BAB II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian Tipologi
Dalam bab ini akan dipaparkan bahwa usaha-usaha untuk memahami dan
menyingkap perilaku dan kepribadian manusia antara lain menghasilkan
pengetahuan yang disebut tipologi. Tipologi adalah pengetahuan yang berusaha menggolongkan
manusia menjadi tipe-tipe tertentu atas dasar faktor-faktor tertentu, misalnya
karakteristik fisik, psikis, pengaruh dominan, nilai-nilai budaya, dan
seterusnya.
Menurut Gordon Allport (1897-1967) tipe adalah
konstitusi ideal pengamat . [1]
Tipologi adalah ilmu mengenai tipe. Tipe adalah pola sifat suatu
individu, kelompok, dan lain sebagainya. Tipe digunakan karena mereka
menyediakan sarana klasifikasi dari pribadi-pribadi atau kelompok-kelompok yang
berguna untuk tujuan analisis. Suatu tipe ideal adalh gagasan mental
yangterbentuk dari susunan unsure-unsur karakteristik sejumlah fenomena yang digunakan
dalam analisis. Unsur-unsur yang diabstraksikan didasarkan pada pengamatan
terhadap situasi-situasi yang kongret dari fenomena yang dipelajari, namun gagasan yang dihasilkan
tidak perlu harus berkaitan persis
dengan setiap pengamatan empiris. Tipe ideal merupakan teknik metodologis yang
penting, suatu cara heuristic, digunakan
untuk melukis, memperbandingkan dan menguji hipotesis-hipotesis yang
berhubungan kenyataan empiris. Tipe-tipe yang tersusun demikian ini terbentuk
dari kriteria (unsure-unsur, cirri-ciri, aspek dan lain-lain) yang mempunyai
referen-referen yang bias ditemukan dalam dunia empiris atau dapat disimpulkan
secara sah dari evidasi empiris atau keduanya. Tipe yang tersusun ini bukan
saja menyediakan cara untuk pengaturan data, tetapi juga berguna untuk membantu
generalisasi.[2]
2.
Jenis-jenis Tipologi
Tipologi, berarti suatu cara mengolong-golongkan sejumlah orang
yang dipandang memiliki tipe yang hampir bersamaan bersamaan. Dibawah ini akan
diketengahkan beberapa jenis tipologi,
yang dibedakan berdasarkan pangkal peninjauannya. Beberapa jenis tipologi
adalah sebagai berikut:
1.
Tipologi Konstitusi
Tipologi konstitusi merupakan tipologi yang dikembangkan atas dasar aspek
jasmaniah. Dasar pemikiran yang dipakai para tokoh tipologi konstitusi adalah
bahwa keadaan tubuh, baik yang tampak berupa bentuk penampilan fisik maupun
yang tidak tampak, misalnya susunan saraf, otak, darah, dan lain sebagainya
dalam penentuan ciri-ciri seseorang.
Beberapa pendapat tokoh dalam tipologi
konstitusional:
1)
Tipologi
Hypocrates-Galenus
Tipologi ini dikembangkan oleh Gallenus berdasarkan pemikiran Hippocates.
Hippocrates (460-370 SM) adalah dikenal sebagai bapak ilmu kedokteran, karena
itu tidak mengherankan kalau ia membahas kepribadian manusia berdasar
kontitusional, yang terpengaruh oleh kosmologi empedukles, yang menganggap
bahwa alam semesta beserta isinya tersusun dari empat inti dasar, yaitu tanah,
air, udara dan api.[3]
Didalam tipologinya,
Galenus menggunakan empat cairan yang terdapat didalam tubuh manusia yaitu:
a.
Darah
(Sangui)
b.
Lympha
(flegma)
c.
Empedu
kuning (choleri)
d.
Empedu
hitam (melanchole)
Dengan empat macam cairan ini Galenus menggolongkan
manusia atas empat tipe yaitu:
a)
Orang
yang terlalu banyak sangui (darah) di
dalam tubuhnya, disebut orang sanguinisi,
sifatnya disebut sanguinis, dengan
karakteristiknya : ekspansif, lincah, selalu riang, optimis, mudah tersenyum,
dan tidak mudah putus asa.
b)
Orang
yang terlalu banyak flegma (limpa) di
dalam tubuhnya disebut orang flegmatisi, sedangkan
sifatnya disebut flegmatis, dengan karakteristik : plastis, tenang, dingin,
sabar, dan tidak mudah terpengaruh.
c)
Orang
yang terlalu banyak choleri (empedu
kuning) di dalam tubuhnya disebut
orang cholerisi, sedangkan sifatnya
disebut choleris, dengan
karakteristik : garang, lekas marah, mudah tersinggung, pendendam, dan serius.
d)
Orang
yang terlalu banyak melanchole (empedu
hitam) di dalam tubuhnya disebut orang melancholerisi,
sifatnya disebut melancholis. Dengan karakteristik : kaku, muram, penakut, dan
pesimis.
Sebenarnya tipologi ini lebih terkenal dengan nama
tipologi Hypocrates-Galenus, sebenarnya Galenus meneruskan pendapat seorang
filosof di zaman Yunani kuno, yang bernama Hypocrates, yang berpendapat bahwa
di dalam tubuh manusia terdapat empat zat cair denga sifat-sifat yang
berlainan. Yaitu :
a.
Darah,
yang bersifat panas.
b.
Lendir,
yang bersifat dingin.
c.
Empedu
kuning, yang bersifat kering.
d.
Empedu
hitam, yang bersifat basah.
2)
Tipologi
Sigaud
Sigaud menyusun tipologinya atas dasar empat macam
fungsi tubuh yaitu:
a.
Motorik
b.
Pernafasan
c.
Pencernaan
d.
Susunanan
syaraf sentral
Sigaud juga menggolongkan manusia atas empat
golongan yaitu:
a.
Orang
yang kuat fungssi motoriknya, termasuk tipe muskuler, dengan ciri-cirinya,
anggota badannya serba panjang berspir, dan serba bersudut.
b.
Orang
yang kuat pernafasannya, termasuk tipe respiratoris, dengan ciri-cirinya,
bentuk dadanya membusung, wajahnya lebar.
c.
Orang
yang kuat pencernakannya, termasuk tipe digestif, dengan ciri-cirinya perutnya
besar, pinggangnya lebar.
d.
Orang
yang kuat susunan syaraf sentralnya, termasuk tipe serebral, dengan ciri-ciri,
langsing, tulang tengkoraknya bagian atas besar sekali.[4]
2.
Tipologi Temperamen
Temperamen adalah
konstitusi psikis, yang berhubungan dengan konstitusi jasmani. Jadi di sini
keturunan atau dasar memainkan peranan penting, sedang pengaruh pendidikan dan
lingkungan boleh dikata tidak ada. Selanjutnya Ewald berpendapat bahwa temperamen
itu sangat erat hubungannya dengan biotonus (tegangan hidup, kekuatan hidup dan
tegangan energi), yaitu intensitas serat irama hidup. Temperamen adalah
konstitusi psikis, yang berhubungan dengan konstitusi jasmani. Jadi di sini
keturunan atau dasar memainkan peranan penting, sedang pengaruh pendidikan dan
lingkungan boleh dikata tidak ada. Selanjutnya Ewald berpendapat bahwa
temperamen itu sangat erat hubungannya dengan biotonus (tegangan hidup,
kekuatan hidup dan tegangan energi), yaitu intensitas serat irama hidup.[5]
Tipologi
temperamen adalah sifat-sifat dasar tertentu dari kelakuan, prinsip-prinsip
elementer yang dapat ditemui kembali dalam semua perbuatan dan mentipe
kelangsungan jalannya kelakuan manusia.
Beberapa pendapat para tokoh dalam tipologi temperamen:
1) Tipologi Heymans
Dalam teorinya, ia menggolongkan tiga prinsip dasar
yaitu:
a. Emosionalitas, artinya banyak sedikitnya
seseorang dipengaruhi oleh kehidupan perasaanya. Orang yang memiliki
emosionalitas yang kuat memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a) Lekas memihak
b) Fantasinya kuat
c) Tulisan dan bicaranya aneh
d) Kurang mencintai kebenaran
e) Mudah marah
f) Senang sensasi, dll
b. Aktivitas, yaitu banyak sedikitnya seseorang
menyatakan isi jiwanya dalam bentuk perbuatan. Orang yang aktivitasnya kuat
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a) Suka bekerja
b) Mudah bertindak
c) Berhobi banyak
d) Mudah mengatasi kesulitan
e) Tidak mudah putus asa
c. Fungsi sekonder, artinya kuat atau tidaknya
seseorang menyimpan kesan-kesan di dalam jiwanya. Sebagai lawan fungsi sekonder
adalah fungsi primer yaitu bila seseorang hanya sebentar saja menyimpan kesan
itu di dalam jiwanya.
Orang yang berfungsi sekonder memiliki cii-ciri sebagai
berikut:
a) Betah dirumah
b) Taat kepada adat
c) Setia dalam persahabatan
d) Besar rasa terima kasihnya
e) Sukar menyesuaikan diri
f) Konsekuen
2) Tipologi Ewald
Ia mengasumsikan bahwa “ bila kita menerima rangsangan
dari luar, maka rangsangan tersebut di dalam diri kita lalu diolah kemudian
direaksikan keluar dalam bentuk perbuatan atau kelakuan”. Dasar pembagian tipologi menurut Ewald adalah:
a. Penerimaan rangsang
Ewald membedakan antara kepekaan bagi gejala jiwa yang
rendah (instink, refleks, nafsu,dll)dan kepekaan bagi gejala jiwa yang tinggi
(fikiran, kemauan, perasaan, dll)
b. Penyimpanan kesan
Adanya bekas-bekas yang ditinggalkan oleh kesan. Bekas
itu berpengaruh kepada perbuatan orang di waktu kemudian. Orang yang satu lebih
lama dari pada yang lain.
c. Pengolahan rangsang
Dalam hal ini Ewald membedakan pengolahan rangsang oleh
kesadaran dan pengolahan rangsang oleh pengaruh. Ini masih dibedakan lagi atas
cepat dan lambatnya rangsang hilang kembali.
d. Reaksi balik dari pada rangsang
Kemampuan mengadakan reaksi balik terhadap rangsangan
ini, akan nampak dalam perbuatan atau kelakuan seseorang.
3) Tipologi George Kerschensteiner
Ia menyusun tipologinya berdasar empat prinsip, yaitu:
a. Kekuatan kemauan
b. Ketajaman pendapat
c. Kepekaan yang halus dalam perasaan
d. Lama dan mendalamnya getaran jiwa[6]
3. Tipologi kebudayaan
Dalam tipologi ini dijelaskan bahwa kehidupan manusia
dipengaruhi oleh kebudayaan, karena kebudayaanitu sendiri berada disekitar
kita, di lingkungan kita sehari-hari.
Kebudayaan
menurut K H Dewantara, adalah hasil budi daya manusia yang dapat dipergunakan
untuk memudahkan hidup manusia. Bebeapa tokoh tipolog yang menggunakan dasar tipologi kebudayaan :
1)
Tipologi Reisman
Dalam
teorinya, Reisman mengolongkan manusia atas tiga golongan, yaitu:
a.
Orang-orang yang pribadinya ditentukan oleh tradisi
b.
Orang-orang yang membiarkan dirinya dipimpin oleh rohaninya
c.
Orang-orang yang mendasarkan dirinya pada norma-norma yang
dikemukakan oleh orang lain kepadanya.
Reisman menganggap dapat memperlihatkan bahwa periode kebudayaan
yang lama saling menyusul satu sama lain dimana pada pokoknya terdapat
orang-orang yang selalu termasuk satu diantara ketiganya.
2)
Tipologi E.Spranger
Menurut
Spranger, kehidupan manusia ini dipengaruhi oleh dua macam kehidupan jiwanya,
yaitu jiwa subyektif (jiwa setiap orang) dan jiwa obyektif (nilai-nilai
kebudayaan yang besar sekali pengaruhnya terhadap jiwa subyektif).
Menurut
Spranger, manusia ini dapat dibedakan atas enam nilai kebudayaan berdasarkan
besar pengaruhnya terhadap jiwa subyektif, yaitu:
a.
Manusia Ekonomi
Manusia
ekonomi ini memiliki beberapa sifat, diantranya yaitu:
a)
Senang bekerja
b)
Senang mengumpulkan harta
c)
Agak kikir
d)
Bangga dengan hartanya
b.
Manusia Politik
Manusia
politik memiliki sifat sebagai berikut:
a)
Ingin berkuasa
b)
Tidak ingin kaya
c)
Berusaha menguasai orang lain
d)
Kurang mencintai kebenaran
c.
Manusia Social
Manusia
social memiliki sifat-sifat:
a)
Senag berkorban
b)
Senag mengabdi kepada tuhan
c)
Pandai bergaul
d.
Manusia berilmu pengetahuan
Memiliki
sifat-sifat sebagai berikut:
a)
Senag membaca
b)
Gemar berfikir dan belajar
c)
Tidak ingin kaya
d)
Ingin serba tahu
e.
Manusia berkesenian
Memiliki
sifat-sifat diantaranya yaitu:
a)
Hidup bersahaja
b)
Senang menikmati keindahan
c)
Gemar mencipta
d)
Mudah bergaul dengan siapa saja
f.
Manusia Agama
Diantara
sifat-sifat manusia agama adalah:
a)
Hidupya hanya untuk Tuhan dan akhirat
b)
Senang memuja
c)
Kurang senang harta
d)
Senang menolong orang lain
3)
Tipologi W dan E. Yaensch
Tipologi
ini agak lain dasar penggolongannya. Karena didasarkan pada unsur geologi dan
unsur tubuh.
a.
Unsur Geologis
Keadaan
tanah tertentu mempengaruhi pula kehidupan seseorang, lewat air tanah, yang
menghidupi penghuni-penghuninya.
b.
Unsur Tubuh
Kehidupan
seseorang juga dipebgaruhi oleh kelenjar-kelenjar tubuhnya, misalnya kelenjar
gondok, anak kelenjar gondok, dan kelenjar-kelenjar lainnya.[7]
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
1. Pengertian Tipologi
Tipologi adalah pengetahuan yang berusaha
menggolongkan manusia menjadi tipe-tipe tertentu atas dasar faktor-faktor
tertentu, misalnya karakteristik fisik, psikis, pengaruh dominan, nilai-nilai
budaya, dan seterusnya.
Jadi tipologi dalam kaitannya kepribadian merupakan
ilmu pengetahuan yang membedakan manusia satu dengan manusia yang lain
berdasarkan tipe-tipe tertentu. Seperti, karakteristik, sifat, kepribadian,
prinsip dan lain sebagainya.
2.
Jenis-jenis Tipologi
Diantara jenis-jenis tipologi adalah;
1. Tipologi konstitusi
Tipologi konstitusi
merupakan tipologi yang dikembangkan atas dasar aspek jasmaniah. Dasar
pemikiran yang dipakai para tokoh tipologi konstitusi adalah bahwa keadaan
tubuh, baik yang tampak berupa bentuk penampilan fisik maupun yang tidak
tampak, misalnya susunan saraf, otak, darah, dan lain sebagainya dalam
penentuan ciri-ciri seseorang.
2. Tipologi Temperamen
Temperamen adalah
konstitusi psikis, yang berhubungan dengan konstitusi jasmani. Jadi di sini
keturunan atau dasar memainkan peranan penting, sedang pengaruh pendidikan dan
lingkungan boleh dikata tidak ada. Selanjutnya Ewald berpendapat bahwa
temperamen itu sangat erat hubungannya dengan biotonus (tegangan hidup,
kekuatan hidup dan tegangan energi), yaitu intensitas serat irama hidup.
3. Tipologi Kebudayaan
Tipologi
kebudayaan adalah penggolongan tipe berdasarkan budaya masyarakat setempat,
diamana manusia itu tinggal (lingkungan hidup manusia).
SARAN
Demikian makalah yang dapat kami susun. kami
menyadari bahwa masih terdpat banyak kekuranagan, oleh sebab itu ktitik dan
saran yang membangun dari para pembaca sangat kami harapkan. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Mujib,Kepribadian Dalam Psikologi Islam, PT.Raja
Grafindo Persada, Jakarta: 2006
Agus Sujanto, Psikologi Kepribadian, PT. Bumi Aksara,
Jakarta ; 2009
http://mnasichinalmuiz.blogspot.com/2012/06/tipologi-psikologi-kepribadian.html,diunduh pada: Senin,02 Maret 2015, 16.00
Mariasusai Dhavamony, Fenomenologi Agama,
Kanisius, Yogyakarta ;1995
Sumadi Suryabrata, Psikologi
Kepribadian, Jakarta : PT.
Raja Grafindo. 2003
Tidak ada komentar:
Posting Komentar