PERKEMBANGAN
MASA DEWASA DAN TUA
MAKALAH
Disusun
Guna Memenuhi Tugas
Mata
Kuliah : Psikologi Perkembangan
Dosen
Pengampu : Farida Ulyani, M.Pd
Disusun oleh :
1.
Siti Fauzul Muna (1310110042)
2.
Zulfa Rahmawati (1310110057)
3.
Zaky Wildani (1310110073)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
JURUSAN TARBIYAH/ PAI
TAHUN 2015
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Manusia adalah makhluk istimewa yang diciptakan Tuhan karena
memiliki akal budi. Melalui akal budi manusia dapat hidup sesuai dengan apa
yang ada tempat dimana dia hidup. Perkembangan yang dialami manusia menjadikan
dia lebih matang dalam menjalani kehidupan ini. manusia adalah makhluk sosial
yang eksploratif dan potensial. Manusia dikatakan makhluk yang eksploratif
karena manusia memiliki kemampuan untuk mengembangkan diri baik secara fisik
maupun psikis. Manusia sebagai makhluk potensial karena pada diri manusia
tersimpan sejumlah kemampuan bawaan yang dapat dikembangkan secara nyata. Selanjutnya manusia disebut sebagai makhluk
yang memiliki prinsip tanpa daya karena untuk tumbuh dan berkembang secara
normal memerlukan bantuan dari luar dirinya.
Sebagai akhir dari masa remaja adalah masa dewasa, atau biasa
disebut dengan masa adolesen. Ketika manusia mnginjak masa dewasanya sudah
terlihat adanya kematangan dalam dirinya. Kematangan jiwa tersebut
menggambarkan bahwa manusia tersebut sudah menyadari makna hidupya. Sebagai
akhir dari masa dewasa ini manusia akan menginjak masa tua atau masa lansia,
dimana masa tua itu adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang, yaitu
suatu periode dimana seseorang telah “beranjak jauh” dari periode terdahulu
yang lebih menyenangkan, atau beranjak dari waktu yang penuh dengan manfaat.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana pembagian masa dewasa?
2.
Bagaimana karakteristik masa dewasa?
3.
Bagaimana perkembangan masa dewasa dan tua?
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pembagian Masa Dewasa
Menurut
Hurlock bahwa pembagian masa dewasa terdiri dari tiga tahapan:
1. Masa Dewasa
Dini
Masa dewasa dini dimulai pada umur 18 tahun sampai kira-kira umur
40 tahun, saat perubahan-perubahan fisik dan psikologis yang menyertai
berkurangngya kemampuan reproduktif.
2.
Masa Dewasa Madya
Masa dewasa madya dimulai pada umur 40 tahun sampai pada umur 60
tahun, yakni saat menurunya kemampuan fisik dan psikologis yang jelas nampak
pada setiap orang.
3.
Masa Dewasa Lanjut (Usia Lanjut)
Masa dewasa lanjut atau usia lanjut dimulai pada umur 60 tahun
sampai kematian. Pada waktu ini baik kemampuan fisik maupun psikologis cepat
menurun, tetapi teknik pengobatan modern, serta upaya dalam hal berpakaian dan
dandanan, memungkinkan pria dan wanita berpenampilan, bertindak, dan
berperasaan seperti kala mereka masih
muda.
Dari tahapan usia yang dikemukakan oleh Hurlock di atas, terlihat
bahwa seseorang dikatakan telah dewasa adalah ketika usianya sudah mencapai 18
tahun. Pada usia itu, mereka mulai dihadapkan pada tugas perkembangan yang
harus dijalaninya, antara lain: (1) mulai bekerja, (2) memilih pasangan, (3)
mulai membina keluarga, (4) mengasuh anak, (5) mengelola rumah tangga, (6)
mengambil tanggung jawab sebagai warganegara, (7) mencari kelompok sosial yang
menyenangkan. Tugas perkembangan diatas mengindikasikan adanya tanggung jawab
yang besar dan mengacu pada aturan dan hukum yang berlaku atau disepakati
bersama. Tugas perkembangan itu memiliki dampak secara langsung pada orang
lain, sehingga tidak dijalankan dengan baik dapat merugikan orang lain, selain
diri sendiri. [1]
B.
Karakteristik Masa Dewasa
Masa dewasa adalah masa awal seseorang dalam menyesuaikan diri
terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru. Pada masa
ini, seseorang dituntut untuk memulai kehidupannya memerankan peran ganda
seperti peran sebagai suami atau istri dan peran dalam dunia kerja (berkarier).
Masa dewasa dikatakan sebagai masa sulit bagi individu karena pada
masa ini seseorang dituntut untuk melepaskan ketergantungannya terhadap orang
tua dan berusaha untuk dapat mandiri.
Karakter
masa dewasa dini yaitu:
1.
Masa Pengaturan
Pada masa ini, seseorang akan “mencoba-coba” sebelum ia menentukan
makna yang sesuai, cocok, dan memberi kepuasan permanen. Ketika ia telah
menemukan pola hidup yang diyakini dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, ia akan
mengembangkan pola-pola perilaku, sikap, dan nilai-nilai yang cenderung akan
menjadi kekhasannya selama sisa hidupnya.
2.
Masa Usia Produktif
Dinamakan sebagai masa produktif karena pada rentang usia ini
merupakan masa-masa yang cocok untuk menentukan pasangan hidup, menikah, dan
berproduksi atau menghasilkan anak.
3.
Masa Bermasalah
Masa dewasa dikatakan sebagai masa yang sulit dan bermasalah. Hal
ini dikarenakan seseorang harus mengadakan penyesuaian dengan peran barunya
(perkawinan vs pekerjaan). Jika ia tidak dapat mengatasinya maka akan menimbulkan
masalah.
4.
Masa Ketegangan Emosional
Ketika seseorang berumur 20-an (sebelum 30-an), kondisi emosionalna
tidak terkendali. Ia cenderung labil, resah, dan mudah memberontak. Pada masa
ini juga emosi seseorang sangat bergelora dan mudah tegang. Ia juga khawatir
dengan status dalam pekerjaan yang belum tinggi dan posisinya yang baru sebagai
orang tua. Namun ketika telah berumur 30-an, seseorang akan cenderung stabil
dan tenang dalam emosi.
5.
Masa Keterasingan Sosial
Masa dewana dini adalah masa dimana seseorang mengalami krisis
isolasi, ia terisolasi dari kelompok sosial. Kegiatan sosial dibatasi karena
berbagai tekanan pekerjaan dan keluarga. Hubungan dengan teman-teman sebaya
juga menjadi renggang. Keterasingan diintensifkan dengan adanya semangat bersaing
dan hasrat untuk maju dalam berkarier.
6.
Masa Komitmen
Pada masa ini juga setiap individu mulai sadar akan pentingnya
sebuah komitmen. Ia mulai membentuk pola hidup, tanggung jawab, dan komitmen
baru.
7.
Masa Ketergantungan
Pada masa awal dewasa dini sampai akhir usia 20-an, seseorang masih
punya ketergantungan pada orang tua atau organisasi yang mengikatnya.
8.
Masa Perubahan Nilai
Nilai yang dimiliki seseorang ketika ia berada pada masa dewasa
dini berubah karena pengalaman dan hubungan sosialnya semakin meluas.
Nili-nilai yang berubah ini dapat meningkatkan kesadaran positif. Pada masa ini
juga seseorang akan lebih menerima atau berpedoman pada nilai konvensional
dalam hal keyakinan. Egosentrisme akan berubah menjadi sosial ketika ia telah
menikah.
9.
Masa Penyesuaian Diri dengan Hidup Baru
Ketika seseorang telah mencapai masa dewasa, berarti ia harus lebih
bertanggung jawab karena pada masa ini ia sudah mempunyai peran ganda yaitu
peran sebagi orang tua dan pekerja.
10.
Masa Kreatif
Dinamakan sebagi masa kreatif karena pada masa ini seseorang bebas
untuk berbuat apa yang diinginkan. Namun kreatifitas tergantung pada minat,
potensi, dan kesempatan.[2]
Sedangkan
karakter masa dewasa madya diantaranya:
1.
Usia Madya Merupakan Periode yang Sangat Ditakuti
Ciri pertama dari usia madya ialah masa tersebut merupakan periode
yang sangat menakutkan. Diakui bahwa semakin mendekati usia tua, periode usia
madya semakin terasa lebih menakutkan dilihat dari seluruh kehidupan manusia.
Oleh karena itu, orang-orang dewasa tidak akan mau mengakui bahwa mereka telah
mencapai usia ini, sampai kalender dan cermin memaksa mereka untuk mengakui hal
ini.
2.
Usia Madya Merupakan Masa Transisi
Seperti halnya masa puber, yang merupakan masa transisi dari masa
kanak-kanak ke masa remaja kemudian dewasa. Demikian pula usia madya merupakan
masa dimana pria dan wanita meninggalkan ciri-ciri jasmani dan perilaku masa
dewasanya dan memasuki masa suatu periode dalam kehidupan yang akan diliputi
oleh ciri-ciri jasmani dan perilaku baru.
3.
Usia Madya Merupakan Masa Stres
Ciri ketiga dari usia madya ialah usia masa stres. Penyesuaian
secara radikal terhadap peran dan pola hidup yang berubah, khususnya bila
disertai dengan berbagai perubahan fisik, selalu cenderung merusak homeostatis
fisik dan psikologis seseorang dan membawa ke masa stres, suatu masa bila
sejumlah penyesuaian yang pokok harus dilakukan di rumah, bisnis, dan aspek
sosial kehidupan mereka.
4.
Usia Madya Merupakan “ Usia yang Berbahaya”
Ciri keempat bahwa umumnya usia ini dianggap atau dipandang sebagai
usia yang berbahaya dalam rentang kehidupan. Cara biasa menginterpretasi “usia
berbahaya” ini berasal dari kalangan pria yang ingin melakukan pelampiasan
untuk kekerasan yang berakhir sebelum memasuki usia lanjut. Terhadap apa saja
di sekelilingnya, kelihatannya bahwa orang yang berusia madya berusaha mencari
percontohan kegiatan dan pengalaman baru. Periode ini dapat di dramatisasi
dengan lolosnya episodik ke dalam hubngan ekstramarital, atau dengan bentuk
alkoholisme. Bagi beberapa orang krisis usia madya dapat berakhir dengan
kesusahan yang permanen dan semakn permanen dan semakin pendeknya usia mereka.
5.
Usia madya Merupakan “Usia Canggung”
Ciri kelima dari usia madya dikenal dengan istilah “usia serba
canggung”. Sama seperti remaja, bukan anak-anak dan bukan juga dewasa, demikian
juga pria dan wanita berusia madya bukan “muda” lagi tetapi bukan juga tua.
Orang yang berusia madya seolah-olah berdiri diantara generasi pemberontak yang
lebih muda dan generasi warga senior. Mereka secara terus-menerus menjadi
sorotan dan menderita karena hal-hal yang tidak menyenangkan dan memalukan yang
disebabkan oleh kedua generasi terseebut.
6.
Usia Madya Merupakan Masa Berprestasi
Ciri keenam merupakan masa berprestasi. Menurut Erikson, usia madya
merupakan masa krisis dimana baik “generasivitas”-kecenderungan untuk
menghasilkan-maupun stagnasi-kecenderungan untuk tetap berhenti-akan dominan.
Menurutnya selama usia madya, orang akan menjadi lebih sukses atau sebaliknya
mereka akan berhenti dan tidak mengerjakan sesuatu apapun lagi. Apalagi usia
madya mempunyai kemauan kuat untuk berhasil dan menunggu dari masa-masa
persiapan dan kerja keras yang dilakukan sebelumnya.
7.
Usia Madya Merupakan Masa Evaluasi
Ciri ketujuh dari usia madya ialah usia ini merupakan masa evaluasi
diri. Karena usia madya pada umumnya merupakan saat pria dan wanita mencapai
puncak prestasinya, maka logislah apabila masa ini juga merupakan saat
mengevaluasi prestasi ini berdasarkan aspirasi mereka semula dan harapan-harapan
orang lain, khususnya anggota keluarga dan teman. Acher, menyatakan: “Pada usia
20 kita akan mengikat diri pada pekerjaan atau perkawinan. Selama akhir 30-an
dan awal 40-an adalah umum bagi pria untuk melihat kembali
keterikatan-keterikatan masa awal ini.
8.
Usia Madya Dievaluasi dengan Standar Ganda
Ciri kedelapan dari usia madya ialah masa ini dievaluasi dengan
standar ganda, satu standar bagi pria dan satu lagi bagi wanita. Walaupun
perkembangannya cenderung mengarah ke persamaan peran antara pria dan wanita,
baik di rumah, perusahaan, perindustrian. profesi, maupun kehidupan sosial,
namun masih terdapat standar ganda dalam usia. Meskipun standar ganda ini
banyak mempengaruhi banyak aspek terhadap kehidupan pria dan wanita usia madya,
tetapi ada dua aspek khusus yang perlu diperhatikan.
9.
Usia Madya Merupakan masa Sepi
Ciri kesembilan dari usia mada ialah masa sepi (emptynest),
masa ketika anak-anak tidak lagi tinggal bersama orang tua. Kecuali dalam
beberapa kasus dimana pria dan wanita menikah lebih lambat dibandingkan dengan
usia rata-rata, atau menunda kelahiran anak hingga mereka lebih mapan dalam
karier, atau mempunyai keluarga besar sepanjang masa, usia madya merupakan masa
sepi dalam kehidupan perkawinan.
10.
Usia madya Merupakan Masa Jenuh
Ciri ke-10 ini merupakan masa yang penuh dengan kejenuhan pada
akhir usia 30-an atau 40-an. Para pria menjadi jenuh dengan kegiatan rutin
sehari-hari dan kehidupan bersama keluarga yang hanya memberikan sedikit
hiburan. Wanita, yang menghabiskan waktunya untuk memelihara rumah dan
membesarkan anak-anaknya, bertanya-tanya apa yang akan mereka lakukan pada usia
setelah 20 atau 30 tahun kemudian. Wanita, yang tidak menikah yang mengabdikan
hidupnya untuk bekerja atau karier, menjadi bosan dengan alasan yang sama bagi
pria. [3]
C.
Perkembangan Masa Dewasa dan Tua
1.
Perkembangan Fisik
a. Kesehatan Badan
Bagi kebanyakan orang, awal masa dewasa ditandai dengan memuncaknya
kemampuan dan kesehatan fisik. Mulai dari sekitar usia 18 hingga 25 tahun,
individu memiliki kekuatan yang terbesar, gerak-gerak reflek mereka sangat
cepat. Lebih dari itu kemampuan reproduktif mereka berada di tingkat yang
paling tinggi. Meskipun pada awal masa dewasa kondisi kesehatan fisik mencapai
puncaknya, namun selama periode ini penurunan keadaan fisik juga terjadi. Sejak
usia sekitar 25 tahun, perubahan-perubahan fisik mulai terlihat.
Perubahan-perubahan ini sebagian besar lebih bersifat kuantitatif daripada
kualitatif. Secara berangsung-angsur, kekuatan fisik mengalami kemunduran,
sehingga lebih mudah terserang penyakit. Akan tetapi, bagaimanapun juga
seseorang masih tetap cukup mampu untuk melakukan aktivitas normal. Bahkan bagi
orang-orang yang selalu menjaga kesehatan dan melakukan olah raga secara rutin
masih terlihat bugar.
Pada masa tua, sejumlah perubahan fisik semakin terlihat sebagai
akibat dari proses penuaan. Diantara perubahan-perubahan fisik yang paling
kentara pada masa tua ini terlihat pada perubahan seperti rambut menjadi jarang
dan beruban, kulit mongering dan mengerut, gigi hilang dan gusi menyusut,
tulang belakang menjadi bungkuk. Kekuatan dan ketangkasan fisik berkurang,
tulang-tulang menjadi rapuh, mudah patah dan lambat untuk diperbaiki kembali.
Sistem kekebalan tubuh melemah, sehingga orang tua rentan terhadap berbagai
penyakit, seperti kanker dan radang paru-paru.
b.
