KEPRIBADIAN MENURUT PARADIGMA PSIKODINAMIKA
MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi
Tugas
Mata Kuliah: Psikologi Kepribadian
Dosen
Pembimbing: Fifi Nofiatur
Rahmah, M.Pd.I
Disusun
Oleh
Siti Fitriana (1310110041)
Zulfa Rahmawati (1310110057)
Tri Rahayuning Roufah (1310110061)
Nita Solfiana (1310110063)
Hidayatul Mustafid (1310110074)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
JURUSAN TARBIYAH/PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
BAB
1
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kepribadian merupakan suatu kata yang tidak
asing lagi ditelinga kita. Banyak bermunculan tokoh-tokoh yang muncul
dengan berbagai teori-teorinya. Para ahli telah mengklasifikasikan teori-teori
kepribadian ke dalam beberapa kelompok dengan menggunakan acuan tertentu. Diantara
teori-teori tersebut adalah teori pikoanalisa, teori traits, teori kognitif, dan
teori behavioristik.
Menurut teori-teori tersebut dapat diperoleh perbandingan tentang
pembentukan suatu kepribadian dengan berbagai macam versi masing-masing. Di dalam
makalah ini akan dibahas lebih mendalam tentang teori psikoanalisa yang
dipelopori oleh Sigmund Freud.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana pengertian kepribadian?
2.
Bagaimana kepribadian menurut teori psikoanalisa?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Kepribadian
Dalam
pengertian sehari-hari, kepribadian merupakan suatu gambaran singkat tentang
riwayat hidup seorang individu. Dalam upaya untuk menggambarkan secara utuh
seluruh proses perkembangan hidup seorang individu, keberhasilan dan
kegagalannya serta kegembiraan dan kesedihan yang dialaminya serta bagaimana ia
mengatasi masa sulit dalam hidupnya. Keadaan ini merupakan tugas bagi seorang
biografi, sehingga orang
tersebut tampil sebagai dirinya yang mempunyai makna dan utuh. Lalu akan
tercermin bagaimana ia akan menghadapi berbagai
situasi, gaya hidup dan
motivasinya.
Kepribadian,
sebagaimana yang dipelajari di bidang ilmu psikologi, diartikan sebagai:
karakteristik atau cara bertingkah laku yang menentukan penyesuaian dirinya
terhadap lingkunganya.
Individualitas
dan keunikan, merupakan inti pengertian kepribadian, maka cirri-ciri
karakteristik yang penting dan mempengaruhi seseorang dalam bergaul dengan
orang lain dan dengan dirinya merupakan masalah yang penting. Karakteristik ini perlu dalam penyesuaian diri
dan bagaimana ia mempertahankan harga dirinya.
Setiap
penggambaran kepribadian harus mempertimbangkan penampilan, kemampuan, motif,
reaksi emosi, dan pengalaman masa
lalunya yang turut membentuk dirinya. Untuk mengerti kepribadian seseorang kita
harus mengerti pola yang membentuk kepribadian seseorang tersebut, diantaranya:[1]
a.
Potensi Bawaan
Seorang bayi telah di warnai unsur-unsur
yang diturunkan oleh kedua orang tuanya. Terhadap masing-masing individu, orang
tua akan merespon secara berbeda dan proses ini akan berlangsunng timbal
balik dan menjadi awal pertumbuhan individu tersebut. Unsur keturunan atau
bawaan cukup penting untuk diperhatikan karena turut memberi dasar pada
kepribadian seseorang.
b.
Pengalaman dalam Budaya/Lingkungan
Tanpa kita sadari, pengaruh
nilai-nilai dari masyarakat dalam hidup telah kita terima dan menjadi bagian
dari diri
kita. Banyak nilai-nilai baik yang
didapatkan dari budaya di Negara kita, misalnya: saling membantu dan tenggang
rasa.
c.
Pengalaman yang Unik
Selain potensi bawaan dan pengalaman
dalam budaya dan lingkungan, juga turut membentuk kepribadian seseorang yang
membedakannya dari orang lain adalah pengalaman dirinya yang khas.
B.
Teori Psikoanalisa
Teori ini
dikembangkan oleh Sigmund Freud, bertolak dari pengalaman di ruang prakteknya
sebagai psikiater pada saat itu. Menurut model ini, kehidupan psikis dapat
digambarkan melalui tiga taraf kesadaran, yaitu: keadaan sadar, prasadar, dan
keadaan tidak sadar. Freud menggunakan pembagian itu untuk menerangkan keadaan
psikis.
a)
keadaan sadar
Dalam tingkat
ini, termasuk segala hal yang disadari atau diketahui pada suatu saat tertentu.
Menurut Freud, hanya sebagiana kecil saja dari kehidupan psikis (seperti:
pemikiran, persepsi, peerasaan, ingatan, dan sebagainya) yang berada pada
tingkat yang disadari. Hal yang disadari ini hanya bersifat sementara dan dapat
dengan cepat tenggelam ke keadaan prasadar atau keadaan yang tidak disadari,
begitu seorang mengalihkan perhatiannya pada rangsangan yang lain.
b)
keadaan prasadar
Taraf prasadar,
yang kadang-kadang disebut sebagai suatu persediaan daya ingat bagi seseorang,
merupakan penghayatan yang belum disadari pada suatu saat tetapi yang dapat
menimbulkan kesadaran, apakah secara spontan ataupun dengan usaha yang tidak
terlalu besar. Menurut Freud, taraf ini menjembatani taraf sadar dan tidak sadar.
c)
keadaan tidak sadar
Taraf ini
adalah lapisan utama dan yang terdalam dalam kehidupan kejiwaan. Freud
menyatakan bahwa ketidaksadaran itu berasal dari hal yang sifatnya empiris.
Freud yakin benar bahwa aspek-aspek tingkah laku manusia dibentuk dan diarahkan
oleh implus dan dorongan yang berasal dari lingkungan yang benar-benar tidak
disadari. Kekuatan-kekuatan yang tidak disadari ini mendapat hambatan dalam
diri seseorang sehingga tidak tampil ke alam
yang disadari.[2]
Dalam
perkembangan teorinya, Freud kemudian mengemukakan tiga struktur dalam kepribadian,
yaitu ID, EGO, SUPER EGO.[3]
1)
ID
Id adalah sistem kepribadian atau yang paling asli dari manusia. Pada
saat dilahirkan, seseorang hanya memiliki id saja. Unsur kepribadian ini
merupakan tempat bersemayamnya naluri-naluri yang sifatnya buta dan tidak
terkendali. Ia hanya menuntut dan mendesak dipuaskannya naluri-naluri tersebut.
Ia tidak dapat menoleransi ketegangan serta ketidaknyamanan atau ketegangan itu
sesegera mungkin. Asas yang mengatur bekerjanya id adalah asas kesenangan (pleasure
principile) yang diarahkan bagi pengurangan ketegangan dan ketidaknyamanan
guna mencapai kepuasan atau kebahagiaan
naluriah. Karena bekerjanya hanya didorong oleh kesenangan
semata, maka id bersifat tidak logis, amoral, dan hanya memiliki satu
tujuan semata yaitu memuaskan kebutuhan-kebutuhan naluriah sesuai dengan asas
kesenangan tersebut.
2)
EGO
Unsur kepribadian ini timbul setelah
terjadi kontak dengan dunia nyata yang realistis. Ia berfungsi untuk
mengendalikan serta mengatur segenap tindakan yang dilakukan dengan
berlandaskan asas kenyataan. Dengan demikian, ego akan berlaku
realistis, berpikir logis, serta merumuskan rencana tindakan bagi pemuasan
kebutuhan-kebutuhan. Ego berfungsi untuk mengendalikan kesadaran dan
melaksanakan sensor. Ego merupakan tempat bersemayamnya intelegensi
serta pola pikir rasional yang mengendalikan serta mengawasi dorongan-dorongan
keinginan buta dari id.
3)
SUPER EGO
Superego
merupakan unsur moral atau hukum dari kepribadian manusia. Ia merupakan aspek
moral dari seseorang yang menyatakan benar atau salahnya perbuatan yang dilakukan.
Ia menampilkan hal yang ideal dan bukan riil. Superego digerakkan oleh
asas kesempurnaan dan terdiri dari nilai-nilai tradisional serta norma-norma
ideal dalam masyarakat yang diajarkan orang tua kepada anaknya. Fungsi superego
adalah untuk menghambat dorongan-dorongan pemuasan yang berasal dari id.
Dinamika
kepribadian terdiri dari cara bagaimana energi psikis itu dipergunakan oleh id,
ego dan superego. Oleh karena banyaknya energi itu terbatas, maka akan terjadi
semacam persaingan diantara ketiga dalam hal menggunakan energi psikis
itu. Menjadi lebih kuatnya salah satu
aspek karena
mempergunakan banyak energi psikis, dengan sendirinya (otomatis) berarti
menjadi lebih lemahnya aspek-aspek yang lain lagi.
Pada mulanya hanya id yang
memiliki semua energi psikis itu. Tetapi karena dia sendiri tidak dapat
memenuhi kebutuhannya, maka dia memberikan sebagian dari energinya kepada kedua
aspek yang lain, yang juga akan mempergunakannya untuk kepentingan organisme
itu sendiri, hanya cara dan bentuknya yang berbeda.
Mana diantara ketiga aspek itu
yang paling banyak mempergunakan energi psikis itu berpengaruh terhadap bentuk
tingkah laku yang dilakukan oleh orang.
(a) Apabila id menguasai sebagian besar dari energi psikis
itu, maka tindakan-tindakannya akan bersifat primitif, impulsif dan agresif. Dia
akan mengumbar dorongan-dorongan primitifnya.
(b) Apabila ego yang menguasai sebagian
besar dari energi psikis itu, maka pribadi akan bertindak dalam cara-cara yang
realistis dan rasional-logis.
(c) Apabila yang menguasai sebagian energi
psikis itu superego, maka orang akan mengejar hal-hal yang moralistis, mengejar
hal-hal yang sempurna, yang kadang-kadang kurang rasional.[4]
Freud memandang organisme manusia
sebagai sistem energi yang kompleks. Sistem ini berasal dari makanan yang
dimakannya dan dipergunakan untuk berbagai macam kegiatan, seperti: peredaran
darah, pernapasan, gerakan otot-otot, pengamatan, berpikir dan mengingat.
Berdasarkan doktrin konservasi energi, bahwa energi dapat berubah dari energi
fisiologis ke energi psikis atau sebaliknya.
Freud berpendapat bahwa apabila
energi itu digunakan dalam kegiatan psikologis, seperti berpikir, maka energi
itu merupakan energi psikis. Yang menjadi titik pertemuan atau jembatan antara
energi jasmaniah dengan energi kepribadian adalah id dan instink-instinknya.
Dengan demikian instink-instink ini meliputi seluruh energi yang digunakan oleh
ketiga struktur kepribadian (id, ego, superego) untuk menjalankan fungsinya.[5]
Oleh karena dalam proses
pendistribusian energi itu terjadi persaingan antara ketiga komponen
kepribadian, maka suasana konflik di antara ketiganya tidak dapat dielakkan
lagi. Disamping itu ada kemungkinan, ego mendapat tekanan yang begitu kuat,
baik dari id maupun superego. Apabila tekanan itu
begitu mengancam sehingga melahirkan kecemasan, maka ego membentuk mekanisme
pertahanan (defence mechanism). Masalah konflik, kecemasan dan mekanisme
pertahanan tersebut dibahas pada paparan berikut:
a. Konflik
Freud berasumsi bahwa tingkah laku
manusia merupakan hasil dari rentetan konflik internal yng terus menerus.
Konflik antara id, ego, superego adalah hal biasa. Mengapa demikian? Karena id
menginginkan kepuasan dengan segera, sementara ego menundanya sampai ada
kecocokan dengan dunia luar, dan superego seringkali menghalanginya.
Konflik sering terjadi secara tidak
disadari. Walaupun tidak disadari, konflik tersebut dapat melahirkan kecemasan.
Kecemasan ini dapat dilacak dari kekhawatiran ego akan dorongan id yang tidak
dapt dikontrol, sehingga melahirkan suasana yang mencekam atau mengerikan. Setiap orang berusaha untuk membebaskan diri
dari kecemasan ini yang dalam usahanya sering menggunakan mekanisme pertahanan
ego.
b. Kecemasan
Biasanya reaksi individu terhadap
ancaman ketidaksenangan dan pengrusakan yang belum dihadapinya ialah menjadi cemas
atau takut. Kecemasan digunakan oleh ego sebagai isyarat adanya bahaya
yang mengancam. Freud mengklasifikasikan kecemasaan ke dalam tiga tipe, yaitu:
1) Kecemasaan realistis: respon terhadap
ancaman dari dunia luar atau perasaan takut terhadap bahaya-bahaya yang nyata
yang berada di lingkungan.
2) Kecemasan neurotis: respon terhadap
letusan yang mengancam dari dorongan id ke dalam kesadaran.
3) Kecemasan moral: respon superego
terhadap dorongan id yang mengancam untuk memperoleh kepuasan secara “immoral”.
c. Mekanisme Pertahanan Ego
Mekanisme pertahanan ego merupakan
proses mental yang bertujuan untuk mengurangi kecemasan dan dilakukan melalui
dua karakteristik khusus yaitu (1) tidak disadari dan (2) menolak, memalsukan
atau mendistorsi (mengubah) kenyataan. Ego menggunakan mekanisme ini untuk
mengendalikan kekuatan sehingga terjadi represi atau menekan ingatan, pikiran
atau gagasan yang melahirkan kecemasan. Apabila represi gagal mengontrol
ancaman (kecemasan), maka dia bekerja sama dengan mekanisme pertahanan ego
lainnya, seperti: projeksi, formasi reaksi, fiksasi dan regresi. Semua jenis
mekanisme pertahanan ego ini berkembang, karena ego sangat lemah untuk
mengatasi tuntutan lingkungan.
Jenis-jenis mekanisme
pertahanan ego itu adalah represi, projeksi, pembentukan reaksi (reaction
formation), pemindahan objek (displacement), fiksasi, regresi, rasionalisasi,
sublimasi, identifikasi.[6]
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Kepribadian, sebagaimana yang dipelajari di bidang ilmu psikologi,
diartikan sebagai: karakteristik atau cara bertingkah laku yang menentukan
penyesuaian dirinya terhadap lingkunganya.
2.
Teori psikoanalisa adalah sebuah teori yang dikembangkan
oleh Sigmund Freud, bertolak dari pengalaman di ruang prakteknya sebagai
psikiater. Menurut model ini, kehidupan psikis dapat digambarkan melalui tiga
taraf kesadaran, yaitu: keadaan sadar, prasadar, dan keadaan tidak sadar. Dalam
perkembangan teorinya, Freud kemudian mengemukakan tiga struktur dalam
kepribadian, yaitu ID, EGO, SUPER EGO. Dinamika
kepribadian terdiri dari cara bagaimana energi psikis itu dipergunakan oleh id,
ego dan superego. Oleh karena banyaknya energi itu terbatas, maka akan terjadi
semacam persaingan diantara ketiga dalam hal menggunakan energi psikis itu.
Karena dalam proses pendistribusian energi terjadi persaingan antara ketiga
komponen kepribadian, maka suasana konflik di antara ketiganya tidak dapat
dielakkan lagi.
B. Saran
Demikian makalah yang dapat kami susun. Kami menyadari bahwa masih terdapat
banyak kekurangan, oleh sebab itu kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca sangat kami harapkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.
DAFTAR PUSTAKA
Hendriati Agustiani, Psikologi Perkembangan,
PT. Rafika Aditama, Bandung:2006
Ivan Taniputera, Psikologi Kepribadian,
AR-RUZZ MEDIA, Jogjakarta:2005
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, PT Raja
Grafindo Persada, Jakarta:2013
Syamsu Yusuf LN, Teori Kepribadian, PT Remaja
Rosda Karya, Bandung:2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar