SOSIOHISTORIS MASYARAKAT ARAB PRA ISLAM
MAKALAH
Disusun guna memenuhi salah satu tugas
Mata Kuliah : Sirah Nabawiyah
Dosen Pengampu : Ulfah Rahmawati, M. Pd.I
Disusun:
Kelompok 02
1. Wulan Miftakhul Jannah (1310110050)
2. Azimmatul Khoiroh (1310110054)
3. Khoirul Anas (1310110055)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGRI KUDUS
JURUSAN TARBIYAH
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
TAHUN AKADEMIK 2015 / 2016
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masa
sebelum islam, khususnya kawasan jazirah arab disebut jahiliyah. Julukan semacam
ini terlahir disebabkan oleh terbelakangnya moral msyarakat arab khususnya arab
pedalaman (badui) yang hidup menyatu dengan padang pasir dan area tanah yang
gersang.
Sebelum Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi Rasul, banyak
sekali kepercayaan umat manusia yang sangat beragama. Ajaran agama tersebut
memiliki keyakinan tentang Tuhan dan ajaran yang dianutnya.
Pada masa
sebelum islam di Arab kondisi masyarakat Arab sangat memprihatinkan. Banyak
terdapat tradisi-trsdisi yang menyimpang. Maraknya perjudian, peperangan,
perzinahan, pembunuhan dan lain sebagainya. Sehingga pada masa ini dikenal
dengan sebutan masa jahiliyah (kebodohan). Pada era globalisasi sekarang ini,
nilai-nilai system sekuler dapat masuk dengan mudah dan menyingkir nilai-nilai
islami sebagaimana yang Rasullah ajarkan. Akibatnya, banyak orang di sebagaian
belahan dunia yang pola hidupnya serupa atau telah kembali kepada masa
jahiliyah.
Maka perlu untuk
kita melihat seperti apa perbedaan kehidupan bangsa Arab dari zaman sebelum
masuknya islam, ketika dimasuki agama islam, dan pasca agama islam mengakar di
bangsa Arab tersebut. Patut kita mnegetahuinya yang mengingat itu adalah
sejarah agama kita dan kita sebagai penganut agama tersebut.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana historiografi masyarakat arab pra islam?
2.
Bagaimana kondisi geografis Jazirah Arab?
3.
Bagaimana sosiohistoris masyarakat Arab pra islam?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kondisi Masyarakat Arab Pra
Islam
Bangsa
Arab sebelum datangnya Islam, biasa disebut dengan Arab Jahiliyah, bangsa yang
belum meliki peradaban dan bodoh. Akan tetapi, bangsa Arab bagian Utara
terkenal dengan orang-orang yang memiliki kemampuan tinggi dalam mengubah
syair, dan syair-syair itu diikut sertakan dalam perlombaan dan yang menang
digantung di Ka’bah. Melalui tradisi sastra tersebut dapat diketahui dapat
diketahui bahwa peristiwa-peristiwa besar dan penting secara faktual ikut
memberikan pengaruh pada perjalanan sejarah mereka.[1]
B. Keadaan Geografis Jazirah Arab
Jazirah
secara etimologi berasal dari bahasa Arab yang memiliki arti kepulauan,
sedangkan Arab secara etimologi berasal dari kata arabia yang artinya
gurun pasir atau sahara. Menurut Nuldeke, berpendapat bahwa sebagian besar
wilayah Arab terdiri dari gurun pasir. Akan tetapi menurut Muhammad Hasyim
Athiyah, kata Arab berasal dari kata abar yang artinya rahlah atau
kembara, sebab bangsa Arab adalah bangsa yang suka berpindah.
Daris
segi geografis, Arab bukanlah sebuah kepulauan sebab dari empat penjuru
perbatasan masih ada satu yang tidak berbatasan dengan laut, yaitu sebelah
Utara Jazirah Arab berbatasan denfan gurun Iran dan Gurun Syiria, di sebelah
Sdelatan berbatasan dengan Laut Indonesia, sebelah Barat berbatasan dengan Laut
Merah, di sebelah Timur berbatasan dengan Teluk Persia. Jazirah Arab terletak
di sebelah Barat daya Asia, yai6tu bagian tengah dan bagian tepi.
Sebagian
besar daerah Arab adalah padang pasir sahara yang terletak di Tengah dan
memiliki keadaan dan sifat yang berbeda-beda, karena itu terbagi menjadi tiga
bagian:
1.
Sahara Langit, memanjang 140 mil dari Utara ke Selatan dan 180 mil dari
Timur ke Barat, yang disebut dengan sahara Nufud, Oase dan mata air sangat
jarang.
2.
Sahara Selatan, yang membentang dan menyambung Sahara Langit ke Timur
sampai ke Selatan Persia. Hampir seluruhnya merupakan daratan yang keras,
tandus dan pasir yang bergelombang.
3.
Sahara Harrat, merupakan suatu daerah yang terdiri dari tanah liat yang
berdebu hitam bagaikan terbakar gugusan batu-batu hitam.[2]
Bila
dilihat dari asal usul keturunan, penduduk Jazirah Arab dapat dibagi menjadi
dua golongan besar yaitu Qahthaniyun dan Adnaniyun. Pada awalnya
wilayah utara diduduki golongan ‘adaniyun, dan wilayah selatan didiami
golongan qathaniyun. Akan tetapi, lama kelamaan kedua golongan itu
membaur karena perpindahan-perpindahan dari utara keselatan atau sebaliknya.
C. Sosiohistoris Masyarakat Arab
Pra Islam
1.
Agama Masyarakat Arab Pra Islam
Penduduk
Arab menganut berbagai macam agama yang berbeda-beda antara lain sangat
terkenal dengan penyembahan terhadap berhala atau paganisme. Mereka mensucikan
batu dan menyembahnya di mana mereka berada. Lama-lama mereka membuat patung
untuk disembah dan mereka berkeliling untuk mengitarinya. Di samping itu
patung-patung yang yang besar diberinya nama Manah yang terletak di dekat
Yasrib atau Madinah, al-Latta yang berada di Taif dan al-Uzza yang diletakkan
di Hijaz. Hubal adalah patung yang terbesar yang dibuat dari batu akik yang
berbentuk seperti manusia yang diletakkan di dalam Ka’bah.
Demikianlah
keadaaan bangsa Arab yang menjelang lahirnya Muhammad SAW yang membawa agama
Islam di tengah-tengah mereka. Masa itu bias disebut dengan zaman Jahiliyah,
masa kegelapan, dan kebodohan dalam hal agama. Sastra pada saat itu memiliki
arti penting dalam kehidupan bangsa Arab. Mereka mengabadikan
peristiwa-peristiwa dalam syair yang diperlombakan satiap tahun di pasar Ukaz,
Majinnah dan Zu Majaz. Bagi yang memiliki syair bagus, maka ia akan diberi
hadiah dan mendapat kehormatan bagi suku atau kabilahnya serta kyairnya
digantungkan di Ka’bah yang dinamakan al-mu’allaq as-sab’ah.[3]
Bangsa
arab disekitar jazirah arab pada masa dahulu sudah mengenal keesaan Allah,
sudah mengenal tuhan Allah. Karena mereka pada umumnya sejak beberapa ratus
tahun yang lampau, sebelum Nabi Muhammad diutus kerap kali kedatangan dakwah
dari para Nabi utusan Allah. Yang menyapaikan seruan kepada mereka supaya
menyembah kepada Tuhan Yang Maha Esa semata-mata, jangan sampai mempersekutukan
sesuatu dengan-Nya.
Akan
tetapi setelah beberapa puluh tahun kemudian, agam nabi ibrahim dan nabi
Isma’il yang suci diputar balikkan, dirubah, ditambah dan dikurangi pleh para
pengikut agama itu sendiri. Adapu jelasnya, keagamaan bangsa arab pada masa itu
dapat disingkat sebagai berikut:
1.
Menyembah malaikat
Sebagian
diantara mereka ada yang menyembah dan menuhankan malaikat. Mereka
menganggapbahwa para malaikat itu sebagai wakil tuhan untuk memberikan segala
sesuatu yang diminta atau di hajatkan oleh manusia dan untuk mencabut kembali
pemberian itu. Maka dari itu mereka selai menyembah tuhan juga menyembah
malaikat. Bahkan ada juga diantara mereka yang menuhankan malaikat dan
menganggap bahwa para malaikat itu putri-putri Allah.
2.
Menyembah jin, ruh dan hantu
Diantara
mereka ada yang menganggap bahwa jin-jin dan ruh para leluhur yang telah
meninggal dunia memiliki hubungan langsung atau hubungan keturunan dengan para
malaikat, sehingga dengan sendirinya mereka menganggap memiliki hubungan
keturunan dengan tuhan. Kaitannya dengan itu ada diantara mereka yang
menghormati atau memuliakan beberapa tempat yang mereka pandang tempat jin,
diantaranya ada satu tempat jin yang terkenal dengan nama darahim. Mereka
selalu mengadakan kurban, menyembelih binatang ditempat itu agar terhindar dari
bencana.
3.
Menyembah bintang-bintang
Sebagian
bangsa arab ada yng menyembah bintang-bintang. Yang dimaksud dengan
bintang-bintang adalah matahari, bulan, dan bintang-bintang yang gemerlapan
cahayanya. Mereka menganggap bintang-bintang itu diberi kekuasaan penuh oleh
tuhan untuk mengatur alam ini.
4.
Menyembah berhala
Penyebab
diantara mereka sampai menyembah berhala karena sebagian besar dari mereka
terlau memuliakan ka’bah. Setiap kali mereka ziarah kedaerah suci tersebut
mereka kembali denga membawa batu-batu yang ada disana kenegri mereka
masing-masing. Mereka mengerjakan demikian itu untuk mngambil berkah, akibat
sangat cinta menghormati ka’bah. Kemudian lama kelamaan mereka tertarik untuk
menyembah batu-batu dan berhala[4].
2.
Kehidupan Sosial di Jazirah Arab
Pada masa
sebelum islam di Arab kondisi sosial masyarakatnya sangat memprihatinkan.
Banyak terdapat tradisi-tradisi yang menyimpang. Maraknya perjudian,
peperangan, perzinaan, pembunuhan, dll. Sehingga pada masa ini dikenal dengan
sebutan zaman jahiliyah (kebodohan). Pada era globalisasi sekarang ini,
nilai-nilai dan sistem sekuler dapat masuk dengan mudah dan menyingkirkan
nilai-nilai islami sebagaimana yang Rasulullah ajarkan. Akibatnya, banyak orang
di sebagian belahan dunia yang pola hidupnya serupa atau telah kembali kepada
masa Jahiliyah.
Negeri Arab pada umumnya adalah padang pasir, tetapi bukan
berarti semua Jazirah Arab adalah padang pasir. Tanah
arab di diami oleh dua kelompok bangsa Arab, yaitu : Bangsa Arab Badawi
(kampong) dan Bangsa Arab kota. Bangsa Arab Badawi adalah Bangsa yang tinggal
di padang pasir. Sedangkan Bangsa Arab kota adalah penduduk Arab yang tinggal
di kota-kota yang aktif dengan pertanian dan perdagangan.
Di antara perilaku buruk masyarakat Arab Jahiliyah adalah
menanam bayi perempuan hidup-hidup (wa’dul banat) karena
takut hinaan atau noda. Hanya saja tradisi ini tidak memasyarakat di seluruh
bangsa Arab. Motif lain dari penanaman bayi perempuan hidup-hidup di kalangan
masyarakat kelas bawah adalah karena takut jatuh miskin, terutama di lingkungan
masyarakat Bani Asad dan Tamim. Perlakuan terhadap anak laki-laki adalah penuh
kasih sayang, kecuali sebagian kecil di lingkungan masyarakat miskin anak
laki-laki juga di bunuh.
Fase kehidupan bangsa Arab tanpa bimbingan wahyu Ilahi dan
hidayah sangatlah panjang. Oleh sebab itu, di antara mereka banyak ditemukan
tradisi yang sangat buruk. Berikut ini adalah contoh beberapa tradisi buruk
masyarakat Arab Jahiliyah.
a. Perjudian
atau maisir. Ini merupakan kebiasaan penduduk di daerah perkotaan di
Jazirah Arab, seperti Mekkah, Thaif, Shan’a, Hijr, Yatsrib, dan Dumat al
Jandal.
b. Minum arak (khamr) dan berfoya-foya. Meminum arak ini
menjadi tradisi di kalangan saudagar, orang-orang kaya, para pembesar, penyair,
dan sastrawan di daerah perkotaan.
c.
Nikah Istibdha’, yaitu jika
istri telah suci dari haidnya, sang suami mencarikan untuknya lelaki dari
kalangan terkemuka, keturunan baik, dan berkedudukan tinggi untuk menggaulinya.
d.
Mengubur anak perempuan hidup-hidup
jika seorang suami mengetahui bahwa anak yang lahir adalah perempuan. Karena
mereka takut terkena aib karena memiliki anak perempuan.
e.
Membunuh anak-anak, jika kemiskinan
dan kelaparan mendera mereka, atau bahkan sekedar prasangka bahwa kemiskinan
akan mereka alami.
f.
Lelaki yang mengambil wanita sebagai
gundik, atau sebaliknya, lalu melakukan hubungan seksual secara terselubung.
g.
Prostitusi. Memasang tanda atau
bendera merah di pintu rumah seorang wanita menandakan bahwa wanita itu adalah
pelacur.
h.
Fanatisme kabilah atau kaum.
i.
Berperang dan saling bermusuhan
untuk merampas dan menjarah harta benda dari kaum lainnya. Kabilah yang kuat
akan menguasai kabilah yang lemah untuk merampas harta benda mereka.
j.
Orang-orang yang merdeka lebih
memilih berdagang, menunggang kuda, berperang, bersyair, dan saling
menyombongkan keturunan dan harta. Sedang budak-budak mereka diperintah untuk
bekerja yang lebih keras dan sulit.
3.
Kehidupan Politik Jazirah Arab
Bangsa arab sebelum islam, hidup
bersuku – suku ( kabilah – kabilah dan berdiri sendiri – sendiri), satu sama
lain kadang – kadang saling bermusuhan. Mereka tidak mengenal rasa ikatan
nasional yang ada pada mereka hanyalah ikaran kabilah. Dasar perhubungan dalam
kabilah itu ialah pertalian darah.
Rasa ashabiyah ( kesukuan ) amat kuat
dan mendalam pada mereka, sehingga bilamana terjadi salah seorang di antara.
Mereka treaniaya
maka seluruh anggota – anggota kabilah itu akan bangkit membelanya. Semboyan
mereka’’ tolong saudara baik dia menganiaya atau teraniaya.’’
Pada hakikatnya kabilah – kabilah ini mempunyai pemuka –
pemuka yang memimpin kabilah masing – masing. Kabilah adalah sebuah
pemerintahan kecil yang asas eksistensi politiknya adalah di satuan fanatisme,
adanya memfaat secara timbal balik untuk menjaga daerah dan menghadang musuh
dari luar kabilah. Kedudukan pemimpin kabilah ditengah kaumnya, seperti halnya
seorang raja. Anggota kabilah harus mentaati pendapat atau keputusan pemimpin
kabilah. Baik itu seruan damai ataupun perang. Dia mempunyai kewenangan hukum
dan otoritas pendapat, seperti layaknya pemimpin dictator yang perkasa.
Sehingga adakalanya jika seorang pemimpin murka, sekian ribu mara pedang ikut
bicara, tanpa perlu bertanya apa yang membuat pemimpin kabilah itu murka.
Kekuasaan yang berlaku saat itu adalah sistem diktator. Banyak hak yang terabaikan rakayat bisa diumpamakan sebagai ladang
yang harus mendatangkan hasil dan memberikan pendapatan bagi pemerintah. Lalu
para pemimpin menggunakan kekayaan itu untuk foya – foya mangumbar syahwat,
bersenang – senang, memenuhi kesenangan dan kesewenangannya. Sedangkan rakyat
dengan kebutaan semakin terpuruk dan dilingkupi kezjhaliman dari segala sisi.rakyat
hanya bisa merintih dan mengeluh, ditekan dan mendapatkan penyiksaan dengan
sikap harus diam, tanpa mengadakan perlawanan sedikitpun.
Kadang persaingan untuk mendapatkan
kursi pemimpin yang memakai sistem keturunan paman kerap membuat mereka bersikap
lemah lembut, manis dihadapan orang banyak, seperti bermurah hati, menjamu
tamu, menjaga kehormatan, memperlihatkan keberanian, membela diri dari serangan
orang lain, hingga tak jarang mereka mencari – cari orang yang siap memberikan
sanjungan dan pujaan tatkala berada dihadapan orang banyak, terlebih lagi para
penyair yang memang menjadi penyambung lidah setiap kabilah pada masa itu,
hingga kedudukan para penyair itu sama dengan kedudukan orang – orang yang
sedang bersaing mencari simpati.
4.
Kehidupan Ekonomi Jazirah Arab
Kehidupan
ekonomi dijazirah arab dapt diketahui dari perniagaan yang dilakukan oleh
orang-orang Quraisy. Ada beberapa faktor yang menolong orang mekahdapat memegang peranan dalam pernigaan. Terutama orang-orang Yaman yang telah berpindah ke mekah, sedang mereka memiliki
pengalaman dalam bidang pernigaan. Dalam masa itu kota mekah, dari hari kehari
bertambah mashur, keberadaan bangunan ka’bah dan jamaahh haji bedatangan setiap
tahunnya.
Peduduk
arab suka berniaga sebagai usaha dan sumber yang
terpenting bagi kehidupan mereka . pengaruh dari perdagangan bagi pengembangan
dakwah adalah tersebar luasnya agama-agama yang dibawa oleh para
pedagang.Mereka berdakwah sambil berdagang. Mereka berdakwah dengan persuasif
dan memberi tauladan yang baik dalam berdagang. Dengan sikap seperti itu,
mereka banyak menaruh simpatik dan akhirnya mengikuti ajakan msuk islam[5].
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Jazirah secara etimologi berasal dari bahasa Arab yang
memiliki arti kepulauan, sedangkan Arab secara etimologi berasal dari kata arabia
yang artinya gurun pasir atau sahara. Menurut Nuldeke, berpendapat bahwa
sebagian besar wilayah Arab terdiri dari gurun pasir. Akan tetapi menurut
Muhammad Hasyim Athiyah, kata Arab berasal dari kata abar yang artinya rahlah
atau kembara, sebab bangsa Arab adalah bangsa yang suka berpindah.
Kehidupan bangsa Arab Pra Islam sangat
memprihatinkan, hal itu ditunjukkan penduduk Arab berbagai macam agama yang
berbeda-beda antara lain sangat dikenal dengan penyembahan berhala atau
paganism. Mereka mensucikan batu dan menyembahnya di mana mereka berada.
Lama-lama mereka membuat patung untuk disembah dan mereka berkeliling untuk
mengitarinya.
Kondisi sosial bangsa Arab sebelum islam banyak
tradisi yang menyimpang seperti perjudian, pezinaan, peperangan, pembunuhan dan
lain sebagainya. Sehingga pada masa ini dikenal dengan sebtan jahiliyah
(kebodohan).
Kehidpan bangsa arab sebelum islam bersuku-suku atau
kabilah-kabilah yang berdiri sendiri dan satu sama lain saling bermusuhan.
Mereka tidak menganal rasa ikatan nasional yang ada pada mereka hanyalah ikatan
kabilah.
Mengenai kehidupan ekonomi yang dilakukan bangsa
Arab sebelum islam suka dengan yang namanya berniaga. Mereka berniaga karena
tanah arab yang tandus sehingga menuntut mereka untuk berniaga.
B.
Saran
Demikianlah makalah yang
kelompok kami persembahkan. Kritik dan saran yang membangun sangat kami
butuhkan demi kesempurnaan yang lebih baik lagi. Dan semoga makalah ini dapat
dijadikan sebagai acuan untuk pemakalah selanjutnya, kesempurnaan hanyalah
milik Allah SWT dan kesalahan adalah murni dari kami sebagai manusia. Semoga
bermanfaat.
DAFTAR PUSTAKA
Ali Mufrodi, Islam Di Kawasan Kebudayaan Arab, PT
Logos Wacana Ilmu: 1997.
Badri Yatim, Historiografi Islam, PT Logos Wacana Ilmu, Ciputat:
1997.
Fatah Syukur, Sejarah Peradaban Islam, PT Pustaka
Rizki Putra, Semarang: 2009.
Moenawar Cholil, Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad
Jilid 1, Gema Insani Perss, Jakarta: 2001.
[4] Moenawar
Cholil, Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad Jilid 1, Gema Insani Perss,
Jakarta: 2001, hlm 20-22
Tidak ada komentar:
Posting Komentar