Perkembangan Sensori
Pada awal masa dewasa,
penuruna fungsi penglihatan dan pendengaran mungkin belum begitu terlihat. Akan
tetapi, pada masa dewasa tengah perubahan-perubahan dalam penglihatan dan
pendengaran merupakan dua perubahan fisk yang paling menonjol.pada usia antara
40 dan 59 tahun, daya akomodasi mata mengalami penurunan paling tajam. Karena
itu, banyak orang pada usia setengah baya mengalami kesulitan dalam melihat
objek-objek yang dekat. Sementara itu, pendengaran juga menalami penurunan pada
usia sekitar 40 tahun. Penurunan dalam hal pndengaran ini lebih terlihat pada
sensitifitas terhadap nada tinggi.
Selanjutnya pada masa
dewasa akhir, perubahan-perubahan sensori fisik melibatkan indra penglihatan,
indra pendengaran, indra perasa, indra pencium, dan indra peraba. Perubahan
dalam indra penglihatan pada masa dewasa akhir. Misalnya tampak pada
berkurangnya ketajaman penglihatan dan
melambatnya adaptasi terhadap perubahan cahaya. Sementara itu, juga terlihat
dalam kepekaan terhadap rasa dan bau.
Dalam hal ini, kepekaan terhadap rasa pahit dan masam bertahan lebih lama
dibandingkan kepekaan terhadap rasa manis dan juga asin.
c.
Perkembangan Otak
Mulai masa dewasa awal,
sel-sel otak juga berangsur-angsur berkurang. Tetapi, perkembangbiakan koneksi
neural, khususnya bagi orang-orang yang tetap aktif membantu mengganti sel-sel
yang hilang. Hal ini membantu menjelaskan pendapat umum bahwa orang dewasa yang
tetap aktif, baik secara fisik, seksual, maupun secara mental, menyimpan lebih
banyak kapasitas mereka untuk melakukan aktifitas-aktifitas demikian pada
tahun-tahun selanjutnya.
Pada usia tua, sejumlah
neuron, unit-unit sel dasar dari sistem syaraf menghilang. Menurut hasil
sejumlah penelitian, kehilangan neuron itu diperkirakan mencapai 50% selama
tahun-tahun masa dewasa. Menurut Santrock, diperkirakan bahwa 5 hingga 10% dari
neuron kita berhenti tumbuh sampai kita mencapai usia 70 tahun. Setelah itu,
hilangnya neuron akan semakin cepat. [4]
2.
Perkembangan Kognitif
a.
Perkembangan Pemikiran Postformal
Sesuai dengan tahap perkembangan kognitif Piaget, pemikiran remaja
berada pada tahap operasional formal (kemampuan berfikir secara abstrak dan
hipotesis). Tipe pemikiran ini dimulai sekitar usia 11 tahun, tetapi tidak
berkembang secara penuh sampai berakhirnya masa remaja. Karena itu, Piaget
percaya bahwa seorang remaja dan seorang dewasa memiliki cara berpikir yang
sama. Akan tetapi, para pengkritik Piaget menunjukkan bahwa kesimpulan Piaget
tersebut tidak dapat diterapkan pada kebudayaan-kebudayaan lain. Bahkan
sejumlah ahli perkembangan percaya bahwa baru pada masa dewasalah individu
menata pemikiran operasional formal mereka.
b.
Perkembangan Memori
Salah satu karakteristik yang paling sering dihubungkan dengan
orang dewasa dan usia tua adalah penurunan dalam daya ingat. Ketika orang tua
memperlihatkan kemunduran memori, kemunduran tersebut pun cenderung sebatas
pada keterbatasan tipe-tipe memori tertentu. Misalnya kemunduran cenderung
terjadi pada keterbatasan memori episodik ( memori yang berhubungan dengan
pengalaman tertentu di sekitar kehidupan kita).
Kemerosotan dalam memori episodik, sering menimbulksn
perubahan-perubahan dalam kehidupan orang tua. Misalnya, seseorang yang
memasuki masa pensiun, yang mungkin tidak lagi menghadapi bermacam-macam
tantangan penyesuaian intelektual sehubungan dengan pekerjaan dan mungkin lebih
sedikit menggunakan memori atau bahkan kurang termotivasi untuk mengingat berbagai
hal, jelas akan mngalami kemunduran dalam memorinya.
c.
Perkembangan Intelegensi
Mitos yang bertahan hingga sekarang adalah bahwa menjadi tua
berarti mengalami kemunduran intelektual. Mitos ini diperkuat oleh sejumlah
peneliti awal yang berpendapat bahwa seiring dengan proses penuaan selama masa
dewasa terjadi kemunduran dalam intelegensi umum.
3.
Perkembangan Psikososial
a.
Perkembangan Keintiman
Menurut Erikson, pembentukan hubungan intim ini merupakan tantangan
utama yang dihadapi oleh orang yang memasuki masa dewasa. Pada masa dewasa awal
ini, orang-orang telah siap dan ingin menyatukan identitasnya dengan orang
lain. Mereka mendambakan hubungan-hubungan yang intim-akrab, dilandasi rasa
persaudaraan, serta siap mengembangkan daya-daya yang dibutuhkan untuk memenuhi
komitmen-komitmen ini sekalipun mereka mungkin harus berkorban untuk itu.
b.
Perkembangan Generativitas
Ciri utama tahap generativitas adalah perhatian terhadap apa yang
dihasilkan (keturunan, produk-produk, ide-ide, dan sebagainya), serta
pembentukan dan penetapan garis-garis pedoman untuk generasi mendatang. Apabila
generativitas lemah, atau tidak diungkapkan, maka kepribadian akan mundur,
mengalami kemiskinan dan staknasi.
c.
Perkembangan Integritas
Integritas paling tepat dilukiskan sebagai suatu keadaan yang
dicapai seseorang setelah memelihara benda, orang-orang, produk-produk dan
ide-ide, serta setelah berhasil melakukan penyesuaian diri dengan berbagai
keberhasilan dan kegagalan dalam kehidupannya.[5]
Orang yang mencapai integritas adalah mereka yang dengan salah satu cara telah
mengasuh generasi muda, yang tetap tegar menghadapi keberhasilan maupun
kegagalan yang dialami sebagai orang tua, begitu juga mereka yang telah
menghasilkan sesuatu dan memperjuangkan idenya.[6]
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Menurut Hurlock bahwa pembagian masa dewasa terdiri dari tiga
tahapan:
1) Masa Dewasa
Dini
2)
Masa Dewasa Madya
3)
Masa Dewasa Lanjut (Usia Lanjut)
2.
Karakter masa dewasa dini yaitu masa pengaturan, masa usia
produktif, masa bermasalah, masa ketegangan emosional, masa keterasingan
sosial, masa komitmen, masa ketergantungan, masa perubahan nilai, masa
penyesuaian diri dengan hidup baru, dan masa kreatif.
Sedangkan
karakter masa dewasa madya yaitu usia madya merupakan periode yang sangat
ditakuti, masa transisi, masa stres, usia yang berbahaya, usia canggung, masa
berprestasi, masa evaluasi, evaluasi dengan standar ganda, masa sepi, dan masa
jenuh.
3.
Perkembangan masa dewasa dan tua meliputi perkembangan fisik,
perkembangan kognitif, dan perkembangan psikososial.
B.
Saran
Demikian makalah yang dapat kami susun,
kami menyadari banyak kekurangan yang terdapat pada makalah ini, maka kritik
dan saran yang membangun sangat kami harapkan. Makalah ini dapat digunakan
sebagaimana mestinya lebih-lebih dapat dijadikan sebagai acuan untuk
kesempurnaan makalah selanjutnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Desmita, Psikologi
Perkembangan, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2015
F.J Monks dan
A.M.P Knoers, Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam berbagai bagiannya,
Gajah Mada University Press, Yogyakarta, 2004
Muzdalifah M
Rahman, Psikologi Perkembangan,Nora Media Enterprise, Kudus, 2011
Yudrik Jahja, Psikologi
Perkembangan, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2012
[1] Muzdalifah M Rahman, Psikologi Perkembangan,Nora Media
Enterprise, Kudus, 2011, hlm. 109-110.
[2] Yudrik
Jahja, Psikologi Perkembangan, Kencana Prenada Media Group, Jakarta,
2012, hlm. 246-249.
[4]
Desmita, Psikologi Perkembangan, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2015,
hlm. 234-237
[5] Ibid.,
hlm. 283-253
[6] F.J
Monks dan A.M.P Knoers, Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam berbagai
bagiannya, Gajah Mada University Press, Yogyakarta, 2004, hlm. 327
Tidak ada komentar:
Posting Komentar