BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Peradaban islam pada mulanya mukai dari zaman Rasulullah SAW
sampaui abad ke-12 M telah berhasil dengan gemilang membangun
peradaban-peradaban yang melahirkn sejarawan kelas dunia. Itulah sebabnya
peradaban islam dapat melahirkan organisasi, bahasa wilayah, pusat ekonomi,
pendidikan, kepercayaan, dan ilmu pengetahuan yang sumber dan tuntunannya tidak
terlepas dari yang utama “islam”. Di alam ini pernah muncul beberapa peradaban,
tetapi kemudian menghilang sirna. Ilmu pengetahuan dan budaya juga pernah
tersebar luas, tapi akhirnya merosot menjadi rusak. Petunjuk-petunjuk keagamaan
pernah bercahaya laksana bulan purnama tapi akhirnya redup dan menjadi gelap
gulita. Begitulah manusia senantiasa dalam keadaan tidak pernah tetap, antara
bangkit dan jatuh, naik dan turun. Bahkan, bangsa-bangsa di antaranya yang
begitu besar dan jaya lama-kelamaan menjadi kecil dan akhirnya lenyap untuk
kemudian digantikan oleh bangsa yang baru timbul yang makin lama makin maju dan
menjadi bangsa yang besar pula, hingga pada suatu ketika, dengan
pengalaman-pengalaman itu umumnya manusia penduduk alam ini menjadi matang
untuk menerima kemajuan yang sesungguhnya dalam segala bidang. Pada waktu islam
datang seluruh dunia sedang mengalami kemunduran di segenap bidang dan
lapangan, baik mengenai agama, ilmu pengetahuan, peradaban, dan politik.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
perkembangan islam di Timur Tengah?
2.
Bagaimana
nasib muslim masa kini di timur tengah?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Perkembangan Islam Di Timur Tengah
1.
Kairo
(Mesir)
Kota kairo dibangun pada tanggal 17
sya’ban 358 H/969 M oleh panglima perang dari dinasti Fathimiah yang beraliran
Syi’ah. Bentuk kota ini hampir mirip dengan segi empat. Di sekelilingnya
dibangun pagar tembok besar dan tinggi. Setelah pembangunan kota Kairo ini
selesai, Al-siqili mendirikan masjid Al-Azhar. Majid ini berkembang menjadi
universitas yang sangat besar yang sampai sekarang masih berdiri megah. Di
universitas inilah banyak menelorkan orang-orang hebat.
Al-Mu’iz melakukan tiga kebijakan
besar, yaitu pembaharuan dalam bidang administrasi, pembangunan, bidang ekonomi,
dan toleransi beragama. Dalam bidang administrasi ia mengangkat wazir (menteri)
untuk melaksanakan tugas-tugas kenegaraan. Dalam bidang ekonomi, ia
memberangkatkan haji khusus kepada tentara, personalia istana dan pejabat
penting yang lainnya. Dalam bidang agama, di Mesir terdapat empat lembaga
peradilan, dua untuk madzhab syi’ah dan dua untuk madzhab Sunni.
Pada masa Al-Aziz Billah dan Hakim
Biamirillah, terdapat seorang maha guru yang bernama Ibn Yunus yang menemukan
pendulum dan mesin waktu dengan ayunan. Pada masa Al-Hakim didirikan Bait
al-Hikmah yang terinspirasi dari lembaga yang sama dari apa yang telah
didirikan oleh Al-Ma’mun di Baghdad. Lembaga ini merupakan pusat pengkajian
astronomi, kedokteran, dan ajaran-ajaran islam terutama syi’ah. Bisa dibilang
di sanalah syi’ah menjamur di Kairo.
Pada masa selanjutnya Dinasti
Fathimiyah mendapat gangguan politik. Gangguan politik tersebut meliputi adanya
perebutan kekuasaan di tingkat istana, figur khalifah yang melemah karena
khalifah byang diangkat saat itu masih dalam usia yang relatif muda,
keterlibatan non-islam dalam pemerintahan yang mengakibatkan kecemburuan,
kejengkelan dan kemarahan bagi kaum muslimin.Namun,
Kairo tetap menjadi kota yang besar dan penting. Dinasti Fathimiyah
ditumbangkan oleh Dinasti Ayyubiyah yang didirikan oleh Shalah Al-Din, seorang
pahlawan islam yang terkenal dalam perang Salib. Akan tetapi Dinasti Fathimiyah
tetap kukuh mempertahankannya dan mendirikan lembaga-lembaga ilmiah yang baru,
terutama masjid yang dilengkapi dengan tempat belajar teknologi dan hukum. Ilmu
kedokteran mulai banyak diajarkan di rumah sakit.
Pada masa ini kota Kairo berkembang
sangat pesat. Banyak bangunan didirikan dengan arsitektur yang indah-indah pada
masanya dan masa-masa Dinasti Mamalik. Akan tetapi, pada tahun 1517 M, dinasri
ini dikalahkan oleh kerajaan Utsmani yang berpusat di Turki dan sejak itu Kairo
hanya sebagai ibu kita provinsi dari kerajaan Utsmani tersebut. Bisa
dibayangkan kalau Kairo adalah kota yang sangat mengagumkan dan sangat besar,
bayangkan ketika pada masa yang bisa dibilang kurang modern, tapi jika dilihat
dari segi arsitek maupun peradabannya kota ini sangat megah dan mewah pada
zamannya.
Dapat disimpulkan bahwa kemajuan
Kairo Mesir pada waktu itu terdiri dari:
a)
Mendirikan masjid Al Azhar pada 17 Ramadhan 359
H (970 M). Masjid Al Azhar dalam perkembanganya menjadi universitas besar.
b)
Abu Manshur Nizar al-Aziz pada tahun 975-996 M.
Dibawah kekuasaannya, kekhalifahannya telah mampu mengalahkan penguasa-penguasa
Baghdad. Sehingga ia berhasil menempatkan kekhalifahan Fatimiyyah sebagai
negara Islam terbesar di kawasan Mediterania Timur.
c)
Masa dinasti Mamluk merupakan kemakmuran dan
kejayaan dibidang ekonomi dan budaya, disamping seni dan arsitektur yang
mempunyai warna tersendiri, seperti terlihat dalam hasil karya seni yang ada
pada keramik dan logam
Di
samping itu Kairo Mesir hampir mengalami kemunduran pada saat Dinasti Fathimiyah ditumbangkan oleh Dinasti Ayyubiyah yang
didirikan oleh Shalah Al-Din, akan tetapi Dinasti Fatimiyyah berhasil
mempertahankannya. Akan tetapi pada tahun 1517 M, dinasti Mamalik dari Kairo
Mesir dikalahkan oleh kerajaan Utsmani yang berpusat di Turki dan sejak itu
Kairo hanya sebagai ibu kita provinsi dari kerajaan Utsmani tersebut.
2.
Istanbul
(Turki)
Istanbul merupakan ibu kota dari
kerajaan Turki Utsmani. Kota tersebut mulanya merupakan ibu kota dari
konstantinopel. Akan tetapi ketika kerajaan Romawi pecah menjadi dua menjadi
Romawi timur dan Romawi barat pada tahun 395 H. Konstantinopel menjadi ibu kota
Romawi timur. Konstantinopel bertahan sampai seribu tahun kemudian ketika
Sultan turki Utsmani berhasil menaklukannya pada tahun 1453 M.
Jauh sebelum Turki Utsmani berada di
bawah pimpinan Sultan Muhammad Al-Fatih berhasil menaklukkan Konstantinopel
para pemimpin islam sudah sejak zaman Al-khalifah Al-Rasyidah, Bani Umayah, dan
khalifah Bani Abbas berusaha untuk menaklukkan Konstantinopel tersebut. Namun
baru pada masa Turki Utsmani usaha tersebut berhasil.Sebagai mana halnya dengan
konstantinopel pada masa kerajaan Romawi Timur, kerajaan Turki Usmani dengan
ibu kota Istanbul itu telah berhasil menjadi sebuah negara yang adil jaya pada
masa kejayaannya. Sebagai ibu kota, disinilah tempat berkembangnya kebudayaan
turki yang merupakan perpaduan dari berbagai macam kebudayaan. Bangsa Turki
banyak mengambil kebudayaan dari berbagai ajaran etika dan politik dari bangsa
Persia. Turki meniru
dalam hal bertata krama dan sopan santun. Selain itu kerajaan Turki juga
mengambil tata kenegaraan dari bangsa Persia dan dalam bidang politik suka
berasimilasi dengan bangsa lain.
