Senin, 22 September 2014

ilmu dan keutamaanya dalam Al-qur'an



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Ilmu merupakan suatu istilah yang berasal dari bahasa arab, yaitu alima yang terdiri dari huruf ayn, lam, dan mim.
Dalam pandangan Al-Qur’an, ilmu itu dapat membentuk sikap atau sifat-sifat manusia. Atau dengan kata lain, sikap atau karakter seseorang merupakan gambaran pengetahuan yang dimilikinya. Maka perbedaan sikap dan pola pikir antara seseorang dengan lainnya dilatarbelakangi oleh perbedaan pengetahuan mereka.Itulah sebabnya pola pikir atau sikap seorang yang ahli dalam bidang sains dan teknologi, misalnya, berbeda dengan orang yang ahli dalam bidang ilmu-ilmu sosial.Bahkan ilmu pengetahuan tidak hanya membentuk pola pikir, sifat dan karakter seseorang tetapi juga dapat membentuk perilaku.
Dengan demikian, belajar pada hakikatnya tidak hanya semata-mata pencarian ilmu. Atau dengan kata lain, penguasaan ilmu bukanlah tujuan utama suatu pembelajaran, penguasaan ilmu hanya sebagai jembatan atau alat yang dapat mengantarkan manusia kepada kesadaran, keyakinan dan perasaan atau sikap positif terhadap fenomena alam dan kehidupan suatu sistem ilahiah.

B.     Rumusan Masalah
a.       Apa Ayat  dan terjemah yang berkaitan dengan ilmu dan keutamaannya dalam Al-Qur’an?
b.      Apa Mufrodat atau kosakata ayat tentang ilmu dan keutamaannya dalam Al-Qur’an?
c.       Bagaimana kandungan ayat tentang ilmu dan keutamaannya dalam Al-Qur’an?



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Ayat dan Terjemah

$pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#þqãZtB#uä #sŒÎ) Ÿ@ŠÏ% öNä3s9 (#qßs¡¡xÿs? Îû ħÎ=»yfyJø9$# (#qßs|¡øù$$sù Ëx|¡øÿtƒ ª!$# öNä3s9 ( #sŒÎ)ur Ÿ@ŠÏ% (#râà±S$# (#râà±S$$sù Æìsùötƒ ª!$# tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä öNä3ZÏB tûïÏ%©!$#ur (#qè?ré& zOù=Ïèø9$# ;M»y_uyŠ 4 ª!$#ur $yJÎ/ tbqè=yJ÷ès? ׎Î7yz ÇÊÊÈ  

Artinya: “Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Mujadalah, 11)[1]

B.  Mufrodat Ayat
     (#qßs¡¡xÿs? :saling meluaskan dan mempersilahkan
     öNä3s9ª!$#öËx|¡øÿtƒ: Allah akan melapangkan rahmat dan riziki bagi mereka
#râà±S$# : saling merendahkan hati untuk memberi kesempatan kepada setiap orang yang datang
t#qãZtB#uäûïÏ%©!$#ª!$#ìsùötƒ: Allah akan mengangkat derajat mereka yang telah memuliakan dan memiliki ilmu.

C.    Kandungan Ayat
Kandungan ayat dari surat al-Mujadalah  ayat 11 yaitu, mendatangkan sikap kebahagiaan dan memberikan kelapangan kepada setiap orang islam.

;M»y_uyŠtOù=Ïèø9$#(#qè?ré&tûïÏ%©!$#uröNä3ZÏB#qãZtB#uäûïÏ%©!$#Æƪ!$#tìsùötƒ
Artinya adalah orang-orang mukmin yang melaksanakan segala perintah-Nya dan perintah rasul-Nya akan diangkat Allah dengan diberikan kedudukan yang khusus, baik dari segi pahala maupun keridlaan-Nya.Mengapa orang yang beriman dan berilmu pengetahuan akan diangkat derajatnya? Orang yang beriman dan memiliki ilmu pengetahuan luas akan dihormati oleh orang lain, diberi kepercayaan untuk mengendalikan atau mengelola apa saja yang terjadi dalam kehidupan ini. Ini artinya tingkatan orang yang beriman dan berilmu lebih tinggi dibanding orang yang tidak berilmu. Akan tetapi, perlu diingat bahwa orang yang beriman, tetapi tidak berilmu, dia akan lemah. Oleh karena itu, keimanan seseorang yang tidak didasari oleh ilmu pengetahuan tidak akan kuat. Begitu juga sebaliknya, orang yang berilmu, tapi tidak beriman, ia akan tersesat. Karena ilmu yang dimiliki bisa jadi tidak untuk kebaikan sesama.[2]
Sikap dan perilaku yang dapat diterapkan sebagai pengamalan dari surah al-Mujadalah ayat 11  adalah:
a)      Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan berusaha untuk mendapatkan pengetahuan tersebut.
b)      Bersikap sopan saat belajar dan selalu menghargai dan menghormati guru.
c)      Senang medatangi guru untuk meminta penjelasan tentang ilmu pengetahuan.
d)     Selalu menyeimbangkan ilmu pengetahuan yang dimilikinya dengan keyakinan terhadap kekuasaan Allah SWT
Etika dalam mencari ilmu:
a.       Mencintai ilmu yang sedang dipelajari.
b.      Menghormati orang yang membrikan ilmu (Guru).
c.       Tidak memotong pembicaraan saat guru sedang menjelaskan.
d.      Mendengarkan penjelasan guru dengan serius.

