lainnya.
Perkembangan
sosial anak sangat dipengaruhi oleh proses perlakuan atau bimbingan orang tua
terhadap anak dalam mengenalkan berbagai aspek kehidupan sosial, atau
norma-norma kehidupan bermasyarakat serta mendorong dan memberikan contoh
kepada anaknya bagaimana menerapkan norma-norma tersebut dalam kehidupan
sehari-hari.
Melalui
pergaulan atau hubungan sosial baik dengan orang tua, anggota keluarga, orang
dewasa lainnya maupun teman bermain, anak mulai mengembangkan bentuk-bentuk
tingkah laku sosial. Pada usia anak bentuk-bentuk tingkah laku sosial anak
sebagai berikut :
a. Perkembangan
(negativisme)
b. Agresi
(agresion)
c. Berselisih
atau bertengkar
d. Menggoda
e. Persaingan
f. Kerja
sama
g. Tingah
laku berkuasa
h. Mementingkan
diri sendiri
i.
Simpati
Perkembangan sosial anak sangat
dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya, baik orang tua, sanak keluarga, orang
dewasa lainnya atau teman sebayanya.
Apabila lingkungan sosial tersebut
memfasilitasi atau memberikan peluang terhadap perkembangan anak secara
positif, maka anak akan dapat mencapai perkembangan sosial secara matang.[5]
C. Determinasi Faktor Nature dan Nurture dalam
Perkembangan serta Implikasinya dalam Pendidikan
Pendidikan
keluarga sebagai lembaga pendidikan pertama adalah modal utama bagi
perkembangan anak kedepannya. Selanjutnya sekolah sebagai lembaga kedua yang
formal berfungsi sebagai pusat pendidikan untuk pembentukan pribadi anak dan
mengembangankan potensi yang ada pada anak serta masyarakat sebagai pendidikan
ketiga sesudah keluarga dan sekolah mempunyai sifat dan fungsi yang berbeda dengan
ruang lingkup dengan batasan yang tidak jelas dan keanekaragaman bentuk
kehidupan sosial serta berjenis-jenis budayanya yang tidak dapat dilepaskan
dari nilai-nilai sosial budaya yang dijunjung tinggi oleh semua ilmu
pendidikan.
Dalam
perkembangan individu, faktor nature dan nulture adalah penentu perkembangan
aspek-aspek psikofisik individu aspek-aspek individu meliputi fisik,
intelektual, sosial, emosi, bahasa, moral, dan agama perkembangan fisik
meliputi pertumbuhan sebelum lahir dan pertumbuhan setelah lahir. Intelektual
atau daya fikir merupakan kemampuan untuk beradaptasi secara berhasil dengan
situasi baru atau lingkungan pada umumnya. Sosial, setiap individu selalu
berinteraksi dengan lingkungan dan selalu memerlukan manusia lainnya.
Perkembangan
seseorang adalah hasil dari faktor bawaan dan lingkungan (nature vs nulture).
Dalam hal ini daat dipengaruhi berbagai faktor lingkungan keluarga terhadap
perkembangan awal anak sangat penting karena disinilah awal mula dari
pendidikan anak yang mana orang tua sebagai guru, anak akan mencontoh apa yang
dilakukan.[6]
Anastasi
mengatakan bahwa adanya interaksi saling mempengaruhi antara Nature dan
nurture, yang meliputi :
1. Nature
dan nurture keduanya menjadi sumber timbulnya setiap perkembangan tingkah laku.
2. Nature
dan nurture tidak dapat berfungsi secara terpisah satu sama lain, tetapi harus
saling berinteraksi dalam memberikan kontribusinya.
3. Interaksi
dapat dikonseptualisasi sebagai suatu bentuk dari interelasi yang majemuk,
yaitu suatu hubungan yang terjadi mempengaruhi hubungan-hubungan yang lain akan
terjadi.
Demikian
juga Hebb meyakini bahwa Nature dan nurture merupakan jalinan yang tidak bisa
dipisahkan dan terlibat sepenuhnya dalam setiap proses perkembangan. Bahkan
menurut Hebb, perilaku ditentukan 100% oleh faktor keturunan dan 100% oleh
faktor lingkungan. Faktor keturunan yang sama memperlihatkan perilaku yang
berbeda dalam lingkungan yang berbeda. Demikian juga lingkungan yang sama
menunjukkan efek yang berbeda terhadap individu yng mempunyai faktor keturunan
yang berbeda.[7]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Faktor
nature adalah faktor bawaan yang diwariskan orang tua kepada anaknya
yang disebut juga dengan aliran ‘nativisme’ yaitu perkembangan individu
semata-mata tergantung pada faktor dasar atau pembawaann. Tokoh aliran ini yang
terkenal adalah schopenhauer. Faktor nature atau genetika/hereditas
merupakan faktor pertama yang mempengaruhi perkembangan individu. Dalam hal ini
hereditas diartikan sebagai totalitas karakteristik individu yang diwariskan orang
tua kepada anak, atau segala potensi baik fisik maupun psikis yang dimiliki
individu sejak masa konsepsi sebagai pewarisan dari pihak orang tua melalui
gen-gen.
Faktor
nurture adalah faktor yang mempengaruhi perkembangan individu itu
sepenuhnya ditentukan oleh faktor lingkungan atau pendidikan atau disebut juga
dengan aliran ‘empirisme’, kaum empiris
ini berpendirian bahwa perkembangan anak itu sepenuhnya tergantung pada faktor
lingkungan. Pendapat ini terkenal dengan nama teori tabularasa. Dengan
teori tabularasa ini john locke telah mengungkapkan kekuasaan lingkungan sebab
manusia dapat di didik menjadi apa saja (kearah baik maupun buruk) menurut
kehendak lingkungan (termasuk juga pendidiknya).Lingkungan perkembangan siswa
adalah keseluruhan fenomena (peristiwa, situasi dan kondisi)fisik atau sosial
yang mempengaruhi perkembangan siswa. Lingkungan perkembangan siswa yang akan
dibahas yaitu menyangkut lingkungan keluarga, sekolah, kelompok sebaya (peer
group), dan masyarakat
Dalam
perkembangan individu, faktor nature dan nulture adalah penentu perkembangan
aspek-aspek psikofisik individu aspek-aspek individu meliputi fisik,
intelektual, sosial, emosi, bahasa, moral, dan agama perkembangan fisik
meliputi pertumbuhan sebelum lahir dan pertumbuhan setelah lahir. Intelektual
atau daya fikir merupakan kemampuan untuk beradaptasi secara berhasil dengan
situasi baru atau lingkungan pada umumnya. Sosial, setiap individu selalu
berinteraksi dengan lingkungan dan selalu memerlukan manusia lainnya.
Perkembangan seseorang adalah hasil dari faktor bawaan dan lingkunagn (nature
vs nulture). Dalam hal ini dapat dipengaruhi berbagai faktor lingkungan
keluarga terhadap perkembangan awal anak sangat penting karena disinilah awal
mula dari pendidikan anak yang mana orang tua sebagai guru, anak akan mencontoh
apa yang dilakukan.
B. Saran
Demikian
makalah yang dapat kami susun. Kami menyadari bahwa masih terdapat banyak
kekurangan. Untuk itu kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan demi kesempurnaannya makalah kami. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
Abin
Syamsuddin Makmun, Psikologi
Kependidikan, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009
Baharuddin,
Psikologi Pendidikan, Ar-Ruzz Media, Jogjakarta, 2010
Desmita,
Psikologi Perkembangan, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013
Muhibbin
Syah, Psikologi
Pendidikan, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2008
Syamsu
Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar