Domain Evaluasi
Makalah
Disusun guna memenuhi salah satu tugas
Mata Kuliah : Media Pembelajaran
Dosen Pembimbing: Rochanah, M.Pd.I
DisusunOleh:
Kelompok 11
1. Nita Solfiana (1310110063)
2. Nila Niswatul Khusna (1310110071)
3. Zakky Wildani (1310110073)
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
JURUSAN
TARBIYAH/PAI
TAHUN 2015
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Teknologi pendidikan adalah pemikiran yang sistematis tentang
pendidikan, penerapan metode problem solving dalam pendidikan, yang dapat
dilakukan dengan alat-alat komunikasi modern, akan tetapi juga tanpa alat itu.
Pada hakikatnya teknologi pendidikan adalah suatu pendidikan yang sistematis
dan kritis tentang pendidikan.
Teknologi pendidikan memandang soal mengajar dan belajar sebagai
masalah atau problem yang harus dihadapi secara rasional dan ilmiah. Tujuan
teknologi pendidikn dikembangkan adalah untuk memecahkan persoalan belajar
manusia atau dengan kata lain mengupayakan agar manusia (peserta didik) dapat
belajar dengan mudah dan mencapai hasil secara optimal. Pencapaian hasil secara
optimal diperoleh melalui penggunaan media yang efektif, keefektifan media
dapat diketahui melalui proses evaluasi media.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana hakikat evaluasi?
2.
Bagaimana hakikat media pembelajaran?
3.
Bagaimana hakikat domain evaluasi pada media pembelajaran?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Hakikat Evaluasi
Istilah
evaluasi berasal dari bahasa inggris evaliation
yang secara bahasa diartikan penilaian atau penaksiran. Secara istilah,
evaluasi merupakan kegiatan membandingkan tujuan dengan hasil dan juga
merupakan studi yang mengombinasikan penampilan dengan suatu nilai tertentu.
Gronlund mengemukakan evaluasi adalah proses yang sistematis untuk
mengumpulkan, menganalisis, dan menginterpretasikan informasi untuk menentukan
tingkat penguasaan peserta didik terhadap tujuan pembelajaran.
Tim
Depdiknas mengemukakan evaluasi atau penilaian adalah serangkaian kegiatan
untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil
belajar siswa yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga
menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan.[1]
Benjamin
Bloom mengartikan evaluasi sebagai kumpulan realitas yang disusun secara
sistematis guna memperoleh pengetahuan mengenai terjadi tidaknya perubahan
dalam prestasi anak didik.[2]Evaluasi
juga diartikan sebagai suatu proses penaksiran terhadap kemajuan, pertumbuhan,
dan perkembangan peserta didik untuk tujuan pendidikan.[3]
Dengan
demikian, evaluasi merupakan penilaian yang dilakukan secara profesional
terhadap berbagai proses pelaksanaan kegiatan tertentu yang terukur, yang hasil
pengukurannya akan dijadikan bahan pertimbangan perbaikan-perbaikan dan solusi
alternatif terhadap masalah ynag menjadi penyebab hasil tindakan kurang relevan
dengan tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
Keberhasilan
proses pembelajaran dapat dilihat dari prestasi belajar yang dicapai siswa.
Kriteria keberhasilan guru dan siswa dalam melaksanakan program pembelajaran
dilihat dari kompetensi dasar yang dimiliki oleh siswa. Informasi ini diperoleh
melalui kegiatan evaluasi. Evaluasi pada prinsipnya bertujuan untuk
meningkatakan kinerja dan tujuan. Evaluasi akan memnberikan informasi tingkat
pencapaian belajar siswa, dan jika dianalisis lebih rinci akan diperoleh
informasi tentang kesulitan belajar siswa, yaitu konsep-konsep yang belum
dikuasai oleh sebagian besar siswa. Informasi inilah yang harus digunakan guru
untuk memperbaiki proses pembelajaran.[4]
B.
Hakikat Media Pembelajaran
Secara
etimologis, kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak
dari kata medium, yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media
adalah suatu perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan.[5]
Media
merupakan sesuatu yang bersifat menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran,
perasaan dan kemauan audien (siswa) sehingga dapat mendorong terjadinya proses
belajar pada dirinya. Penggunaan media secara kreatif akan memungkinkan audien
(siswa) untuk belajar lebih baik dan dapat meningkatkan performan mereka sesuai
tujuan yang ingin dicapai.[6]
Dalam
hal ini, batasan media pendidikan dirumuskan pada beberapa ahli. Di antaranya,
Gagne menyebutkan bahwa media adalah beberapa jenis komponen dalam lingkungan
siswa yang dapat merangsang peserta didik untuk belajar. Sementara Brigs
mendefinisikan media sebagai salah satu bentuk media fisik yang dapat
menyajikan pesan yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Drai dua definisi
tersebut mengacu pada penggunaan media yang berupa benda untuk membantu
penyampaian pesan.[7]
Jadi,
media pembelajaran pada hakikatnya merupakan saluran atau jembatan dari
pesan-pesan pembelajaran (materi) yang disampaikan oleh sumber pesan (guru)
kepada penerima pesan (siswa) sehingga memudahkan pencapaian tujuan
pembelajaran yang sudah dirumuskan.[8]
Selanjutnya
yang dimaksud dengan media pembelajaran Islam di sini adalah jalan atau cara
yang dapat ditempuh untuk menyampaikan bahan atau materi pendidikan Islam
kepada anak didik agar terwujud kepribadian muslim. Dalam pengertian lain media
pendidikan islam yaitu segala sesuatu yang dapat digunakan untuk mencapai
tujuan pendidikan Islam. Dengan demikian, maka media ini mencangkup apa
sajayang dapat digunakan untuk menuntun atau membimbing anak dalam masa
pertumbuhannya agar kelak menjadi kepribadian muslim yang diridloi oleh Allah
SWT.
Penggunaan
media pembelajaran oleh guru dalam pembelajaran tidak mutlak harus diadakan.
Namun akan lebih baik jika digunakan media pembelajaran karena mempunyai kelebihan-kelebihan yang dapat
dimanfaatkan untuk membantu keberhasilan pembelajaran. Manfaat media
pembelajaran antara lain:
a. Menjelaskan materi pembelajaran atau
obyek yang abstrak menjadi konkrit.
b. Memberikan pengalaman nyata dan langsung
karena siswa dapat berkomunikasi dan berinteraksi dengan lingkungan tempat
belajarnya.
c. Mempelajari materi pembelajaran secara
berulang-ulang.
d. Memungkinkan adanya pendapat dan
persepsi yang benar terhadap suatu materi pembelajaran.
e. Menarik perhatian siswa sehingga
membangkitkan minat, motivasi, aktifitas, dan kreatifitas belajar siswa.
f. Membantu siswa belajar secara
individual, kelompok, atau klasikal.
g. Materi pembelajaran lebih lama diingat
dan mudah untuk di ungkapkan kembali dengan cepat dan tepat.
h. Mempermudah dan mempercepat guru
menyajikan materi pembelajaran dalam proses pembelajaran sehingga memudahkan
siswa untuk memahaminya.
i.
Mengatasi
keterbatasan ruang, waktu dan indera.[9]
C.
Hakikat Domain Evaluasi Pada Media Pembelajaran
Menurut Stufflebeam yang dikutip oleh Eko Putro Widyoko, evaluasi pada
dasrnya merupakan suatu proses menyediakan informasi yang dapat dijadikan
sebagai pertimbangan untuk menentukan harga dan jasa (the word and merit) dari
tujuan yang ingin dicapai, desain, implementasi, dampak untuk membantu membuat
keputusan, membantu pertanggung jawaban dan meningkatakan pemahaman terhadap
fenomena. Menurut pengertian ini dapat dipahami bahwa pada intinya evaluasi itu
merupakan suatu proses yang sistematis dan berkesinambungan untuk mengumpulkan,
mengolah, dan menganalisis data yang dapat digunakan sebagai dasar pengambilan
keputusan serta penyusunan dan penyempurnaan program/kegiatan selanjutnya.
Media
apapun yang dibuat, seperti kaset audio film bingkai, film rangkai,
transparansi OPH, film, video ataupun gambar, permainan/simulasi perlu
dievaluasi atau dinilai terlebih dahulu sebelum dipakai secara luas. Penilaian
(evaluasi) ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah media yang dibuat tersebut dapat mencapai tujuan-tujuan
yang telah ditetapkan atau tidak. Hal ini penting dilakukan karena, sering ada
anggapan bahwa sekali membuat media, pasti seratus persen ditanggung baik.
Padahal dalam kenyataannya belum tentu demikian. Oleh karena itu, media yang
telah kita rancang dan kita produksi sebelum diproduksi secara missal perlu
diuji cobakan dan dievaluasi.[10]
Apabila
media dirancang sebagai bagian integral dari proses pengajaran, ketika mengadakan
evaluasi terhadap pengajaran itu sudah termasuk pula evaluasi terhadap media
yang digunakan. Bahwasanya,
tujuan dari evaluasi media pengajaran adalah, sebagai berikut:
1)
Menentukan apakah media pengajaran itu efektif.
2)
Menentukan apakah media itu dapat diperbaiki atau ditingkatkan.
3)
Menetapkan apakah media itu cost-effective dilihat dari hasil
belajar siswa.
4)
Memilih media pengajran yang sesuai untuk dipergunakan dalam proses
belajar mengajar di kelas.
5)
Menentukan apakah isi pelajaran sudah tepat disajikan dengan media
itu.
6)
Menilai kemampuan guru menggunakan media pengajaran.
7)
Mengetahui apakah media pengajaran itu benar-benar member sumbangan
terhadap hasil belajar.
8)
Mengetahui sikap siswa terhadap media pengajaran.[11]
Ada dua macam bentuk evaluasi media yang dikenal, yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif.
a)
Evaluasi formatif adalah proses yang dimaksudkan untuk mengumpulan
data tentang efektivitas dan efisiensi bahan-bahan pembelajaran (termasuk ke
dalam media). Tujuannya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Data-data
tersebut dimaksudkan untuk memperbaiki dan menyempurnakan media yang
bersangkutan agar lebih efektif dan efisien.
b)
Evaluasi sumatif adalah kegiatan untuk mengumpulkan data rangka
untuk menentukan apakah media yang dibuat patut digunakan dalam situasi-situasi
tertentu. Disamping itu, tujuan evaluasi sumatif adalah untuk menentukan apakah
media tersebut benar-benar efektif seperti yang dilaporkan.
Metode yang digunakan dalam penilaian formatif berbeda dengan
penilaian sumatif. Penilaian formatif mengandalkan pada kajian teknis dan
tutorial, uji coba dalam kelompok kecil atau kelompok besar. metode pengumpulan
data bersifat informal, seperti observasi, wawancara dan tes ringkas.
Sebaliknya, penilaian sumatif memerlukan prosedur dan metode pengumpulan data
yang lebih formal. penilaian sumtaif sering menggunakan studi kelompok
komparatif dalam desain kuasi eksperimental.[12]
Kegiatan
evaluasi dalam program pengembangan media pendidikan akan dititikberatkan pada kegiatan evaluasi formatif. Terdapat tiga
tahapan pada evaluasi formatif, yaitu evaluasi satu lawan satu (one to one),
evaluasi kelompok kecil (small group evaluation), dan evaluasi lapangan
(field research).[13]
a.
Evaluasi satu lawan satu (one to one)
Pada tahap ini pilihlah dua orang atau lebih siswa yang dapat
mewakili populasi target dari media yang anda buat. Sajikan kepada mereka
secara individual. Kalau media itu anda desain untuk belajar mandiri, biarkan
siswa mempelajarinya sementara anda mengamatinya. Kedua orang siswa yang anda
pilih tersebut hendaknya satu orang dari populasi target yang kemampuan umumnya
sedikit dibawah rata-rata, dan satu orang diatas rata-rata.
Beberapa informasi yang dapat anda peroleh dari kegiatan ini antara
lain:
1.
Kesalahan pemilihan kata atau uraian yang tak jelas.
2.
Kesalahan dalam pemilihan lambing-lambang visual.
3.
Kurang nya contoh.
4.
Terlalu banyak atau sedikitnya materi.
5.
Urutan penyajian yang keliru.
6.
Pertanyaan atau petunjuk kurang jelas.
7.
Tujuan tak sesuai dengan materi.
Anda dapat juga
mencobakannya kepada ahli bidang studi (content expert). Mereka sering
memberikan umpan balik yang bermanfaat.
b.
Evaluasi kelompok kecil (small group evaluation)
Pada
tahap ini media perlu dicobakan kepada 10-20 orang siswa yang dapat mewakili
popuasi target. Siswa yang anda pilih dalam kegitan ini hendaknya mencerminkan
karakteristik populasi. Usahakan sampel tersebut terdiri dari siswa-siswa yang
kurang pandai, sedang dan pandai, laki-laki dan perempuan, berbagai usia dan
latar belakang. Setelah sampel-sampel memberikan umpan balik maka atas dasar
umpan balik tersebut media disepurnakan.
c.
Evaluasi lapangan (field research)
Evaluasi
lapangan (field research) adalah tahap akhir dari evaluasi formatif yang
perlu anda lakukan. Usahakan memperoleh situasi yang semirip mungkin dengan
situasi sebenarnya. Setelah melalui dua tahap evaluasi di atas
tentulah
media yang kita buat sudah mendekati kesempurnaan. Namun dengan itu masih harus
dibuktikan. Lewat evaluasi lapangan inilah kebollehan media yang kita buat itu
diuji. Pilih 30 orang siswa dengan berbagai karakteristik sesuai dengan
karakteristik populasi sasaran.
Satu
hal yang perlu dihindari baik untuk dua tahap evaluasi terdahulu maupun
lebih-lebih lagi untuk tahap evaluasi lapangan adalah apa yang disebut efek
halo (hallo effect). Situasi seperti ini muncul apabila media kita
cobakan pada responden yang salah.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Evaluasi
merupakan penilaian yang dilakukan secara profesional terhadap berbagai proses
pelaksanaan kegiatan tertentu yang terukur, yang hasil pengukurannya akan
dijadikan bahan pertimbangan perbaikan-perbaikan dan solusi alternatif terhadap
masalah ynag menjadi penyebab hasil tindakan kurang relevan dengan tujuan yang
telah ditentukan sebelumnya.
Media
pembelajaran pada hakikatnya merupakan saluran atau jembatan dari pesan-pesan
pembelajaran (materi) yang disampaikan oleh sumber pesan (guru) kepada penerima
pesan (siswa) sehingga memudahkan pencapaian tujuan pembelajaran yang sudah
dirumuskan. Penggunaan media pembelajaran
oleh guru dalam pembelajaran tidak mutlak harus diadakan. Namun akan lebih baik
jika digunakan media pembelajaran karena mempunyai kelebihan-kelebihan yang
dapat dimanfaatkan untuk membantu keberhasilan pembelajaran.
Apabila media dirancang sebagai bagian integral dari proses
pengajaran, ketika mengadakan evaluasi terhadap pengajaran itu sudah termasuk pula evaluasi
terhadap media yang digunakan. Bahwasanya, tujuan dari evaluasi media
pengajaran adalah, sebagai berikut:
1)
Menentukan apakah media pengajaran itu efektif.
2)
Menentukan apakah media itu dapat diperbaiki atau ditingkatkan.
3)
Menetapkan apakah media itu cost-effective dilihat dari hasil belajar
siswa.
4)
Memilih media pengajran yang sesuai untuk dipergunakan dalam proses
belajar mengajar di kelas.
5)
Menentukan apakah isi pelajaran sudah tepat disajikan dengan media
itu.
6)
Menilai kemampuan guru menggunakan media pengajaran.
7)
Mengetahui apakah media pengajaran itu benar-benar member sumbangan
terhadap hasil belajar.
8)
Mengetahui sikap siswa terhadap media pengajaran.
Ada dua macam bentuk evaluasi media yang dikenal, yaitu evaluasi
formatif dan evaluasi sumatif. Kegiatan evaluasi dalam program pengembangan
media pendidikan akan dititikberatkan pada kegiatan evaluasi formatif. Terdapat
tiga tahapan pada evaluasi formatif, yaitu evaluasi satu lawan satu (one to
one), evaluasi kelompok kecil (small group evaluation), dan evaluasi
lapangan (field research).
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam, Kencana Prenada Media, jakarta, 2006
Arief S.
Sadiman dkk, Media pendidikan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1999
Azhar Arsyad, Media
Pengajaran, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2000
Hamdani, Dasar-Dasar Kependidikan,
Pustaka Setia, Bandung, 2011
Heri Gunawan, Kurikulum dan Pembelajaran Pendididkan Agama Islam, Alfabeta,
Bandung, 2012
Ishak Abdulhak
dan Deni Darmawan, Teknologi Pendidikan, PT. Remaja Rosda Karya, Bandung
M. Basyiruddin Usman dan Asnawir, Media Pembelajaran, Ciputat Pers,
Jakarta, 2002
Moh. Roqib, Ilmu Pendidikan Islam, LkiS
Yogyakarta, Yogyakarta, 2009
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Kalam Kulia, Jakarta, 2002
Sukiman, Pengembangan Sistem Evaluasi,
Insan Madani, Yogyakarta, 2012
Sumiati dan Asra, Metode Pembelajaran, Wacana Prima, tk, tt. 2000
[1] Sukiman, Pengembangan Sistem Evaluasi, Insan
Madani, Yogyakarta, 2012, hlm. 3-4
[2] Hamdani, Dasar-Dasar Kependidikan, Pustaka Setia,
Bandung, 2011, hlm. 111
[3] Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam, Kencana Prenada
Media, jakarta, 2006,hlm. 211
[4] Sumiati dan Asra, Metode Pembelajaran, Wacana Prima, tk,
tt, hlm. 2000
[5] Heri Gunawan, Kurikulum dan Pembelajaran Pendididkan Agama
Islam, Alfabeta, Bandung, 2012, hlm. 184
[6] M. Basyiruddin Usman
dan Asnawir, Media Pembelajaran,
Ciputat Pers, Jakarta, 2002, hlm. 11
[7] Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Kalam Kulia,
Jakarta, 2002, hlm. 250
[8] Moh. Roqib, Ilmu
Pendidikan Islam, LkiS Yogyakarta, Yogyakarta, 2009, hlm. 70
[9]
Sumiati dan Asra, Metode Pembelajaran, hlm. 163-164
[10] Sukiman,
Pengembangan Media Pembelajaran, Pedagogia, Yogyakarta, 2012, hlm 78-79
[11]
Azhar Arsyad, Media Pengajaran, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2000, hlm 173-174
[12]
Ishak Abdulhak dan Deni Darmawan, Teknologi Pendidikan, PT. Remaja Rosda
Karya, Bandung, hlm 202
[13]
Arief S. Sadiman dkk, Media pendidikan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta,
1996, hlm 175
Daftar Pustaka
Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam, Kencana Prenada Media, Jakarta, 2006
Arief S. Sadiman dkk, Media pendidikan, PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta,1996
Azhar Arsyad, Media Pengajaran, PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2000
Hamdani, Dasar-Dasar Kependidikan,
Pustaka Setia, Bandung, 2011
Heri Gunawan, Kurikulum dan Pembelajaran Pendididkan Agama
Islam, Alfabeta, Bandung, 2012
Ishak Abdulhak
dan Deni Darmawan, Teknologi Pendidikan, PT. Remaja Rosda Karya, Bandung
M. Basyiruddin Usman dan Asnawir,
Media Pembelajaran, Ciputat Pers,
Jakarta, 2002
Moh. Roqib, Ilmu Pendidikan Islam, LkiS
Yogyakarta, Yogyakarta, 2009
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Kalam Kulia, Jakarta, 2002
Sukiman, Pengembangan
Media Pembelajaran, Pedagogia, Yogyakarta, 2012
Sukiman, Pengembangan Sistem Evaluasi,
Insan Madani, Yogyakarta, 2012
Sumiati dan Asra, Metode Pembelajaran, Wacana Prima, tk,
tt, hlm. 2000
Tidak ada komentar:
Posting Komentar