D.    Pengembangan
Secara harfiah ilmu dapat diartikan mengetahui atau tahu, secara istilah ilmu berarti memahami hakikat sesuatu atau memahami hukum yang berlaku atas sesuatu.[3]
            Ayat lain yang menerangkan tentang ilmu;
ôô`¨Br& uqèd ìMÏZ»s% uä!$tR#uä È@ø©9$# #YÉ`$y $VJͬ!$s%ur âxøts notÅzFy$# (#qã_ötƒur spuH÷qu ¾ÏmÎn/u 3 ö@è% ö@yd ÈqtGó¡o tûïÏ%©!$# tbqçHs>ôètƒ tûïÏ%©!$#ur Ÿw tbqßJn=ôètƒ 3 $yJ¯RÎ) ㍩.xtGtƒ (#qä9'ré& É=»t7ø9F{$# ÇÒÈ  

Artinya:“(apakah kamu Hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.(QS. Az-Zumar: 9)

Pada ayat tersebut terdapat hubungan antara orang yang berilmu dengan melakukan ibadah di malam hari, takut terhadap siksaan Allah diakhirat serta mengharapkan rahmat dari Allah, dan juga ayat diatas merupakan salah satu ciri sikap ulul albab, yaitu orang yang menggunakan pikiran, akal dan nalar untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, dan menggunakan hati untuk mengarahkan ilmu pengetahuan pada tujuan peningkatan akidah, ketekunan beribadah dan ketinggian dengan dia.[4]
* $tBur šc%x. tbqãZÏB÷sßJø9$# (#rãÏÿYuŠÏ9 Zp©ù!$Ÿ2 4 Ÿwöqn=sù txÿtR `ÏB Èe@ä. 7ps%öÏù öNåk÷]ÏiB ×pxÿͬ!$sÛ (#qßg¤)xÿtGuŠÏj9 Îû Ç`ƒÏe$!$# (#râÉYãŠÏ9ur óOßgtBöqs% #sŒÎ) (#þqãèy_u öNÍköŽs9Î) óOßg¯=yès9 šcrâxøts ÇÊËËÈ  
Artinya: “tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.” (QS. At-Taubah: 122)

Al-Maraghi berpendapat ayat tersebut memberi isyarat tentang kewajiban memperdalam ilmu agama (wujub al-tafaqqub fi al-din) serta menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk mempelajarinya didalam suatu negeri yang telah didirikan serta mengajarkannya kepada manusia berdasarkan kadar yang diperkirakan dapat memberikan kemaslahatan bagi mereka sehingga tidak membiarkan mereka tidak mengetahui hukum-hukum agama yang pada umumnya harus diketahui oleh orang-orang beriman.[5]
Selain ayat di atas terdapat juga hadis yang berkaitan dengan hal yang besar yang akan didapatkan oleh penuntut ilmu diantaranya:
Dari Abud Darda` radhiyallahu 'anhu berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

مَنْسَلَكَطَرِيْقًايَطْلُبُفِيْهِعِلْمًا،سَلَكَاللهُبِهِطَرِيْقًامِنْطُرُقِالْجَنَّةِ،وَإِنَّالْمَلاَئِكَةَلَتَضَعُأَجْنِحَتَهَالِطَالِبِالْعِلْمِ،وَإِنَّالْعَالِمَلَيَسْتَغْفِرُلَهُمَنْفِيالسَّمَوَاتِوَمَنْفِيالأَرْضِ،وَالْحِيْتَانُفِيجَوْفِالْمَاءِ،وَإِنَّفَضْلَالْعَالِمِعَلَىالْعَابِدِكَفَضْلِالْقَمَرِلَيْلَةَالْبَدْرِعَلَىسَائِرِالْكَوَاكِبِ،وَإِنَّالْعُلَمَاءَوَرَثَةُالأَنْبِيَاءِ،وَإِنَّالأَنْبِيَاءَلَمْيُوَرِّثُوْادِيْنَارًاوَلاَدِرْهَمًا،إِنَّمَاوَرَّثُواالْعِلْمَ،فَمَنْأَخَذَهُأَخَذَبِحَظٍّوَافِرٍ