Kekuasaan tertinggi berada di bawah
tangan Sultan, akan tetapi roda pemerintahan dijalankan oleh perdana menteri
yang berada di ibu kota. Jabatan-jabatan terpenting dipegang oleh orang asal
eropa dengan syarat mau menyatakan diri secara Islam.
Dalam bidang arsitektur, banyak
masjid-masjid yang telah dibangun disana sebagai bukti kemajuannya. Gereja Aya
Shopia telah diubahnya menjadi sebuah masjid agung yang terpenting di Istanbul,
setelah itu gambar-gambar makhluk hidup yang ada telah dihilanghkan, mihrab
telah didirikan dan dinding-dinding dihiasai dengan kaligrafi yang indah dan
menara-menara telah dibangun pula. Masjid-masjid terpenting diantaranya adalah
Masjid Agung Al-Muhammad atau Masji Sultan Muhammad Al-Fatih, Masjid Abu Ayyub
Al-Anshari(tempat pelantikan Sultan Utsmani), Masjid Bayazid dengan gaya Persia
dan Masjid Sulaiman Al-Qanuni.
Disamping mendirikan masjid, para
Sultan juga mendirikan istana-istana dan villa-villa megah, sekolah, asrama,
rumah sakit, panti asuhan, penginapan, pemandian umum, pusat-pusat tarekat dan
lain sebagainya. Istana dan villa dilengkapi dengan taman dan tembok
disekelilingnya, jalan-jalan yang menghubungkan antara satu daerah dengan
daerah yang lainnya terutama dengan ibu kota juga telah dibangun.[1]
Pada abad ke 16 merupakan masa
keemasan bagi kerajaan Turki Ustmani. Yang pada masa itu Sultan Salim merebut Mesir
dari pemerintahan Mamalik yang sudah lemah. Setelah kemenangan Mohae pada tahun
1526, Sultan Sulaiman Yang Agung telah menduduki besar Hungaria di bawah
pimpinan Turki Utsmani. Di perbatasan Timur, Syafawiyah yang berpahan Syi’ah
bersaing berat dengan Utsmaniyah yang berfaham Sunni yang mana Syafawiyah
akhirnya berhasil ditaklukan oleh Chaldiran pada tahun 1514 M.
a.
Faktor-faktor
kemajuan
1)
Pemberian
hadiah kepada para tentara yang telah berjasa mengakibatkan mereka hidup
berkecukupan.
2)
Tidak
ada didkriminasi antara pihak penguasa sehingga orang yang mempunyai kedudukan
tinggi tidak terbatas pada satu kelompok atau keturunan saja.
3)
Kepengurusan
organisasi yang cakap.
4)
Pihak
Turki memberikan perlakuan yang baik tehadap saudara-saudara baru mereka dan memberikan
mereka hak rakyat secara baik dan penuh
5)
Semua
penduduk mendapatkan kebebasan untuk menjalankan agama sesuai dengan
kepercayaannya masing-masing
b.
Faktor-kemunduran
Faktor ketuntuhan atau kemunduran Turki Utsmani dapat dibedakan
menjadi dua:
1)
Faktor
Internal
a)
Luasnya
wilayah kekuasaan yang tidak dipimpin olrh peminpin yang cakap sehingga
memunculkan korupsi dimana-mana.
b)
Heterogenitas
penduduk dan agama.
c)
Kehidupan
istimewa yang bermegahan. Para penguasa kerajaan Turki Utsmani mengubah pola
hidup mereka dan meninggalkan nilai-nilai islam.
d)
Merosotnya
perekonomian negara akibat peperangan.
2)
Faktor
Eksternal
a)
Timbulnya
gerakan nasionalisme. Bangsa-bangsa yang tunduk pada masa kerajaan turki selama
berkuasa, mulai menyadari kelemahan dinasti tersebut. Meskipun Turki telah
berbuat baik kepada pihak yang dikuasainya, mereka beranggapan bahwa Turki
adalah orang asing yang menaklukannya.
b)
Terjadinya
kemajuan tekhnologi Barat, khususnya dalam bidang persenjataan. Sedangkan di
Turki sendiri hanya berdian diri dalam ilmu pengatahuan, sehingga ketika
terjadi kontak senjata antara kekuasaan Turki dengan kekuatan Eropa, Turki
selalu menderita dan mengalamia kekalahan karena mereka masih menggunakan
senjata tradisional sedangkan Eropa sendiri telah menggunakan senjata yang
tentu saja sudah maju.[2]
Dari uraian diatas maka dapat
disimpulkan bahwa kemajuan yang telah ditorehkan oleh kerajaan Turki Utsmani
meliputi:
d)
Di kerajaan Turki Usmani Tarekatmengalami kemajuan. Tarekat yang paling terkenalialahtarekatBektasyidantarekatMaulawi. Kedua Tarekat banyak dianut oleh kalangan sipil dan militer.
e)
Pengaruh dari ekspansi wilayah Turki Usmani
yang sangat luas, sehingga kebudayaannya merupakan perpaduan macam-macam
kebudayaan. Diantaranya adalah
kebudayaan Persia, Bizantium, dan Arab.
f)
Banyak mendirikan bangunan masjid yang indah
dan megah
Selain itu masa kmeunduran yang
dialami oleh kerajaan Turki Utsmani dikarenakan oleh perjanjian
Carltouiz (26 Januari 1699 M) antara Turki Usmani Australia, Rusia, Polandia,
Vanesia, dan Inggris. Yang mana isi perjanjian tersebut diantaranya adalah
Australia dan Turki Usmani terikat perjanjian selama 25 tahun dan mengatakan
seluruh Honigaria (merupakan wilayah kekuasaan Turki Usmani) kecuali Traslvonia
dan kota barat diserahkan sepenuhnya pada Australia. Sementara wilayah Camanik
dan Podolia diserahkan kepada Polandia. Sedangkan Rusia memperoleh
wilayah-wilayah di sekitar Laut Azov. Sementara itu, Venesia
dengan diserahkannya Athena kepada Turki Usmani menjadi penguasa di seluruh
Valmartia dan Maria. Dengan demikian perjanjian Carltouiz ini melumpuhkan Turki
Usmani, sehingga menjadi negara yang kecil. Kerajaan Turki Usmani berakhir dengan
berdirinya Republik Turki pada tahun 1923 M presiden yang diangkat adalah
Musthafa Kemal At-Tatuk.
3.
Baghdad
Kota Baghdad didirikan oleh khalifah
Abbasiyah yang kedua, yaitu Al-Manshur (754-755 M) pada tahun 762 M. Dalam
membangun kota ini, khalifah mempekerjakan para ahli bangunan yang terdiri dari
arsitektur-arsitektur, tukang batu, tukang kayu, ahli lukis, pahat dan
sebagainya. Kota ini berbentuk bundar dan di sekelilingnya dibangun dinding
tembok yang besar dan tinggi. Di sebelah luar dinding tembok, digali parit
besar yang berfungsi sebagai saluran air. Kota ini berbentuk bulat dan di
tengah-tengahnya terletak istana khalifah yang bernama Istana Emas dan sebuah
masjid Jami’ al-Manshur. Di sekitar keduan bangunan ini dibangun rumah-rumah
untuk pengawal dan rumah-rumah lain untuk anggota polisi Abbasiyah.[3]
Istana ini dilengkapi dengan masjid,
tempat pengawal istana, polisi dan tempat tinggal putra-putri dan keluarga
khalifah. Sejak awal berdirinya, kota ini sudah menjadi pusat peradaban dan
kebangkitan ilmu pengetahuan dalam islam. Setelah masa Al-Manshur, kota Baghdad
ini menjadi lebih masyhur lagi karena peranannya sebagai peradaban dan
kebudayaan islam. Masa keemasan kota Baghdad ini terjadi pada masa pemerintahan
khalifah Harun Al-Rasyid (786-809 M) dan anaknya Al-Makmun (813-833 M). Ketika
itu Baghdad menjadi pusat peradaban dan kebudayaan tertinggi di dunia. Ilmu
pengetahuan dan dastra berkembang sangat pesat di sana.
Di samping itu, banyak pula
didirikan akademi, sekolah tonggi dan sekolah biasa yang memenuhi kota
tersebut. dua diantaranya yang terpenting adalah perguruan Nizhamiyyah yang
didirikan oleh Nizham Al-Mulk, Wasir Sultan Saljuk pada abad ke-5 dan pergururn
Muntanshiriytah yang didirikan pada abad ke-2 oleh Khalifah Al-Munstanshir
Billah.
Dalam bidang sastra, kota Baghdad
terkenal dengan hasil karya yang indah yang digemari oleh banyak orang. Di kota
Bahgdad ini para sains, ulama, filosof dan sastrawan Islam yang terkenal. Dalam
bidang ekonomi, perkembangannya berjalan seiring dengan perkembangan politik.
Pada masa Harub Al-Rasyid dan Al-MA’mun, perdagangan dan perindustrian
berkembang dengan pesat.
Semua kemegahan dan keindahan kota
yang dibangun pertama kali oleh Khalifah Manshur telah dibumi hanguskan oleh
tentara Mongol di bawah pimpinan Hulagu Khan pada tahun 1258.[4]
Kemajuan yang telah dirintis oleh
Baghdad :
g)
Sebagai
pusat peradaban dan kebudayaan tertinggi di dunia dan berkembang pesatnya ilmu
pengetahuan dan sastra.
h)
Mempunyai
karya yang indah dan terkenal yaitu al milal wan nihal
i)
Banyak buku filsafat yang sebelumnya dipandang
sudah ‘mati’ dihidupkan kembali dengan diterjemahkan ke dalam bahasa Arab.
Khalifah al-Makmum memiliki perpustakaan yang dipenuhui dengan beribu-ribu buku
ilmu pengetahuan. Perpustakaan itu bernama Bait al-Hikmah
j)
banyak didirikan bangunan yang indah dan
menjulang tinggi.
B.
Nasib Muslim Masa Kini Di Timur Tengah
1.
Kairo(Mesir)
Di Mesir sendiri daerah modernisasi
islam berada di bawah tangan seorang murid dari al-afghani yakni muhammad
abduh. Upaya yang dicanangkan oleh abduh sebagai mufti diarahkan kepada
pemoderan hukum islam, dan perbaikan kurikulum al-azhar untuk memasukkan mata
pelajaran sejarah dan geografi moddrn. Seperti halnya al-afghani beliua juga
menaruh perhatian besar terhadap mastarakat muslin dalam menghadapi Eropa, akan
tetapi menurut Abduh masalah utama bukan berada pada masalah politik melainkan
terjadi pada masalah keagamaan.
Modernisasi Islam dan reformasi
keagamaan Islam merupakan program ideologis kelompok intelegensi Mesir dalam
beberapa dekade antara pemberontakan Urabi. Tujuan utama dari gerakan islam
tersebut adalah kebangkitan politik.
Selain itu terdapat pula perkumpulan
yang bercorakreformis yaitu jama’at al-Islamiyah, yang di dalamnya
terdapat beberapa kelompok yang berusaha untuk memperjuangkan Islamisaasi.
Tujuan utama dari gerakan ini adalah untuk membentuk kembali masyarakat islami
di atas dasar pemulihan sistem khalifah. Di masjid-masjid independen mereka
menyampaikan seruan kepada masyarakat umum dan perkampungan. Dan menentapkan
keharusan bagi seorang perempuan untuk memakai kerudung, dan keharusan bagi
seorang laki-laki untuk tidak mencukur jenggot serta memakai pakaian putih dan
menyukai demonstrasi sembahyang massal.
Akan tetapi pada tahun 1979 jama’at
tersebut terlibat kasus permusujan dengan suku Coptic. Propaganda muslim disebarkan
untuk mengecam agreesi pihak Kristen dan kerja sama antara negara dan komunitas
Coptic. Akhirnya pada tahun 1981 pemerintah membubarkan jama’ah ini dan memecat
para pegawai-pegawai gereja.
Meskipun mesir telah diarahkan
kepada modernisasi dan perkembvangan sekuler pada abad ke sembilan belas,
posisi islam ditengah-tengah perkembangan nasional masirn tetap bertahan
sebagai isu utama bagi perjuangan politik. Pada tahun 1930-an dan tahun 1940-an
ikhwan al-Muslim menekankan pada aspek Islam yang anti-imperialisme
sebab kelompoj ini memandang bahwasanya musuh utama adalaaaah Inggris. Pada
tahun 1950-an dan 1960-an kelompok ini menekankan solidaritas dan keadilan
sebagai sikap perlawanan terhadap rezim militer. Dan pada tahun 1970-an
terbentuklah suatu gerakan islam yang tujuannya adalah menekankan pada
moralitas individu dan nilai-nilai keluarga sebagai bentuk jawaban atas tekanan
perubahan tatanan sosial. Di Mesir sendiri islam tretap bertahan sebagai upaya
perlawanan negara dan berbagai kebijakan[5].
2.
Istanbul
Isu keislaman di Turki haruslah
dipahamni dengan kaitannya perubahan sosial dan persaingan politik yang
bersifat pliralistik. Di dalam negara Turki Kontemporer, tradisi ulama
perkotaan sebagaian besar telah hancur dan tidak lagi berpengaruh terhadap kehidupan
masyarakat. Orang tertinggi Turki beabggapan bahwa Islam dipandang sebagai
simbol keterbelakngan. Akan tetapi sebaliknya dengan para Sufi-pedalaman tetap
bertahan dan loyalitas keislaman masyarakat umum belum pernah tergoyahkan.
Warga Turki selalu mengudentifikasikan diri sebagai Muslim, bahkan sepanjang
periode kemalist mereka selalau melaksanakan peribadatan di masjid-masjid dan
di beberapa makam para wali.
Selanjutnya, tekanan dari faktor
ekonomi dan politik pasca perang menimbulkan berbagai gerakan dan partai yang
berkomitmen terhadap re-islamisasi negara dan masyarakat. Diantara yang paling
besar adalah gerakan Said Nursi, yang didirikan oelh seorang muballig dan
penulis, yakni penulis buku dari the Risale-i Nur (“Pancaran Cahaya”).
Gerakan tersebut telah membangkitkan kembali semangat untuk memperjuangkan
islam. Meskipun Nursi Sais sendiri telah fokus terhadap permasalahan politik,
gerakannya justru telah menarik dirinya dari keterlibatan politik dalam upaya
mengembangkan urusan keagamaan.
Selain gerakan the Risale-i Nur,
berdiri pula gerakan The National Salvation Party, yang mana gerakan tersebut terbentuk pada
tajun 1960-an. Gerakan ini bukan hanya
sebagai partai agama melainkan juga sebagai upaya untuk mendirikan kembali
sebuah negara islam di Turki. Semangat puritanis dan semangat moral diserukan
pertai ini kepada kalangan bazaari dan pengrajin di kota-kotakecil khususnya di
daerah Anatolia tengah dan timur.
Beberapa gerakan di Turki juga
menyerukan kepada penduduk perkampungan dan dan di kota-kota kecil dan yang
telah mempertahankan oriantasi komunitas kecil dan nilai-nilai lama di
lingkungan setempat. Yang menonjol secara relatif dari Turki Kontemporer adalah
melemahnya bentuk-bentuk islam tradisional. Dua generasi dari bentuk islam sufi
dan ulama’ tradisional yang tertekan.
Meskipun kebangkitan aktivisme
islamadalah kebangkitan kontemporer yang sangat besar pengaruhnya, namun ia
bertahan sebagai sebuah kepentingan minotitas di tengah-tengah masyarakat Turki
kontemporer. Selain permasalahan
mengenai peran islam di dalam kehidupan
politik, muncul pula sejumlah permasalahan lainnya seperti halnya permasalahan
mengenai kepentingan pusat dan propinsial, pertentangtan antara kepentingan
manajemen dan buruh kerja, antara administrasi militer dengan birokrasi.[6]
3.
Bahgdad
Baghdad yang sangat terkenal sebagai
pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan Islam, pada tahun 1258 mendapat serangan
dari mongol. Tentara Mongol menyembelih seluruh pendudukn dan menyapu bersih
seluruh penduduknya. Semua bangunan dihancurkan dan semua kitab-kitab yang
telah dikarang para ahli ilmu pengetahuan dibumi hanguskan ke dalam Sungai
Dajlah.para Khalifah beserta keluarganya dimusnahkan.
Sebelum jatuhnya kerajaan Bagdada
tersebutsebenarnya sudah lama sekali kehilangan wibawa yang disebabkan oleh
berbagai perpecahan dan perselisihan.hal tersebut dimulai semenjak Bagdad masih
pada masa kejayaan dengan menerapkan Mu’tazilah sebagai madzhab resmi negara
sehingga menimbulkan pertentangan dengan madzhab yang kebanyakan dianut oleh
rakyat yaitu ahli hadits pimpinan Imam Hambali. Selanjutnya timbul pertentanagn
antara Ahli Sunnah Wal Jamaah yang cara pandang berpikirnya memadukan antara
aqli dan naqli sedangkan Mu’tazilah hanya memakai aqli saja.
Selain itu disebabkan pula oleh pajak
yang terlalu tinggi sehingga mendorong daerah-daerah untuk melepaskan diri dan
membentuk pemerintahan yang hanya dalam nama saja mereka tunduk kepada Baghdad.
Garis-garis pemisah antara Arab dan bukan Arab, antara Arab Muslim dengan Arab
Tidak Muslim, antara muslim dengan ahli dzimmi, antara Arab Utara dengan Arab
Selatan, masih dirasakan sehingga sulit untuk mengalami persatuan.
Dalam segi Akidah, ketauhidan yang
diajarkan oleh Rasul Muhammad SAW berubah menjadi madzhab Syi’ah pada bangasa
Iran yang menimbulkan pertikaian berlarut-larut dengan ahli sunah wal jamaah.
Sebagaimana yang telah dilakukan oleh wazir al-Ahqomi, wazir itu mengetahui
bagaimana besarnya kaum Mongol, akan tetapai karena ia seorang Syi’ah sedangkan
daulah dan khalifah yang berkuasa saat itu adalah Bani Saljuk dan Khalifah
Musta’shim menganut madzhab ahli sunnah, lebih sukalah dia membiarkan musuh
besar itu masuk ke dalam negeri daripada negeri itu di bwah pimpinan khalifah
yang berlainan madzhab, sambil dia mengharap bahwa Hulago kelak akan
mengangkatnya sebagai kepala negara Baghdada di bawah naungan kerajaan
Mongol.hanya saja harapan itu sia-sia karena diapun akhirnya dibunuh oleh
Hulago tidak lama setelah ia menjadi khalifah.[7]
Dari uraian di atas maka kita dapat
simpulkan bahwa masa kemunduran Baghdad di tandai dengan terjadinya peperangan,
pasukan Mongol meruntuhkan perpustakaan yang merupakan bidang ilmu dan membakar
buku-buku yang terdapat didalamnya. Selain itu, penguasaan Mongol atas daulah
Islam hampir memusnahkan unsur Arab dan bahasanya, juga agama Islam. Dengan
tindakan pemusnahan, pembakaran, dan pembunuhan selama peperangan maka ratalah
kota daerah yang dikuasai. Mereka bunuh penduduknya, mereka rampas hartanya,
mereka runtuhkan gedung-gedungnya, mereka bakar kutubul khanahnya, maka
musnahlah perbendaharaan kebudayaannya.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Perkembangan
Islam di timur tengah
a.
Kairo
Kota kairo
dibangun pada tanggal 17 sya’ban 358 H/969 M oleh panglima perang dari dinasti
Fathimiah yang beraliran Syi’ah. Bentuk kota ini hampir mirip dengan segi
empat. Di sekelilingnya dibangun pagar tembok besar dan tinggi. Setelah
pembangunan kota Kairo ini selesai, Al-siqili mendirikan masjid Al-Azhar. Majid
ini berkembang menjadi universitas yang sangat besar yang sampai sekarang masih
berdiri megah. Di universitas inilah banyak menelorkan orang-orang hebat.
b.
Istanbul
(Turki)
Istanbul
merupakan ibu kota dari kerajaan Turki Utsmani. Kota tersebut mulanya merupakan
ibu kota dari konstantinopel. Akan tetapi ketika kerajaan Romawi pecah menjadi
dua menjadi Romawi timur dan Romawi barat pada tahun 395 H. Konstantinopel
menjadi ibu kota Romawi timur. Konstantinopel bertahan sampai seribu tahun
kemudian ketika Sultan turki Utsmani berhasil menaklukannya pada tahun 1453 M.
c.
Baghdad
Kota Baghdad
didirikan oleh khalifah Abbasiyah yang kedua, yaitu Al-Manshur (754-755 M) pada
tahun 762 M. Dalam membangun kota ini, khalifah mempekerjakan para ahli
bangunan yang terdiri dari arsitektur-arsitektur, tukang batu, tukang kayu,
ahli lukis, pahat dan sebagainya. Kota ini berbentuk bundar dan di
sekelilingnya dibangun dinding tembok yang besar dan tinggi. Di sebelah luar
dinding tembok, digali parit besar yang berfungsi sebagai saluran air. Kota ini
berbentuk bulat dan di tengah-tengahnya terletak istana khalifah yang bernama
Istana Emas dan sebuah masjid Jami’ al-Manshur. Di sekitar keduan bangunan ini
dibangun rumah-rumah untuk pengawal dan rumah-rumah lain untuk anggota polisi
Abbasiyah.
B.
Saran
Demikianlah
makalah yang dapat penulis buat, penulis menyadari banyak kekurangan dari
makalah ini, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan
kritik maupun saran yang membangun agar terciptanya karya ilmiah yang lebih
baik lagi.
DAFTAR
PUSTAKA
Ajid Thohir, Perkembangan
Peradaban Di Kawasan Dunia Islam Melacak Akar-akar Sejarah, Sosial, Politik dan
Budaya Umat Islam, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta: 2002
A. Syalabi, sejarah dan Kebudayaan Islam 3, Pustaka Al-Husna,
Jakarta: 1993
Badri Yatim,Arah Peradaban Islam,Jakarta: Raja Grafindo,2004
Ira M. Lapidus,
Sejarah Sosial Umat Islam Bagian Ketiga, PT Raja Grafindo Persada,
Jakarta: 2000
Musyarifah
Sunanto, Sejarah Islam Klasik Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam Prenada
Media, Jakarta: 2003
[1] Badri Yatim,Arah
Peradaban Islam,Jakarta: Raja Grafindo,2004,hlm 288
[2]Ajid Thohir, Perkembangan
Peradaban Di Kawasan Dunia Islam Melacak Akar-akar Sejarah, Sosial, Politik dan
Budaya Umat Islam, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta:2002, hlm 188-192
[3]A.
Syalabi, sejarah dan Kebudayaan Islam 3, Pustaka Al-Husna, Jakarta:
1993, hlm 178
[4]Badri Yatim,Arah
Peradaban Islam,hlm 287
[5]Ira M. Lapidus,
Sejarah Sosial Umat Islam Bagian Ketiga, PT Raja Grafindo Persada,
Jakarta: 2000, hlm 111-135
[6]Ira M. Lapidus,
Sejarah Sosial Umat Islam Bagian Ketiga, hlm 88-99
[7]Musyarifah
Sunanto, Sejarah Islam Klasik Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam,Prenada
Media, Jakarta: 2003,hlm183
terima kasih
BalasHapus