BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Istilah
Tarikh berasal dari bahasa Arab yang artinya menurut lughat (bahasa)
adalah ketentuan masa. Arti menurut istilah dalam kitab-kitab adalah keterangan
yang menerangkan hal ihwal umat dan segala sesuatu yang telah terjadi di
kalangannya pada masa yang telah lampau atau pada masa yang masih ada. Selain
itu juga dipakai dalam arti perhitungan tahun atau buku sejarah dengan
tahunnya.
Adapun
ilmu tarikh itu sendiri adalah sesuatu pengetahuan yang bermanfaat untuk mengetahui
keadaan-keadaan atau kejadian-kejadian yang telah lampau dalam kehidupan uamt
dan keadaan-keadaan atau kejadia-kejadian yang masih ada (sedang terjadi) di
dalam kehidupannya.
Dalam
makalah kelompok 4, kami akan memaparkan sejarah Nabi yang bertema Wahyu
pertama dan orang-orang pertama yang masuk Islam, Tahapan dakwah dan Tantangan
dakwah Rasul.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana wahyu pertama yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad SAW?
2. Siapa saja orang-orang yang pertama masuk
Islam?
3. Bagaimana tahapan-tahapan dakwah yang
dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW?
4. Apa
saja tantangan yang dihadapi Nabi Muhammad SAW ketika berdakwah?
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Wahyu pertama yang ditunkan kepada Nabi
Muhammad SAW
Istilah wahyu berasal dari bahasa Arab yang artinya
bermacam-macam, yaitu mengabarkan dengan rahasia, berkata-kata dengan perlahan,
berpesan, menyuruh, menyeruat, menunjukkan sesuatu dengan segera, firman-firman
Tuhan Yang Maha Kuasa kepada nabi-Nya dan para wali-Nya. Menurut Syariat wahyu
pemberitahuan dari hadirat Allah kepada seorang Nabi dari Nabi-nabiNya, dalam
hal hokum Syariat (agama) dan sebagainya. Syariat juga diartikan untuk
firman-firman ketuhanan yang diturunkan kepada Nabi-nabi-Nya dan wali-wali-Nya.
Lebih
tegas lagi, arti wahyu itu adalah
pemberitahuan atau pelajaran yang diberikan dengan segera dan secara rahasia
juga khusus kepada seorang Nabi. Di sebuah Gua di Bukit Hira tidak jauh dari
ka’bah, beliau melakukan meditasi. Pada usia 40 tahun, di malam ke-27 Ramadhan,
saat beliau sedang bermeditasi dalam kegelapan gua tiba-tiba gua ersebut
diliputi cahaya yang sangat terang. Kemudia muncul sebuah suara yang memanggil
beliau dan berkata “Bacalah!” beliau menjawab “Aku tidak dapat membaca”.
Kemudian ada sesuatu yang memeluk tubuh beliau dengan kuat-kuat hingga beliau
tidak dapat bernafas. Lalu ia melepaskannya dan berkata pada Nabi “Bacalah!”
sekali lagi Nabi menjawab “Aku tidak dapat membaca” dan begitu seterusnya
sampai tiga kali. Lalu suara itu berkata pada Nabi,
ù&tø%$# ÉOó$$Î/ y7În/u Ï%©!$# t,n=y{ ÇÊÈ t,n=y{ z`»|¡SM}$# ô`ÏB @,n=tã ÇËÈ ù&tø%$# y7/uur ãPtø.F{$# ÇÌÈ Ï%©!$# zO¯=tæ ÉOn=s)ø9$$Î/ ÇÍÈ zO¯=tæ z`»|¡SM}$# $tB óOs9 ÷Ls>÷èt ÇÎÈ
1.
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,
2.
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3.
Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
4.
Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam
5.
Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (Q.S.
Al-Alaq :1-5).
Lalu
cahaya itu hilang, karena merasa ketakutan, Nabi bergegas pulang ke rumah
menemui istrinya, Khadijah. Gemetaran dan berkeringat Nabi berkata pada
Khadijah “Selimuti aku” setelah tenang beliau menceritakan pada Khadijah apa
yang terjadi.
Khadijah membawa Nabi ke tempat Waraqah bin Naufal,
saudara sepupu Khadijah, yang mengetahui kiatab-kitab Yahudi dan Kristen. Nabi
muhammad menceritakan apa yang terjadi kepada Waraqah. Waraqah tercengang,
karena dia tahu Nabi-nabi Israel diberi wahyu Ilahi dengan cara serupa. Tetapi
Waraqah tidak yakin bahwa Nabi itu akan berasal dari keturunan Ismail, karena
selama itu, setiap nabi dilahirkan dari keturunan Ishak. Dia memberitahu kepada
nabi, bahwa yang menemui beliau adalah Ruh Agung (malaikat Jibril), dan memberitahu
bahwa dialah Nabi yang yang dikirim kepada umat.[1]
Menyuruh Nabi akan segera sadar dan bangun dari “keprihatinan” panjang
(selimut). Nabi diberi tugas suci untuk member peringatan kepada umat manusia
yang telah lama berkubang dengan akhlak, kebudayaan, dan gaya hidup yang tidak
manusiawi dan tidak beradab.[2]
Cara Wahyu diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW:
a) Berupa impian yang baik waktu beliau
tidur
b) Kadang-kadang wahyu itu dibawa oleh
malaikat jibril, dan malaikat itu menyerupai manusia laki-laki, lalu
menyampaikan perkataan kepada beliau, kemudian semua perkataan itu dipelihara
baik-baik dan dihafal benar oleh beliau.
c) Kadang wahyu itu merupakan bunyi genta.
Menurut beliau, itulah wahyu yang paling berat diterima beliau
d) Kadang wahyu itu tidak diperantar oleh
malaikat, tetapai Nabi mendapatkannya langsung dari hadirat Allah.
e) Wahyu itu beliau terima di atas langit
yang ke tujuh.[3]
B. Orang-orang Pertama yang Masuk Islam
Yang pertama kali masuk Islam dijuluki sebagai As-shabiqunal Awwalun. Diantara yang
petama kali beriman terbagi ke dalam beberapa golongan yang berdasarkan
statusnya terhadap Nabi antara lain:
1.
Dari
golongan wanita, yang petama kali beriman adalah istri beliau, yaitu Siti
Khadijah r.a
2.
Dari
golongan sahabat, yang pertama kali beriman adalah Abu Bakar, yang mana setelah
Abu Bakar ini masuk Islam beliau giat berdakwah mengislamkan orang-orang
kepercayaan yang dicintainya, diantaranya yaitu Utsman Bin Affan, Thalhah Bin
Ubaidillah, Sa’ad Bin Abi Waqqash, serta pendeta Waraqah Bin Naufal.
3.
Dari
golongan kanak-kanak, yaitu Ali Bin Abi Thalib, dan Zaid Bin Tsabit, yang tidak
lain adalah putra asuhan Rasulullah.[4]
4.
Dari
golongan budak laki-laki, yaitu Zaid Bin Haritsah.
5.
Dari
golongan budak perempuan, yaitu Ummu Aiman. [5]
Sedangkan
ditinjau dari penggolongan secara
tempat, terbagi atas dua golongan, yaitu golongan orang-orang yang masuk Islam
dari Kota Makkah dan Madinah.
1.
Orang-orang
pertama yang masuk Islam di Makkah
Setelah
yang dikenal sebai Assabiqunal Awwalun, kemudian disusul oleh Zubair Bin Awwam,
Abu Dzar Al-Ghifari, Umar Bin Anbasah dan Sa’id Bin Al-Ash. Islam tersebar di
makkah, terutama di kalangan orang-orang yang hatinya telah diterangi sinar
hidayah oleh Allah SWT. Padahal pada penyebaran Islam kali ini dilakukan secara
diam-diam, tidak secara demonstratif dan tidak pula secara propokatif.[6]
2. Orang-orang yang Masuk Islam di Madinah
Pada
suatu malam, Nabi saw berada di Bukit
Aqabah Mina. Beliau bertemu dengan serombongan orang dari Yastrib (Madinah)
yang berjumlah enam orang. Mereka adalah keturunan Khajraz. Mula-mula Beliau
mengajukan suatu pertanyaan kepada mereka dan mereka menjawabnya dengan baik.
Selanjutnya, beliau dan mereka saling memperkenalkan diri. Nabi saw menanyakan
keadaan mereka di kota Yastrib (Madinah) dan beliau mengajak mereka
berbincang-bincang. Sesudah saling bertanya, akhirnya beliau mengjak mereka
pergi ke tempat yang sunyi. Nabi saw kemudian membacakan ayat-ayat Al-Qur’an
dan menyeru kepada mereka tentang Islam. Dengan segera, mereka tertarik dan
percaya kepada nabi saw beserta apa yang diserukan dan apa yang dibacakan.
Adapun
keenam orang itu adalah As’ad bin Zurarah dari Bani an-Najjar, Rafi bin Malik
dari Bani Zuraiq, Auf bin Harits dari Bani an-Najjar, Qthbah bin Amir dari Bani
Salamah, Uqbah bin Amir dari Bani Hiram, dan Jabir bin Abdiwah dari Bani Ubaid.
Setelah
enam orang tersebut menerima dakwah Islam, Nabi saw mengajak mereka pindah lagi
ke tempat yang lebih sunyi, yakni suatu tempat yang terletak di bawah Bukit
Aqabah. Di tempat inilah mereka menerima Islam. Peristiwa ini terjadi pada
tahun ke-11 dari kenabian.
Setelah
berunding, mereka menyatakan percaya dengan sungguh-sungguh terhadap kerasulan
Nabi Muhammad saw. Beliau menasihati mereka supaya bersatu dan saling menolong
untuk menyiarkan agama Islam.[7]
C. Tahapan Dakwah Rasulullah SAW
Dakwah yang dimulai oleh Nabi Muhammad SAW dari
Makkah betujuan menciptakan suatu negara, tetapi untuk membangun generasi dan
umat baru yang hidup menghayati kebenaran dan sanggup menyebarluaskannya
keseluruh permukaan bumi, agar di dunia tidak ada cerita lain kecuali cerita
tentang kehidupan yang benar. Dakwah Nabi terbagi menjadi dua periode, yaitu
dakwah secara diam-diam dan dakwah secara terang-terangan atau terbuka.
1. Dakwah secara diam-diam
Dakwah Nabi secara diam-diam atau sembunyi-sembunyi
ini atas dasar perintah Allah dalam Q.S Al-Hajj ayat 5, yang berbunyi:
“Manakala kami turunkan hujan di atasnya,
maka hidup dan suburlah tanah itu serta menumbuhkan berbagai macam tetanaman
indah”. (Q.S Al-Hajj: 5)
Para pengikut Nabi Muhammad berhimpun di sekitar beliau
atas kesadaran masing-masing. Dengan rasa kasih dan kekaguman mereka
mendengarkan beliau menjelaskan pokok-pokok ajaran agama Islam. Iman adalah
kekuatan yang sangat menakjubkan. Apabila ia telah besemayam di lubuk hati, ia
sanggup mengubah sesuatu yang mustahil menjadi sesuatu yang mungkin. Tahap
pertama dakwah Rasululullah SAW mengajak para anggota keluarga dan para sahabat
terdekatnya supaya memeluk agama Islam. Mereka sama sekali tidak meragukan
kebesar beliau, keagungan pribadi dan kebenaran tutur katanya. Karena itu,
layaklah kalau mereka menjadi orang-orang yang paling dini dalam mengikuti dan
membantu beliau.[8]
Penyiaran Islam secara diam-diam dan rahasia ini
membuahkan beberapa sahabat serta kerabat, dan hanya ditujukan kepada orang-orang
terdekat Rasulullah saja, yaitu Khadijah, Ali bin Abi Thalib, Zaid bin Haritsah
dan sahabat lainnya.
2. Tahapan dakwah secara tebuka
Setelah beliau cukup mempunyai
kekuatan, kemudian beliau diperintahkan Allah untuk menyiarkan Islam secara
terang-terangan, sebagaimana dinyatakan dalam Al-Qur’an:
íyô¹$$sù $yJÎ/ ãtB÷sè? óÚÌôãr&ur Ç`tã tûüÏ.Îô³ßJø9$# ÇÒÍÈ
94.
Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan
(kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik. (Q.S.
Al-Hijr : 94)
karena
Allah memerintahkan demikian, maka beliau dating di pasar-pasar dan di
tempat-tempat orang berkumpul. Di sana beliau membacakan Al-Qur’an dan beliau mengajak
penduduk Mekah memeluk Islam. Maka tertarilah penduduk Mekah kepada Islam, dan
mereka mau memeluk agama Islam.[9]
Dalam perjalanan dakwah Nabi
bagaimana Islam tersebar dalam batas kesanggupan dan pada batas kemampuan
mereka, bukan dengan mantra, dan hal-hal gaib. Nabi bukan duduk-duduk saja
kemudian agama Islam tersebar, tetapi beliau mempersiapkan segala sesuatu dan
menghayati dakwah Islam sebagai manusia biasa bukan sebagai malaikat.[10]
D. Tantangan Dakwah Rasulullah SAW
sejak Rasulullah SAW mulai
berdakwah secara terbuka dan mengutuk kesesatan agama yang diwarisi oleh
kaumnya dari nenek moyang mereka, meledaklah kemarahan penduduk makkah. Sepuluh
tahun lamanya kaum muslimin dipandang sebagai kaum pembangkang yang memberontak,
semenjak itu kota suci makkah berubah menjadi ajang pertumpahan darah,
perampokan, dan pencemaran kehormatan wanita Muslim. Dalam keadaan inilah,
Rasulullah beserta kaum Muslimin setiap hari menghadapi bahaya, rintangan, yang
menjadi tantangan besar dalam dakwahnya.
Kaum musyrikin Quraiys
menghamburkan tuduhan disetai cacian terhadap Rasulullah SAW dan para
sahabatnya. Mereka membentuk kelompok-kelompok khusus untuk melancarkan cemooh
terhadap Islam dan tokoh-tokohnya. Sama halnya denganyang kini dilakukan oleh
pers non-Islam sewaktu melancarkan kecaman pedas atau karikatur untuk
mendiskreditkan lawan di mata masyarakat. Dengan serangan yang bertubi-tubi
itu, kaum muslimin ketika itu berada di ujung tanduk.
Cacian serta
tuduhan-tuduhan yang dilontarkan oleh kaum musyrikin terhadap Nabi telah
terabadikan di dalam Al-Qur’an. Diantaranya yaitu:
1.
Nabi disebut kaum Musyrikin sebagai orang gila.
Tecatat dalam Al-Qur’an surat Al-Hijr ayat 6
“mereka bekata: ‘hai yang menerima
wahyu, sesungguhnya engkau adalah gila’”. (QS. Al-Hijr:6)
2.
Kaum musyrikin menuduh Nabi sebagai tukang sihir dan
pendusta, terdapat dalam Al-Qur’an dalam surat Shaad ayat 4
“Mereka heran karena kedatangan
seseorang yang memberi peringatan (Rasul), dan orang-orang kafir itu berkata:
‘orang itu (Muhammad SAW ) adalah tukang sihir dan pendusta.’” (QS.Shaad:4)
3.
Tuduhan-tuduhan tersebut tersebar luas hingga
Rasulullah dihadapkan dengan tatapan sinis dan sikap mendendam dari orang-orang
kafir Quraisy, terdapat dalam QS. Al-Qalam ayat 51
“sungguh bahwa orang-orang kafir
itu hampir membinasakan engkau dengan pandangan mata mereka, ketika mereka
mendengar Al-Qur’an dan berkata: ‘Dia (Muhammad SAW) itu sungguh gila’”. (QS.
Al-Qalam:51)
Menurut riwayat Ibnu Ishaq, Nabi saw pergi ke
tempat-tempat musim berkumpul bangsa Arab, yaitu pasar yang diadakan beberapa
kali pada setiap tahun dengan cara berganti-berganti dalam waktu yang
ditentukan, misalnay Pasar Ukaz diadakan selama bulan Syawal dan pasar Majannah
berlangsung sesudah bulan Syawal selama dua puluh hari, pada musim Haji
diadakan perayaan pasar il Majaz. Selain pasar, beliau juga mendatangi
tempat-tempat suku Kinidah, suki Bani Kalb, dan suku Bani Abir bin Sha’sha’ah.
Jika Beliau mengetahui ada rombongan yang datang
dari bangsa Arab yang datang ke Mekah, beliau segera mendatangi mereka. Selain
itu Nabi juga sering berjalan dan mengelilingi mereka sambil berakata “hai
sekalian manusia, sesungguhnya Allah memerintahkan kamu sekalian supaya
menyembah kepada-Nya dan janganlah kamu menyekutukan Dia dengan sesuatu”. Apabila
Nabi berkata seperti itu, pasti dibelakang beliau ada seseorang yang mengikuti
sambil bicara dengan suara keras “hai sekalian manusia, sesungguhnya orang
ini memerintahkan kamu sekalian supaya meninggalkan agama orang tuamu dahulu”. Orang
yang suka mengikuti di belakang Nabi saw adalah paman beliau, Abu Lahab. Kadang
Nabi saw berkata “hai sekalian manusia, ucapkanlah tidak ada Tuhan melainkan
Allah, supaya kamu bahagia”. Kemudia dari belakang Abu Lahab menyahut “hai
sekalian manusia, janganlah kamu dengarkan perkataan orang ini karena dia
pendusta”. [11]
Selain
dari Abu Lahab, ejekan para Pendeta-pendeta kaum Yahudi juga menjadi tantangan dakwah Rosul lainnya.
Pendeta-pendeta tersebut diantaranya:
1. Rafi’ bin Huraimilah
Rafi’ bin Huraimilah adalah pendeta
Yahudi. Suatu hari dia datang menemui Nabi saw lalu berkata “hai Muhammad,
katakanlah jika engkau betul-betul pesuruh Allah, sebagaimana pengakuan engkau,
maka katakanlah kepada Allah, mengapa Dia tidak bicara sendiri kepada kita
sehingga kita mendengar sendiri pembicaraan-Nya atau engkau datangkan bukti
dari Allah yang menyatakan bahwa engkau itu sungguh-sungguh pesuuh Allah.
Ketika
itu, Nabi diam dan seketika Allah menurunkan wahyu pada Nabi saw yang berbunyi:
tA$s%ur tûïÏ%©!$# w tbqßJn=ôèt wöqs9 $uZßJÏk=s3ã ª!$# ÷rr& !$oYÏ?ù's? ×pt#uä 3
Ï9ºxx. tA$s%
úïÏ%©!$# `ÏB NÎgÎ=ö7s% @÷WÏiB óOÎgÏ9öqs% ¢
ôMygt7»t±n@ óOßgç/qè=è% 3
ôs% $¨Y¨t/ ÏM»tFy$# 5Qöqs)Ï9 cqãZÏ%qã ÇÊÊÑÈ
118. Dan orang-orang yang tidak mengetahui
berkata: "Mengapa Allah tidak (langsung) berbicara dengan Kami atau datang
tanda-tanda kekuasaan-Nya kepada kami?" demikian pula orang-orang yang
sebelum mereka telah mengatakan seperti Ucapan mereka itu; hati mereka serupa.
Sesungguhnya Kami telah menjelaskan tanda-tanda kekuasaan Kami kepada kaum yang
yakin. (Q.S. Al Baqarah: 118)
2. Wahab bin Zaid
Wahab
bin Zaid berkata kepada Nabi “Muhammad, kami tidak akan percaya akan
terutusnya engkau kecuali jika engkau mendatangkan catatn dari langit kepada kami dan kami dapat membacanya, atau
jika engkau memancarkan beberapa sungai di tanah Arab untuk kami. Maka kalau
engkau telah dapat berbuat begitu, barulah nanti kami percaya dan mengikuti
saran engkau”. Kemudian Allah
menurunkan wahyu kepada Nabi saw yang berbunyi:
÷Pr& crßÌè? br& (#qè=t«ó¡n@ öNä3s9qßu $yJx. @Í´ß 4ÓyqãB `ÏB ã@ö6s% 3
`tBur ÉA£t7oKt tøÿà6ø9$# Ç`»oÿM}$$Î/ ôs)sù ¨@|Ê uä!#uqy È@Î6¡¡9$# ÇÊÉÑÈ
108.
Apakah kamu menghendaki untuk meminta kepada Rasul kamu seperti Bani Israil
meminta kepada Musa pada jaman dahulu? dan Barangsiapa yang menukar iman dengan
kekafiran, Maka sungguh orang itu telah sesat dari jalan yang lurus. (Q.S. Al Baqarah
: 108)
3. Shaluuba Al-Fathyuni
Shaluuba Al-Fathyuni datang kepada Nabi
saw sambil berkata “Muhammad, jika engkau memang pesuruh Allah, mengapa
kedatanganmu kepada kami tidak dengan tanda bukti yang kami kenal dan mengapa
Allah tidak menurunkan tanda-tanda bukti yang menunjukkan bahwa engkau itu
pesuruh Allah?”. Kemudia Allah menurunkan wahyu kepada Nabi saw:
ôs)s9ur !$uZø9tRr& y7øs9Î) ¤M»t#uä ;M»oYÉit/ (
$tBur ãàÿõ3t !$ygÎ/ wÎ) tbqà)Å¡»xÿø9$# ÇÒÒÈ
99. Dan Sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu ayat-ayat
yang jelas; dan tak ada yang ingkar kepadanya, melainkan orang-orang yang
fasik. (Q.S. Al Baqarah : 99)
4. Jabal bin Abu Qusyair
Jabal bin Abu Qusyair bersama dengan
Syamsu bin Zaid datang kepada Nabi saw lalu berkata “Muhammad, kalau engkau
memang benar nabi dan Rasul, sebagaimana pengakuan engkau, cobalah engkau
beritakan kepada kami, kapankah datangnya kiamat itu?”. Nabi saw tidak
menjawab, kemudia Allah menurunkan wahyu:
y7tRqè=t«ó¡o Ç`tã Ïptã$¡¡9$# tb$r& $yg8yóßD (
ö@è% $yJ¯RÎ) $ygãKù=Ïæ yZÏã În1u (
w $pkÏk=pgä !$pkÉJø%uqÏ9 wÎ) uqèd 4
ôMn=à)rO Îû ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur 4
w ö/ä3Ï?ù's? wÎ) ZptGøót/ 3
y7tRqè=t«ó¡o y7¯Rr(x. ;Å"ym $pk÷]tã (
ö@è% $yJ¯RÎ) $ygßJù=Ïæ yZÏã «!$# £`Å3»s9ur usYò2r& Ĩ$¨Z9$# w tbqßJn=ôèt ÇÊÑÐÈ
187. Mereka menanyakan kepadamu tentang kiamat: "Bilakah
terjadinya?" Katakanlah: "Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu
adalah pada sisi Tuhanku; tidak seorangpun yang dapat menjelaskan waktu
kedatangannya selain Dia. kiamat itu Amat berat (huru haranya bagi makhluk)
yang di langit dan di bumi. kiamat itu tidak akan datang kepadamu melainkan
dengan tiba-tiba". mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar
mengetahuinya. Katakanlah: "Sesungguhnya pengetahuan tentang bari kiamat
itu adalah di sisi Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak Mengetahui". (Q.S.
Al-A’raaf: 187)
5. Nu’man bin Adha
Nu’man bin Adha, Bahri bin Amr, dan Syas
bin Adi datang pada Nabi saw. Nabi mengajak mereka supaya mengikuti agama Allah
dan memperingatkan mereka dengan siksa-Nya. Kemudian, dengan sombong, mereka
berkata, “mengapa engkau menakt-nakuti kami, wahai Muhammad? Kami adalah
putra-putra Allah dan kecintaan-Nya, bukan?”
Kemudian
Allah menurunkan wahyu kepada Nabi yang berbunyi:
ÏMs9$s%ur ßqßguø9$# 3t»|Á¨Y9$#ur ß`øtwU (#às¯»oYö/r& «!$# ¼çnàs¯»¬6Ïmr&ur 4
ö@è% zNÎ=sù Nä3ç/Éjyèã Nä3Î/qçRäÎ/ (
ö@t/ OçFRr& ×|³o0 ô`£JÏiB t,n=y{ 4
ãÏÿøót `yJÏ9 âä!$t±o Ü>Éjyèãur `tB âä!$t±o 4
¬!ur à7ù=ãB ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur $tBur $yJßguZ÷t/ (
Ïmøs9Î)ur çÅÁyJø9$# ÇÊÑÈ
18. Orang-orang Yahudi dan Nasrani mengatakan: "Kami ini
adalah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya". Katakanlah: "Maka
mengapa Allah menyiksa kamu karena dosa-dosamu?" (kamu bukanlah anak-anak
Allah dan kekasih-kekasih-Nya), tetapi kamu adalah manusia(biasa) diantara
orang-orang yang diciptakan-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya dan
menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya. dan kepunyaan Allah-lah kerajaan antara
keduanya. dan kepada Allah-lah kembali (segala sesuatu). (Q.S.
Al-Maaidah : 18).[12]
Tantangan selanjutnya adalah
penganiayaan terhadap oang-orang yang memeluk Islam, segenap upaya dan kerja
keras orang-orang kafir dikerahkan dengan tujuan untuk menurunkan mental kaum
muslimin. Diantara para sahabat yang mendapatkan penganiayaan dan penyiksaan
berat adalah Ammr Bin Yasir, Bilal Bin Rabbah dan Khabbab.[13]
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Cara Wahyu diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW:
a) Berupa impian yang baik waktu beliau
tidur
b) Kadang-kadang wahyu itu dibawa oleh
malaikat jibril, dan malaikat itu menyerupai manusia laki-laki, lalu
menyampaikan perkataan kepada beliau, kemudian semua perkataan itu dipelihara
baik-baik dan dihafal benar oleh beliau.
c) Kadang wahyu itu merupakan bunyi genta.
Menurut beliau, itulah wahyu yang paling berat diterima beliau
d) Kadang wahyu itu tidak diperantar oleh
malaikat, tetapai Nabi mendapatkannya langsung dari hadirat Allah.
e) Wahyu itu beliau terima di atas langit
yang ke tujuh.
2. Dari golongan wanita, yang petama kali
beriman adalah istri beliau, yaitu Siti Khadijah r.a, Dari golongan sahabat,
yang pertama kali beriman adalah Abu Bakar, yang mana setelah Abu Bakar ini
masuk Islam beliau giat berdakwah mengislamkan orang-orang kepercayaan yang
dicintainya, diantaranya yaitu Utsman Bin Affan, Thalhah Bin Ubaidillah, Sa’ad
Bin Abi Waqqash, serta pendeta Waraqah Bin Naufal. Dari golongan kanak-kanak,
yaitu Ali Bin Abi Thalib, dan Zaid Bin Tsabit, yang tidak lain adalah putra
asuhan Rasulullah. Dari golongan budak laki-laki, yaitu Zaid Bin Haritsah. Dari
golongan budak perempuan, yaitu Ummu Aiman.
3. Tahapan Dakwah Rasulullah SAW, dilakukan
secara terang-terangan dan sembunyi-sembunyi.
4. Tantangan
Dakwah Rasulullah SAW: Cacian serta tuduhan-tuduhan yang dilontarkan oleh kaum
musyrikin terhadap Nabi telah terabadikan di dalam Al-Qur’an. Diantaranya
yaitu:
a)
Nabi disebut kaum Musyrikin sebagai orang gila.
Tecatat dalam Al-Qur’an surat Al-Hijr ayat 6
“mereka bekata: ‘hai yang menerima
wahyu, sesungguhnya engkau adalah gila’”. (QS. Al-Hijr:6)
b)
Kaum musyrikin menuduh Nabi sebagai tukang sihir dan
pendusta, terdapat dalam Al-Qur’an dalam surat Shaad ayat 4
“Mereka heran karena kedatangan
seseorang yang memberi peringatan (Rasul), dan orang-orang kafir itu berkata:
‘orang itu (Muhammad SAW ) adalah tukang sihir dan pendusta.’” (QS.Shaad:4)
c)
Tuduhan-tuduhan tersebut tersebar luas hingga
Rasulullah dihadapkan dengan tatapan sinis dan sikap mendendam dari orang-orang
kafir Quraisy, terdapat dalam QS. Al-Qalam ayat 51
“sungguh bahwa orang-orang kafir
itu hampir membinasakan engkau dengan pandangan mata mereka, ketika mereka
mendengar Al-Qur’an dan berkata: ‘Dia (Muhammad SAW) itu sungguh gila’”. (QS.
Al-Qalam:51)
B.
Saran
Demikianlah makalah yang
dapat kami sajikan, semoga bermanfaat untuk kita semua. Kritik dan saran yang
membangun tetap kami harapkan untuk kesempurnaan makalah ini.
[1] Hesham A Hassaballa
dan Kabir Helsminki, Sejarah Islam, Diglossia, Yogyakarta, 2006, hlm.
67-69
[2] M. Arief hakim, Mutiara
Kisah 25 Nabi dan Rosul, Marja’, Bandung , 2004, hlm. 205
[3] K.H. Moenawar Chalil,
Kelengkapan Tarikh Nabi SAW Jilid 1, GEMA INSANI PRESS, Jakarta, 2001,
hlm. 141-143
[4] Muhammad Al-Ghazali, Sejarah
Perjalanan Hidup Muhammad, Mitra Pustaka, Yogyakarta, 2004, hlm. 112
[5] K.H. Moenawar Chalil,
Kelengkapan Tarikh Nabi SAW Jilid 1, hlm. 176-177
[6] Muhammad Al-Ghazali, Sejarah Perjalanan Hidup Muhammad, hlm.
118
[7] K.H. Moenawar Chalil,
Kelengkapan Tarikh Nabi SAW Jilid 2, Jakarta, GEMA INSANI PRESS, 2001,
hlm. 102
[8]Muhammad Al-Ghazali, Sejarah Perjalanan Hidup Muhammad, hlm.
111-112
[9]Moh. Rifai, Riwayat 25 Nabi dan Rasul, Semarang, CV.
TohaPutra, 1999, hlm. 125-126
[10] Faruq Hamadah, Kajian Lengkap Sirah Nabawiyah, Jakarta, GEMA
INSANI, 1998, hlm. 26
[11]K.H. Moenawar Chalil, Kelengkapan Tarikh Nabi SAW Jilid 2, hlm.
99-100
[12] Ibid., hlm.
190-207
[13]Muhammad Al-Ghazali, Sejarah Perjalanan Hidup Muhammad,
hlm. 122
Tidak ada komentar:
Posting Komentar