BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Bani umayyah kekhalifahan islam
pertama pada setelah masa khulafa ur- Rasyidin yang memerintah dari
(661-750 M) dijazirah arab dan sekitarnya. Merupakan masa peralihan dari Hasan
bin Ali kepada Mu’awiyyah bin sufyan. Peristiwa tersebut termasuk masa
perubahan sistem pemerintahan masyarakat islam. Banyak sistem pemerintahan pada
masa khulafa ur-Rasyidin yang disempurnakan dan juga dirubah secara total.
Serta melakukan perluasan diberbagai daerah, sehingga membuat peradaban islam berjaya. Sejak masa khalifah
Umar bin Abdul Aziz memberikan toleransi kepada golongan syi’ah, keturunan dari
bani Hasim dan bani Abbas yang ditindas oleh bani Umayyah bergerak mencari
jalan bebas. Dengan mendirikan gerakan rahasia untuk menumbangkan Daulah Umayah
dan membangun Daulah abbasiyah. Dan melakukan propaganda diberbagai kota maupun
daerah terutama dari golongan yang merasa tertindas, bahkan juga
golongan-golongan yang awanya mendukung bani Umayyah.
Menjelang tumbangnya Daulah Umayah telah terjadi bnayak kekacauan
dalam berbagai bidang kehidupan bernegara, terjadi kekeliruan-kekeliruan dan
kesalahan-kesalahan yang diuat oleh para khalifah dan para pembesar negara
lainnya sehingga terjadilah pelanggaran-pelanggaran.
Pada masa Daulah Abbsiyah disebut sebagai masa keemasan islam, atau
sering disebut dengan istilah “The Golden Age”. Pada itu masyarakat
islam telah mencapai puncak kemulian, baik dalam bidang ekonomi, politik,
peradaban dan kekuasaan pada masa kekuasaan bani Abbas yang pertama. Selain itu
juga telah berkembang berbagai ilmu pengetahuan, ditambah lagi dengan banyaknya
tokoh-tokoh penerjemahan buku dari bahasa asing ke bahasa Arab. Sehingga
mwlahirkan cendekiawan-cendekiawan yang terkenal dalam bidang filsafat. Bani
Abbas mewarisi imperium besar bani Umayyah. Hal ini menjadikan mereka lebih
banyak, karena landasannya telah dipersiapkan oleh Daulah Bani Umayyah yang
besar.
2.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana sejarah berdirinya dinasti Umayyah dan dinasti Abbasiyyah?
2.
Bagaiman sistem pemerintahan dan politik masa bani Umayyah dan Abbasiyah?
3.
Bagaimana kemajuan dan kemunduran dinasti Umayyah dan dinasti Abbasiyah
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Sejarah berdirinya dinasti Umayyah
Dinasti Umayyah didirikan oleh Muawiyah bin Abu Sufyan pada tahun
41H/661 M di Damaskus dan berlangsung hingga pada tahun 132 H/750 M. Nama Dinasti
Umayyah dinisbatkan kepada Umayyah bin Abd Syams bin Abdu Manaf. Ia adalah
salah seorang tokoh penting di tengah Quraisy pada masa jahiliyah. Ia dan
pamannya Hasyim bin Abdu Manaf selalu bertarung dalam memperebutkan kekuasaan
dan kedudukan.[1]
Muawiyah bin Abu Shofyan adalah seorang politisi handal di mana pengalaman
politiknya sebagai Gubernur Syam pada zaman Khalifah Ustman bin Affan cukup
mengantarkan dirinya mampu mengambil alih kekusaan dari genggaman keluarga Ali
Bin Abi Thalib. Tepatnya setelah Hasan bin Ali
menyerahkan kursi kekhalifahan secara resmi kepada Muawiyah bin Abu Sofyan
dalam peristiwa Ammul Jama’ah.
Oleh
karena itu Muawiyah bin Abu Sofyan dinyatakan sebagai pendiri Dinasti Bani
Umayyah. Dilihat dari sejarahnya Bani Umayyah memang begitu kental dengan
kekuasaannya, terutama pada masa zaman jahiliyah.Dalam setiap persaingan,
ternyata Bani Umayyah selalu lebih unggul dibandingkan keluarga Bani Hasyim.
Hal ini disebabkan Bani Umayyah memiliki unsur-unsur sebagai berikut:
1.
Umayyah
berasal dari keturunan keluarga bangsawan
2.
Umayyah
memiliki harta yang cukup
3.
Umayyah
memiliki 10 anak yang terhormat dan menjadi pemimpin di masyarakat, di
antaranya Harb, Sufyan, dan Abu Sufyan.
Keluarga
Bani Umayyah masuk Islam ketika terjadi Fathul Makkah pada tahun ke-8 H.
Abu Sofyan diberi kehormatan untuk mengumumkan pengamanan Nabi SAW, yang salah
satunya adalah barang siapa masuk ke dalam rumahnya maka amanlah dia, masuk
kedalam Masjidil Haram dan rumahnya Nabi SAW maka dia juga akan merasa aman.
Dengan ini banyak kaum dari kalangan Bani Umayyah yang berlomba-lomba untuk
masuk Islam dan menyebarkan Islam keberbagai wilayah.[2]
Muawiyyah tumbuh sebagai pemimpin karier. Pengalaman
politik telah memperkaya dengan kebijaksanaan-kebijaksanaan dalam memerintah,
mulai dari seorang pemimpin pasukan di bawah komando Panglima Abu Ubaidah bin
Jarrahyang berhasil merebut wilayah Palestina, Suriah, dan Mesir dari tangan
Imperium Romawi yang telah menguasai ketiga daerah itusejak tahun 63 SM.
Muawiyah bin Abi Sufyan adalah bapak pendiri dinasti
Umayyah. Namanya disejajarkan dalam deretan Khulafaur Rasyidin. Bahkah
kesalahannyayang mengkhianati prinsip pemilihan kepala negara oleh rakyat,
dapat dilupakan orang karena jasa-jasa dan kebijaksanaan politiknya yang
mengagumkan. Muawiyah mendapat kursi kekhalifahan setelah Hasan bin Ali bin Abi
Thalib berdamai dengannya pada tahun 41 H. Umat islam sebagiannya membaiat
Hasan setelah ayahnya wafat. Namun Hasan menyadari kelemahannya sehingga ia
berdamai dan menyerahkan kepemimpinan umat islam kepada Muawiyah sehingga tahun
itu dinamakan ‘amul jama’ah’, tahun persatuan. Muawiyah menerima
kekhalifahan di Kufah dengan syarat-syarat yang diajuka oleh Hasan, yakni:
a. Agar Muawiyah tidak menaruh dendam pada seorang pun
penduduk Irak;
b. Menjamin keamanan dan memaafkan kesalahan-kesalahan
mereka;
c. Agar pajak tanah negeri Ahwaz diperuntukan kepadanya dan
diberikan tiap tahun;
d. Agar Muawiyah membayar kepada saudaranya, Husain 2 juta
dirham
e. Pemberian kepada Bani Hasyim haruslah lebih banyak dari
pemberian kepada Bani Abdis Syam.[3]
Dinasti
Umayyah berkuasa selama 91 tahun (41-132 hijriyah atau 661-750 M). Dengan
14 orang khalifah yang dimulai Umayyah
ibn Abu Sufyan dan diakhiri Marwan ibn Muhammad.
1.
Sistem pemerintahan pada masa bani Umayyah
Memasuki masa kekuasaan muawiyah yang menjadi awal kekuasaan bani
Umayyah, pemerintahan yang bersifat demokratis berubah menjadi monarchi
heridetas (kerajaan turun menurun).Kekhalifahan muawiyah diperoleh melalui
kekerasan, diplomasi dan tipu daya tidak dengan pemilihan atau suara terbanyak.
Muawiyah memperoleh kekuasaan, kecuali di Syiria dan Mesir, dia
memerintah semata-mata dengan pedang.Dalam dirinya digabungkan sifat-sifat
seorang penguasa, politikus dan administrator.Kekusaan bani Umayyah berumur
kurang lebih 90 tahun. Ibu kota negara dipindahkan Muawiyah dari Madinah ke
Damaskus tempat ia berkuasa sebagai gubernur sebelumnya.[4]
Khalifah-khalifah besar dinasti bani Umayyah ialah Muawiyah ibn Abi Sufyan
(661-680 M), Abdul Malik ibn Marwan (685-705 M), Walid ibn Abdul Malik (705-715
M), Umar ibn Abdul Azis (715-720 M), dan Hasyam ibn Abdul Malik(724-743 M).
Mereka berhasil mengusai
hampir seluruh wilayah andalusia (Semenanjung Liberia, sekarang menjadi
Portugis dan Spanyol) dan menaklukkan berbagai kota dan daerah di bagian
selatan prancis. Mereka berhasil pula merombak dua masalah besar yang
menunjukkan kemandirian suatu negara yang pertama ialah mengubah sistem
administrasi pemerintahan menjadi bercorak arab dan tidak lagi membutuhkan
pegawai-pegawai asing yang pada mulanya dibutuhkan, yang kedua ialah
mencetak uang sendiri.
Dengan
berkuasanya Muawiyah kekhalifahan berubah menjadi kerajaan, kemudian digantikan
anaknya Yazid. Pada kekuasaan ini tidak berlangsung begitu lama dikarenakan
Yazid bukan orang yang mempunyai
kemampuan. Dalam memerintah rakyatnya dengan politik penindasan Machiavelistik
yang tidak pernah dikenal oleh kaum muslimin sebelumnya.Kemudian kekuasaan
diambil alih oleh Abdul Malik ibn Marwan.Ia orang yang keras dan kuat serta
sanggup mematahkan setiap perlawanan yang muncul. Dalam memerintah negaranya
berdasarkan kekusaan yang mutlak.[5]
Perubahan
yang paling menonjol dari sistem politik yang dibentuk pada masa Umayyah
diantaranya:
1)
Politik dalam Negeri
a.
Pemindahan pemerintahan dari madinah ke Damaskus. Kuputusan ini
berdasarkan pada pertimbangan politis dan keamanan.
b.
Pembetukan lembaga yang baru atau pegembangkan kembali dari
khalifah ar-Rasyidin, dalam perkembangan administrasi dan wilayah kenegaraan
yang semakin komplek.
Khalifah bani Umayyah dalam menjalankan pemerintahannya, dibantu
oleh beberapa Al-Kuttab (sekretaris) meliputi :
a.
Katib ar-Rasaail, yaitu sekretaris yang bertugas menyelengagarakan
administrasi dan surat- menyurat dengan pembesar-pembesar setempat.
b.
Katib al Kharraj, yaitu sekretaris yang bertugas menjalankan
penerimaan dan penegelauran negara.
c.
Katib al Jund, yaitu sekretaris yang bertugas menyelenggarakan
hal-hal yang berkaitan dengan ketentaraan
d.
Katib asy Syurthahk, yaitu
sekretaris yang bertugas menjalankan keamanandan ketertiban umum.
e.
Katib al-Qaadhi, yaitu sekretaris yang bertugas menyelenggarakan
tertib hukum melalui badan-badan peradilan dan hakim setempat.
2)
Politik Luar Negeri
Poltik luar
negeri bani Umayyah adalah politik
ekspansi yaitu melakukan perluasan diberbagai daerah kekuasaan ke
negara-negara yang belum tunduk pada bani Umayyah. Wilayah islam pada zaman
Khalifah ar-Rasyidin sudah luas, akan tetapi perluasan tersebut belum mencapai
batas yang tepat, dikarenakan masih selalu terjadi pertikaiandan pertempuran di
daerah perbatasan. Ketika terjadi perpecahan-perpecahan dan
pemberontakan-pemberontakan dalam negeri kaum muslimin, musuh yang diluar
wilayah islam telah berhasil merampas beberapa wilayah kekuatan islam.
2.
Kemajuan dan Kemunduran Dinasti Umayyah.
1)
Kemajuan Dinasti Umayyah
Masa
pemerintahan dinasti Umayyah berlangsung selama 91 tahun dengan 14 orang
khalifah.Berbagai kemajuan telah di peroleh pada masa dinasti Umayyah.Dalam
bidang administrasi misalya, telah terbentunk berbagai administrasi pemerintahan
yang mendukung tampuk pemimpin bani Umayyah. Banyak terjadi kebijaksanaan yang
dilakukan pada masa ini, di antaranya :
a)
Pemisahan kekuasaan, terjadi dikotomi antara kekuasaan agama dan
politik.
b)
Pembagian wilayah, pembagian wilayah terjadalam depuluh provinsi.
c)
Bidang administrasi pemerintahan, organisasi tata usaha negara
terpecah kedalam bentuk dewan, Departemen Pajak
(Dewan Al Khraj), Departemen Pos (Dewan Rosa’il),
Departemen yang menangani berbagai kepentingan umum (Dewan Musghilat),
Departemen dokumen negara (Dewan Al Khatim).
d)
Organisasi keuangan, masih terpusat pada baitulmaal yng
asetnya diperoleh dari aset pajak tanah
perorangan bagi non muslim, percetakan uang dilakukan pada masa khalifah Abdul
Malik ibn Marwan.
e)
Orgaisasi ketentaraan.
f)
Organisasi kehakiman.
g)
Bidang Sosial dan Budaya.
h)
Bidang seni dan sastra, pada masa khalifah Walid ibn Abdul malik
terjadi keseragaman bahasa yaitu dengan menggunakan bahasa arab, terutama dalam bidang
administrasi.
i)
Bidang Seni rupa, perkembangan ada seni ukir dan pahat, terlihat
pada kaligrafi (khat arab) sebagai motifnya.
j)
Bidang arsitektur, seperti kubah al sakhra di aitul maqdis
yaitu kubah batu yang didirikan pada masa halifah Abdul Malik ibn Marwan pada
tahun 91 M.
Pemerintah
dinasti Umayyah juga menaruh perhatian dalam bidang pendidikan.Memberikan
dorongan yang kuat terhadap dunia pendidikan dengn menyediakan sarana
prasarana.Hal ini dilakukan agar para ilmuan, seniman, dan para ulama’ mau
melakukan pengembangan bidang ilmu yang dikuasainya serta mampu melakukan
kaderisasi ilmu. Di antara ilmu pengetahuan yang berkembng pada masa ini
adalah:
1. Ilmu Agama
2. Ilmu sejarah
dan geografi
3. Ilmu
pengetahuan bidang bahasa
4. Bidang
filsafat
Demikian berbagai perkembangan ilmu
pengetahuan yang terjadi pada pemerintahan dinasti bani Umayyah. Kekuasaan
dinasti bani Umayyah mengalami kehancuran pada masa kepemimpinan khalifah Walid
ibn Yazid karena terjadinya peperangan yang dilakukan oleh bani Abbas yang
terjadi pada tahun 132 hijriyah atau 750
masehi.[6]
2)
Kemunduran Dinasti Umayyah
Ada
beberapa faktor yang menyebabkan dinasti Umayyah lemah dan membawanya kepada
kehancuran. Faktor-faktor itu antara lain:
a.
Sistem pergantian khalifah melalui garis keturunan.
b.
Penindasan yang terus menerus terhadap pengikut Ali ra. Pada
khususnya dan kepada Bani Hasyim pada umumnya.
c.
Pertentangan etnis antara Bani Qays dan Bani kalb yang sudah ada
sejak zaman sebelum Islam, makin meruncing, sehingga sulit untuk menggalang
persatuan dan kesatuan, serta memandang rendah kaum muslim yang bukan arab (Mawali), sehingga
mereka tidak diberi kesempatan dalam
pemerintahan.
d.
Lemahnya pemerintahan daulat Bani Umayyah yang disebabkan oleh
sikap hidup mewah di antara para khalifahnya.
e.
Adanya kekuatan baru yang dipelopori oleh turunan al-Abbas, yang mendapat
dukungan dari bani hasyim dan golongan Syi’ah, serta kaum Mawali yang
merasa dikelasduakan oleh pemerintahan Bani Umayyah.[7]
Dari
kelima faktor tersebut, yang secara langsung menyebabkan runtuhnya kekuasaan
Bani Umayyah adalah adanya revolusi besar oleh Abu Muslim. Gerakan ini didukung
oleh Ali dan Utsman dari golongan Syi’ah yang ingin menuntut balas tas
tewasnya al-Karamani oleh Ibnu Sayyar
dalam pertempuran merebut ibu kota merv tahun 129 H / 747 M. Gabungan pasukan
Abu Muslim dan golongan Syi’ah ini dapat merebut kembali kota Merv, dan Ibnu
sayyar beserta pasukannya di kotaSawwat
tahun 131 H / 749 M .
Kota
Merf dan seluruh kota Khurasan dikuasai oleh Abu Muslim al-khurasani, sedangkan
penduduk setempat mengangkat sumpah setia, baiat terhadap Abdullah Ibn Muhammad
yang dikenal dengan Abu Abbas as-saffah, pengganti Ibrahim al-Imam,yang wafat
dalam penjara Bani Umayyah. Semula, Ali dan Ustman, dua orang putra
al-khurasani membaiat juga, namun karena terbukti kedua tokoh itu melakukan
komplotan rahasia, maka dijatuhi hukuman mati akhir tahun 131 H / 749 M.
Berita
pembaiatan itu mengejutkan khalifah Marwan II.Ketika itu Marwan II.Ketika itu
Marwan II baru saja selesai mengamankan pemberontakan di wilayah Armenia dan
Georgia dan beliau sedang berada di benteng Harran.Beliau kemudian mengutus
120.000 prajurit menuju ke Selatan lembah Irak. Bala tentara tersebut mendapat
perlawanan dari tentara Bani Abbasiyah atas inisiatif Abu Oun, kemudian dibantu
oleh pasukan besar yang dipimpin oleh Abdullah Ibn Ali Ibn Abdillah Ibn Abbas,
paman as-saffah. Pertempuran tersebut terjadi sangat sengit berhadap-hadapan,
hanya dihadang sungai Efrat.Khalifah Marwan membuat jembatan, guna dapat
melkukan penyerangan, pasukannya dapat dihancurkan.Walaupun jumlah bala tentara
Marwan lebih besar, tetapi tidak menundukkan semangat dari pasukan Abdullah
Ali.Akhirnya tentara khalifah Marwan terus mengalami kekalahan sehingga beliau
mundur menuju Mosul, lalu menuju benteng Harran, namun pasukan Abbasiyah selalu
mengejarnya.
Abdullah
Ibn Ali memerintahkan saudaranya, Shaleh Ibn Ali untuk melakukan pengejaran
terhadap Marwan II di Mesir.Pasukan Abbasiyah tidak mendapat perlawanan yang
berarti dan penduduk setempat menyatakan kesetiaannya, baiat terhadao
as-saffah, khalifah pertama Bani Abbas. Akhirnya Marwan II bersama pengiringnya
ditemukan disebuah biara di kota pelabuhan Abusir. Marwan ditangkap dan
dibunuh, kepalanya dikirim kepada as-saffah.Dengan demikian, maka berakhirlah
dinasti Bani Umayyah di Damaskus dan kekuasaan sepenuhnya ditangan as-saffah.
B.
Sejarah berdirinya dinasti Abbasiyah
Berdinya dinasti Abbasiyah diawali dengan dua strategi, yaitu: satu
dengan sistem mencari pendukung dan penyebaran ide secara rahasia, hal ini
sudah berlangsung sejak akhir abad pertama hijriyah yang bermarkas di Syam dan
tempatnya di Al Hamimah, sistem ini berakhir dengan bergabungnya Abu Muslim
al-Khurasani pada jum’iyah yang sepakat atas terbentuknya dinasti
Abbasiyah. Sedangkan strategi yang kedua dilanjutkan dengan terang-terangan dan
himbauan-himbauan di forum –forum resmi untuk mendirikan dinasti Abbasiyah
berlanjut dengan peperangan melawan dinasti umayyah. Dari dua strategi yang
diterapkan oleh Muhammad bin Al-‘Abasy dan kawan-kawannya sejak akhir abad
pertama sampai 132 H akhirnya membuahkan hasil dengan berdirinya dinasti
Abbasiyah.
Berbagai teknis diterapkan oleh pengikut Muhammad Al-‘Abbasy,
seperti sambil berdagang dan melaksanakan haji di balik itu terprogram bahwa
mereka menyebarkan ide dan mencari pendukung terbentuknya dinasti. Pendirian
dinasti tidak semudah membalik telapak tangan dan tidak semudah meminum air,
tetapi memerlukan tenaga dan usaha-usaha
yang sampai mengorbnkan nyawa dalam jumlah tidak sedikit. Dan ini bisa terlihat
pada peperangan yang terjadi antara dinasti Umayyah dan pendukung berdirinya
dinasti Abbasiyah .
Faktor-faktor pendorong berdirinya dinasti Abbasiyah dan penyebab
suksesnya adalah:
1.
Banyak terjadi perselisihan antara intern bani Umayyah pada dekade
terakhir pemerintahannya, hal ini di antara penyebabnya yaitu memperebutkan kursi kekhalifahan dan
harta.
2.
Pendeknya masa jabatan khalifah di akhir-akhir bani Umayyah,
seperti khalifah Yazid bin al-Walid kurang lebih memerintah sekitar 6 bulan.
3.
Dijadikannya putra mahkota lebih dari jumlah satu orang seperti
yang dikerjakan oleh Marwan bin Muhammad yang menjadikan anaknya Abdullah dan
Ubaidilah sebagai putra mahkota.
4.
Bergabungnya sebagian afrad keluarga Umayyah kepada
mazhab-mazhab agama yang tidak benar menurut syariah, seperti al-Qadariyah.
5.
Hilangnya kecintaan rakyat pada akhir-akhir pemerintahan bani
Umayyah.
6.
Kesombongan pembesar pembesar bani Umayyah pada akhir
pemerintahannya.
7.
Timbulnya dukungan dari Al-Mawali (non-arab).
Dari berbagai penyebab-penyebab di atas dan dengan ketidaksenangan
Mawali pada dinasti Umayyah mengakibatkan runtuhnya dinasti dan berdiri dinasti
bani Abbasiyah, hal ini dapat dilihat dengan bantuan para Mawali dari Khurasan
dan Persi.
Dinasti Abbasiyah kekuasaanya berlangsung dalam rentang waktu yang
panjang, dari tahun 132 H (750 M) s.d. 656 H (1258 M).[8]
1)
Sistem Pemerintahan pada masa bani Abbasiyah
Pemerintahan bani Abbasiyah merupakan kelanjutan dari khilafah
Umayyah, dimana pendiri dari khilafah ini adalah keturunan al-Abbas, paman Nabi
Muhammad SAW, yaitu Abdullah al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn
al-Abbas.Dimana pola pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda sesuai dengan
perubahan politik, sosial, dan budaya.Sistem pemerintahan kekhalifahannya di
ambil dari nilai-nilai Persia.Para khalifah Abbasiyah memperoleh kekuasaan
untuk mengatur Negara langsung dari Allah bukan dari rakyat, yang berbeda dari
sistem kekhalifahan yang dipilih oleh rakyat.
Kekuasaan mereka yang tertinggi diletakkan pada ulama sehingga
pemerintahannya merupakan sistem teokrasi.Khalifah bukan saja berkuasa di
bidang pemerintahan duniawi juga berhak memimpin agama yang berdasarkan
pemerintahannya pada agama.Khalifah Abbasiyah juga memakai gelar imam untuk
menunjukkan aspek keagamaannya.Namun dalam hal pengangkatan mahkota, Abbasiyah
meniru sistem yang dilaksanakan Umayyah, yakni menetapkan 2 0rang putra mahkota
sebagai pengganti pendahulunya yang berakibat fatal karena dapat menimbulkan
pertikaian antara putra mahkota.Tetapi tradisi mengangkat dua putra mahkota
tidak berjalan selama masa Abbasiyah.
Berdasarkan perubahan pola pemerintahan dan politik, para sejarawan
biasanya membagi masa pemerintahan bani Abbas menjadi lima periode:
a)
Periode Pertama (132-232 H / 750-847 M), disebut periode pengaruh
arab dan Persia pertama.
b)
Periode Kedua (232-334 H / 847-945M), disebut periode pengaruh
turki pertama.
c)
Periode Ketiga (334-447 H / 945-1055 M), masa kekuasaan dinasti
Bani Huwaih dalam pemerintahan khalifah Abbasiyah. Periode ini disebut masa
pengaruh Persia kedua.
d)
Periode Keempat (447-590 H / 1055-1194 M), masa kekuasaan daulat
bani Seljuk dalam pemerintahan khalifah Abbasiyah. Biasanya disebut juga dengan
masa pengaruh turki kedua (di bawah kendali) kesultanan Bani Seljuk.
e)
Periode Kelima (590-656 H / 1194-1258 M), masa khalifah bebas dari
pengaruh dinasti lain, tetapi kekuasaanya hanya efektif di sekitar kota Baghdad.[9]
1.
Sistem Politik
Adapun
sistem politik yang dijalankan oleh dinasti Abbasiyah antara lain:
a.
Para khalifah tetap dari turunan Arab murni, sementara para
menteri, gubernur, panglima dan pegawai lainnya banyak diangkat dari golongan
Mawali turunan Persia.
b.
Kota Baghdad sebagai ibu kota Negara, yang menjadi pusat kegiatan
politik, ekonomi, sosial dan kebudayaan dijadikan kota pintu terbuka, sehingga
segala bangsa yang menganut berbagai keyakinan diizinkan bermukim di dalamnya.
c.
Ilmu pengetahuan dipandang sebagai sesuatu yang sangat penting dan
mulia. Para khalifah dan pembesar lainnya membuka kemungkinan seluas-luasnya
untuk kemajuan dan pekembangan ilmu pengetahuan.
d.
Kebebasan berpikir sebagai hak asasi manusia sepenuhnya.
e.
Para menteri turunan Persia diberi hak yang penuh dalam menjalankan
pemerintahan, sehingga mereka memegang peranan penting dalam membina Tamandun
Islam.[10]
2)
Kemajuan dan Kemunduran dinasti Abbasiyah
1.
Kemajuan Dinasti Abbasiyah
Pada periode pertama pemerintahan Bani Abbas mencapai masa keemasannya.Secara
politis, para khalifah betul-betul tokoh yang kuat dan merupakan pusat
kekuasaan politik dan agama sekaligus.Pada periode ini juga berhasil menyiapkan
landasan bagi perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan dalam Islam.Namun,
setelah periode ini berakhir, pemerintahan Bani Abbas mulai menurun dalam
bidang politik, meskipun filsafat dan ilmu pengetahuan terus berkembang.
Masa pemerintahan Abu Al-Abbas, pendiri dinasti ini sangat singkat,
yaitu dari tahun 750 M sampai 754 M. Karena itu, pembina sebenarnya dari daulat
Abbasiyah adalah Abu Ja’far Al-Manshur (754-775 M). Di bidang pemerintahan, dia
menciptakan tradisi baru dengan mengangkat Wazir sebagai koordinator
departemen, Wazir pertama yang diangkat adalah Khalid bin Barmak, berasal dari
Balkh,Persia.
Kalau dasar-dasar pemerintahan daulat Abbasiyah diletakkan dan
dibangun oleh Abu Al-Abbas dan Abu Ja’far al-Manshur, maka puncak keemasan dari
dinasti ini berada pada tujuh khalifah sesudahnya, yaitu al-Mahdi (775-758 M),
al-Hadi (775-786 M), Harun al-Rasyid (786-809 M), al-Ma’mun (813-833 M),
al-Mu’tashim (833-842 M), al-Wasiq (842-847 M), dan al-Mutawakkil (847-861 M).
Pada masa al-Mahdi perekonomian mulai meningkat dengan peningkatan di sektor
pertanian melalui irigasi dan peningkatan hasil pertambangan seperti perak,
emas, tembaga dan besi.
Popularitas daulat Abbasiyah mencapai puncaknya di zaman khalifah
Harun al-Rasyid (786-809 M) dan puteranya al-Ma’mun (813-833 M).Kekayaan yang
banyak dimanfaatkan Harun al-Rasyid untuk keperluan sosial, rumah sakit,
lembaga pendidikan, doketr, dan farmasi didirikan.Disamping itu terdapat
pemandian-pemandian umum juga dibangun.Kesejahteraan, sosial, kesehatan,
pendidikan, ilmu pengetahuan dan kebudayaan serta kesusasteraan berada pada
zaman keemasannya.Pada masa inilah negara Islam menempatkan dirinya sebagai
Negara terkuat dan tidak tertandingi.
Pada periode pertama pemerintahan Bani Abbas mencapai masa
keemasannya.Secara politis, para khalifah betul-betul kokoh dan merupakan pusat
kekuasaan, politik dan agama. Disisi lain kemakmuran masyarakat mencapai
tingkat tertinggi. Periode ini juga berhasil menyiapkan landasan bagi
perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan dalam Islam.[11]
Bani Abbasiyah mencapai puncak keemasannya
karena terdapat beberapa faktor diantaranya :
1. Islam makin meluas, tidak di Damaskus tetapi
di Baghdad.
2. Orang-orang di luar Islam dipakai untuk
menduduki institusi pemerintahan
3. Pemerintahan Abbasiyah membentuk tim
penerjemah bahasa yunani ke bahasa arab
4. Rakyat bebas berfikir serta memperoleh hak
asasinya dalam segala bidang
5. Adanya pengembangan ilmu pengetahuan
6. Dalam penyelenggaraan negara pada masa bani
Abbasiyah ada jabatan Wazir.
2.
Kemunduran Dinasti Abbasiyah
Masa kemunduran dimulai sejak abad ke-2.Faktor-faktor kemunduran
itu tidak datang secara tiba-tiba.Benih benihnya sudah terlihat pada periode
pertama, hanya karena khalifah pada periode pertama sangan kuat benih-benih itu
tidak sempat berkembang. Disamping kelemahan khalifah banyak faktor lain yang
menyebabkan khalifah Abbasiyah menjadi mundur, masing-masing faktor tersebut
saling berkaitan satu sama lain. Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut :
1)
Persaingan antar bangsa
Khilafah abbasiyah didirikan oleh bani Abbas yang bersekutu dengan
orang-orang Persia.Persekutuan dilatar belakangi oleh persamaan nasib kedua
golongan itu pada masa bani Umayyah berkuasa.Keduanya sama-sama tertindas.
Budak-budak bangsa turki dan persia dijadikan pegawai dan tentara. Mereka
diberi nasab dinasti dan mendapat gaji.Oleh bani Abbas mereka dianggap sebagai
hamba.Sistem perbudakan ini telah mempertinggi pengaruh bangsa Persia dan
Turki.Kekuasaan berada ditangan orang-orang Turki.Posisi ini kemudian direbut
oleh bani Buwaih bangsa Persia, pada periode ketiga dan selanjutnya beralih
pada dinasti Saljuk pada periode keempat.
2)
Kemerosotan Ekonomi
Khilafah Abbasiyah juga mengalami kemunduran dibidang ekonomi
bersama kemunduran pimpinan politik.Pada periode pertama, pemerintahan bani
Abbas merupakan pemerintahan yang kaya. Dana yang masuk lebih besar dari dana
yang keluar sehingga bait al-Mal penuh dengan harta. Pertambahan dana yang
besar diperoleh antara lain dari al-Kharaj, semacam pajak hasil bumi. Setelah
khilafah memasuki periode kemunduran, pendapat negara menurun sementara
pengeluaran meningkat lebih besar. Menurunnya pendapat negara itu disebabkan
makin menyempitnya wilayah kekuasaan, banyak terjadi kerusuhan yang mengganggu
perekonomian rakyat, diperingankannya pajak dan banyak dinasti-dinasti kecil
yang memerdekakan diri dan tidak lagi bayar upeti.. Kondisi politik yang tidak
stabil menyebabkan perekonomian negara morat-marit.Sebaliknya kondisi ekonomi yang buruk melemahkan
kekuatan politik dinasti Abbasiyah
3)
Konflik Keagamaan
Konflik yang dilatarbelakangi agama tidak terbatas pada konflik
antara muslim dan zindiq atau ahlussunnah dengan syi’ah saja, tetapi juga
antara aliran dalam Islam. Mu’tazilah yang cenderung rasional dituduh sebagai
pembuat bid’ah oleh golongan salaf.Aliran mu’tazilah bangkit kembali pada masa
dinasti buwaih dengan didukung penguasa aliran Asy’ariyah tumbuh subur dan
berjaya.
4)
Ancaman dari luar
Apa yang disebut diatas adalah faktor-faktor internal. Disamping
itu ada pula faktor-faktor eksternal yang menyebabkan khilafah abbasiyah dan
akhirnya hancur.
Pertama,
perang salib yang berlangsung beberapa gelombang atau periode yang menelan
banyak korban.
Kedua,
serangan tentara Mongol ke wilayah kekuasaan Islam sebagaimana telah
disebutkan, orang-orang kristen eropa terpanggil untuk ikut berperang setelah
Paus Urbanus II (1088-
1099 M) mengeluarkan fatwanya. Perang salib itu juga membakar
perlawanan orang-orang kristen yang berada di wilayah kekuasaan Islam. Namun
anatara komunitas-komunitas kristen timur, hanya armenia dan maronit lebanon
yang tertarik dengan perang salib dan melibatkan diri dalam tentara salib itu.
Pengaruh salib juga terlihat dalam penyerbuan tentara mongol, sangat membenci
Islam karena ia banyak diperngaruhi oleh orang-orang budha dan kristen
nestorian. Gereja-gereja kristen berasosiasi dengan orang-orang Mongol yang
anti Islam itu dan diperkeras di kantong-kantong Ahlul Kitab.[12]
Dari masa kekuasaan Bani Umayyah dan Bani
Abbasiyah tersebut ada beberapa perbedaan yang mendasar dapat di simpulkan,
diantaranya:
Masa Bani Umayyah
|
Masa Bani Abbasiyah
|
||
Dinasti
Umayyah sangat bersifat Arab Oriented, artinya dalam segala hal para
pejabatnya berasal dari keturunan Arab murni, begitu pula corak peradaban
yang dihasilkan pada dinasti ini,
|
Sedangkan Dinasti Abbasiyah, disamping bersifat Arab
murni, juga sedikit banyak telah terpengaruh dengan corak pemikiran dan
peradaban Persia, Romawi Timur, Mesir.
|
||
Pada masa
bani Umayyah gubernur memiliki kekuasaan dalam bidang
administrasi politik dan militer di suatu provinsi.
|
sedangkan masalah administrasi pada masa
bani Abbasiyah banyak dipegang oleh orang persia.
|
||
Zaman dinasti umayyah hak kepemilikan tanah merupakan hak penuh orang
islam.
|
sedangkan zaman bani abbasiyah
kepemilikan tanah merupakan hak penuh negara.
|
||
Masa Dinasti Umayyah lebih mengedepankan perluasan
wilayah dan benteng-benteng pertahanan pemerintahan pada biadang militer.
|
Sedangkan masa Dinasti Abbasiyah lebih menonjolkan
pemerintahannya dari segi perdagangan, ilmu pengetahuan, dan kesenian.
|
||
Pada masa bani Umayyah kemajuan yang dicapai
baru berkembang pada bidang tafsir, hadits, fiqih dan kalam.
|
Sedangkan pada bani Abbasiyah ilmu lebih
berkembang seperti : ilmu pengetahuan dan ilmu sain yang melahirkan
tokoh-tokoh terkenal sampai saat ini.
|
||
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Mu’awiyah ibnu Abu Sufyan merupakan khalifah pertama dinasti bani umayyah.
Ia dikenal sebagai seorang politikus yang handal dan banyak melakukan keijakan
baru terhadap sistem pemerintahan Islam setelah pemerintahan Khulafaur
Rasyidin. Baik kebijakan yang sesui dengan norma keIslaman seperti memjukan
dan mensejahterakan rakyat maupun yang bertentangan dengan hati nurani rakyat.
Masa kepemimpinan dinasti Umayyah bertahan selama 91 tahun dengan 14 orang
khalifahnya. Sistem pemerintahan yang menonjol adalah fodal atau turun-temurun.
Dan pola pendidikan yang dipakai pada dinasti ini adalah sistem kuttab yang
terpusat pada masjid, istana, serta rumah guru.
Berdirinya Daulah Abbasiyah didirikan atas dua strategi, yaitu : Pertama,
dengan sistem mencari pendukung dan penyebaran ide secara rahasia, ini sudah
berlangsung sejak akhir abad pertengahan hijriah yang dipusatkan di Al Haimah. Kedua,
dengan terang-terangan dan himbauan di forum-forum resmi
untuk medirikan Duaulah Abbasiyah berlanjut dengan peperangan melawan Daulah
Umayyah.
Sistem pemerintahan bani Abbasiyah
meniru cara Umayyah. Dasar-dasar pemerintah Abbasiyah dletakkan oleh khalifah
kedua, Abu Ja’far Al-Mansyur. Sistem politik Abbasiyah yang dijalankan antara:
Para khalifah tetap dari turunan Arab murni, kota Baghdad sebagai ibu kota
negara yang menjadi pusat kegiatan poltik, ilmu pengetahuan dipandang sebagai
sesuatu yang sangat penting, kebebasa berpikir sebagai HAM diakui penuh, dan
para menteri turunan Persia diberi hak penuh dalam menjalankan pemerintahan.
2. Saran
Semoga dengan dibuatnya makalah Sejarah Peradaban Islam dengan tema “Peradaban Islam Pada Masa Bani Umayyah dan Abbasiyah” dapat membantu proses perkuliahan.
[1] Ahmad Al-Usyairi, Sejarah
Islam Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX, Jakarta: Akbar, 2006, hal,
181.
[2]Samsun Nizar, Sejarah Pendidikan Islam:
Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era Rasulullah Sampai Indonesia,
Prenada Media Group, Jakarta, 2009, Hal 56-57
[5]Fatah Syukur, Sejarah Pearadaban Islam, PT.Pustaka Rizki
Putra, semarang, 2009,hal 72-76
[10]Musyrifah Sunanto, Sejarah Isalam Klasik
Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam, Prenada Media, Jakarta, 2003, hal
50-51
[12]Montgomery Watt, Kejayaan Islam, PT. Tiara Wacana,
Yogyakarta, 1990, hal-165-166.
assalamu'alaikum saya izin save ya kak
BalasHapusIzin ngambil beberapa ya kak
BalasHapus