Artinya: "Barangsiapa menempuh suatu jalan yang padanya dia mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan dia menempuh jalan dari jalan-jalan (menuju) jannah, dan sesungguhnya para malaikat benar-benar akan meletakkan sayap-sayapnya untuk penuntut ilmu, dan sesungguhnya seorang penuntut ilmu akan dimintakan ampun untuknya oleh makhluk-makhluk Allah yang di langit dan yang di bumi, sampai ikan yang ada di tengah lautan pun memintakan ampun untuknya. Dan sesungguhnya keutamaan seorang yang berilmu atas seorang yang ahli ibadah adalah seperti keutamaan bulan pada malam purnama atas seluruh bintang, dan sesungguhnya ulama adalah pewaris para Nabi, dan para Nabi tidaklah mewariskan dinar ataupun dirham, akan tetapi mereka hanyalah mewariskan ilmu, maka barangsiapa yang mengambilnya maka sungguh dia telah mengambil bagian yang sangat banyak." (HR. Abu Dawud no.3641, At-Tirmidziy no.2683, dan isnadnya hasan, lihat Jaami'ul Ushuul 8/6)

Di dalam hadits ini terdapat keterangan tentang pemuliaan yang besar yang akan didapatkan oleh penuntut ilmu, di mana para malaikat meletakkan sayap-sayapnya untuknya sebagai sikap tawadhu' dan penghormatan kepadanya, demikian juga makhluk-makhluk yang banyak baik yang di langit, di bumi maupun di lautan dan makhluk lainnya yang tidak ada yang mengetahui jumlahnya kecuali Allah SWT, semua makhluk tadi memintakan ampun kepada Allah untuk penuntut ilmu dan mendo'akan kebaikan untuknya.
      Cukuplah bagi seorang penuntut ilmu sebagai kebanggaan bahwasanya dia adalah orang yang sedang berusaha untuk mendapatkan warisannya para Nabi, dan dia
meninggalkan ahli dunia terhadap dunianya yang telah dikumpulkan di atas hidangannya oleh para pecintanya di mana mereka sibuk dengan perhiasannya dan berebutan kepadanya.[6]
Dalam surat  al-Baqarah ayat 159 juga disebutkan larangan untuk menyembunyikan ilmu, yaitu:
¨bÎ) tûïÏ%©!$# tbqßJçFõ3tƒ !$tB $uZø9tRr& z`ÏB ÏM»uZÉit7ø9$# 3yçlù;$#ur .`ÏB Ï÷èt/ $tB çm»¨Y¨t/ Ĩ$¨Z=Ï9 Îû É=»tGÅ3ø9$#   y7Í´¯»s9'ré& ãNåkß]yèù=tƒ ª!$# ãNåkß]yèù=tƒur šcqãZÏ軯=9$# ÇÊÎÒÈ  
Artinya: "Sesungguhnya orang-orang yang Menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Kitab al-Qur’an, mereka itulah yang  dilaknat  Allah dan dilaknat (pula) oleh mereka yang melaknat.”

Ayat tentang penyembunyian apa yang diturunkan Allah SWTtersebut berkenaan dengan para pendeta Yahudi dan Nasrani yang menyembunyikan ciri-ciri Nabi Muhammad SAW dan juga menyembunyikan hukum rajam atas pezina yang muhshan. Jadi yang dimaksud adalah orang yang menyembunyikan kebenaran yang meliputi semua orang yang menutupi hukum syar’i, ilmu yang bermanfaat atau pendapat yang benar yang bermanfaat bagi umat.[7]
Banyak ayat-ayat al-Qur’an yang mendorong manusia untuk mencari dan memiliki ilmu pengetahuan, semisal al-Qur’an menyuruh manusia mengamati serta memelihara alam semesta, bertafakkur dan sebagainya.  Penghargaan al-Qur’an terhadap ilmu diantaranya sebagai berikut:
Ø  Pengangkatan manusia menjadi seorang khalifah, serta dibedakannya seorang manusia dari makhluk yang lain disebabkan karena ilmu yang dimilikinya.

zN¯=tæurtPyŠ#uäuä!$oÿôœF{$#$yg¯=ä.§NèOöNåkyÎztän?tãÏps3Í´¯»n=yJø9$#tA$s)sùÎTqä«Î6/Rr&Ïä!$yJór'Î/ÏäIwàs¯»ydbÎ)öNçFZä.tûüÏ%Ï»|¹ÇÌÊÈ(#qä9$s%y7oY»ysö6ߟwzNù=Ïæ!$uZs9žwÎ)$tB!$oYtFôJ¯=tã(y7¨RÎ)|MRr&ãLìÎ=yèø9$#ÞOŠÅ3ptø:$#ÇÌËÈ
Artinya: Dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!" Mereka menjawab: "Maha suci Engkau, tidak ada yang Kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana[35]." (QS. Al-Baqarah: 31-32)

Ø  Karena hakekat manusia tidak bisa dipisahkan dari kemampuan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, maka ilmu yang disertai iman adalah ukuran derajat seorang manusia. Sehingga manusia yang ideal adalah manusia yang mencapai ketinggian iman, ilmu dan amal.


Æìsùötƒ....ª!$#tûïÏ%©!$#(#qãZtB#uäöNä3ZÏBtûïÏ%©!$#ur(#qè?ré&zOù=Ïèø9$#;M»y_uyŠ4....
Artinya: “.... Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat....” (QS. Al-Mujadilah: 11)

Ø  Al-Quran diturunkan dengan ilmu Allah. Sehingga al-Qur’an hanya dapat direnungkan  oleh orang-orang yang mempunyai ilmu, dan untuk memperoleh petunjuk al-Qur’an bukan saja diperlukan ketaqwaan dan keimanan, melainkan juga ilmu pengetahuan.
Ø  Al-Qur’an memberikan isyarat bahwa yang berhak memimpin umat adalah yang memiliki ilmu pengetahuan, sebagaimana Thalutdipilih sebagai Raja Israil juga karena kelebihan pengetahuannya.
Ø  Allah melarang manusia untuk mengikuti sesuatu yang tidak ada ilmu tentangnya sebagaimana Dia menegur Nabi Nuh ketika ia memohon sesuatu yang tidak ia ketahui.
Ÿwurß#ø)s?$tB}§øŠs9y7s9¾ÏmÎ/íOù=Ïæ4¨bÎ)yìôJ¡¡9$#uŽ|Çt7ø9$#uryŠ#xsàÿø9$#ur@ä.y7Í´¯»s9'ré&tb%x.çm÷YtãZwqä«ó¡tBÇÌÏÈ
Artinya: “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” (QS. Al-Isra’: 36)

Ø  Allah memberikan contoh bagaimana orang awam tertarik dengan kemewahan dunia seperti Qarun, karena hanya orang yang beilmu yang tahu bahwa kemewahan dunia bukanlah sesuatu yang bernilai abadi dan segala-galanya. 

tA$s%uršúïÏ%©!$#(#qè?ré&zNù=Ïèø9$#öNà6n=÷ƒurÜ>#uqrO«!$#׎öyzô`yJÏj9šÆtB#uäŸ@ÏJtãur$[sÎ=»|¹Ÿwur!$yg9¤)n=マwÎ)šcrçŽÉ9»¢Á9$#ÇÑÉÈ

Artinya: “Berkatalah orang-orang yang dianugerahi ilmu: "Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh, dan tidak diperoleh pahala itu, kecuali oleh orang- orang yang sabar". (QS. Al-Qashash: 80).[8]





















BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Sikap dan perilaku yang dapat diterapkan sebagai pengamalan dari surah al-Mujadalah: 11  adalah:
a)      Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan berusaha untuk mendapatkan pengetahuan tersebut.
b)      Bersikap sopan saat belajar dan selalu menghargai dan menghormati guru.
c)      Senang medatangi guru untuk meminta penjelasan tentang ilmu pengetahuan.
d)     Selalu menyeimbangkan ilmu pengetahuan yang dimilikinya dengan keyakinan terhadap kekuasaan Allah SWT.

Etika dalam mencari ilmu:
a.       Mencintai ilmu yang sedang dipelajari.
b.      Menghormati orang yang membrikan ilmu (Guru).
c.       Tidak memotong pembicaraan saat guru sedang menjelaskan.
d.      Mendengarkan penjelasan guru dengan serius.

B.     Saran
Semoga dengan dibuatnya makalah Tafsir Tarbawi dengan tema Ilmu dan keutamaannya dalam Al-Qur’an  dapat membantu proses perkuliahan.






[1]Depag, Al Qur’an dan terjemah hal 543.
[2] Abuddinnata,Tafsir ayat-ayat pendidikan(Tafsir al ayat al tarbawi),PT Rajagravindo Persada,Jakarta,2012, hal 154.
[3] Kadar Muhammad Yusuf, Tafsir Tarbawi, Zanafa Publishing, Pekanbaru Riau, 2001, hal 23.
[4]Ibid., hal 166.
[5]Ibid., hal 159.
[6] Al Wala` Wal Bara`   Keutamaan Menuntut Ilmu dalam Al-Qur`an dan As-Sunnah.htm
[7] Wahbah As Zuhaii, Tafsir Al Munir jilid 1, Darul Fikr, Damaskus, 2005, hal 312.
[8] Ahmad Munir, Tafsir Tarbawi, Teras, Yogyakarta, 2008, hal 103-105.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar