Minggu, 19 April 2015

KEPRIBADIAN MENURUT PARADIGMA PSIKODINAMIKA



KEPRIBADIAN MENURUT PARADIGMA PSIKODINAMIKA

MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
 Mata Kuliah: Psikologi Kepribadian
Dosen Pembimbing: Fifi Nofiatur Rahmah, M.Pd.I


Description: Description: A description...


Disusun Oleh
Siti Fitriana                               (1310110041)
Zulfa Rahmawati                     (1310110057)
Tri Rahayuning Roufah          (1310110061)
Nita Solfiana                             (1310110063)
Hidayatul Mustafid                  (1310110074)

 


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
JURUSAN TARBIYAH/PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
TAHUN 2015
BAB 1
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Kepribadian merupakan suatu kata yang tidak asing lagi ditelinga kita. Banyak bermunculan tokoh-tokoh yang muncul dengan berbagai teori-teorinya. Para ahli telah mengklasifikasikan teori-teori kepribadian ke dalam beberapa kelompok dengan menggunakan acuan tertentu. Diantara teori-teori tersebut adalah teori pikoanalisa, teori traits, teori kognitif, dan teori behavioristik.
Menurut teori-teori tersebut dapat diperoleh perbandingan tentang pembentukan suatu kepribadian dengan berbagai macam versi masing-masing. Di dalam makalah ini akan dibahas lebih mendalam tentang teori psikoanalisa yang dipelopori oleh Sigmund Freud.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana pengertian kepribadian?
2.      Bagaimana kepribadian menurut teori psikoanalisa?



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Kepribadian
Dalam pengertian sehari-hari, kepribadian merupakan suatu gambaran singkat tentang riwayat hidup seorang individu. Dalam upaya untuk menggambarkan secara utuh seluruh proses perkembangan hidup seorang individu, keberhasilan dan kegagalannya serta kegembiraan dan kesedihan yang dialaminya serta bagaimana ia mengatasi masa sulit dalam hidupnya. Keadaan ini merupakan tugas bagi seorang biografi, sehingga orang tersebut tampil sebagai dirinya yang mempunyai makna dan utuh. Lalu akan tercermin bagaimana ia akan menghadapi berbagai  situasi, gaya hidup dan motivasinya.
Kepribadian, sebagaimana yang dipelajari di bidang ilmu psikologi, diartikan sebagai: karakteristik atau cara bertingkah laku yang menentukan penyesuaian dirinya terhadap lingkunganya.
Individualitas dan keunikan, merupakan inti pengertian kepribadian, maka cirri-ciri karakteristik yang penting dan mempengaruhi seseorang dalam bergaul dengan orang lain dan dengan dirinya merupakan masalah yang penting. Karakteristik ini perlu dalam penyesuaian diri dan bagaimana ia mempertahankan harga dirinya.
Setiap penggambaran kepribadian harus mempertimbangkan penampilan, kemampuan, motif, reaksi emosi,  dan pengalaman masa lalunya yang turut membentuk dirinya. Untuk mengerti kepribadian seseorang kita harus mengerti pola yang membentuk kepribadian seseorang tersebut, diantaranya:[1]
a.       Potensi Bawaan
Seorang bayi telah di warnai unsur-unsur yang diturunkan oleh kedua orang tuanya. Terhadap masing-masing individu, orang tua akan merespon secara berbeda dan proses ini akan berlangsunng timbal balik dan menjadi awal pertumbuhan individu tersebut. Unsur keturunan atau bawaan cukup penting untuk diperhatikan karena turut memberi dasar pada kepribadian seseorang.    
b.      Pengalaman dalam Budaya/Lingkungan
Tanpa kita sadari, pengaruh nilai-nilai dari masyarakat dalam hidup telah kita terima dan menjadi bagian dari diri kita.  Banyak nilai-nilai baik yang didapatkan dari budaya di Negara kita, misalnya: saling membantu dan tenggang rasa.
c.       Pengalaman yang Unik         
Selain potensi bawaan dan pengalaman dalam budaya dan lingkungan, juga turut membentuk kepribadian seseorang yang membedakannya dari orang lain adalah pengalaman dirinya yang khas. 
B.     Teori Psikoanalisa
Teori ini dikembangkan oleh Sigmund Freud, bertolak dari pengalaman di ruang prakteknya sebagai psikiater pada saat itu. Menurut model ini, kehidupan psikis dapat digambarkan melalui tiga taraf kesadaran, yaitu: keadaan sadar, prasadar, dan keadaan tidak sadar. Freud menggunakan pembagian itu untuk menerangkan keadaan psikis.
a)      keadaan sadar
Dalam tingkat ini, termasuk segala hal yang disadari atau diketahui pada suatu saat tertentu. Menurut Freud, hanya sebagiana kecil saja dari kehidupan psikis (seperti: pemikiran, persepsi, peerasaan, ingatan, dan sebagainya) yang berada pada tingkat yang disadari. Hal yang disadari ini hanya bersifat sementara dan dapat dengan cepat tenggelam ke keadaan prasadar atau keadaan yang tidak disadari, begitu seorang mengalihkan perhatiannya pada rangsangan yang lain. 
b)      keadaan prasadar
Taraf prasadar, yang kadang-kadang disebut sebagai suatu persediaan daya ingat bagi seseorang, merupakan penghayatan yang belum disadari pada suatu saat tetapi yang dapat menimbulkan kesadaran, apakah secara spontan ataupun dengan usaha yang tidak terlalu besar. Menurut Freud, taraf ini menjembatani taraf sadar dan tidak sadar.
c)      keadaan tidak sadar
Taraf ini adalah lapisan utama dan yang terdalam dalam kehidupan kejiwaan. Freud menyatakan bahwa ketidaksadaran itu berasal dari hal yang sifatnya empiris. Freud yakin benar bahwa aspek-aspek tingkah laku manusia dibentuk dan diarahkan oleh implus dan dorongan yang berasal dari lingkungan yang benar-benar tidak disadari. Kekuatan-kekuatan yang tidak disadari ini mendapat hambatan dalam diri seseorang sehingga tidak tampil ke alam yang disadari.[2]
Dalam perkembangan teorinya, Freud kemudian mengemukakan tiga struktur dalam kepribadian, yaitu ID, EGO, SUPER EGO.[3]
1)      ID
Id adalah sistem kepribadian atau yang paling asli dari manusia. Pada saat dilahirkan, seseorang hanya memiliki id saja. Unsur kepribadian ini merupakan tempat bersemayamnya naluri-naluri yang sifatnya buta dan tidak terkendali. Ia hanya menuntut dan mendesak dipuaskannya naluri-naluri tersebut. Ia tidak dapat menoleransi ketegangan serta ketidaknyamanan atau ketegangan itu sesegera mungkin. Asas yang mengatur bekerjanya id adalah asas kesenangan (pleasure principile) yang diarahkan bagi pengurangan ketegangan dan ketidaknyamanan guna mencapai kepuasan atau kebahagiaan naluriah. Karena bekerjanya hanya didorong oleh kesenangan semata, maka id bersifat tidak logis, amoral, dan hanya memiliki satu tujuan semata yaitu memuaskan kebutuhan-kebutuhan naluriah sesuai dengan asas kesenangan tersebut.
2)      EGO
Unsur kepribadian ini timbul setelah terjadi kontak dengan dunia nyata yang realistis. Ia berfungsi untuk mengendalikan serta mengatur segenap tindakan yang dilakukan dengan berlandaskan asas kenyataan. Dengan demikian, ego akan berlaku realistis, berpikir logis, serta merumuskan rencana tindakan bagi pemuasan kebutuhan-kebutuhan. Ego berfungsi untuk mengendalikan kesadaran dan melaksanakan sensor. Ego merupakan tempat bersemayamnya intelegensi serta pola pikir rasional yang mengendalikan serta mengawasi dorongan-dorongan keinginan buta dari id.  
3)      SUPER EGO
Superego merupakan unsur moral atau hukum dari kepribadian manusia. Ia merupakan aspek moral dari seseorang yang menyatakan benar atau salahnya perbuatan yang dilakukan. Ia menampilkan hal yang ideal dan bukan riil. Superego digerakkan oleh asas kesempurnaan dan terdiri dari nilai-nilai tradisional serta norma-norma ideal dalam masyarakat yang diajarkan orang tua kepada anaknya. Fungsi superego adalah untuk menghambat dorongan-dorongan pemuasan yang berasal dari id.
Dinamika kepribadian terdiri dari cara bagaimana energi psikis itu dipergunakan oleh id, ego dan superego. Oleh karena banyaknya energi itu terbatas, maka akan terjadi semacam persaingan diantara ketiga dalam hal menggunakan energi psikis itu.  Menjadi lebih kuatnya salah satu aspek karena mempergunakan banyak energi psikis, dengan sendirinya (otomatis) berarti menjadi lebih lemahnya aspek-aspek yang lain lagi.
Pada mulanya hanya id yang memiliki semua energi psikis itu. Tetapi karena dia sendiri tidak dapat memenuhi kebutuhannya, maka dia memberikan sebagian dari energinya kepada kedua aspek yang lain, yang juga akan mempergunakannya untuk kepentingan organisme itu sendiri, hanya cara dan bentuknya yang berbeda.
Mana diantara ketiga aspek itu yang paling banyak mempergunakan energi psikis itu berpengaruh terhadap bentuk tingkah laku yang dilakukan oleh orang.
(a)    Apabila id menguasai sebagian besar dari energi psikis itu, maka tindakan-tindakannya akan bersifat primitif, impulsif dan agresif. Dia akan mengumbar dorongan-dorongan primitifnya.
(b)   Apabila ego yang menguasai sebagian besar dari energi psikis itu, maka pribadi akan bertindak dalam cara-cara yang realistis dan rasional-logis.
(c)    Apabila yang menguasai sebagian energi psikis itu superego, maka orang akan mengejar hal-hal yang moralistis, mengejar hal-hal yang sempurna, yang kadang-kadang kurang rasional.[4]
Freud memandang organisme manusia sebagai sistem energi yang kompleks. Sistem ini berasal dari makanan yang dimakannya dan dipergunakan untuk berbagai macam kegiatan, seperti: peredaran darah, pernapasan, gerakan otot-otot, pengamatan, berpikir dan mengingat. Berdasarkan doktrin konservasi energi, bahwa energi dapat berubah dari energi fisiologis ke energi psikis atau sebaliknya.
Freud berpendapat bahwa apabila energi itu digunakan dalam kegiatan psikologis, seperti berpikir, maka energi itu merupakan energi psikis. Yang menjadi titik pertemuan atau jembatan antara energi jasmaniah dengan energi kepribadian adalah id dan instink-instinknya. Dengan demikian instink-instink ini meliputi seluruh energi yang digunakan oleh ketiga struktur kepribadian (id, ego, superego) untuk menjalankan fungsinya.[5]
Oleh karena dalam proses pendistribusian energi itu terjadi persaingan antara ketiga komponen kepribadian, maka suasana konflik di antara ketiganya tidak dapat dielakkan lagi. Disamping itu ada kemungkinan, ego mendapat tekanan yang begitu kuat, baik dari id maupun superego. Apabila tekanan itu begitu mengancam sehingga melahirkan kecemasan, maka ego membentuk mekanisme pertahanan (defence mechanism). Masalah konflik, kecemasan dan mekanisme pertahanan tersebut dibahas pada paparan berikut:

a.       Konflik
Freud berasumsi bahwa tingkah laku manusia merupakan hasil dari rentetan konflik internal yng terus menerus. Konflik antara id, ego, superego adalah hal biasa. Mengapa demikian? Karena id menginginkan kepuasan dengan segera, sementara ego menundanya sampai ada kecocokan dengan dunia luar, dan superego seringkali menghalanginya.
Konflik sering terjadi secara tidak disadari. Walaupun tidak disadari, konflik tersebut dapat melahirkan kecemasan. Kecemasan ini dapat dilacak dari kekhawatiran ego akan dorongan id yang tidak dapt dikontrol, sehingga melahirkan suasana yang mencekam atau mengerikan.  Setiap orang berusaha untuk membebaskan diri dari kecemasan ini yang dalam usahanya sering menggunakan mekanisme pertahanan ego.
b.       Kecemasan
Biasanya reaksi individu terhadap ancaman ketidaksenangan dan pengrusakan yang belum dihadapinya ialah menjadi cemas atau takut. Kecemasan digunakan oleh ego sebagai isyarat adanya bahaya yang mengancam. Freud mengklasifikasikan kecemasaan ke dalam tiga tipe, yaitu:
1)      Kecemasaan realistis: respon terhadap ancaman dari dunia luar atau perasaan takut terhadap bahaya-bahaya yang nyata yang berada di lingkungan.
2)      Kecemasan neurotis: respon terhadap letusan yang mengancam dari dorongan id ke dalam kesadaran.
3)      Kecemasan moral: respon superego terhadap dorongan id yang mengancam untuk memperoleh kepuasan secara “immoral”.
c.       Mekanisme Pertahanan Ego
Mekanisme pertahanan ego merupakan proses mental yang bertujuan untuk mengurangi kecemasan dan dilakukan melalui dua karakteristik khusus yaitu (1) tidak disadari dan (2) menolak, memalsukan atau mendistorsi (mengubah) kenyataan. Ego menggunakan mekanisme ini untuk mengendalikan kekuatan sehingga terjadi represi atau menekan ingatan, pikiran atau gagasan yang melahirkan kecemasan. Apabila represi gagal mengontrol ancaman (kecemasan), maka dia bekerja sama dengan mekanisme pertahanan ego lainnya, seperti: projeksi, formasi reaksi, fiksasi dan regresi. Semua jenis mekanisme pertahanan ego ini berkembang, karena ego sangat lemah untuk mengatasi tuntutan lingkungan.
Jenis-jenis mekanisme pertahanan ego itu adalah represi, projeksi, pembentukan reaksi (reaction formation), pemindahan objek (displacement), fiksasi, regresi, rasionalisasi, sublimasi, identifikasi.[6]



BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
1.      Kepribadian, sebagaimana yang dipelajari di bidang ilmu psikologi, diartikan sebagai: karakteristik atau cara bertingkah laku yang menentukan penyesuaian dirinya terhadap lingkunganya.
2.      Teori psikoanalisa adalah sebuah teori yang dikembangkan oleh Sigmund Freud, bertolak dari pengalaman di ruang prakteknya sebagai psikiater. Menurut model ini, kehidupan psikis dapat digambarkan melalui tiga taraf kesadaran, yaitu: keadaan sadar, prasadar, dan keadaan tidak sadar. Dalam perkembangan teorinya, Freud kemudian mengemukakan tiga struktur dalam kepribadian, yaitu ID, EGO, SUPER EGO. Dinamika kepribadian terdiri dari cara bagaimana energi psikis itu dipergunakan oleh id, ego dan superego. Oleh karena banyaknya energi itu terbatas, maka akan terjadi semacam persaingan diantara ketiga dalam hal menggunakan energi psikis itu. Karena dalam proses pendistribusian energi terjadi persaingan antara ketiga komponen kepribadian, maka suasana konflik di antara ketiganya tidak dapat dielakkan lagi.

B.     Saran
Demikian makalah yang dapat kami susun. Kami menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan, oleh sebab itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat kami harapkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.






DAFTAR PUSTAKA


Hendriati Agustiani, Psikologi Perkembangan, PT. Rafika Aditama, Bandung:2006
Ivan Taniputera, Psikologi Kepribadian, AR-RUZZ MEDIA, Jogjakarta:2005
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta:2013
Syamsu Yusuf LN, Teori Kepribadian, PT Remaja Rosda Karya, Bandung:2008





[1] Hendriati Agustiani, Psikologi Perkembangan, PT. Rafika Aditama, Bandung:2006, hal 128-131
[2] Hendriati Agustiani, ibid,  hal 131-133
[3] Ivan Taniputera, Psikologi Kepribadian, AR-RUZZ MEDIA, Jogjakarta:2005, hal 44-46
[4] Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta:2013, hal 104-105
[5] Syamsu Yusuf LN, Teori Kepribadian, PT Remaja Rosda Karya, Bandung:2008, hal 47-48
[6] Syamsu Yusuf, ibid, hal 50-56

Tidak ada komentar:

Posting Komentar