Kamis, 04 Juni 2015

Perkembangan Islam Di Timur Tengah dan Nasib Muslim Masa Kini



BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Peradaban islam pada mulanya mukai dari zaman Rasulullah SAW sampaui abad ke-12 M telah berhasil dengan gemilang membangun peradaban-peradaban yang melahirkn sejarawan kelas dunia. Itulah sebabnya peradaban islam dapat melahirkan organisasi, bahasa wilayah, pusat ekonomi, pendidikan, kepercayaan, dan ilmu pengetahuan yang sumber dan tuntunannya tidak terlepas dari yang utama “islam”. Di alam ini pernah muncul beberapa peradaban, tetapi kemudian menghilang sirna. Ilmu pengetahuan dan budaya juga pernah tersebar luas, tapi akhirnya merosot menjadi rusak. Petunjuk-petunjuk keagamaan pernah bercahaya laksana bulan purnama tapi akhirnya redup dan menjadi gelap gulita. Begitulah manusia senantiasa dalam keadaan tidak pernah tetap, antara bangkit dan jatuh, naik dan turun. Bahkan, bangsa-bangsa di antaranya yang begitu besar dan jaya lama-kelamaan menjadi kecil dan akhirnya lenyap untuk kemudian digantikan oleh bangsa yang baru timbul yang makin lama makin maju dan menjadi bangsa yang besar pula, hingga pada suatu ketika, dengan pengalaman-pengalaman itu umumnya manusia penduduk alam ini menjadi matang untuk menerima kemajuan yang sesungguhnya dalam segala bidang. Pada waktu islam datang seluruh dunia sedang mengalami kemunduran di segenap bidang dan lapangan, baik mengenai agama, ilmu pengetahuan, peradaban, dan politik.

B.  Rumusan Masalah
1.      Bagaimana perkembangan islam di Timur Tengah?
2.      Bagaimana nasib muslim masa kini di timur tengah?



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Perkembangan Islam Di Timur Tengah
1.    Kairo (Mesir)
Kota kairo dibangun pada tanggal 17 sya’ban 358 H/969 M oleh panglima perang dari dinasti Fathimiah yang beraliran Syi’ah. Bentuk kota ini hampir mirip dengan segi empat. Di sekelilingnya dibangun pagar tembok besar dan tinggi. Setelah pembangunan kota Kairo ini selesai, Al-siqili mendirikan masjid Al-Azhar. Majid ini berkembang menjadi universitas yang sangat besar yang sampai sekarang masih berdiri megah. Di universitas inilah banyak menelorkan orang-orang hebat.
Al-Mu’iz melakukan tiga kebijakan besar, yaitu pembaharuan dalam bidang administrasi, pembangunan, bidang ekonomi, dan toleransi beragama. Dalam bidang administrasi ia mengangkat wazir (menteri) untuk melaksanakan tugas-tugas kenegaraan. Dalam bidang ekonomi, ia memberangkatkan haji khusus kepada tentara, personalia istana dan pejabat penting yang lainnya. Dalam bidang agama, di Mesir terdapat empat lembaga peradilan, dua untuk madzhab syi’ah dan dua untuk madzhab Sunni.
Pada masa Al-Aziz Billah dan Hakim Biamirillah, terdapat seorang maha guru yang bernama Ibn Yunus yang menemukan pendulum dan mesin waktu dengan ayunan. Pada masa Al-Hakim didirikan Bait al-Hikmah yang terinspirasi dari lembaga yang sama dari apa yang telah didirikan oleh Al-Ma’mun di Baghdad. Lembaga ini merupakan pusat pengkajian astronomi, kedokteran, dan ajaran-ajaran islam terutama syi’ah. Bisa dibilang di sanalah syi’ah menjamur di Kairo.
Pada masa selanjutnya Dinasti Fathimiyah mendapat gangguan politik. Gangguan politik tersebut meliputi adanya perebutan kekuasaan di tingkat istana, figur khalifah yang melemah karena khalifah byang diangkat saat itu masih dalam usia yang relatif muda, keterlibatan non-islam dalam pemerintahan yang mengakibatkan kecemburuan, kejengkelan dan kemarahan bagi kaum muslimin.Namun, Kairo tetap menjadi kota yang besar dan penting. Dinasti Fathimiyah ditumbangkan oleh Dinasti Ayyubiyah yang didirikan oleh Shalah Al-Din, seorang pahlawan islam yang terkenal dalam perang Salib. Akan tetapi Dinasti Fathimiyah tetap kukuh mempertahankannya dan mendirikan lembaga-lembaga ilmiah yang baru, terutama masjid yang dilengkapi dengan tempat belajar teknologi dan hukum. Ilmu kedokteran mulai banyak diajarkan di rumah sakit.
Pada masa ini kota Kairo berkembang sangat pesat. Banyak bangunan didirikan dengan arsitektur yang indah-indah pada masanya dan masa-masa Dinasti Mamalik. Akan tetapi, pada tahun 1517 M, dinasri ini dikalahkan oleh kerajaan Utsmani yang berpusat di Turki dan sejak itu Kairo hanya sebagai ibu kita provinsi dari kerajaan Utsmani tersebut. Bisa dibayangkan kalau Kairo adalah kota yang sangat mengagumkan dan sangat besar, bayangkan ketika pada masa yang bisa dibilang kurang modern, tapi jika dilihat dari segi arsitek maupun peradabannya kota ini sangat megah dan mewah pada zamannya.
Dapat disimpulkan bahwa kemajuan Kairo Mesir pada waktu itu terdiri dari:
a)    Mendirikan masjid Al Azhar pada 17 Ramadhan 359 H (970 M). Masjid Al Azhar dalam perkembanganya menjadi universitas besar.
b)   Abu Manshur Nizar al-Aziz pada tahun 975-996 M. Dibawah kekuasaannya, kekhalifahannya telah mampu mengalahkan penguasa-penguasa Baghdad. Sehingga ia berhasil menempatkan kekhalifahan Fatimiyyah sebagai negara Islam terbesar di kawasan Mediterania Timur.
c)    Masa dinasti Mamluk merupakan kemakmuran dan kejayaan dibidang ekonomi dan budaya, disamping seni dan arsitektur yang mempunyai warna tersendiri, seperti terlihat dalam hasil karya seni yang ada pada keramik dan logam
Di samping itu Kairo Mesir hampir mengalami kemunduran pada saat Dinasti Fathimiyah ditumbangkan oleh Dinasti Ayyubiyah yang didirikan oleh Shalah Al-Din, akan tetapi Dinasti Fatimiyyah berhasil mempertahankannya. Akan tetapi pada tahun 1517 M, dinasti Mamalik dari Kairo Mesir dikalahkan oleh kerajaan Utsmani yang berpusat di Turki dan sejak itu Kairo hanya sebagai ibu kita provinsi dari kerajaan Utsmani tersebut.
2.    Istanbul (Turki)
Istanbul merupakan ibu kota dari kerajaan Turki Utsmani. Kota tersebut mulanya merupakan ibu kota dari konstantinopel. Akan tetapi ketika kerajaan Romawi pecah menjadi dua menjadi Romawi timur dan Romawi barat pada tahun 395 H. Konstantinopel menjadi ibu kota Romawi timur. Konstantinopel bertahan sampai seribu tahun kemudian ketika Sultan turki Utsmani berhasil menaklukannya pada tahun 1453 M.
Jauh sebelum Turki Utsmani berada di bawah pimpinan Sultan Muhammad Al-Fatih berhasil menaklukkan Konstantinopel para pemimpin islam sudah sejak zaman Al-khalifah Al-Rasyidah, Bani Umayah, dan khalifah Bani Abbas berusaha untuk menaklukkan Konstantinopel tersebut. Namun baru pada masa Turki Utsmani usaha tersebut berhasil.Sebagai mana halnya dengan konstantinopel pada masa kerajaan Romawi Timur, kerajaan Turki Usmani dengan ibu kota Istanbul itu telah berhasil menjadi sebuah negara yang adil jaya pada masa kejayaannya. Sebagai ibu kota, disinilah tempat berkembangnya kebudayaan turki yang merupakan perpaduan dari berbagai macam kebudayaan. Bangsa Turki banyak mengambil kebudayaan dari berbagai ajaran etika dan politik dari bangsa Persia. Turki meniru dalam hal bertata krama dan sopan santun. Selain itu kerajaan Turki juga mengambil tata kenegaraan dari bangsa Persia dan dalam bidang politik suka berasimilasi dengan bangsa lain.
Kekuasaan tertinggi berada di bawah tangan Sultan, akan tetapi roda pemerintahan dijalankan oleh perdana menteri yang berada di ibu kota. Jabatan-jabatan terpenting dipegang oleh orang asal eropa dengan syarat mau menyatakan diri secara Islam.
Dalam bidang arsitektur, banyak masjid-masjid yang telah dibangun disana sebagai bukti kemajuannya. Gereja Aya Shopia telah diubahnya menjadi sebuah masjid agung yang terpenting di Istanbul, setelah itu gambar-gambar makhluk hidup yang ada telah dihilanghkan, mihrab telah didirikan dan dinding-dinding dihiasai dengan kaligrafi yang indah dan menara-menara telah dibangun pula. Masjid-masjid terpenting diantaranya adalah Masjid Agung Al-Muhammad atau Masji Sultan Muhammad Al-Fatih, Masjid Abu Ayyub Al-Anshari(tempat pelantikan Sultan Utsmani), Masjid Bayazid dengan gaya Persia dan Masjid Sulaiman Al-Qanuni.
Disamping mendirikan masjid, para Sultan juga mendirikan istana-istana dan villa-villa megah, sekolah, asrama, rumah sakit, panti asuhan, penginapan, pemandian umum, pusat-pusat tarekat dan lain sebagainya. Istana dan villa dilengkapi dengan taman dan tembok disekelilingnya, jalan-jalan yang menghubungkan antara satu daerah dengan daerah yang lainnya terutama dengan ibu kota juga telah dibangun.[1]
Pada abad ke 16 merupakan masa keemasan bagi kerajaan Turki Ustmani. Yang pada masa itu Sultan Salim merebut Mesir dari pemerintahan Mamalik yang sudah lemah. Setelah kemenangan Mohae pada tahun 1526, Sultan Sulaiman Yang Agung telah menduduki besar Hungaria di bawah pimpinan Turki Utsmani. Di perbatasan Timur, Syafawiyah yang berpahan Syi’ah bersaing berat dengan Utsmaniyah yang berfaham Sunni yang mana Syafawiyah akhirnya berhasil ditaklukan oleh Chaldiran pada tahun 1514 M.
a.    Faktor-faktor kemajuan
1)        Pemberian hadiah kepada para tentara yang telah berjasa mengakibatkan mereka hidup berkecukupan.
2)        Tidak ada didkriminasi antara pihak penguasa sehingga orang yang mempunyai kedudukan tinggi tidak terbatas pada satu kelompok atau keturunan saja.
3)        Kepengurusan organisasi yang cakap.
4)        Pihak Turki memberikan perlakuan yang baik tehadap saudara-saudara baru mereka dan memberikan mereka hak rakyat secara baik dan penuh
5)        Semua penduduk mendapatkan kebebasan untuk menjalankan agama sesuai dengan kepercayaannya masing-masing
b.    Faktor-kemunduran
Faktor ketuntuhan atau kemunduran Turki Utsmani dapat dibedakan menjadi dua:
1)         Faktor Internal
a)      Luasnya wilayah kekuasaan yang tidak dipimpin olrh peminpin yang cakap sehingga memunculkan korupsi dimana-mana.
b)      Heterogenitas penduduk dan agama.
c)      Kehidupan istimewa yang bermegahan. Para penguasa kerajaan Turki Utsmani mengubah pola hidup mereka dan meninggalkan nilai-nilai islam.
d)     Merosotnya perekonomian negara akibat peperangan.
2)        Faktor Eksternal
a)        Timbulnya gerakan nasionalisme. Bangsa-bangsa yang tunduk pada masa kerajaan turki selama berkuasa, mulai menyadari kelemahan dinasti tersebut. Meskipun Turki telah berbuat baik kepada pihak yang dikuasainya, mereka beranggapan bahwa Turki adalah orang asing yang menaklukannya.
b)        Terjadinya kemajuan tekhnologi Barat, khususnya dalam bidang persenjataan. Sedangkan di Turki sendiri hanya berdian diri dalam ilmu pengatahuan, sehingga ketika terjadi kontak senjata antara kekuasaan Turki dengan kekuatan Eropa, Turki selalu menderita dan mengalamia kekalahan karena mereka masih menggunakan senjata tradisional sedangkan Eropa sendiri telah menggunakan senjata yang tentu saja sudah maju.[2]
Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa kemajuan yang telah ditorehkan oleh kerajaan Turki Utsmani meliputi:
d)        Di kerajaan Turki Usmani Tarekatmengalami kemajuan. Tarekat yang paling terkenalialahtarekatBektasyidantarekatMaulawi. Kedua Tarekat banyak dianut oleh kalangan sipil dan militer.
e)         Pengaruh dari ekspansi wilayah Turki Usmani yang sangat luas, sehingga kebudayaannya merupakan perpaduan macam-macam kebudayaan. Diantaranya adalah kebudayaan Persia, Bizantium, dan Arab.
f)         Banyak mendirikan bangunan masjid yang indah dan megah
Selain itu masa kmeunduran yang dialami oleh kerajaan Turki Utsmani dikarenakan oleh perjanjian Carltouiz (26 Januari 1699 M) antara Turki Usmani Australia, Rusia, Polandia, Vanesia, dan Inggris. Yang mana isi perjanjian tersebut diantaranya adalah Australia dan Turki Usmani terikat perjanjian selama 25 tahun dan mengatakan seluruh Honigaria (merupakan wilayah kekuasaan Turki Usmani) kecuali Traslvonia dan kota barat diserahkan sepenuhnya pada Australia. Sementara wilayah Camanik dan Podolia diserahkan kepada Polandia. Sedangkan Rusia memperoleh wilayah-wilayah di sekitar Laut Azov. Sementara itu, Venesia dengan diserahkannya Athena kepada Turki Usmani menjadi penguasa di seluruh Valmartia dan Maria. Dengan demikian perjanjian Carltouiz ini melumpuhkan Turki Usmani, sehingga menjadi negara yang kecil. Kerajaan Turki Usmani berakhir dengan berdirinya Republik Turki pada tahun 1923 M presiden yang diangkat adalah Musthafa Kemal At-Tatuk.


3.    Baghdad
Kota Baghdad didirikan oleh khalifah Abbasiyah yang kedua, yaitu Al-Manshur (754-755 M) pada tahun 762 M. Dalam membangun kota ini, khalifah mempekerjakan para ahli bangunan yang terdiri dari arsitektur-arsitektur, tukang batu, tukang kayu, ahli lukis, pahat dan sebagainya. Kota ini berbentuk bundar dan di sekelilingnya dibangun dinding tembok yang besar dan tinggi. Di sebelah luar dinding tembok, digali parit besar yang berfungsi sebagai saluran air. Kota ini berbentuk bulat dan di tengah-tengahnya terletak istana khalifah yang bernama Istana Emas dan sebuah masjid Jami’ al-Manshur. Di sekitar keduan bangunan ini dibangun rumah-rumah untuk pengawal dan rumah-rumah lain untuk anggota polisi Abbasiyah.[3]
Istana ini dilengkapi dengan masjid, tempat pengawal istana, polisi dan tempat tinggal putra-putri dan keluarga khalifah. Sejak awal berdirinya, kota ini sudah menjadi pusat peradaban dan kebangkitan ilmu pengetahuan dalam islam. Setelah masa Al-Manshur, kota Baghdad ini menjadi lebih masyhur lagi karena peranannya sebagai peradaban dan kebudayaan islam. Masa keemasan kota Baghdad ini terjadi pada masa pemerintahan khalifah Harun Al-Rasyid (786-809 M) dan anaknya Al-Makmun (813-833 M). Ketika itu Baghdad menjadi pusat peradaban dan kebudayaan tertinggi di dunia. Ilmu pengetahuan dan dastra berkembang sangat pesat di sana.
Di samping itu, banyak pula didirikan akademi, sekolah tonggi dan sekolah biasa yang memenuhi kota tersebut. dua diantaranya yang terpenting adalah perguruan Nizhamiyyah yang didirikan oleh Nizham Al-Mulk, Wasir Sultan Saljuk pada abad ke-5 dan pergururn Muntanshiriytah yang didirikan pada abad ke-2 oleh Khalifah Al-Munstanshir Billah.
Dalam bidang sastra, kota Baghdad terkenal dengan hasil karya yang indah yang digemari oleh banyak orang. Di kota Bahgdad ini para sains, ulama, filosof dan sastrawan Islam yang terkenal. Dalam bidang ekonomi, perkembangannya berjalan seiring dengan perkembangan politik. Pada masa Harub Al-Rasyid dan Al-MA’mun, perdagangan dan perindustrian berkembang dengan pesat.
Semua kemegahan dan keindahan kota yang dibangun pertama kali oleh Khalifah Manshur telah dibumi hanguskan oleh tentara Mongol di bawah pimpinan Hulagu Khan pada tahun 1258.[4]
Kemajuan yang telah dirintis oleh Baghdad :
g)   Sebagai pusat peradaban dan kebudayaan tertinggi di dunia dan berkembang pesatnya ilmu pengetahuan dan sastra.
h)   Mempunyai karya yang indah dan terkenal yaitu al milal wan nihal
i)     Banyak buku filsafat yang sebelumnya dipandang sudah ‘mati’ dihidupkan kembali dengan diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Khalifah al-Makmum memiliki perpustakaan yang dipenuhui dengan beribu-ribu buku ilmu pengetahuan. Perpustakaan itu bernama Bait al-Hikmah
j)     banyak didirikan bangunan yang indah dan menjulang tinggi.
B.     Nasib Muslim Masa Kini Di Timur Tengah
1.    Kairo(Mesir)
Di Mesir sendiri daerah modernisasi islam berada di bawah tangan seorang murid dari al-afghani yakni muhammad abduh. Upaya yang dicanangkan oleh abduh sebagai mufti diarahkan kepada pemoderan hukum islam, dan perbaikan kurikulum al-azhar untuk memasukkan mata pelajaran sejarah dan geografi moddrn. Seperti halnya al-afghani beliua juga menaruh perhatian besar terhadap mastarakat muslin dalam menghadapi Eropa, akan tetapi menurut Abduh masalah utama bukan berada pada masalah politik melainkan terjadi pada masalah keagamaan.
Modernisasi Islam dan reformasi keagamaan Islam merupakan program ideologis kelompok intelegensi Mesir dalam beberapa dekade antara pemberontakan Urabi. Tujuan utama dari gerakan islam tersebut adalah kebangkitan politik.
Selain itu terdapat pula perkumpulan yang bercorakreformis yaitu jama’at al-Islamiyah, yang di dalamnya terdapat beberapa kelompok yang berusaha untuk memperjuangkan Islamisaasi. Tujuan utama dari gerakan ini adalah untuk membentuk kembali masyarakat islami di atas dasar pemulihan sistem khalifah. Di masjid-masjid independen mereka menyampaikan seruan kepada masyarakat umum dan perkampungan. Dan menentapkan keharusan bagi seorang perempuan untuk memakai kerudung, dan keharusan bagi seorang laki-laki untuk tidak mencukur jenggot serta memakai pakaian putih dan menyukai demonstrasi sembahyang massal.
Akan tetapi pada tahun 1979 jama’at tersebut terlibat kasus permusujan dengan suku Coptic. Propaganda muslim disebarkan untuk mengecam agreesi pihak Kristen dan kerja sama antara negara dan komunitas Coptic. Akhirnya pada tahun 1981 pemerintah membubarkan jama’ah ini dan memecat para pegawai-pegawai gereja.
Meskipun mesir telah diarahkan kepada modernisasi dan perkembvangan sekuler pada abad ke sembilan belas, posisi islam ditengah-tengah perkembangan nasional masirn tetap bertahan sebagai isu utama bagi perjuangan politik. Pada tahun 1930-an dan tahun 1940-an ikhwan al-Muslim menekankan pada aspek Islam yang anti-imperialisme sebab kelompoj ini memandang bahwasanya musuh utama adalaaaah Inggris. Pada tahun 1950-an dan 1960-an kelompok ini menekankan solidaritas dan keadilan sebagai sikap perlawanan terhadap rezim militer. Dan pada tahun 1970-an terbentuklah suatu gerakan islam yang tujuannya adalah menekankan pada moralitas individu dan nilai-nilai keluarga sebagai bentuk jawaban atas tekanan perubahan tatanan sosial. Di Mesir sendiri islam tretap bertahan sebagai upaya perlawanan negara dan berbagai kebijakan[5].
2.      Istanbul
Isu keislaman di Turki haruslah dipahamni dengan kaitannya perubahan sosial dan persaingan politik yang bersifat pliralistik. Di dalam negara Turki Kontemporer, tradisi ulama perkotaan sebagaian besar telah hancur dan tidak lagi berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat. Orang tertinggi Turki beabggapan bahwa Islam dipandang sebagai simbol keterbelakngan. Akan tetapi sebaliknya dengan para Sufi-pedalaman tetap bertahan dan loyalitas keislaman masyarakat umum belum pernah tergoyahkan. Warga Turki selalu mengudentifikasikan diri sebagai Muslim, bahkan sepanjang periode kemalist mereka selalau melaksanakan peribadatan di masjid-masjid dan di beberapa makam para wali.
Selanjutnya, tekanan dari faktor ekonomi dan politik pasca perang menimbulkan berbagai gerakan dan partai yang berkomitmen terhadap re-islamisasi negara dan masyarakat. Diantara yang paling besar adalah gerakan Said Nursi, yang didirikan oelh seorang muballig dan penulis, yakni penulis buku dari the Risale-i Nur (“Pancaran Cahaya”). Gerakan tersebut telah membangkitkan kembali semangat untuk memperjuangkan islam. Meskipun Nursi Sais sendiri telah fokus terhadap permasalahan politik, gerakannya justru telah menarik dirinya dari keterlibatan politik dalam upaya mengembangkan urusan keagamaan.
Selain gerakan the Risale-i Nur, berdiri pula gerakan The National Salvation Party,  yang mana gerakan tersebut terbentuk pada tajun 1960-an.  Gerakan ini bukan hanya sebagai partai agama melainkan juga sebagai upaya untuk mendirikan kembali sebuah negara islam di Turki. Semangat puritanis dan semangat moral diserukan pertai ini kepada kalangan bazaari dan pengrajin di kota-kotakecil khususnya di daerah Anatolia tengah dan timur.
Beberapa gerakan di Turki juga menyerukan kepada penduduk perkampungan dan dan di kota-kota kecil dan yang telah mempertahankan oriantasi komunitas kecil dan nilai-nilai lama di lingkungan setempat. Yang menonjol secara relatif dari Turki Kontemporer adalah melemahnya bentuk-bentuk islam tradisional. Dua generasi dari bentuk islam sufi dan ulama’ tradisional yang tertekan.
Meskipun kebangkitan aktivisme islamadalah kebangkitan kontemporer yang sangat besar pengaruhnya, namun ia bertahan sebagai sebuah kepentingan minotitas di tengah-tengah masyarakat Turki kontemporer.  Selain permasalahan mengenai peran islam  di dalam kehidupan politik, muncul pula sejumlah permasalahan lainnya seperti halnya permasalahan mengenai kepentingan pusat dan propinsial, pertentangtan antara kepentingan manajemen dan buruh kerja, antara administrasi militer dengan birokrasi.[6]
3.      Bahgdad
Baghdad yang sangat terkenal sebagai pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan Islam, pada tahun 1258 mendapat serangan dari mongol. Tentara Mongol menyembelih seluruh pendudukn dan menyapu bersih seluruh penduduknya. Semua bangunan dihancurkan dan semua kitab-kitab yang telah dikarang para ahli ilmu pengetahuan dibumi hanguskan ke dalam Sungai Dajlah.para Khalifah beserta keluarganya dimusnahkan.
Sebelum jatuhnya kerajaan Bagdada tersebutsebenarnya sudah lama sekali kehilangan wibawa yang disebabkan oleh berbagai perpecahan dan perselisihan.hal tersebut dimulai semenjak Bagdad masih pada masa kejayaan dengan menerapkan Mu’tazilah sebagai madzhab resmi negara sehingga menimbulkan pertentangan dengan madzhab yang kebanyakan dianut oleh rakyat yaitu ahli hadits pimpinan Imam Hambali. Selanjutnya timbul pertentanagn antara Ahli Sunnah Wal Jamaah yang cara pandang berpikirnya memadukan antara aqli dan naqli sedangkan Mu’tazilah hanya memakai aqli saja.
Selain itu disebabkan pula oleh pajak yang terlalu tinggi sehingga mendorong daerah-daerah untuk melepaskan diri dan membentuk pemerintahan yang hanya dalam nama saja mereka tunduk kepada Baghdad. Garis-garis pemisah antara Arab dan bukan Arab, antara Arab Muslim dengan Arab Tidak Muslim, antara muslim dengan ahli dzimmi, antara Arab Utara dengan Arab Selatan, masih dirasakan sehingga sulit untuk mengalami persatuan.
Dalam segi Akidah, ketauhidan yang diajarkan oleh Rasul Muhammad SAW berubah menjadi madzhab Syi’ah pada bangasa Iran yang menimbulkan pertikaian berlarut-larut dengan ahli sunah wal jamaah. Sebagaimana yang telah dilakukan oleh wazir al-Ahqomi, wazir itu mengetahui bagaimana besarnya kaum Mongol, akan tetapai karena ia seorang Syi’ah sedangkan daulah dan khalifah yang berkuasa saat itu adalah Bani Saljuk dan Khalifah Musta’shim menganut madzhab ahli sunnah, lebih sukalah dia membiarkan musuh besar itu masuk ke dalam negeri daripada negeri itu di bwah pimpinan khalifah yang berlainan madzhab, sambil dia mengharap bahwa Hulago kelak akan mengangkatnya sebagai kepala negara Baghdada di bawah naungan kerajaan Mongol.hanya saja harapan itu sia-sia karena diapun akhirnya dibunuh oleh Hulago tidak lama setelah ia menjadi khalifah.[7]
Dari uraian di atas maka kita dapat simpulkan bahwa masa kemunduran Baghdad di tandai dengan terjadinya peperangan, pasukan Mongol meruntuhkan perpustakaan yang merupakan bidang ilmu dan membakar buku-buku yang terdapat didalamnya. Selain itu, penguasaan Mongol atas daulah Islam hampir memusnahkan unsur Arab dan bahasanya, juga agama Islam. Dengan tindakan pemusnahan, pembakaran, dan pembunuhan selama peperangan maka ratalah kota daerah yang dikuasai. Mereka bunuh penduduknya, mereka rampas hartanya, mereka runtuhkan gedung-gedungnya, mereka bakar kutubul khanahnya, maka musnahlah perbendaharaan kebudayaannya.


BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan

1.    Perkembangan Islam di timur tengah
a.       Kairo
Kota kairo dibangun pada tanggal 17 sya’ban 358 H/969 M oleh panglima perang dari dinasti Fathimiah yang beraliran Syi’ah. Bentuk kota ini hampir mirip dengan segi empat. Di sekelilingnya dibangun pagar tembok besar dan tinggi. Setelah pembangunan kota Kairo ini selesai, Al-siqili mendirikan masjid Al-Azhar. Majid ini berkembang menjadi universitas yang sangat besar yang sampai sekarang masih berdiri megah. Di universitas inilah banyak menelorkan orang-orang hebat.
b.      Istanbul (Turki)
Istanbul merupakan ibu kota dari kerajaan Turki Utsmani. Kota tersebut mulanya merupakan ibu kota dari konstantinopel. Akan tetapi ketika kerajaan Romawi pecah menjadi dua menjadi Romawi timur dan Romawi barat pada tahun 395 H. Konstantinopel menjadi ibu kota Romawi timur. Konstantinopel bertahan sampai seribu tahun kemudian ketika Sultan turki Utsmani berhasil menaklukannya pada tahun 1453 M.
c.       Baghdad
Kota Baghdad didirikan oleh khalifah Abbasiyah yang kedua, yaitu Al-Manshur (754-755 M) pada tahun 762 M. Dalam membangun kota ini, khalifah mempekerjakan para ahli bangunan yang terdiri dari arsitektur-arsitektur, tukang batu, tukang kayu, ahli lukis, pahat dan sebagainya. Kota ini berbentuk bundar dan di sekelilingnya dibangun dinding tembok yang besar dan tinggi. Di sebelah luar dinding tembok, digali parit besar yang berfungsi sebagai saluran air. Kota ini berbentuk bulat dan di tengah-tengahnya terletak istana khalifah yang bernama Istana Emas dan sebuah masjid Jami’ al-Manshur. Di sekitar keduan bangunan ini dibangun rumah-rumah untuk pengawal dan rumah-rumah lain untuk anggota polisi Abbasiyah.
B.     Saran
Demikianlah makalah yang dapat penulis buat, penulis menyadari banyak kekurangan dari makalah ini, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik maupun saran yang membangun agar terciptanya karya ilmiah yang lebih baik lagi.



































DAFTAR PUSTAKA


Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban Di Kawasan Dunia Islam Melacak Akar-akar Sejarah, Sosial, Politik dan Budaya Umat Islam, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta: 2002
A. Syalabi, sejarah dan Kebudayaan Islam 3, Pustaka Al-Husna, Jakarta: 1993
Badri Yatim,Arah Peradaban Islam,Jakarta: Raja Grafindo,2004
Ira M. Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam Bagian Ketiga, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta: 2000
Musyarifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam Prenada Media, Jakarta: 2003


[1] Badri Yatim,Arah Peradaban Islam,Jakarta: Raja Grafindo,2004,hlm 288
[2]Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban Di Kawasan Dunia Islam Melacak Akar-akar Sejarah, Sosial, Politik dan Budaya Umat Islam, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta:2002, hlm 188-192
[3]A. Syalabi, sejarah dan Kebudayaan Islam 3, Pustaka Al-Husna, Jakarta: 1993, hlm 178
[4]Badri Yatim,Arah Peradaban Islam,hlm 287
[5]Ira M. Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam Bagian Ketiga, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta: 2000, hlm 111-135
[6]Ira M. Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam Bagian Ketiga, hlm 88-99
[7]Musyarifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam,Prenada Media, Jakarta: 2003,hlm183

1 komentar: