BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah
disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara
optimal. Metode pembelajaran adalah cara untuk
mempermudah anak didik mencapai kompetensi tertentu. Ha ini berlaku baik bagi
guru (yakni dalam pemilihan metode mengajar) maupun bagi siswa (dalam memilih
strategi belajar). Metode pembelajaran merupakan penjabaran dari pendekatan dan
strategi pembelajaran, serta diimplementasikan oleh metode dan teknik
pembelajaran.
Belajar adalah proses perubahan
tingkah laku individu sebagai hasil dari pengamalannya dalam berinteraksi dengan
lingkungan. Belajar bukan sekedar menghafal tetapi juga proses mental yang
terjadi dalam diri seseorang. Proses belajar mengajar
merupakan interaksi yang dilakukan antara guru dengan peserta didik dalam suatu
pengajaran untuk mewujudkan tujuan yang ditetapkan.
a. Bagaimana pengertian pola?
b. Apa pentingnya motivasi pendidik dalam pembelajaran?
c. Jelaskan macam-macam pola dan
pengertian?
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pola-pola Pembelajaran
Pola adalah cara yang digunakan guru dalam menyampaikan materi
pembelajaran dan mendinamisasikan proses belajar mengajar. Pola bisa disebut
juga dengan metode.
Belajar adalah proses perubahan perilaku individu sebagai hasil dari
pengalamannya dalam berinteraksi dengan lingkungan. Belajar bukan hanya sekedar
menghafal, melainkan suatu proses mental yang terjadi dalam diri seseorang.
Pembelajaran pada dasarnya adalah proses
penambahan informasi dan kemampuan, ketika berfikir informasi dan kompetensi
apa yang dimaksud oleh siswa, maka pada saat itu juga kita semestinya berfikir
strategi apa yang harus dilakukan agar semua itu dapat tercapai secara efektif
dan efesien. Ini sangat penting untuk dipahami oleh setiap guru, sebab apa yang
harus dicapai akan menentukan bagaimana cara mencapainya. Seorang guru dituntut
untuk menguasai metode pembelajaran yang dilakukannya akan dapat memberikan
nilai tambah bagi anak didiknya. Selanjutnya yang tidak kalah pentingnya dari
nilai proses pembelajarannya adalah hasil belajar yang optimal atau maksimal. [1]
Barry Morris mengklasifikasikan empat
pola pembelajaran yang digambarkan dalam bentuk sebagai berikut:
1) Pola Pembelajaran Tradisional 1
2) Pola Pembelajaran Tradisional 2
3) Pola Pembelajaran Guru dan Media
4) Pola Pembelajaran Bermedia
Pola pembelajaran tersebut
memberikan gambaran bahwa seiring dengan pesatnya perkembangan media
pembelajaran, baik software maupun hardware, akan membawa perubahan bergesernya
peranan guru sebagai penyampai pesan. Guru tidak lagi berperan lagi berperan
sebagai satu-satunya sumber belajar dalam kegiatan pembelajaran siswa dapat
memperoleh informasi dari berbagai media dan sumber belajar, baik itu dari
majalah, siaran radio pembelajaran, televisi pembelajaran dll. Pada masa
sekarang ini atau dimasa yang akan datang, peran guru tidak hanya sebagai
pengajar, tetapi ia harus mulai berperan sebagai director of learning, yaitu
sebagai pengelola belajar yang memfasilitasi kegiatan belajar siswa melalui
pemanfaatan dan optimalisasi berbagai sumber belajar. Bahkan, bukan tidak
mungkin dimasa yang akan datang peran media sebagai sumber informasi utama
dalam kegiatan pembelajaran (pola pembelajaran bermedia), seperti halnya
penerapan pembelajaran berbasis computer, disini peran guru hanya sebagai
fasilitator belajar saja. [2]
2. Pentingnya Motivasi Pendidik dalam
Pembelajaran
Ada suatu peristiwa, motivasi belajar
siswa menurun karena gangguan ekstern belajar. Pada peristiwa tersebut,
motivasi belajar siswa menjadi lebih baik, setelah guru mengubah kondisi
ekstern belajar siswa. Pada diri siswa terdapat kekuatan mental yang menjadi
penggerak belajar. Kekuatan penggerak tersebut berasal dari berbagai sumber.
Pada peristiwa diatas motivasi belajar dapat menjadi rendah dan dapat
diperbaiki kembali. Dan peran guru untuk mempertinggi motivasi belajar siswa
sangat berarti.
Siswa belajar karena didorong oleh
kekuatan mentalnya. Kekuatan mental itu berupa keinginan, perhatian, kemauan
atau cita-cita. Kekuatan mental tersebut dapat
tergolong rendah atau tinggi. Motivasi dipandang sebagai dorongan mental
yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar.
Dalam motivasi terkandung adanya keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan,
menyalurkan, dan mengarahkan sikap dan perilaku individu belajar.
Ada tiga komponen utama dalam motivasi
ialah kebutuhan, dorongan dan tujuan. Kebutuhan terjadi bila individu merasa
ada ketidakseimbangan antara apa yang ia miliki dan ia harapkan.[3]
3. Macam-macam Pola atau Metode
Pembelajaran
A.
Metode
ceramah
Metode ceramah adalah cara penyampaian bahan
pelajaran dengan komunikasi lisan.
Metode ceramah ekonomis dan efektif untuk keperluan penyampaian informasi dan
pengertian. Kelemahannya adalah bahwa siswa cenderung pasif, pengaturan
kecepatan secara klasikal ditentukan oleh pengajar, kurang cocok untuk
pembentukan keterampilan dan sikap, dan cenderung menempatkan pengajar sebagai
otoritas terakhir. [4]
Langkah-langkah
mempersiapkan ceramah yang efektif:
a.
Rumuskan
tujuan instruksional khusus yang luas.
b.
Selidiki
apakah metode ceramah merupakan metode yang paling tepat.
c.
Susun
bahan ceramah.
d.
Penyampaian
bahan.
e.
Adakan
rencana penilaian.
Metode
ceraamah hanya cocok
a.
Untuk menyampaikan informasi.
b.
Bila bahan ceramah langka.
c.
Kalau organisasi sajian harus disesuaikan dengan sifat penerima.
d.
Bila perlu membangkitkan minat.
e.
Kalau bahan cukup diingat sebentar.
Keuntungan:
a)
Dalam
waktu singkat dapat menjangkau jumlah siswa yang banyak (efisien)
b)
Guru
dapat menguasai seluruh kelas
c)
Pengorganisasian
kelas sederhana
d)
Konsep
yang disanpaikan kepada siswa sama
e) Mengurangi “ambiguous”(banyak arti;
padahal istilahnya sama).
Kelemahan:
a) Guru tidak dapat mengetahui apakah anak
sudah memahami
b) Bisa terjadi salah pemahaman anak
c) Tidak dapat melayani kebutuhan siswa
yang berbeda-beda
d) Bisa terjadi konsep anak yang berbeda
dengan yang dimaksudkan guru
e) Siswa menjadi pasif psikomotoriknya.
B. Metode Tanya-Jawab
Metode Tanya jawab adalah cara belajar mengajar yang
diterapkan guru dengan jalan guru mengajukan pertanyaan dan siswa menjawab,
atau sebaliknya siswa bertanya dan guru menjawab. Tujuan bertanya jawab adalah
mengecek penguasaan siswa atas fakta dan materi yang telah diajarkan, sementara
diskusi untuk melatih anak menghubungkan fakta dan konsep dalam membahas
masalah yang lebih kompleks. [6]
Dalam proses belajar mengajar, bertanya memegang peranan
yang penting, sebab pertanyaan yang tersusun baik dengan teknik pengajuan yang
tepat akan :
a.
Meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan belajar-mengajar.
b.
Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap masalah yang sedang
dibicarakan.
c.
Mengembangkan pola berpikir dan belajar aktif siswa, sebab berpikir itu
sendiri adalah bertanya.
d.
Menuntun proses berpikir siswa, sebab pertanyaan yang baik akan membantu
siswa agar dapat menentukan jawaban yang baik.
e.
Memusatkan perhatian murid terhadap masalah yang sedang dibahas.
Langkah-langkah
mempersiapkan Tanya jawab:
a. Rumuskan tujuan khusus yang ingin
dicapai dengan jelas
b. Cari alasan mengapa mempergunakan metode
Tanya jawab
c. Susun dan rumuskan pertanyaan-pertanyaan
dengan jelas, singkat, dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami
d. Tetapkan kemungkinan jawaban untuk
menjaga agar tidak menyimpang dari pokok persoalan.
Metode tanya jawab dapat dinilai sebagai metode yang
tepat, apabila pelaksanaannya ditujukan untuk :
a.
Meninjau ulang pelajaran atau
ceramah yang lalu, agar siswa memusatkan lagi perhatian;
b.
Menyelingi pembicaraan agar tetap mendapatka perhatian siswa;
c.
Mengarahkan pengamatan dan pemikiran mereka.
Metode tanya
jawab tidak wajar digunakan untuk :
a.
Menilai kemajuan peserta didik
b.
Mencari jawaban dari siswa, tetapi membatasi jawaban yang dapat diterima
c.
Memberi giliran kepada siswa tertentu. [7]
Jenis-jenis
pertanyaan
Terdapat beberapa cara untuk
menggolong-golongkan jenis-jenis pertanyaan. Beberapa diantaranya : jenis-jenis
pertanyaan menurut maksudnya, jenis-jenis pertanyaan menurut taksonomi Bloom,
dan jenis-jenis pertanyaan menurut luas-sempitnya pertanyaan.
a.
Jenis-jenis pertanyaan menurut maksudnya
1.
Pertanyaan permintaan (compliance question), pertanyaan yang mengharapkan agar
orang lain mematuhi perintah yang diucapkan dalam bentuk pertanyaan.
2.
Pertanyaan Retorik (rhetorical question), pertanyaan yang tidak menghendaki
jawaban, melainkan akan dijawab sendiri oleh guru karena merupakan teknik
penyampaian informasi kepada siswa.
3.
Pertanyaan mengarahkan atau menuntun (prompting question), pertanyaan yang
diajukan untuk memberi arah kepada siswa dalam proses berpikir.
4.
Pertanyaan menggali (probing question), pertanyaan lanjutan yang akan
mendorong siswa untuk lebih mendalami jawaban terhadap pertanyaan sebelumnya.
b.
Jenis-jenis pertanyaan menurut taksonomi Bloom
1.
Pertanyaan pengetahuan (recall question atau knowledge question),
pertanyaan yang hanya mengharapkan jawaban yang sifatnya hafalan atau ingatan
siswa terhadap apa yang telah dipelajarinya. Kata-kata yang sering digunakan
dalam menyusun pertanyaan pengetahuan ini biasanya : apa, dimana, kapan, siapa,
sebutkan.
2.
Pertanyaan pemahaman (comprehension question), pertanyaan ini menuntut
siswa untuk menjawab pertanyaan dengan jalam mengorganisasi informasi-informasi
yang pernah diterimanya dengan kata-kata sendiri, atau menginpretasikan atau
membaca informasi yang dilukiskan melalui grafik atau kurva dengan jalan
membandingkan atau membeda-bedakan.
3.
Pertanyaan penerapan (application qustion), pertanyaan yang menuntut siswa
untuk memberi jawaban tunggal dengan cara menerapkan pengetahuan, informasi,
aturan-aturan, kriteria, dan lain-lain yang pertnah diterimanya.
4.
Pertanyaan analisis (analysis question), pertanyaan yang menuntut siswa
untuk menemukan jawaban dengan cara sebagai berikut :
-
Mengidentifikasi motif masalah yang ditampilkan.
-
Mencari bukti-bukti atau kejadian-kejadian yang menunjang suatu kesimpulan
atau generalisasi
-
Menarik kesimpulan berdasarkan informasi yang ada.
5.
Pertanyaan sintesis (synthesis question), ciri pertanyaan ini ialah
jawabannya yang benar tidak tunggal melainkan lebih dari satu dan menghendaki
siswa untuk mengembangkan potensi serta daya kreasinya. Pertanyaan sintesis
menuntut siswa untuk :
-
Membuat ramalan atau prediksi
-
Memecahkan masalah berdasarkan imajinasinya
-
Mencari komunikasi.
6.
Pertanyaan evaluasi (evaluation question), pertanyaan semacam ini
menghendaki siswa untuk menjawabnya dengan cara memberikan penilaian atau
pendapatnya terhadap suatu issue yang ditampilkan.
c.
Jenis-jenis pertanyaan menurut luas-sempitnya sasaran
1.
Pertanyaan sempit (narrow question),pertanyaan ini membutuhkan jawaban yang
tertutup, dan biasanya kunci jawabannya telah tersedia.
a)
Pertanyaan sempit informasi langsung : pertanyaan yang semacam ini menuntut
siswa untuk menghafal atau mengingat informasi yang ada.
b)
Pertanyaan sempit memusat : pertanyaan ini menuntut siswa agar
mengembangkan ide atau jawabannya dengan cara menuntunnya melalui petunjuk
tertentu.
2.
Pertanyaan luas (broad question), ciri pertanyaan ini jawabannya mungkin
lebih dari satu sebab pertanyaan ini belum mempunyai jawaban spesifik sehingga
masih diharapkan hasil yang terbuka.
a)
Pertanyaan luas terbuka (open-ended question):
Pertanyaan ini
memberi kesempatan kepada siswa untuk mencari jawabannya menurut cara dan
gayanya masing-masing.
b)
Pertanyaan luas menilai (evaluating question) : pertanyaan ini meminta
siswa untuk mengadakan penilaian terhadap aspek kognitif maupun sikap.
Pertanyaan ini lebih efektif bila guru menghendaki siswa untuk :
-
Merumuskan pendapat,
-
Menentukan sikap,
-
Tukar-menukar pendapat terhadap suatu issue.
Kelebihan:
a. Lebih mengaktifkan siswa
b. Memberi kesempatan kepada siswa untuk
mengemukakan hal-hal yang belum jelas
c. Dapat diketahui perbedaan pendapat
siswa, sehingga bisa dicari titik temunya
d. Dapat mengurangi verbalisme
e. Memberi kesempatan kepada guru untuk
menjelaskan kembali konsep yang masih kabur.
Kelemahan:
a. Memberi peluang keluar dari pokok
persoalan, karena yang ditanyakan siswa menyimpang
b. Kekurangan waktu, apalagi jika seluruh
siswa ingin mendapatkan giliran.
C. Metode Diskusi
Diskusi adalah suatu proses penglihatan dua atau
lebih individu yang berinteraksi secara verbal dan saling berhadapan muka
mengenai tujuan sasaran atau sasaran yang sudah tertentu melalui cara tukar-menukar
informasi, mempertahankan pendapat, atau pemecahan masalah.
Metode
diskusi adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran dimana guru memberi
kesempatan kepada para siswa (kelompok-kelompok siswa) untuk mengadakan
perbincangan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau
menyusun berbagi alternative pemecahan atas suatu masalah.
Langkah-langkah
penggunaan metode diskusi:
a. Guru mengemukakan masalah yang akan
didiskusikan dan memberikan pengarahan seperlunya mengenai cara-cara pemecahannya.
b. Dengan pimpinan guru, para siswa
membentuk kelompok-kelompok diskusi, memilih pimpinan diskusi (ketua,
sekretaris, pelapor), mengatur tempat duduk, ruangan, dan sebagainya.
c. Para siswa berdiskusi dalam kelompoknya
masing-masing, sedangkan guru berkeliling dari kelompok yang satu ke kelompok
yang lain menjaga ketertiban, serta memberikan dorongan dan bantuan agar setiap
anggota kelompok berpartisipasi aktif, dan agar diskusi berjalan lancar.
d. Kemudian tiap kelompok melaporkan hasil
diskusinya.
e. Akhirnya siswa mencatat hasil diskusi,
dan guru mengumpulkan laporan hasil diskusi dari setiap kelompok.
Keuntungan:
a. Mempertinggi partisipasi siswa secara
individual,
b. Dapat mendinamisasikan kelas,
c. Melatih siswa mengemukakan pendapat
dalam forum,
d. Siswa dapat belajar menghargai pendapat
orang lain,
e. Siswa berlatih memecahkan masalah
bersama.
Kekurangan:
a. Tidak dapat digunakan pada kelompok yang
besar
b. Peserta diskusi mendapat informasi yang
terbatas
c. Dapat dikuasai oleh orang-orang yang
suka berbicara
Biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih
formal.[8]
D.
Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi
merupakan metode mengajar yang sangat efektif untuk menolong siswa mencari
jawaban atas pertanyaan-pertanyaan seperti :
-
Bagaimana cara membuatnya?
-
Terdiri dari bahan apa?
-
Bagaimana cara mengaturnya?
-
Bagaimana proses bekerjanya?
-
Bagaimana proses mengerjakannya?
Demonstrasi sebagai metode mengajar adalah bahwa seorang
guru, atau seorang demonstator (orang luar yang sengaja diminta), atau seorang
siswa memperlihatkan kepada seluruh kelas suatu proses, misalnya bekerjanya
suatu alat pencuci otomatis, cara membuat kue, dan sebagainya.
Metode
demonstrasi wajar digunakan bila siswa ingin mengetahui tentang:
a.
Bagaimana mengaturnya
b.
Bagaimana proses mengerjakannya
c.
Bagaimana proses membuatnya
d.
Terdiri dari apa
Keuntungan metode demontrasi
a.
Perhatian siswa dapat dipusatkan kepala hal-hal yang dianggap penting oleh
pengajar sehingga siswa dapat menangkap hal-hal yang penting. Perhatian siswa
lebih mudah dipusatkan kepada proses belajar, dan tidak tertuju kepada hal
lain.
b.
Dapat mengurangi kesalahan-kesalahan bila dibandingkan dengan membaca atau
mendengarkan keterangan guru. Sebab siswa memperoleh persepsi yang jelas dari
hasil pengamatannya.
c.
Bila siswa turut aktif melakukan demontrasi, maka siswa akan memperoleh
pengalaman praktek untuk mengembangkan kecakapan dan ketrampilan.
d.
Beberapa masalah yang menimbulkan pertanyaan siswa akan dapat dijawab waktu
mengamati proses demontrasi.
Batas-batas kemungkinannya
a.
Demonstrasi akan merupakan metode yang tidak wajar bila alat atau benda
yang didemonstrasi tidak dapat diamati dengan jelas oleh siswa. Misalnya alat
itu terlalu kecil atau penjelasannya tidak terang.
b.
Demonstrasi tidak efektif bila tidak diikuti kegiatan yang memungkinkan
siswa ikut mencoba, yang merupakan pengalaman yang berharga bagi siswa.
c.
Kadang-kadang suatu demonstrasi menjadi kurang bermakna bila tidak
dilakukan di tempat yang sebenarnya.
Bagaimana merencanakan suatu demonstrasi yang efektif?
a.
Rumuskan dengan jelas kecapakan dan atau ketrampilan apa yang diharapkan
dicapai oleh siswa sesudah demonstrasi itu dilakukan.
b.
Pertimbangkan dengan sungguh-sungguh, apakah metode itu wajar dipergunakan,
dan apakah ia merupakan metode yang paling
efektif untuk mencapai tujuan yang dirumuskan.
c.
Apakah alat-alat yang diperlukan untuk demonstrasi itu bisa didapat dengan
mudah, dan apakah sudah dicoba terlebih dahulu, supaya waktu diadakan
demonstrasi, tidak gagal.
d.
Apakah jumlah siswa memungkinkan untuk diadakan demonstrasi dengan jelas?
a.
Menetapkan garis-garis besar langkah-langkah yang akan dilaksanakan,
sebaiknya, sebelum demonstrasi dilakukan, sudah dicoba terlebih dahulu supaya
tidak gagal pada waktunya.
b.
Memperhitungkan waktu yang dibutuhkan. Apakah tersedia waktu pertanyaan dan
komentar selama dan sesudah demonstrasi.
c.
Selama demonstrasi berlangsung, tanyalah kepada diri sendiri apakah :
-
Keterangan-keterangan dapat didengar dengan jelas oleh siswa?
-
Alat-alat telah ditempatkan pada posisi yang baik, sehingga setiap siswa
dapat melihat dengan jelas?
-
Telah disarankan kepada siswa untuk membuat catatan-catatan seperluanya?
a.
Menetapkan rencana untuk menilai kemajuan siswa. Sering perlu diadakan
diskusi sesudah demonstrasi berlangsung atau siswa mencoba melakukan
demontrasi.
E.
Metode Kerja Kelompok
Metode kerja kelompok
merupakan suatu cara mengajar dengan jalan siswa satu kelas dianggap kelompok
atau dibagi dalam kelompok-kelompok kecil untuk mengerjakan tugas sesuai dengan
tujuan pelajaran dengan cara gotong royong. Dalam penerapan metode ini, siswa
harus bekerja dan ada hasilnya. Tujuannya adalah untuk melatih siswa bekerja
sama dengan kawan lain, meringankan tugas berat untuk dikerjakan bersama,
memberikan pengalaman kepada siswa, dan melatih tanggung jawab bersama serta
membina kekompakan.
Aspek-aspek
kelompok yang perlu diperhatikan dalam kerja kelompok ialah:
1. Tujuan
Tujuan
harus jelas bagi setiap anggota kelompok, agar diperoleh hasil kerja yang baik.
Tiap anggota harus tahu persis apa yang harus dikerjakan dan bagaimana
mengerjakannya.
2. Interaksi
Dalam
kerja kelompok ada tugas yang harus diselesaikan bersama sehingga perlu
dilakukan pembagian kerja. Salah satu persyaratan utama bagi terjadinya kerja
sama adalah komunikasi yang efektif, perlu ada interaksi antar anggota
kelompok.
3. Kepemimpinan
Tugas
yang jelas, komunikasi yang efektif, kepemimpinan yang baik, akan berpengaruh
terhadap suasana kerja, dan pada gilirannya suasana kerja ini akan mempengaruhi
proses penyelesaian tugas. Karena itu maka produktivitas dan iklim emosional
kelompok merupakan dua aspek yang saling berkait dalam proses kelompok.
Peranan
guru atau instruktor dalam kerja kelompok
Dalam kerja
kelompok peranan guru atau intruktor adalah sebagai :
a. Manager
Membantu
para peserta mengorganisasi diri, tempat duduk, serta bahan yang diperlukan.
b. Observer
Mengamati
dinamika kelompok yang terjadi sehingga ia dapat mengarahkan serta membantunya
bila perlu. Ia perlu memberikan balikan kepada kelompok tentang kepemimpinan,
interaksi, tujuan, serta perasaan dan norma-norma yang terjadi dalam kelompok.
c. Advisor
Memberikan
saran-saran tentang penyelesaian tugas bila diperlukan. Tetapi pemberian saran
ini jangan berarti instruktor yang menyelesaikan tugas buat pesrta. Berikan
saran itu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan , bukan pemberian informasi
secara langsung.
d. Evaluator
Nilailah
proses kelompok yang terjadi bersama-sama dengan kelompok. Penilaian ini
hendaklah selalu penilaian kelompok, bukan penilaian terhadap individu.
Rambu-rambu
penggunaan kerja kelompok
Di
bawah ini dirangkumkan rambu-rambu yang harus diperhatikan di dalam
menyelenggarakan kerja kelompok.
a. Pesan terpenting, format kerja kelompok
adalah pemecahan masalah atau penunaian tugas melalui proses kelompok. Secara
umum dapat dikatakan bahwa topik-topik yang cocok ditangani melalui kerja kelompok
adalah topik-topik yang :
1) Cukup kompleks isinya dan cukup luas
ruang lingkupnya sehingga bisa dibagi-bagi yang cukup memadai sebagai tugas-tugas
kelompok, baik secara pararel maupun komenter
2) Membutuhkan bahan dan informasi dari
berbagai sumber untuk pemecahannya.
b. Di dalam pelaksanaan, kelas dibagi
menjadi kelompok-kelompok secara random atau berdasarkan pengaturan
tertentu, pengelompokan secara random dilakukan bila kelompok-kelompok
ditugaskan untuk melakukan pekerjaaan pejajagan; Sebagaimana disyaratkan dalam
butir b. diatas, produktivitas dan kekohesifan kelompok adalah dua aspek yang
harus selalu
diperhatikan secara
seimbang. Memang ada kalanya surat tugas kelompok terutama dilakukan untuk
mengembangkan ketrampilan
c.
sedangkan
pengelompokan yang diatur dilakukan bila produktivitas maupun kekohesifan kelompok
merupakan tujuan penting.
bekerja sama dan memupuk semangat
kebersamaan , sedangkan pada kesempatan lain, tugas kelompok diberikan karena
ada produk-
produk nyata yang perlu dicapai, seperti pengetahuan yang cukup luas dan
pengertian yang mendalam tentang suatu fenomena, misalnya lingkup ekologi di
sawah atau tugas-tugas perkembangan dalam konteks kebudayaan Indonesia. Akan
tetapi secara keseluruhan, sasaran penilaian adalah terhadap kedua aspek tersebut
: produk kelompok serta peningkatan kemampuan di dalam menangani tugas-tugas
kelompok, dan semangat kebersamaan di dalam kelompok bekerja menyelesaikan
tugas-tugasnya.
F.
Metode Praktik
Metode praktik dimaksudkan
supaya mendidik dengan memberikan materi pendidikan baik menggunakan alat atau
benda, seraya diperagakan dengan harapan anak didik menjadi jelas dan gamblang
sekaligus dapat mempraktikkan materi yang dimaksud.
Sesungguhnya memberi pengalaman
praktis memberi masukan wawasan dan ilmu pengetahuan. Dalam peristiwa lain,
Rasulullah melihat seorang anak yang sedang menguliti kambing, namun dia salah
dalam mengerjakannya. Maka beliau pun menyisingkan lengan dan memberi contoh
kepada anak itu tentang cara menguliti kambing yang benar. Setelah selesai contoh
itu, anak tersebut mengfungsukan otaknya, berfikir tentang cara yang baru saja
diajarkan leh Rasulullah. Dengan pengalaman-pengalaman praktis itulah wawasan
anak menjadi luas dan terbuka.
Tahapan metode praktik:
1.
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
2.
Guru menunjukkan cara melakukan sesuatu tindakan
3.
Peserta didik diminta melakukan kegiatan seperti yang dilakukan guru sesuai
standar yang ditetapkan
4.
Guru mengecek ketrampilan peserta didik.
G. Metode Eksperimen
Metode eksperimen adalah metode
pemberian kesempatan kepada siswa, baik secara perorangan atau kelompok, untuk
dilatih melakukan suatu proses atau percobaan. Dengan metode ini, diharapkan ia
bisa sepenuhnya terlibat dalam merencanakan dan melakukan eksperimen, menemukan
fakta, mengumpulkan data, mengendalikan variable, dan memecahkan masalah yang
dihadapinya secara nyata.
Kelebihan Metode Eksperimen:
a. Metode ini dapat membuat siswa lebih
percaya atas kebenara atau kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri daripada
hanya menerima kata dari guru atau buku.
b. Siswa dapat mengembangkan sikap untuk
mengadakan studi eksplorasi (menjelajahi) ilmu dan teknologi, suatu sikap yang
dituntut dari seorang ilmuwan.
c. Dengan metode ini, akan terbina manusia
yang dapat membawa terobosan-terobosan baru, dengan penemuan yang didapatinya
dari hasil percobaan, yang diharapkan dapat bermanfaat bagi kesejahteraan hidup
manusia.
Kelemahan Metode Eksperimen:
a. Tidak cukupnya alat-alat atau sarana
untuk bereksperimen, sehingga tidak setiap siswa berkesempatan untuk mengadakan
eksperimen.
b. Jika eksperimen memerlukan jangka waktu
yang lama, maka siswa harus menanti untuk melanjutkan pelajaran.
c. Metode ini lebih sesuai untuk menyajikan
bidang-bidang ilmu teknologi.
H.
Metode
Pemberian Tugas dan Pembacaan (Recitation)
Dalam konteks ini, pemberian tugas
berarti guru memberikan suatu tugas kepada siswa dan mengaitkaannya dengan
tugas-tugas yang lain. Misalnya, saat guru member tugas membaca kepada siswa,
harus ditambahkan tugas-tugas lain, seperti mencari dan membaca buku-buku lain
sebagai perbandingan, atau disuruh mengamati orang yang ada dilingkungannya
setelah membaca buku tersebut. Dengan demikian, pemberian tugas adalah suatu
pekerjaan yang harus diselesaikan oleh siswa tanpa terikat tempat.
Kelebihan Metode Pemberian Tugas:
a. Pengetahuan yang siswa peroleh dari
hasil belajar sendiri akan dapat diingat lebih lama.
b. Siswa berkesempatan untuk memupuk
perkembangan dan keberanian dalam mengambil inisiatif, bertanggungjawab dan
berdiri sendiri.
Kelemahan Metode
Pemberian Tugas:
a. Sering kali siswa melakukan penipuan,
dimana ia hanya meniru hasil pekerjaan orang lain tanpa mau bersusah payah
mengerjakan tugas sendiri.
b. Terkadang, tugas itu dikerjakan orang
lain tanpa pengawasan.
c. Sukar memberi tugas yang memenuhi
perbedaan individual.[9]
I. Metode Studi Mandiri
Metode Studi Mandiri berbentuk
pelaksanaan tugas membaca atau penelitian oleh siswa tanpa bimbingan atau
pengajaran khusus. Metode ini dilakukan dengan cara:
a. Memberikan daftar bacaan kepada siswa
yang sesuai dengan kebutuhannya,
b. Menjelaskan hasil yang diharapkan
dicapai oleh siswa pada akhir kegiatan studi mandiri,
c. Mempersiapkan tes untuk menilai
keberhasilan siswa.
Metode ini tepat
dilakukan manakala:
a. Pada tahap akhir proses belajar,
b. Dapat digunakan pada semua mata
pelajaran,
c. Menunjang metode pembelajaran yang lain,
d. Meningkatkan kemampuan kerja siswa,
e. Mepersiapkan siswa untuk kenaikan
tingkat atau jabatan,
f. Memberi kesempatan kepada siswa untuk
memperdalam minatnya tanpa dicampuri siswa lain.
Metode studi
mandiri hanya dapat digunakan manakala siswa mampu menentukan sendiri tujuannya
dan dapat memperoleh sumber-sumber yang diperlukan untuk mencapai tujuan
tersebut.
J. Metode Pembelajaran Terprogram
Metode
pembelajaran terprogram menggunakan bahan pengajaran yang disiapkan secara
khusus. Apabila hendak menggunakan metode ini, guru harus memerhatikan sebagai
berikut:
a. Siswa harus benar-benar memiliki seluruh
bahan, alat-alat, dan perlengkapan lain yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
pelajaran tersebut.
b. Siswa harus benar-benar tahu bahwa bahan
itu bukan tes.
c. Tersedia sumber yang dapat membantu
siswa apabila ia mengalami kesulitan.
d. Secara periodik, siswa harus dicek
kemampuannya untuk membuatnya benar-benar belajar.
Metode ini tepat
diterapkan apabila:
a. Kurang mendapatkan interaksi sosial.
b. Semua tahap belajar, dari permulaan
sampai proses akhir belajar siswa dapat deprogram secara lengkap atau utuh.
c. Pelajaran formal, belajar jarak jauh,
dan magang.
d. Mengatasi kesulitan perbedaan
individual.
e. Mempermudah siswa belajar dalam waktu
yang diinginkan.
K. Metode Latihan Bersama Teman
Metode
latihan bersama teman memanfaatkan siswa yang telah lulus atau berhasil untuk melatih temannya dan ia bertindak sebagai pelatih,
dan pembimbing seorang siswa yang lain. Ia dapat menentukan metode pembelajaran
yang disukainya untuk melatih temannya tersebut. Setelah teman berhasil dan
lulus, kemudian ia bertindak sebagai pelatih bagi sorang teman yang lain.
Dalam melaksanakan
metode ini, perlu diperhatikan hal-hal berikut:
a.
Seorang siswa memerhatikan siswa yang telah mencapai tingkat lanjut dalam
melaksanakan semua tugas dibawah bimbingan pelatih.
b. Setelah mengenal tugas tersebut, siswa
dilatih dalam ketrampilan melakukannya,
c. Setelah lulus tes, ia menjadi pelatih
untuk siswa berikutnya.
Metode ini dapat
dilaksanakan apabila:
a. Terbatasnya siswa yang dapat dilatih
dalam satu periode tertentu.
b. Kegiatan latihan harus senantiasa
dikontrol secara langsung untuk memelihara kualitas.
Metode
ini memiliki kelemahan sebagai berikut :
a.
Terbatasnya siswa yang adapat dilatih dalam satu periode tertentu.
b.
Kegiatan latihan harus senantiasa dikontrol secara langsung untuk
memelihara kualitas.[10]
L. Metode Simulasi
Simulasi
adalah tiruan atau perbuatan yang hanya pura-pura saja (dari fakta simulate yang artinya pura-pura
atau berbuat seolah-olah; dan simulation artinya tiruan atau perbuatan
yang pura-pura saja).
Tujuan simulasi:
a. Untuk melatih keterampilan tertentu,
baik yang bersifat professional maupun bagi kehidupan sehari-hari.
b. Untuk memperoleh pemahaman tentang suatu
konsep atau prinsip.
c. Untuk latihan memecahkan masalah.
Prinsip-prinsip
simulasi
a. Simulasi dilakukan oleh kelompok siswa, tiap kelompok
mendapat kesempatan melaksanakan simulasi yang sama atau dapat juga berbeda.
b. Semua siswa harus terlibat langsung menurut peranan
masing-masing.
c. Penentuam topik disesuaikan dengan tingkat kemampuan
kelas, dibicarakan oleh siswa dan guru.
d. Petunjuk simulasi diberikan terlebih dahulu.
e. Dalam simulasi seyogyanya dapat dicapai tiga domain
psikis.
f. Dalam simulasi hendaknya digambarkan situasi yang
lengkap.
g. Hendaknya diusahakan teritregasinya beberapa ilmu.
Bentuk-bentuk
simulasi
Menurut Gilstrap yang melihatnya dari sifat tiruannya,
simulasi itu dapat berbentuk : role pleying, psikodrama, sosiodrama, dan
permainan. Menurut Hyman dalam bukunya Ways of Teaching, simulasi
merupakan salah satu metode yang termasuk ke dalam kelompok role playing. Bentuk-bentuk
role playing yang lain adalah
sosiodrama, permainan, dan dramatisasi.[11]
Jenis-jenis
simulasi
a.
Sosiodrama
Sosiodrama adalah metode pembelajaran bermain peran untuk
memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan fenomena sosial, permasalahan
yang menyangkut hubungan antara manusia seperti masalah kenakalan remaja,
narkoba, gambaran keluarga yang otoriter, dan lain sebagainya. Sosiodrama
digunakan untuk memberikan pemahaman dan penghayatan akan masalah-masalah
sosial serta mengembangkan kemampuan siswa untuk memecahkannya.
b.
Psikodrama
Psikodrama adalah metode pembelajaran dengan bermain
peran yang bertitik tolak dari permasalahan-permasalahan psikologis. Psikodrama
biasanya digunakan untuk terapi, yaitu agar siswa memperoleh pemahaman yang
lebih baik tentang dirinya, menemukan konsep diri, menyatakan reaksi terhadap
tekanan-tekanan yang dialaminya.
c.
Role Playing
Role Playing atau
bermain peran adalah metode pembelajaran sebagai bagian dari simulasi yang
diarahkan untuk mengkreasi peristiwa sejarah, mengkreasi peristiwa-peristiwa
aktual, atau kejadian0kejadian yang mungkin muncul pada masa mendatang. Topik
yang dapat diangkat Role Playing misalnya memainkan peran sebagai juru
kampanye suatu partai atau gambaran keadaan yang mungkin muncul pada abad
teknologi informasi.
d.
Peer Teaching
Peer Teaching
merupakan latihan mengajar yang dilakukan oleh siswa kepada teman-teman calon
guru. Selain itu Peer Teaching merupakan kegiatan pembelajaran yang
dilakukan seorang siswa kepada siswa lainnya dan salah satu siswa itu lebih
memahami materi pembelajaran.
e.
Simulasi Game
Simulasi game merupakan bermain peranan, para siswa
berkompetisi untuk mencapai tujuan tertentu melalui permainan dengan mematuhi
peraturan yang ditentukan.[12]
Langkah-langkah
pelaksanaan simulasi
a.
Penentuan topik dan tujuan simulasi.
b.
Guru memberikan gambaran secara garis besar situasi yang akan
disimulasikan.
c.
Guru memimpin pengorganisasian kelompok, peranan-peranan yang akan
dimainkan, pengaturan ruangan, pengaturan alat, dan sebagainya.
d.
Pemilihan pemegang peranan.
e.
Guru memberikan keterangan yang akan dilakukan.
f.
Guru memberi kesempatan untuk mempersiapkan diri kepada kelompok dan
pemegang peranan.
g.
Menetapkan lokasi dan waktu pelaksanaan simulasi.
h.
Pelaksanaan simulasi.
i.
Evaluasi dan pemberian balikan.
j.
Latihan ulang.
Kelebihan metode simulasi
a. Menyenangkan. Sehingga siswa secara wajar terdorong untuk
berpartisipasi.
b. Menggalakkan guru untuk mengembangkan aktivitas simulasi.
c. Memungkinkan eksperimen berlangsung tanpa memerlukan
lingkungan yang sebenarnya.
d. Memvisulakan hal-hal yang abstrak.
e. Tidak memerlukan ketrampilan komunikasi yang pelik.
f. Memungkinkan terjadinya interaksi antar siswa.
g. Menimbulkan respons yang positif dari siswa yang lamban,
kurang cakap, dan kurang motivasi.
h. Melatih berpikir kritis karena siswa terlibat dalam
analisa proses, kemajuan simulasi.
Kelemahan
metode simulasi
a.
Efektivitasnya dalam menunjukkan belajar belum dapat dilaporkan oleh riset.
b.
Validitas simulasi masih banyak diragukan orang.
c.
Menuntut imajinasi dari guru dan siswa.
Beberapa
topik bahan simulasi untuk melatih ketrampilan
-
Memberikan perawatan terhadap penderita jantung
-
Memberikan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan.
-
Memberikan perawatan terhadap bayi yang baru lahir.
-
Menolong penderita menggunakan pot dan urinal.
-
Memberikan makanan kepada pasien yang tak dapat makan sendiri
-
Membantu dan memperbaiki posisi pasien.
Dengan mengadakan simulasi dengan topik-topik di atas,
siswa akan memperoleh ketrampilan yang diharapkan dikuasai tanpa harus segara
langsung terjun ke dalam situasi yang sebenarnya.
Sebagai latihan, sebelum melaksanakan pekerjaan dalam
situasi yang sebenarnya, simulasi kiranya merupakan cara belajar yang
menguntungkan untuk melatih ketrampilan tertentu.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pola adalah cara yang digunakan guru dalam menyampaikan
materi pembelajaran dan mendinamisasikan proses belajar mengajar. Pola bisa
disebut juga dengan metode. Metode berasal dari bahasa Yunani, yaitu methodos. Methodos berasal dari kata “meta”
dan “bodos”. Meta berarti melalui, sedangkan bodos berarti jalan. Sehingga,
metode berarti jalan yang harus dilalui atau cara untuk melakukan sesuatu atau
prosedur.
Macam-macam pola pembelajaran :
a.
Metode Ceramah
b.
Metode Tanya-Jawab
c.
Metode Diskusi
d.
Metode Demonstrasi
e.
Metode Kerja Kelompok
f.
Metode Praktik
g.
Metode Eksperimen
h.
Metode Pemberian Tugas dan Pembacaan (Recitation)
i.
Metode Studi Mandiri
j.
Metode Pembelajaran Terprogram
k.
Metode Latihan Bersama Teman
l.
Metode Simulasi
B.
Saran
Dengan
dibuatnya makalah Perencanaan Sistem PAI dengan tema “Macam-macam Pola
Pembelajaran” semoga dapat membantu proses perkuliahan dengan baik dan bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Majid,Strategi Pembelajaran,PT Remaja Rosdakarya,Bandung;2013
Abin Syamsuddin Makmun,Psikologi Kependidikan Perangkat Sistem
Pengajaran Modul,PT Remaja Rosdakarya;2009
Hamdani,Strategi Belajar Mengajar,CV Pustaka Setia,Bandung;TT
J.J.Hasibuan,Proses Belajar Mengajar,PT Remaja
Rosdakarya,Bandung;2009
Jamal Ma’mur Asmani,7 Tips Aplikasi Pakem,DIVA press,Jogjakarta;2011
Martinis Yamin,Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi,Gaung
Persada Press,Jakarta;2004
Moh.Sholeh Hamid,Metode Edutaiment,DIVA press,Jogjakarta;2013
Oemar Hamalik,Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem,PT
Bumi Aksara,Jakarta;2004
[2] Rusman, Model-model
Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, cet.6, 2013,hal:134-135
[3] Ibid, hal:80
[4] J.J. Hasibuan dan moedjiono,Proses
Belajar Mengajar, PT REMAJA ROSDAKARYA, Bandung,2009,Hal:13
[6] Hendyat Soetopo,Pendidikan
dan Pembelajaran,Universitas Muhammadiyah Malang,Malang,2005,Hal 154
[8] Jamal Ma’mur Asmani, 7 Tips
Aplikasi Pakem,Diva Pres,Jogjakarta,2011, Hal 37
[9] Moh. Sholeh Hamid, Metode
Edutainment, DIVA Press,Jogjakarta,2013,Hal: 212-214
Tidak ada komentar:
Posting Komentar